Turun dari mobil sport merah milik Freeze, aku mengedarkan pandangan ke sekeliling tempat di mana kini aku berdiri. Deretan mobil mewah, mobil sport maupun volent keluaran terbaru tampak berjejer rapi sesuai jenis dan kualifikasi masing-masing. Orang-orang baik pria maupun wanita tampak tersebar di segala penjuru ruangan tersebut, sibuk memperhatikan desain, keindahan, kemewahan bahkan mencoba menaiki mobil-mobil tersebut dengan rasa bangga dan sorot mata tertarik.
"Vasco," aku memanggil nama pria yang kini duduk di sampingku – di kursi kemudi. Saat ini kami sudah duduk di dalam mobil yang Vasco sebut sebagaiRoadfast V. V diambil dari huruf depannya sendiri."Kau yakin?" tanyaku sekali lagi. Ia menatapku dengan senyuman miring penuh arti."Aku tahu yang paling kau butuhkan dan inginkan saa
"Naikkan kecepatan, Vasco.""Aku tahu, V." Vasco menambah laju kecepatanRoadfast V. Mobil tersebut melesat dengan cepat, menyalip mobil-mobil lain yang diikuti dengan teriakan klakson di sana sini. Adrenalinku makin terpacu hebat karena jalanan kini tampak kabur saking cepatnya laju kendaraan yang kunaiki ini.
"Ada apa, El?" tanyaku sembari mengernyitkan dahi. Dalam hati bertanya-tanya kenapa dia berteriak-teriak tidak jelas."Apakaumauakumenjadipencabutnyawamu
Jonathan menyeringai tipis, mengelus pipiku perlahan dan berkata dengan suara rendah. "Tentu saja kau tau. Sudah kubilang siapapun akan tertarik padaku karena aku tampan dan kaya raya."Ingin rasanya aku mendengus mendengar ucapan narsisnya.Well, dia memang kaya tetapi soal tampan? Entahlah, yang jelas dia bukan seleraku.
RAJA AMPAT – PAPUA"Terimakasih." Aku bergegas membuka pintu mobil. Vasco memang mengantarku sampai tujuan, dari Jakarta sampai ke Raja Ampat—benar-benar sampai di depan pintu mansion Gabriel. Dia memang selalu seperti ini.
Sambil terus berlari menuju ruang kerja Gabriel, otakku terus berpikir cepat. Ada penyusup? Bagaimana mungkin? Karena aku tahu bagaimana canggihnya sistem keamanan di mansion ini.Sial, penyusup itu pasti bukan lawan yang remeh sehingga bisa mengatasi sistem keamanan yang dipasang oleh Gabriel dengan mudah.
Tepat saat itu, suara alarm berhenti. Mataku melirik Vernon, sepertinya ia berhasil mematikan suara alarm sialan yang membuat Gabriel kehilangan fokus.Pria itu membalik mini-padnya, mengarahkannya pada Gabriel. Detik itu juga aku elihat wajah Gabriel semakin memucat ...
"Ly, kau baik-baik saja?" Napasku tersengal saat menghampiri gadis itu. Ia duduk di sebuah kursi roda dan baru keluar dari ruang kesehatan. Di sisi kanan dan kirinya ada Lean juga Lian yang mengawasi sekitar. Dan aku sedikit merasa lega karenanya."Aku baik-baik saja. Apa yang terjadi, V?"
Semuanya gelap.Dan hening.
Aku selalu menertawakan teman-temanku saat mereka mengatakan telah jatuh cinta. Bahkan dengan mengatasnamakan cinta mereka sampai rela berbuat hal-hal bodoh.Benar, aku selalu menertawakan mereka. Sampai akhirnya mata hijau itu menatapku.
Aku tidak menjawab karena perhatianku teralih ke arah Gabriel yang masih terisak. Grevio, berjalan ke arah gadis itu dan mengangkat handgunnya."Tidak! Gabriel!"
"Dan sekarang ... aku akan membunuhmu, Sweetheart," bisik Freeze tepat di telingaku, yang entah sejak kapan ia sudah berdiri di belakangku. Sementara sebelah tangannya memeluk pinggangku, tangan yang lain sudah menodongkan sebuah pisau tepat di belakang punggungku.---------------------------------
Ketika kembali di ruangan awal di mana aku meninggalkan Gabriel bersama Vernon tadi, firasatku semakin memburuk. Ruang kerja Gabriel sudah sangat berantakan. Sebagian besar LED transparant yang menunjukkan gambar beberapa sudut keadaan mansion telah rusak dan mati sedangkan sebagian masih menyala.Mataku menyapu ke sekeliling ruangan. Jelas si penyusup sempat menembakkan senjata di sini karena meja kerja Gabriel sudah berlubang.
"Ly, kau baik-baik saja?" Napasku tersengal saat menghampiri gadis itu. Ia duduk di sebuah kursi roda dan baru keluar dari ruang kesehatan. Di sisi kanan dan kirinya ada Lean juga Lian yang mengawasi sekitar. Dan aku sedikit merasa lega karenanya."Aku baik-baik saja. Apa yang terjadi, V?"
Tepat saat itu, suara alarm berhenti. Mataku melirik Vernon, sepertinya ia berhasil mematikan suara alarm sialan yang membuat Gabriel kehilangan fokus.Pria itu membalik mini-padnya, mengarahkannya pada Gabriel. Detik itu juga aku elihat wajah Gabriel semakin memucat ...
Sambil terus berlari menuju ruang kerja Gabriel, otakku terus berpikir cepat. Ada penyusup? Bagaimana mungkin? Karena aku tahu bagaimana canggihnya sistem keamanan di mansion ini.Sial, penyusup itu pasti bukan lawan yang remeh sehingga bisa mengatasi sistem keamanan yang dipasang oleh Gabriel dengan mudah.
RAJA AMPAT – PAPUA"Terimakasih." Aku bergegas membuka pintu mobil. Vasco memang mengantarku sampai tujuan, dari Jakarta sampai ke Raja Ampat—benar-benar sampai di depan pintu mansion Gabriel. Dia memang selalu seperti ini.