âAshiaaap Adindaku! Kakanda siap datang esok sore yang menemui Adinda di sana. Bersabarlah menunggu kedatangan Kakanda,â jawab Mas Arman lebai.Susanti tertawa ngakak mendengar ucapan Mas Arman Tak kusangka dia menguping pembicaraan kami.â Ha ha ha ... Kakanda, Adinda lucu sekali Mas Arman. Aku jadi tidak sabar melihat ekspresinya besok ketika berhadapan dengan ibunya Mbak Fatki dan juga kakak-kakaknya Mbak Fatki!âseru Susanti.âBiarkan sajalah, Santi, yang penting dia senang,â jawabku.âAku heran deh, sama Mas Arman. Dia itu bucin, cinta mati sama Mbak Fatki, tapi kok bisa-bisanya ya, dia selingkuh yang ada di otaknya Mas Arman itu apa ya, Mbak?â ujar Susanti heran.âEntahlah ... Mbak Fatki pun tidak tahu, tapi yang jelas orang yang berani menghianati pernikahannya itu otaknya sudah dirasuki setan, jadi tidak bisa berpikir jernih lagi.â~K~U đ¸đ¸Mas Nanang dan Mas Galih sampai ruko aku jam 3 sore. MEreka memang sengaja berangkat dari kampung pukul 10.00 WIB.Mereka konvoi berdua d
POV Ibu Arman.Fatki 5 langkah lebih maju dari pada Arman. Sekarang aku harus memikirkan bagaimana caranya agar barang-barang itu kembali lagi ke rumah ini.Aku tidak mau dong, ketika nanti diadakan arisan atau acara keluarga besar di rumahku, tapi rumahku tidak ada apa-apanya kosong melompong barang-barang mewah yang selama ini ada dibawa semua oleh Fatki apa kata teman-temanku nanti? Mau ditaruh mana mukaku ini dan satu lagi tugas beratku. Aku harus merebut kembali hatinya Fatki. Aku tidak akan biarkan dia sukses melebihi kami. Kalau pun dia sukses dia harus menjadi ekorku dia harus menuruti kemauanku.Fatki wanita yang baik aku yakin sekali dia mau menuruti kemauanku. Apalagi kalau aku sudah bilang durhaka sama ibu mertua itu dosa besar, maka Fatki akan luluh. Fatki tetap harus menjadi menantuku. Aku tidak akan melepaskan dia begitu saja, jika dia bisa membangun usaha di tempat mahal itu otomatis dia pun akan mendapatkan penghasilan lebih dari itu dan aku tidak mau itu terjadi.
POV Ibu mertua.âFatki, Ibu harap kamu bisa memikirkannya dengan baik baik. Tidak baik loh, kalau zaman sekarang itu menyandang status janda. Kamu akan dipandang sebelah mata oleh sebagian orang. Oh ... tidak! Tidak! Tidak! Bukan hanya sebagian orang, tapi oleh semua orang kamu akan dipandang sebelah mata, jadi kamu harus mempertimbangkannya lagi. Ibu juga tidak mau kamu berpisah dengan Arman. Bagi Ibu, kamulah menantu terbaik Ibu. Yaa, meskipun kamu belum bisa memberikan Ibu keturunan itu tidak mengapa. Itu juga bukan salah kamu kan, yang penting sekarang kamu dan Arman memperbaiki hubungan lagi nanti kalau sudah rezekinya pasti akan dikasih anak juga,â rayuku pada Fatki.âAkan aku pikirkan baik-baik, Bu lebih baik Ibu sekarang pulang saja karena aku masih banyak pekerjaan.â Usir Fatki.Tuh, kan apa aku bilang menantuku itu tambah sombong dan keras kepala. Masa dia berani mengusir ibu mertuanya sendiri aku ini kan di sini sebagai tamu dan tamu itu kan, raja jadi harus dilayani bukan
POV Ibu mertua.Aduh! kalau begini harapanku satu satunya adalah Arman. Dia harus bisa membujuk ibu mertua dan juga anaknya kalau tidak bisa maka tamatlah riwayatku.âBaiklah kalau begitu Besan. Terima kasih loh, sudah mau mampir ke sini nanti aku katakan pada Arman. Kalau Ibu mertuanya ada di sini jadi nanti malam aku dan Arman bisa datang ke ruko Fatki bersama Arman,â jawabku dengan menahan segala rasa di dada.Aku memandang nanar pada Fatki dan ibunya yang perlahan menjauh dari rumah ini. Semoga saja ibunya Fatki bisa bertindak secara adil dan dia mau tetap Fatki ada di dalam hidup anakku Arman.Aku pun yakin bahwasanya orang tua Fatiki pasti tidak mengizinkan jika Arman dan Fatih berpisah.~K~Uđ¸đ¸đ¸âFatkui, memutuskan untuk berpisah denganku, Bu. Apa yang harus aku lakukan!â seru Arman saat dia baru saja pulang dari rukonya Fatki.Senyumku yang mengembang seketika menghilang saat mendengar kabar buruk dari Arman. Tadi ketika Fatki menelepon aku kira dia telah berubah pikiran ma
đ¸đ¸đ¸âTamu spesial siapa Susanti?â Aku segera menghentikan aktivitasku sebentar lalu turun ke bawah untuk melihat siapa yang datang. Karena aku merasa tidak punya teman spesial di sini, Susanti ini kadang-kadang kan, absurd.Baru saja hendak menutup pintu HP-ku yang ada di atas mesin jahitku berdering.Ternyata telepon dari ibunya Mas Arman. Tumben beliau meneleponku lagi aku kira setelah keputusanku dengan Mas Arman menemui titik temu Ibu tidak akan pernah menghubungiku lagi ternyata dugaanku salah.âAssalamualaikum, Bu ....ââ Wa'alaikumsalam ... lagi apa kamu, Fatki? Gimana kabar kamu, Nak?â tanya ibu Mas Arman. Tumben lembut.âLagi sibuk mempersiapkan berkas-berkas untuk pengajuan perceraian besok, ada apa ya?â kataku tanya balik.âOh ... tidak ada apa-apa Ibu telepon kamu hanya rindu kamu saja,â jawab ibu Mas Arman.âRindu? Tumben sekali Ibu rindu padaku?â Aku rasa ada sesuatu yang aneh kalau kata Susanti modus.âKok ... kamu bilangnya begitu? Memang tidak boleh Ibu rindu pad
âBukan gila, tapi Arman itu mungkin sedikit depresi dia belum bisa menerima kenyataan bahwa kamu bukan lagi istrinya, jadi dia masih selalu terbayang bayang tentang kamu, Nak,â sahut bapak.Ini persis seperti yang Ibu katakan tadi padaku melalui telepon. Mungkin ibu akan menjelaskan secara detail jika aku tidak menutup teleponnya jadi, yang ibu maksud Mas Arman sakit adalah ini? sakit jiwanya.âBayang-bayang bagaimana, Pak? Keputusanku kan, memang sudah mendapat persetujuan dari Mas Arman. Kami memutuskan ini dengan baik-baik jadi, seharusnya Mas aman pun legowo.ââItulah Nak, biasanya yang diucapkan di mulut berbeda dengan yang ada di hati makanya Arman sekarang seperti orang yang kehilangan akal sehatnya.ââKehilangan akal sehat bagaimana, Pak? Kemarin Mas Arman pulang dari sini baik-baik dia pamitan padaku, pada kedua kakakku dan juga pada ibuku tidak ada yang aneh dan sepertinya pun Mas Arman mau menerimanya.ââOh ... jadi kemarin Ibumu dan kakak kamu datang ke sini, Nak?ââIya, P
âBiar Bapak, yang menemani kamu Fatki, Bapak yang akan menjamin keselamatan kamu. Tolong penuhi permintaan Bapak sekali saja sebelum semuanya benar-benar berakhir. Anggap saja ini sebagai permintaan terakhir Bapak kepadamu sebagai menantu setelah ini Bapak tidak akan pernah meminta tolong apa pun lagi padamu.âBapaknya Mas Arman mungkin memang sudah benar-benar buntu untuk mencari jalan keluar bagaimana caranya menyadarkan anaknya sampai bertekuk lutut padaku. Aku tidak bisa memberikan jawabannya sekarang jika aku terus menolak permintaan beliau pasti sampai kapan pun bapak tidak akan pergi dari sini dan akan terus memohon padaku.~K~Uđ¸đ¸đ¸âMbak, gawat ini Mbak Wulan sudah WA aku, katanya bajunya mau diambil sore ini. Bajunya belum kamu selesaiin, Mbak. Gimana dong,â ujar Susanti panik. Dia sampai mondar-mandir seperti gosokan.Aku dan bapak saling berpandangan mungkin Bapak tahu situasiku saat ini seperti apa. Akhirnya bapak pamit undur diri.âKalau begitu, Bapak permisi pulang du
đ¸đ¸đ¸âApa Mas Arman masih mengejar kita, Mbak!?â teriak Susanti. Sepertinya dia tidak fokus mengendarai motor karena selalu saja melihat ke arah spion.âIya, masih makanya buruan kebut, San. Kamu fokus saja tidak usah melihat ke spion,â jawabku panik. Aku bolak-balik melihat ke arah ke belakang. Ternyata mas Arman pun tidak kalah cepat mengejar kami. Padahal Mas Arman hanya berlari. Entah kenapa aku tiba-tiba merasakan motor Susanti ini seperti berjalan sangat lambat bahkan lebih kencang larinya Mas Arman dari pada laju motornya Susanti.âAstagfirullah sepertinya motor ini bensinnya sudah mau habis makanya tidak bisa kebut, endet-endetan begini, Mbak. Ya Allah bagaimana ini Mbak?â jawab Susanti tidak kalah panik.Pantas saja aku merasakan seperti motornya Susanti susah sekali di gas ternyata bensinnya sudah habis. Aku kembali menengok ke belakang Mas Arman masih saja mengejar kami seraya berteriak-teriak memanggil namaku.Aku pun heran kenapa malam ini tidak ada orang satu pun. Bi
POV Kayla. Setelah pemakaman bapak keluarga pun segera mengurus perempuan yang mengaku sebagai istri mudanya bapak. Ternyata perempuan itu tidak mengharapkan harta seperti yang dituduhkan Kak Siwi. Perempuan itu benar-benar tulus pada bapak.Mereka benar-benar ke sini untuk memberikan penghormatan terakhir. Melihat ketulusan itu bang Dafa dan Bang Romi mengakui anak remaja itu sebagai adiknya dan berjanji akan memberikan biaya pendidikan sampai jenjang tinggi.Emak jangan ditanya perempuan itu terus mengerang pasti emak tidak terima atas keputusan dua putranya bahkan tadi Emak sempat kejang.âAbang mau bicara dengamu, Kay. Ini serius! Ayo, ikut Abang. Aku yang masih duduk di atas sajadahku setelah salat ashar langsung mengikuti Bang Daffa untuk berkumpul di ruang tamu. Di sana sudah banyak berkumpul saudara-saudara Bang Dafa ada paman, Kak Siwi, Risa, dan banyak lagi, tapi tunggu dulu ada satu orang yang menarik perhatianku siapa dia aku seperti pernah melihatnya? Ya, kini aku ingat
POV Kayla. âKamu siapa? Kenapa kamu datang ke sini, hah?! Kami tidak punya keluarga seperti kamu dan kami tidak mengundang siapa pun yang tidak kami kenal. Cepat pergi!â usir Kak Siwi. Aku yakin sekali kalau Kak Siwi mengenali wanita itu âkan kemarin dia sudah melihatnya di ponselku sedangkan emak hanya meliriik saja. Emak terus saja menangis. Ah ... ini masih babak baru pasti setelah ini akan terjadi keributan besar.âCepat sana, pergi! Cepat! Kami tidak punya kerabat seperti kamu!â usir Kak Siwi lagi seraya mendorong-dorong tubuh wanita itu.âLepaskan Ibuku jangan kau sentuh Ibuku!â bela anak bujangnya. Wah ternyata punya nyali juga dia. Aku kira dia hanya anak ingusan yang sembunyi di ketiak ibunya ternyata dia jagoan yang berani membela ibunya dari terkaman harimau.âKamu siapa? Nggak usah ikut campur anak kecil! Cepetan sana pergi kalian! Pergi! Rumah ini tidak menerima orang yang tidak kami kenal!â Kak Siwi terus saja mengusir perempuan itu namun perempuan itu sama sekali tid
POV Kayla.âDasar pembunuh! Dialah pembunuh bapakku. Dialah pembunuh bapak kami! Dafa pokoknya jeblosin Kayla ke penjara aku. Pokoknya aku enggak mau tahu masukin dia ke penjara!â teriak Kak Siwi. Jari telunjuknya menudingku.Dia menuduhku membunuh bapak terserah saja âtoh aku tidak secara langsung membunuhnya. Aku hanya memberikan informasi akurat dan rahasia besarnya selama ini, jadi kalau bapak meninggal ya, itu sudah takdirnya bukan karena aku yang bunuh. Jadi, untuk apa aku takut aku santai saja menghadapi mereka bahkan kini aku duduk di sebelah emak yang terbaring lemah. Tatapannya penuh kebencian padaku. Ah ... terserah saja. Dibenci emak tidak akan pernah membuatku rugi yang penting dendamku terbalaskan.Sementara Bang Daffa sama sekali tidak menanggapi perkataan Kak Siwi. Begitu pun dengan Bang Romi. Mereka semua justru khusuk mendoakan Bapak.Entahlah kalau setelah acara pemakaman ini mungkin aku akan disidang, tapi ya, seperti yang aku katakan tadi aku sama sekali tidak t
POV Kayla. âWah ... so sweet sekali, tapi sayangnya itu basi dan sepertinya Mak sekarang nggak suka tuh sama kamu! Dari tatapannya Emak saja terlihat sangat marah. Andai Mak bisa ngomong pasti Emak sudah ngusir kamu dari sini, Kay!â kata Kak Siwi lagi. âKalau emang Emak nggak suka padaku baru-baru ini ya, telat dong! Karena aku sudah nggak suka sama emak sejak dahulu,â jawabku. Kak Siwi bengong.âDasar nggak waras! LAWANG!â umpat Kak Siwi.âKok, orang gila ngatain gila, sih!â kataku lagi.âDiam kamu, Kay! Kamu ngatain aku gila lagi akan kubuat kamu mampus gak bisa ngomong selamanya mulutmu itu!ââEnggak takut! Lakuin aja kalau bisa,â jawabku dengan senyuman sinis.Kulirik emak. Lagi-lagi emak hanya menggeleng saja. Jangankan basmi Kak Siwi, emak yang selama ini baik padaku pun bisa aku bikin diam alias stroke.âMak ... Mak kenapa seperti ketakutan gitu, sih? Padahal kan, aku sayang sama Emak dan juga Mak sayang sama aku. Tenang aja ya, aku bakal kasih sesuatu sama emak, tapi aku
POV Kayla. âHalo ... selamat pagi! Emak apa kabar? Eh ... ada Kak Siwi,â sapaku saat aku buka pintu lalu menghampiri emak.âEh ... perempuan kurang ajar mau apa kamu ke sini, hah! Kamu mau merayu emakku lagi biar kamu dapat tanah warisan atau kebun gitu, ya! Enggak cukup kamu ngambil rumah itu dari kami?â kata Kak Siwi. Dia menarik jilbabku sampai hampir terlepas bahkan jarumnya pun menusuk kulitku.âApa-apaan sih, Kak! Ngeselin banget lepas nggak!â protesku.âAku enggak akan lepas sampai kamu minta maaf sama aku dan kamu balikin rumah itu ke Emak lagi!â jawabnya.âOh ... iya? Yakin?â jawabku seraya kusikut perut Kak siwi kuat sekali.âAww sakit! Setan kamu, ya, Kayla!â jerit Ka Siwi. Dia memegangi perutnya sambil berjongkok.âDuh, maaf ya, Kak. Sengaja! Ha ha!â ucapku.âEmph! Emph!â Emak bersuara. Aku yakin dia sangat kesal padaku dan hendak mengumpatku, tapi karena Mak sudah kena stroke jadinya emak tidak bisa menyampaikan unek-uneknya.âKenapa, Mak? Mau ngomong apa? Kasihan b
POV Kayla. âOo ...ternyata pelakor! Orang elit dan berpendidikan tinggi pun bisa ya, jadi pelakor!ââDokter kok, pelakor! Cantik-cantik sukanya sama suami orang. Padahal dapat bujangan juga bisa!ââNamanya juga cinta tahi kucing pun rasa coklat!ââAmit-amit naâuzubillahminzalik dunia udah mau kiamat sampai-sampai pada rebutan suami.ââSekarang banyak perempuan muka badak, muka tembok! Enggak bisa berkaca diri terbawa hawa nafsu!ââIya, sudah gitu nyalahin istri sah lagi! Iih ... enggak malu banget!ââPelakor mana pada punya urat malu. Urat malunya udah putus!ââIya, betul! Menjijikan sekali lebih najis daripada kotoran hewan!ââIya, ngeri ya ... padahal karir mereka bagus loh, dokter! Ternyata enggak menjamin!ââJangan cuma nyalahin pelakornya, tapi lakinya juga. Mereka itu kan, sama-sama mau. Sama-sama gatal, sama-sama nggak punya kehormatan!ââPendidikan tinggi enggak menjamin orangnya pun bermoral tinggi!ââMakanya itu harus belajar adab juga.ââDokter Dafa bingung kali milih sal
POV Kayla. âKurang ajar kamu, ya, Kayla!â Risa tidak terima mendengar ucapanku. Dia menyerangku, tapi aku buru-buru melepaskan sepatuku lalu kupukulkan ke bahunya! Bugh! Bugh!Tepat sasaran. Risa mengaduh kesakitan. Dia bermaksud menarik jilbabku, tapi aku sudah lebih dulu menjambak rambutnya.âAww! Sakit-sakit! Lepaskan!â teriak Risa sampai suster yang kebetulan melintas berlarian untuk melerai kami.âMbak, lepas, Mbak! Kasihan Dokter Risa. Udah lepas! Mbak, tidak tahu dia siapa?! Tolong lepas!â seru para suster.âRasain kamu! Mampus kamu, Risa! Sekali lagi kamu bikin masalah sama aku bukan hanya rambutmu yang aku jambak, tapi kepalamu aku lepaskan dari tubuhmu! Memang kamu kira aku takut sama kamu? Rasain ini dokter gila,â makiku pada Risa.âKamu itu yang gila buktinya kamu yang menyerangku!â Risa masih saja playing victim.âOoh ... gitu! Ini gimana? Sakit tidak!â kutarik bulu mata palsu Risa biar dia tahu rasa.âAww saaaaakkkiit mataku! Bulu mataku! Dasar kamu gila Kayla!â teri
POV Kayla. âKayla, tolong panggil suster untuk membantuku!â pinta Bang Daffa.âMales, iiih! Abang panggilan aja sendiri itu kan, ada tombol di atas kepala Bapak. Tinggal pencet aja sih, kenapa pakai nyuruh-nyuruh aku segala!â tolakku sinis.âAstaghfirullahaladzim ... Kayla ini darurat ya, Allah!â pekik Bang Dafa. Dia terlihat bingung dengan sikapku lalu tanpa pikir panjang dia memencet bel yang ada di atas kepala bapak berkali-kali.âNah ... gitu bisa kan, pencet bel sendiri! Kenapa pakai nyuruh-nyuruh aku segala?!â seruku.âKayla, cepat bantu sini! Tolong ini!â pinta Bang Dafa lagi tanpa menoleh ke arahku. Dia memang terlihat sibuk sekali.âApaan sih, Bang, males lah! Aku mau keluar. Aku malas bertemu Abang. Orang Bapak 'tuh cuma kejang biasa itu kena ayan. Udah deh, enggak usah terlalu lebai,â jawabku lagi. Gegas aku keluar. Di pintu aku berpapasan dengan perawat yang terburu-buru masuk ke ruangan ini.âDasar monster! Aku pastikan kamu segera akan punah dari muka bumi ini. Monste
POV Kayla. âPak, hei jangan mati dulu!â seruku seraya kutepuk-tepuk pipinya lebih tepatnya aku tampar.âPaaakk!â Kali ini kutekan lengan kanan bapak yang terpasang selang infus. Jika Bapak tidak sedang dalam keadaan kejang pasti dia akan berteriak kesakitan, tapi aku yakin sih, dia pun merasakan sakit. Ah ... sungguh ini merupakan kenikmatan hakiki yang aku nanti-nanti selama ini.âPak, ada satu rahasia lagi yang harus Bapak tahu dan ini tentu sangat mengejutkan. Tahukah Bapak, bahwa istri tercinta bapak itu adalah penebar fitnah. Bapak tidak tahu kan, kalau ternyata istri Bapak sejak muda dulu sudah berselingkuh dengan asisten pribadi Bapak? Karena aksinya terpergok oleh orang tuaku, Emak lalu memfitnah mereka dan terjadilah tragedi besar pembunuhan yang Bapak dalangi. Bagaimana Pak, apakah informasi ini mengejutkan Bapak?âKulirik jam di pergelangan tanganku dan sepertinya sudah lebih dari 10 menit bapak kejang. Hebat sekali dia tidak meregang nyawa. Apa dia seperti kucing yang p