âMan, bangun ada telepon tuh dari nyokap lu,â ujar si Pocil membangunkanku.âBiarin aja lah palingan juga nyuruh gua pulang. gua pusing di rumah lebih baik di sini sama kalian minum tuak dengan bebas pikiran jadi jernih lagi,â jawabku.âLu, mah gitu Man, ingat lu punya istri di rumah lagi hamil siapa tahu nyokap lu hubungin lu karena ada sesuatu di rumah coba diangkat dulu itu teleponnya,â ujar pocil lagi.âBiarin aja lah gua ngantuk gua pusing.â Ku tekan tombol nonaktif di ponselku ini. Aku tidak mau siapa pun menggangguku termasuk Ibuku. Biarkan saja repetan dia akan aku dengarkan besok yang penting malam ini tidak ada yang bisa menggangguku.âArman ya Allah! Ni, anak lihat ini sudah jam berapa sudah pagi kamu itu ya, ditelepon orang tua nggak mau angkat malah HP kamu matikan bangun, bangun, bangun!â Nah, kan benar juga apa kataku belum juga aku bangun ibuku sudah berhasil menemukanku di pos ronda ini. Mataku rasanya lengket sekali. Jika, bukan Ibuku yang membangunkan tentu saja ak
âJangan bohong lagi Mas, aku capek makan janji-janjimu,â jawab Reni kesal.âEnggak, aku janji tidak akan bohong. Aku pasti akan menikahimu, tapi tolong kamu jangan kasih tahu Fatki, kasihan dia lagi hamil tolong ya,â rayuku.â Baiklah aku pegang janjimu kali ini Mas, besok pagi kamu harus menikahiku,â pinta Reni.â Eh, ada Nak Reni, sudah lama Nak?â tanya ibu basa-basi.âBelum Bu, aku ke sini mau menagih janji Mas Aman yang katanya akan segera menikahiku, tapi tidak jadi-jadi. Padahal dia itu tahu kalau Ibuku sedang sakit parah dan ingin melihat anak perempuan satu-satunya menikah Tolong dong Ibu bantu bujuk Mas aman kalau Mas Arman tidak juga menepati janjinya sampai besok pagi maka aku akan adukan semuanya pada Fatki pegang kata-kataku ancaman ku ini bukan sekedar ancaman,â jawab Reni sedikit sewot.âBaik Reni, Ibu akan bantu untuk membujuk Arman, tapi Ibu sedang bingung juga kalau kalian menikah besok dari mana dananya? Ibu tidak pegang uang sama sekali kamu tahu sendiri kan, kerja
âReni mana dia, Tan! Di mana dia?â tanya ibu. Aku terkekeh mendengar kepanikan ibu.Ibu pikir semua yang aku ucapkan padanya hanya sebuah omong kosong belaka.Inilah aku bisa membuktikan apa yang sudah aku ucapkan. Inilah aku wanita yang selalu saja dihina mandul padahal yang menghinaku itulah yang memakan hasil keringatku. Entah bagaimana nanti jadinya jika ibu, Mas Arman dan yang lainnya tahu kemajuan usahaku dan juga tempat usaha barukuAku yakin mereka akan bertambah sok.âIbu cepetan pulang aku tidak bisa berbuat apa-apa aku hanya sendirian. Pokoknya Ibu pulang sekarang juga!â titah Intan. Dia segera mematikan sambungan video call dengan ibu. Lalu berusaha menghalangi Kevin dan dua temannya mengangkut semua barang-barang milikku.âKembalikan! Aku bilang kembalikan barangku itu cuma milikku, itu semua milik Ibu jangan bawa jangan bawa barangku!â jerit Intan.âJangan didengarkan ucapan perempuan ini, Vin! Kamu di sini aku yang bayar, jadi kamu harus melaksanakan semua perintah
Setelah itu membereskan rumah dari sudut ke sudut. Setelah itu itu baru bisa memegang jahitan sampai malam. Tidak ada yang membantuku, Mas Arman jika dimintai bantuan akan selalu menjawab lelah dan capek sudah bekerja seharian. Padahal aku pun juga lelah, tapi sekali lagi aku tidak bisa membantah perintah suamiku.Kata ibuku seburuk apa pun perlakuan suami selagi dia masih mau salat, selagi dia tidak main fisik, dan selagi dia tidak selingkuh maka sekuat tenaga aku harus mempertahankannya, bersabar dan mencoba untuk menyadarkannya. Jangankan istirahat, untuk makan saja aku terburu-buru karena saking banyaknya jahitan dan hanya aku sendiri yang mengerjakannya.Tidak mau terus dibodohi aku sedikit demi sedikit mulai menabung.Hasil jahitanku untuk membeli mesin jahit lagi, membeli mesin obras, dan juga untuk keperluanku.Kalau untuk menuruti kebutuhan di rumah ini semuanya akan habis. Aku pun bingung apa yang sebenarnya ibu lakukan dengan uang yang diberi oleh Mas Arman padanya. Be
Mas Arman melemparkanku ke kasur lalu Mengunci pintu kamar kemudian dia membuka kancing bajunya sampai situ aku paham apa yang akan dia lakukan padaku. Selangkah lagi dia maju aku pastikan burung daranya tidak akan berfungsi selama-lamanya.Aku mencari benda apa pun di kamar Intan yang mungil ini untuk melawan Mas Arman. Dia semakin mendekat, tapi aku belum memegang senjata apa pun. Tatapannya bengis, matanya merah, keringatnya bercucuran dia siap menerkamku.âRupanya kamu ingin bermain-main denganku Fatki,â gumam Mas Arman.âJangan mendekat Mas kalau kamu mendekat kamu akan menyesal seumur hidupmu!â Ancamku.Tapi, rupanya Mas Arman tidak takut dengan ancamanku. Dia bahkan terlihat semakin bernafsu padaku.Dilepaskannya celana panjang yang dia pakai.Aku sudah gemetaran takut sekali. Takut sesuatu yang tidak aku inginkan benar-benar terjadi. Aku ini bukan lagi istrinya jadi aku tidak mau disentuhnya lagi.âBerhenti aku bilang Mas berhenti di situ!" teriakku sekuat tenaga. Mas Arman
POV Ibu Mertua.Namaku Weni, dulunya adalah aku seorang kembang desa. Terkenal seantero kampung bahkan sampai luar kecamatan. Rumahku selalu penuh oleh bujang dari mana-mana yang datang apel ke rumah. Tak jarang dari mereka mengajakku pergi main atau sekedar nonton layar tancap di malam hari.Sayangnya bapakku tidak suka itu. Baginya anak gadis itu ya, harus di dalam rumah membantu ibu, belajar, ngaji, dan juga sekolah yang bener.Meski cantik aku bukanlah seorang yang terlahir dari keluarga kaya. Hanya pas-pasan saja.Aku dan ke dua adikku sering ikut matun di sawah untuk bantu bapak dan ibu cari uang dan uang itu kami pergunakan untuk bayar sekolah.Zamanku dulu lulusan SD sudah lumayan tinggi karena banyak sekali anak perempuan di desaku yang sama sekali tidak mengenyam pendidikan. Rata-rata mereka kawin muda. Ada juga yang menikah umur 12 tahun seperti Linda temanku .Beruntungnya orang tuaku tidak menginginkan itu. Mereka sepenuhnya mendukung pendidikan kami anak-anaknya.Setelah
Kulirik laki-laki itu dia tersenyum padaku. Tentu saja dia suka dan bangga bapak berkata begitu, itu artinya dia akan segera memilikiku seutuhnya.Lebih baik aku mati saja dari pada aku harus tidur dengan laki-laki itu. Tidak! Aku tidak mau memenuhi permintaan bapak.Aku merajuk kutinggalkan bapak yang sedang sekarat di kamarnya. Aku masuk kamarku. Aku benci keadaan ini. Aku benci diatur-atur! Aku benci harus menuruti semua kemauan orang tuaku! Aku benci bapak! Benci semuanya!Dunia ini begitu tidak ada padaku. Kenapa harus aku yang menjalani semua ini?Kenapa bukan orang lain saja?Aku terlalu sempurna untuk dan menjalani kenyataan pahit dalam hidupku.Haruskah aku benci Tuhanku untuk apa dia menciptakanku dengan sempurna dengan kecantikan yang paripurna, tapi pada akhirnya aku harus jadi begini menghabiskan sisa hidupku dengan orang yang tidak aku cintai dengan orang yang sangat jelek di mataku.Hidup ini memang benar-benar tidak adil harusnya bapak tidak memaksaku, jadi aku tidak m
Aku takutnya Fatki seperti perempuan-perempuan yang ada di sosial media itu yang memviralkan video pernikahan suaminya di jagat Maya.Jika, itu sampai terjadi, maka tamatlah riwayatku dan anakku Arman. Kami pasti akan dibully orang si Indonesia Raya belum lagi sanksi sosial harus kami terima, maka dari itu aku dan Arman memutuskan untuk merahasiakan pernikahannya.Biarlah waktu yang akan menjawabnya. Setidaknya untuk proses pernikahan Arman dan Reni tidak ada gangguan. Itu membuatku bisa bernapas sedikit lega. Dengan surat pernyataan mau di madu dari Fatki, otomatis Arman dan Reni bisa melangsungkan pernikahan mereka sah secara agama dan juga negara itu kenapa aku berani mengundang para tetangga kanan kiriku.Aku tidak peduli cemoohan dari mereka yang penting aku punya menantu baru yang duitnya lebih banyak dari Fatki dan yang tidak pelit padaku, satu lagi harapanku dari Reni dia harus segera hamil harus segera memberiku seorang yang cucu dan aku yakin Reni pasti nanti akan bisa
POV Kayla. Setelah pemakaman bapak keluarga pun segera mengurus perempuan yang mengaku sebagai istri mudanya bapak. Ternyata perempuan itu tidak mengharapkan harta seperti yang dituduhkan Kak Siwi. Perempuan itu benar-benar tulus pada bapak.Mereka benar-benar ke sini untuk memberikan penghormatan terakhir. Melihat ketulusan itu bang Dafa dan Bang Romi mengakui anak remaja itu sebagai adiknya dan berjanji akan memberikan biaya pendidikan sampai jenjang tinggi.Emak jangan ditanya perempuan itu terus mengerang pasti emak tidak terima atas keputusan dua putranya bahkan tadi Emak sempat kejang.âAbang mau bicara dengamu, Kay. Ini serius! Ayo, ikut Abang. Aku yang masih duduk di atas sajadahku setelah salat ashar langsung mengikuti Bang Daffa untuk berkumpul di ruang tamu. Di sana sudah banyak berkumpul saudara-saudara Bang Dafa ada paman, Kak Siwi, Risa, dan banyak lagi, tapi tunggu dulu ada satu orang yang menarik perhatianku siapa dia aku seperti pernah melihatnya? Ya, kini aku ingat
POV Kayla. âKamu siapa? Kenapa kamu datang ke sini, hah?! Kami tidak punya keluarga seperti kamu dan kami tidak mengundang siapa pun yang tidak kami kenal. Cepat pergi!â usir Kak Siwi. Aku yakin sekali kalau Kak Siwi mengenali wanita itu âkan kemarin dia sudah melihatnya di ponselku sedangkan emak hanya meliriik saja. Emak terus saja menangis. Ah ... ini masih babak baru pasti setelah ini akan terjadi keributan besar.âCepat sana, pergi! Cepat! Kami tidak punya kerabat seperti kamu!â usir Kak Siwi lagi seraya mendorong-dorong tubuh wanita itu.âLepaskan Ibuku jangan kau sentuh Ibuku!â bela anak bujangnya. Wah ternyata punya nyali juga dia. Aku kira dia hanya anak ingusan yang sembunyi di ketiak ibunya ternyata dia jagoan yang berani membela ibunya dari terkaman harimau.âKamu siapa? Nggak usah ikut campur anak kecil! Cepetan sana pergi kalian! Pergi! Rumah ini tidak menerima orang yang tidak kami kenal!â Kak Siwi terus saja mengusir perempuan itu namun perempuan itu sama sekali tid
POV Kayla.âDasar pembunuh! Dialah pembunuh bapakku. Dialah pembunuh bapak kami! Dafa pokoknya jeblosin Kayla ke penjara aku. Pokoknya aku enggak mau tahu masukin dia ke penjara!â teriak Kak Siwi. Jari telunjuknya menudingku.Dia menuduhku membunuh bapak terserah saja âtoh aku tidak secara langsung membunuhnya. Aku hanya memberikan informasi akurat dan rahasia besarnya selama ini, jadi kalau bapak meninggal ya, itu sudah takdirnya bukan karena aku yang bunuh. Jadi, untuk apa aku takut aku santai saja menghadapi mereka bahkan kini aku duduk di sebelah emak yang terbaring lemah. Tatapannya penuh kebencian padaku. Ah ... terserah saja. Dibenci emak tidak akan pernah membuatku rugi yang penting dendamku terbalaskan.Sementara Bang Daffa sama sekali tidak menanggapi perkataan Kak Siwi. Begitu pun dengan Bang Romi. Mereka semua justru khusuk mendoakan Bapak.Entahlah kalau setelah acara pemakaman ini mungkin aku akan disidang, tapi ya, seperti yang aku katakan tadi aku sama sekali tidak t
POV Kayla. âWah ... so sweet sekali, tapi sayangnya itu basi dan sepertinya Mak sekarang nggak suka tuh sama kamu! Dari tatapannya Emak saja terlihat sangat marah. Andai Mak bisa ngomong pasti Emak sudah ngusir kamu dari sini, Kay!â kata Kak Siwi lagi. âKalau emang Emak nggak suka padaku baru-baru ini ya, telat dong! Karena aku sudah nggak suka sama emak sejak dahulu,â jawabku. Kak Siwi bengong.âDasar nggak waras! LAWANG!â umpat Kak Siwi.âKok, orang gila ngatain gila, sih!â kataku lagi.âDiam kamu, Kay! Kamu ngatain aku gila lagi akan kubuat kamu mampus gak bisa ngomong selamanya mulutmu itu!ââEnggak takut! Lakuin aja kalau bisa,â jawabku dengan senyuman sinis.Kulirik emak. Lagi-lagi emak hanya menggeleng saja. Jangankan basmi Kak Siwi, emak yang selama ini baik padaku pun bisa aku bikin diam alias stroke.âMak ... Mak kenapa seperti ketakutan gitu, sih? Padahal kan, aku sayang sama Emak dan juga Mak sayang sama aku. Tenang aja ya, aku bakal kasih sesuatu sama emak, tapi aku
POV Kayla. âHalo ... selamat pagi! Emak apa kabar? Eh ... ada Kak Siwi,â sapaku saat aku buka pintu lalu menghampiri emak.âEh ... perempuan kurang ajar mau apa kamu ke sini, hah! Kamu mau merayu emakku lagi biar kamu dapat tanah warisan atau kebun gitu, ya! Enggak cukup kamu ngambil rumah itu dari kami?â kata Kak Siwi. Dia menarik jilbabku sampai hampir terlepas bahkan jarumnya pun menusuk kulitku.âApa-apaan sih, Kak! Ngeselin banget lepas nggak!â protesku.âAku enggak akan lepas sampai kamu minta maaf sama aku dan kamu balikin rumah itu ke Emak lagi!â jawabnya.âOh ... iya? Yakin?â jawabku seraya kusikut perut Kak siwi kuat sekali.âAww sakit! Setan kamu, ya, Kayla!â jerit Ka Siwi. Dia memegangi perutnya sambil berjongkok.âDuh, maaf ya, Kak. Sengaja! Ha ha!â ucapku.âEmph! Emph!â Emak bersuara. Aku yakin dia sangat kesal padaku dan hendak mengumpatku, tapi karena Mak sudah kena stroke jadinya emak tidak bisa menyampaikan unek-uneknya.âKenapa, Mak? Mau ngomong apa? Kasihan b
POV Kayla. âOo ...ternyata pelakor! Orang elit dan berpendidikan tinggi pun bisa ya, jadi pelakor!ââDokter kok, pelakor! Cantik-cantik sukanya sama suami orang. Padahal dapat bujangan juga bisa!ââNamanya juga cinta tahi kucing pun rasa coklat!ââAmit-amit naâuzubillahminzalik dunia udah mau kiamat sampai-sampai pada rebutan suami.ââSekarang banyak perempuan muka badak, muka tembok! Enggak bisa berkaca diri terbawa hawa nafsu!ââIya, sudah gitu nyalahin istri sah lagi! Iih ... enggak malu banget!ââPelakor mana pada punya urat malu. Urat malunya udah putus!ââIya, betul! Menjijikan sekali lebih najis daripada kotoran hewan!ââIya, ngeri ya ... padahal karir mereka bagus loh, dokter! Ternyata enggak menjamin!ââJangan cuma nyalahin pelakornya, tapi lakinya juga. Mereka itu kan, sama-sama mau. Sama-sama gatal, sama-sama nggak punya kehormatan!ââPendidikan tinggi enggak menjamin orangnya pun bermoral tinggi!ââMakanya itu harus belajar adab juga.ââDokter Dafa bingung kali milih sal
POV Kayla. âKurang ajar kamu, ya, Kayla!â Risa tidak terima mendengar ucapanku. Dia menyerangku, tapi aku buru-buru melepaskan sepatuku lalu kupukulkan ke bahunya! Bugh! Bugh!Tepat sasaran. Risa mengaduh kesakitan. Dia bermaksud menarik jilbabku, tapi aku sudah lebih dulu menjambak rambutnya.âAww! Sakit-sakit! Lepaskan!â teriak Risa sampai suster yang kebetulan melintas berlarian untuk melerai kami.âMbak, lepas, Mbak! Kasihan Dokter Risa. Udah lepas! Mbak, tidak tahu dia siapa?! Tolong lepas!â seru para suster.âRasain kamu! Mampus kamu, Risa! Sekali lagi kamu bikin masalah sama aku bukan hanya rambutmu yang aku jambak, tapi kepalamu aku lepaskan dari tubuhmu! Memang kamu kira aku takut sama kamu? Rasain ini dokter gila,â makiku pada Risa.âKamu itu yang gila buktinya kamu yang menyerangku!â Risa masih saja playing victim.âOoh ... gitu! Ini gimana? Sakit tidak!â kutarik bulu mata palsu Risa biar dia tahu rasa.âAww saaaaakkkiit mataku! Bulu mataku! Dasar kamu gila Kayla!â teri
POV Kayla. âKayla, tolong panggil suster untuk membantuku!â pinta Bang Daffa.âMales, iiih! Abang panggilan aja sendiri itu kan, ada tombol di atas kepala Bapak. Tinggal pencet aja sih, kenapa pakai nyuruh-nyuruh aku segala!â tolakku sinis.âAstaghfirullahaladzim ... Kayla ini darurat ya, Allah!â pekik Bang Dafa. Dia terlihat bingung dengan sikapku lalu tanpa pikir panjang dia memencet bel yang ada di atas kepala bapak berkali-kali.âNah ... gitu bisa kan, pencet bel sendiri! Kenapa pakai nyuruh-nyuruh aku segala?!â seruku.âKayla, cepat bantu sini! Tolong ini!â pinta Bang Dafa lagi tanpa menoleh ke arahku. Dia memang terlihat sibuk sekali.âApaan sih, Bang, males lah! Aku mau keluar. Aku malas bertemu Abang. Orang Bapak 'tuh cuma kejang biasa itu kena ayan. Udah deh, enggak usah terlalu lebai,â jawabku lagi. Gegas aku keluar. Di pintu aku berpapasan dengan perawat yang terburu-buru masuk ke ruangan ini.âDasar monster! Aku pastikan kamu segera akan punah dari muka bumi ini. Monste
POV Kayla. âPak, hei jangan mati dulu!â seruku seraya kutepuk-tepuk pipinya lebih tepatnya aku tampar.âPaaakk!â Kali ini kutekan lengan kanan bapak yang terpasang selang infus. Jika Bapak tidak sedang dalam keadaan kejang pasti dia akan berteriak kesakitan, tapi aku yakin sih, dia pun merasakan sakit. Ah ... sungguh ini merupakan kenikmatan hakiki yang aku nanti-nanti selama ini.âPak, ada satu rahasia lagi yang harus Bapak tahu dan ini tentu sangat mengejutkan. Tahukah Bapak, bahwa istri tercinta bapak itu adalah penebar fitnah. Bapak tidak tahu kan, kalau ternyata istri Bapak sejak muda dulu sudah berselingkuh dengan asisten pribadi Bapak? Karena aksinya terpergok oleh orang tuaku, Emak lalu memfitnah mereka dan terjadilah tragedi besar pembunuhan yang Bapak dalangi. Bagaimana Pak, apakah informasi ini mengejutkan Bapak?âKulirik jam di pergelangan tanganku dan sepertinya sudah lebih dari 10 menit bapak kejang. Hebat sekali dia tidak meregang nyawa. Apa dia seperti kucing yang p