Beranda / Romansa / VERDINDA / APA BALIKAN?

Share

APA BALIKAN?

Penulis: nadhifahr5
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-10 20:17:21

Sekarang di SMA Putra Bangsa, Dinda dan temannya berada di sebuah taman, seperti biasa mereka mencari hawa sejuk dan semilirnya angin pagi. Mereka hanya akan ke sini jika ada waktu luang. Mengingat, taman ini jauh dari kelasnya, butuh beberapa puluh langkah untuk sampai di sini.

Tempat ini memang cocok untuk sekadar mengisi waktu luang dengan melakukan beberapa aktivitas seperti membaca novel, buku pelajaran, mengerjakan tugas, berpacaran atau bahkan berfoto ria dengan spot khas SMA ini.

Kini terlihat pria dengan perawakan tinggi dan dua lesung pipi yang ia tampakkan. Dinda mengernyit ketika melihat pria itu berjalan menuju tempat duduk mereka.

"Hai Din," sapanya ramah, "gue boleh gabung nggak?" tanyanya ketika sudah berada di depan Dinda dengan sedikit menundukkan kepalanya.

Dia adalah Shandy Pradanta, masa lalu Dinda yang dulu sempat berpacaran kurang lebih dua tahun sejak kelas 10. Namun sekarang? Tidak. Namanya juga masa lalu kan?

"Cuma sapa Di

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • VERDINDA   UTARAKAN SAJA

    Ponsel Verdi berbunyi nyaring, menandakan ia mendapatkan pesan dari seseorang. Ia segera membuka aplikasi chat itu lalu mendapati beberapa pesan dari seseorang. Yang pertama kali ia buka adalah...DindaOiiVerdian?DindaCek aja Ver, kirain ilangVerdianJangan kangen kalau kangen nanti kita pacaranDinda terkekeh setelah membaca jawaban dari Verdi, tanpa ingin membalasnya ia langsung menutup room chat dengannya.Berhari dan berminggu mereka mengenal, semakin akrab kedekatan mereka rupanya. Benang yang semula putus kini sudah terhubung kembali, daun yang berserakan kiri dapat ditampu oleh tempat yang sangat nyaman. Kebahagiaan perlahan kembali terbuka di kehidupan Verdi.Verdi segera meninggalkan kafe dan beranjak melajukan motornya untuk menjemput Vanya. Tak perlu memakan waktu sepuluh menit, ia sudah sampai di sana dengan Vanya yang menunggui di depan gerbang sekolah."Kenapa lama, Kak?" tanya Vanya ya

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-10
  • VERDINDA   Guess His Feelings

    Dinda tak henti-hentinya membaca kalimat itu, hingga ia mengscreenshot pesan dari Verdi. Menurutnya itu sangat penting, menjadi sebuah kenangan saat mereka berpisah kelak. Untuk sekadar tak saling menyapa dalam waktu yang sangat lama.Dan tak lupa ia juga membalasnya dengan kalimat yang tak kalah panjang darinya.Ia sebenarnya bingung, harus menjawab apa. Butuh waktu lama untuk merangkai kata-kata meskipun tak ada unsur mengesankan. Semoga ia tak salah jalan!DindaMaaf tuan, anda berbicara tidak sopan dengan saya. Jangan pernah anda bilang rindu kepada saya karena itu melanggar peraturan diri saya, peraturan yang mana pesan anda sekarang dapat menghantui pikiran saya.Dinda kembali membaca pesan yang akan ia kirimkan, entah hal bodoh apa yang sedang mereka diskusikan. Setan apa yang merasuki pikiran Dinda kali ini, hingga ia merangkai kata bodoh seperti itu.Dan terima kasih tuan, anda sudah membuat saya terbang hari ini dengan kata-kat

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-27
  • VERDINDA   AJAKAN PERTAMA

    Kini Verdi, Otong, Risky, Alex, Galih dan Regal sudah berada di sebuah kafe. Tepat di kafe blacksweat mereka berkumpul, menikmati nuasa yang memberi kesan tenang dengan secangkir coffe hangat.Sayangnya kebersamaan mereka kini tidak lengkap. Rendra, Paul, dan Radit sedang ada acara mendadak di sekolahnya. Mengingat sekolah mereka juga berbeda, mereka di SMA Putra Bangsa jadi tidak begitu tahu agenda mendadak dari kebanyakan anggota mereka di SMA Padma Widjaya."Eh gue denger dari Rendra, katanya Dinda mewakili cerdas cermat dari SMA PB, sekolah kita siapa ya?" tanya Regal akan hal itu."Dinda siapa sih?" tanya Galih penasaran."Lo nggak tau? Kemana aja lo Gal selama ini." ucap Otong."Dia sibuk kerja woi, maklumin lah." bela Alex pada Galih."Kerja, kerja, nggak ngasih gaji ke kita sama saja." celetuk Regal tertawa."Apa sih Gal, duit gue nggak sebanyak duit kalian. Sibuk menata masa depan nih." celetuk Galih yang tak pernah ikutan ga

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-27
  • VERDINDA   LISTRIK DAN BENDERA

    Verdi kini sedang belajar bersama Dinda setelah pulang sekolah. Mereka berdua kini berada di taman belakang rumah Verdi. Rumah ini terlalu sepi untuk mereka huni berdua. Papa, Mama, dan Vanya? Mereka masih sibuk dengan urusan mereka masing-masing.Dinda menanyakan beberapa masalah yang kian menyelinap di pikirannya. Masalah yang akan bisa dipecahkan jika mereka berpikir keras.Pelajaran yang dibahas kali ini bukanlah persoalan Matematika atau pun Biologi, namun Fisika yang aslinya mudah namun harus teliti jika mencari jawaban yang sesungguhnya."Bukannya jawaban 250 N ya, Ver? Kok lo jawabnya 280 N sih?" tanya Dinda bingung. Ia kembali menggaruk rambutnya yang tidak gatal dan memasang muka tak karuan. Sesekali ia menatap Verdi, begitupun sebaliknya."Apa iya?"Verdi langsung meneliti kembali soal yang mereka bingungkan dan ternyata benar, Verdi memang tidak salah ambil rumus. Benar kok.Verdi lalu mengambil buku milik Dinda dan menelitinya s

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-27
  • VERDINDA   DUA HATI MERINDU

    Dinda kini sudah berada di ruang makan bersiap untuk makan malam bersama keluarganya. Suasana yang terlukis sangatlah nyaman. Kehangatan ada pada keluarga kecil mereka."Katanya lo ikutan olympiade?" tanya Andre mengawali perbincangan. Ia baru saja duduk dan membuat mereka segera mengawali makan malam ini."Iya, emang." jawab Dinda santai sambil mengambil nasi ke piringnya."Lo udah fokus belajar, kan?" Andre semakin gencar mencari topik lainnya, padahal disela makan malam bersama keluarga. Tentu perkataan itu mendapat tatapan dari keluarganya.Adab yang baik saat makan sebenarnya tidak boleh berbicara, bisa membahayakan karena tersedak. Dan sudah berulang kali Pak Arif dan Bu Sella memberitahu keduanya, namun tetap saja mereka masih menghiraukan."Menurut lo?""Udah sih, dikit." jawab Andre santai namun mengerdikkan bahu."Nah itu tahu, tumben nanya

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-20
  • VERDINDA   KECELAKAAN

    Bel pulang sekolah sudah berbunyi lima belas menit yang lalu. Kini Verdi sudah berada di ruang guru. Tak heran ia mendapat beberapa tatapan dari guru yang sedang terduduk di ruangan ini."Verdi jadi ikut olymp?""Iya, Bu. Bu Mona yang nyuruh." senyum Verdi seketika."Semangat ya, Ibu tinggal dulu, Ver." kata Bu Nikma guru Natematika yang sudah hamil empat bulan.Bu Mona datang dengan lembaran-lembaran kertas putih di tangannya. Mungkin soal yang harus ia pelajari."Gimana Ver, apa ada yang belum kamu pahami?" tanya Bu Mona duduk sambil mengecek jawaban dari Verdi, Verdi yang semula duduk santai kembali menegakkan tubuhnya lagi."Insyaallah, udah semua." jawab Verdi enteng sambil menatap jawaban yang sedang diperiksanya itu.*Pengen deh punya otak encer kayak Verdi."Beneran kamu? Kalau memang iya, sekarang Ibu kasih kamu sep

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-20
  • VERDINDA   PERHATIANNYA MANTAN

    "Kamu sakit? Kok dari tadi Mama perhatiin kamu kayak lagi ngalamun gitu, ada apa?" Bu Rere menanyakan ulang pertanyaannya tadi.Verdi masih bungkam dengan tatapan kosong menatap makanannya. Tak ada yang bisa ia lakukan dan tak mungkin dia hanyut dalam pemikirannya sendiri tanpa membicarakan sejujurnya pada mereka."Enggak, Verdi cuma kepikiran sama Dinda." ucap Verdi polos yang masih menatap kosong makanan di depannya.Verdi sudah berani terbuka dengan perasaannya, mengingat taruhan yang ia dan Papa lakukan beberapa hari kemarin. Hal itu pasti membuat orang tuanya semakin bangga dan berharap lebih pada Verdi."Emang Dinda kenapa, Ver?" Pak Rahmat yang sudah selesai makan pun langsung menanyakan hal itu kepada Verdi. "ada masalah sama kamu?"Ia menggeleng, "Dinda kecelakaan." lanjut Verdi dengan berat hati."Kok bisa? Dia dirawat dimana?" tanya Bu Rere dengan nada yan

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-20
  • VERDINDA   PORSI OTAK

    Malam ini adalah malam terakhir Verdi untuk menyiapkan semua bahan olympiade. Ia sangat tenang, tak ada kepanikan yang ia perlihatkan. Namun sejenak, ia kembali teringat dengan Dindanya yang tidak bisa mengikuti acara itu besok pagi."Andai besok lo jadi ikut, pasti gue akan tambah semangat buat nandingin lo." sesal Verdi sambil menatap langit yang cukup cerah, bulan bertengger jauh di langit atas."Gue bakal buktiin janji gue sama lo, Din."Terdengar ketukan pintu beberapa kali, Verdi pun akhirnya menatap pintu coklat itu beberapa saat, tak lama pintu terbuka menampilkan sosok Vanya yang lebih pendek darinya."Kak Ver, nanti mama sama papa mau jenguk kak Dinda, lo mau ikut nggak?" tanya Vanya menatap Verdi dengan penuh tanda tanya."Nggak, gue titip salam aja buat mereka, gue mau belajar." Vanya hanya mengangguk lalu pergi meninggalkan Verdi sendirian di balkon kamarnya.

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-30

Bab terbaru

  • VERDINDA   INSIDEN MALAM

    "Loh, Din, kamu belum pulang?" tanya Bu Rere yang barusaja keluar dari dalam ruangan itu. Menunggu Verdi yang sampai sekarang masih belum membuka matanya."Belum Ma, Dinda mau nungguin Verdi sampai dia sadar." balasnya, membuat Bu Rere semakin sesak. Ia tersenyum palsu ke gadis yang benar-benar menyayangi anaknya itu."Tidak usah, biar Mama sama Om yang tungguin Verdi. Kamu pulang saja, sudah malam. Keluarga kamu pasti nyariin kamu." elak Bu Rere menyadari bahwa hari sudah begitu gelap.Oh iya—bener, gue lupa belum kabarin mereka. Gumamnya lalu tersenyum kecil."Ya sudah Ma, Dinda pulang dulu ya, besok Dinda kesini lagi. Kalau Verdi sudah sadar, salam buat dia ya, Ma, bilangin kalau Dinda kangen berat sama Verdi." canda Dinda tersenyum lebar.Luka yang ada dalam diri Dinda kini perlahan menghilang. Berawal dari senyuman kecil, hingga celotehan dapat ke

  • VERDINDA   JANJI TERAKHIR

    Pak Rahmat, Vanya, dan Dinda pun berdiri, setelah melihat Bu Rere berjalan mendekat ke arah mereka, cara berjalannya terlihat seperti orang penuh ketidakpastian. Ada apa?"Gimana, Ma? Dokter bilang apa tentang keadaan Verdi?" tanya pak Rahmat penuh kecemasan. Ia pun sudah berada disini sejak Bu Rere pergi meninggalkan Dinda dan Vanya. Hanya selang beberapa menit saja setelah kepergiannya."Iya Ma, gimana, kak Verdi nggak parah kan?" tambah Vanya dengan raut yang melemah. Membuat mereka kembali larut dalam kesedihan."Tidak. Kak Verdi akan baik-baik aja." kata Bu Rere seolah memperlihatkan ketegarannya. Ia tak kuasa untuk membahas perihal kondisi anaknya kali ini. Dalam hati Bu Rere, ia terus meminta pada Tuhan agar puteranya segera sadar dan dapat melihat dunianya lagi."Pa, kita cari makan dulu yuk. Mama tadi belum makan, makanya sekarang agak pusing." lanjutnya menatap Pak Rahmat seaka

  • VERDINDA   JANGAN PERGI VER

    Verdi terus bersenandung ringan, menyanyikan lagu asal-asalan dibarengi setelan musik supaya tidak terjadi keheningan. Lagu itu spesial, lagu yang pernah ia nyanyikan ke Dindanya. Dulu.Mengingat nama Dinda, Verdi terus-terusan tersenyum. Apalagi terbayang senyuman Dinda yang mengulas ketulusan.Gue janji akan selalu ada di samping lo. Batin Verdi setelahnya.Namun, sebuah nama kembali mendarat di pikiran Verdi, hingga membuatnya berhenti melanjutkan lagu yang masih dalam tahap reff tersebut. Lagi-lagi nama itu. Mengapa selalu muncul disaat yang tidak pas? Mengapa? Verdi mengeram, meluapkan kekesalan.Apa ia harus memberitahu Anggun tentang masalah ini? Verdi terus-terusan bergelut dengan pikirannya sendiri. Mencari jalan terbaik untuk dirinya, Dinda, dan sahabatnya."Anggun harus tau tentang Danis." putusnya setelah berpikir dua kali, lalu ia mencari ponsel

  • VERDINDA   PESAN TERAKHIR

    "Ver, kamu nggak marah kan sama aku?" tanya Dinda terus-menerus, mengulang setiap pertanyaan tanpa ada jawaban yang berbeda dari mulut Verdi.Tidak. Itu dan itu secara berulang."Enggak, Din, ngapain aku marah sama kamu kalau nggak ada hal yang jelas terlihat?" Verdi membalasnya dengan kerutan dahi serta tatapan yang berubah hangat.Jelas-jelas Verdi tidak menunjukkan ekspresi marah sedikitpun, hanya saja wajah yang sekarang nampak sedikit pucat pasi. Dinda memang tak menyadari karena wajah Verdi yang tertutup warna seperti putih salju."Ya karena aku tadi ninggalin kamu sendirian di sana."Pria itu membuang nafas kasar. "Udah berapa kali aku bilang, hm? Aku nggak marah sama sekali sama kamu, jadi stop tanya seperti itu. Paham?" ujar Verdi semakin kesal, menatap wajah gadisnya yang terus merasa khawatir."Tapi kan aku khawatir sama

  • VERDINDA   PESTA PERTEMUAN

    Semua penjuru berbalut kain dekorasi mewah nan indah, meskipun acara berlangsung di luar ruangan. Beberapa furniture menghiasi pesta pernikahan kali ini.Dinda dan Verdi pun mengambil duduk di bagian barisan belakang, dimana tepat berada di dekat keluarga pengantin yang berpakaian serba seragam. Mereka menikmati segala bentuk persembahan dan hiburan yang ada di pesta ini. Simple namun terkesan elegan.Mata Dinda tak henti-henti menatap Verdi dengan tatapan kagum, kagum akan ciptaan Tuhan yang hampir mendekati kata sempurna baginya.Ia juga menyadari bahwa kali ini ia bisa bersama pacarnya di acara pernikahan temannya. Untuk yang pertama. Bibirnya tertarik, mengulas senyum."Iya, aku emang ganteng." ucapan itu berhasil membuat Dinda mengalihkan pandangan, pipinya memanas. Ia tertangkap basah oleh pacarnya.Gadis itu akhirnya melempar pandangan

  • VERDINDA   MALU TAPI MAU

    "Pagi om." sapa Verdi saat sudah dipersilahkan duduk oleh Bu Sella, ia menyapa Pak Arif yang berjalan mendekatinya. Pria paruh baya itu tersenyum menyapanya balik."Pagi."Sinar mentari berwarna orange sudah masuk melalui celah gorden yang menutupi sedikit jendela rumah Pak Arif, beberapa bagian rumah itu sedikit terkena cerahnya cahaya Ilahi yang sangat indah. Nampaknya cuaca sangat bersahabat pagi ini."Dinda baru sarapan itu." kata Pak Arif sambil memerlihatkan gigi yang sudah hilang satu bagian depannya. Senyum itu masih terlihat seperti kawanan anak muda."Kamu udah sarapan belum? Kalau belum gabung aja sama Dinda disana, Ver." lanjutnya seraya menunjuk arah dapur. Sedikit terlihat baju yang dikenakan puterinya disana. Verdi menggeleng cepat. Tak lama serentetan gigi itu terlihat."Iya, gabung aja sama Dinda. Kalau dia makan sendiri, pasti makannya lelet k

  • VERDINDA   SMA VS COGAN

    Dinginnya malam kembali menyelimuti, suasana hujan atau tidak tetap saja membuat malam gadis itu terasa dingin dan sepi.Dinda hanya mengisi waktu dengan menonton TV, memandang jendela kamar yang sedikit terbuka—membuat sepoi angin menyentuh permukaan wajahnya—ia beranjak menutupnya dengan sedikit mata menyipit, berusaha menutup wajah dengan satu tangan supaya angin tidak menerpanya.Telinga itu kini mendengar sebuah notifikasi pesan masuk di ponselnya, sesuatu yang menggugah hati Dinda untuk memandang ponsel tersebut. Hanya memandang awalnya, lalu berniat membukanya setelah beranjak menutup jendela.Meyza: Guys, gue lupa, gue mau ngasih tau kalian. Kakak gue Ammar, besok mau nikah, kalian dateng ya... Spesial undangan dari gue.Meyza mengirimkan pesan lumayan singkat ke grup pribadinya, grup yang berisikan Dinda, Zura, Yustin, Riska, dan Chae.

  • VERDINDA   SAINGAN TAMPAN

    Awan hitam sudah tidak betah berlama-lama, kini menampakkan kembali sederet awan cerah namun masih terdapat celah warna kelabu. Matahari sedikit nampak dari balik kelamnya awan, hujan sudah reda. Verdi berkesempatan untuk bergegas pergi dari sini.Bagaimana mereka bisa pulang dengan kondisi basah kuyup seperti ini?"Tunggu disini." kata Verdi kemudian melangkah pergi meninggalkan Dinda sendiri."Kamu mau kemana?""Bentar." balasnya membuat Dinda menurut pasrah, ia menunggu Verdi di tengah pepohonan yang cukup tinggi. Sendiri. Tubuh kecil itu sedikit menggigil kedinginan. Ia memutuskan untuk memeluk tubuhnya sendiri dan sesekali menggosokkan kedua telapak tangannya.Ia memandang kendaraan yang berlalu lalang di depannya, tubuhnya kadang terkena cipratan air hujan yang tergenang di sebuah lekukan karena mobil atau kendaraan lain. Gembel!"Ver

  • VERDINDA   HUJAN DAN CLARA

    "Yah, mendung, Ver.""Kita pulang aja." ucap Verdi menyudahi pertemuan di kafe tersebut, setelah melihat awan hitam menggumpal di atas sana.Dinda pun mengangguk. "Ayo, keburu hujan." balasnya menyetujui, membuat mereka berjalan keluar dari kafe itu, beriringan."Hujannya nggak ingat moment ya." celoteh Dinda disela jalannya."Kenapa?""Kan kita baru berduaan, kenapa sekarang malah hujan terus? Apa nggak ngerestui kita berdua?" katanya lalu memekik. "Ver, hujannya deres!!!" lanjutnya berlari bersama Verdi menuju parkiran mobil.Seketika hujan mengguyur lebih deras dari esok tadi. Untung saja mereka sudah sampai di dalam mobil, meskipun harus berlarian kecil dan terkena terpaan angin yang membawa derasnya hujan. Sedikit membasahi baju mereka sih!"Untung udah sampai." lega Dinda."Kamu kalau

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status