Sandra berjalan cepat menuju lemari pajangan di mana terdapat berbagai koleksi benda-benda favoritnya. Dari guci emas hingga aksesoris berbagai bentuk. Kotak mas yang dicari berada di bagian belakang, tertutup oleh koleksi lain.Wanita cantik tersebut mengambil kotak lalu menyerahkan ke tangan Vino beserta kunci. Pria bermata abu-abu tersebut segera memasukkan ujung kunci ke lubang di kotak. Ajaib! Begitu kotak terbuka, sebuah cahaya terang keluar dari kotak. Pasangan ini terserap masuk kotak.Secara mengejutkan, pasangan ini telah berada dalam sebuah alam terbuka. Sandra merasa asing secara nalar, tetapi naluri mengatakan bahwa ia pernah berada di sini. Namun, beda jauh dengan yang dialami oleh Vino. Pria berwajah pucat ini bahkan sudah hapal setiap sudut tersembunyi sekali pun.“Kita ada di mana, Bang?”tanya Sandra sambil mengedarkan pandangan.“Abang pernah kemari saat kelahiran kedua. Hanya beberapa saat saja, tapi semuanya melekat jelas di otak. Ayo ikut!”Vino segera menarik tan
“Aach, Sayang! Kini kurela jika kau jadikan sepertimu,” ucap Sandra di antara aktivitas keduanya.“Sudah hampir terjadi, Sayang. Saat kau rasakan sensasi hangat di perutmu. Itu berarti kau telah jadi pembawa benih kedua dunia,” ucap Vino yang semakin bersemangat.Sandra seketika kaget tiba-tiba tubuh Vino telah hangus terbakar setelah mereka selesai beraktivitas intim. Lebih mengagetkan lagi, posisi mereka di dalam kamar dan bukan di alam bebas yang ia rasakan barusan. Sandra mengedarkan pandangan ke sekeliling. Kamar ini seperti tak asing baginya. Dia lalu segera teringat bahwa ini adalah kamar Vino. Sandra kembali dibuat syok saat melihat yang melekat di tubuh. Wanita berambut lebat ini telah memakai sebuah gaun warna putih berhias permata swarovski. Namun, rasa kehilangan menderanya kembali. Sandra teringat tubuh Vino yang hangus terbakar dan dirinya tanpa mampu mencegahnya. Dia teringat akan kata-kata Vino sesaat kekasihnya lenyap. Jemari lentik Sandra segera memegang permukaan
“Maaf, saya mau ke toilet dulu.”Alice tak menunggu balasan dari yang lain karena sudah tak bisa menahan kesedihan lebih lama. Sementara itu, Sandra merasa heran dengan perilaku Alice yang aneh.“Ibu salut dengan kamu, Nak. Yang sabar dan kuat, ya,” ucap wanita pendamping dengan kedua mata berkaca-kaca.Raut kesedihan juga tampak dari wajah pria pendamping. Sandra semakin terkejut dengan reaksi pasangan di sampingnya.Ada apa dengan mereka? Apa hubungannya denganku?Sandra celingukan mencari Alice. Dia sendirian dengan diantar pasangan paruh baya ke altar. Alice belum muncul juga. Dia hanya mengenal keluarga Gustav. Akan tetapi, jangankan pasangan suami istri Gustav yang mendampinginya. Namun, Alice yang sedari awal menemani pun, kini tak ada balik.Langkah kaki Sandra dituntun oleh pasangan paruh baya mendekat ke arah seseorang berjubah hitam dengan kedua mata merah dengan pupil keemasan. Sandra mengedarkan pandangan. Di antara para hadirin tak ada seorang pun yang ia kenal.“Bolehka
Oh, my God! Apakah waktu dan momen hidupku sempat terhapus? Batin Sandra mengamati gesture ketiga orang terdekatnya.Mereka tampak fasih melantunkannya. Tak ada rasa canggung. Mereka layaknya yang lain dengan serentak mengangkat kedua lengan ke atas. Bunyi klarinet semakin melengking bersamaan dengan pusaran angin yang semakin kencang menerpa tubuh semua yang hadir.Kini, Tuan Ferdinan mengangkat tongkat hitam berkepala ukiran kelopak daun lotus berlapis emas. Kemudian terdengar suara Tuan Ferdian mengucapkan sebuah mantra yang membuat bulu kuduk.Mantra ngahusir aingHaleungheum hamo kajeueungJa hala, hayu leumpangna pagédéng-gédéngKénana getih suda pancaayajnya ngajangkepkeun palainaSelesai melantunkan kidung berisi mantra, Tuan Ferdian mengambil sebuah bokor berlapis emas di atas altar. Beberapa saat, kedua bibir pria bermata hitam pekat tersebut komat-kamit. Tak berapa lama kemudian, bola mata Tuan Ferdinan berubah merah membara. Dari mulut pria ini mengeluarkan suara lengki
Insiden yang sekarang dialaminya adalah proses yang harus dijalani oleh Sandra karena pilihan sendiri. Hal yang sama juga terjadi dengan keluarga Gustav. Namun mereka rela hati menjalani karena hal tersebut karena telah menjadi pilihan Vino. Meski berat, harus terpisah beberapa waktu.“Saya harap calon mempelai wanita beserta para keluarga kedua mempelai dan juga para hadiri untuk tenang. Prosesi pernikahan sekaligus penobatan Nona Sandra sebagai Tuan Putri akan segera dimulai.”Ucapan Tuan Ferdinan bergema sampai ke luar ruangan. Semua orang telah bersiap untuk menjalani rangkaian prosesi. Sandra kembali tersentak dengan penjelasan pimpinan tertinggi bangsa vampir barusan.“Keluarga kedua mempelai? Berarti dugaanku benar. Yang berjubah merah barusan itu Kak Alice. Kenapa calon suamiku? Dia bersembunyi di bakor. Ada apa?” tanya Sandra lirih ke Ny. Anggara.Wanita yang ditanya barusan lalu menggenggam jemari tangan Sandra lebih erat.“Sayang, kamu ikuti prosesi sampai selesai. Nanti ak
“Pa, jaga kesehatan!”Tuan Anggara menghentikan langkah lalu menoleh dan tersenyum. Pria ini ingin lebih lama lagi berbincang dengan putri semata wayangnya. Namun, inti dari prosesi sakral akan segera dimulai. Tuan Anggara melangkahkan kaki kembali.Sementara dari kejauhan, pemain orgel dengan pakaian jubah putih mengamati momen kebersamaan keduanya dengan tersenyum. Wajah sosok pria ini tertutup topeng dengan kepala ditutupi topi jubah. Sehingga sulit mengenali wajahnya.Prosesi pernikahan dimulai. Musik dari orgel mulai mengalun mengiringi nyanyian syahdu dari grup paduan suara. Sandra dengan didampingi oleh Bik Sumi dan wanita pendamping maju mendekat ke altar. Tuan Ferdinan bergumam lirih membaca doa. Suara klarinet kembali ditiup dengan nada panjang melengking dan seketika semua hening.Pemain orgel berdiri lalu berjalan menuju altar dengan membawa dua kitab berkilau. Kedua telapak tangan terbuka untuk menumpu kitab warna emas dan biru. Kini, pria berjubah putih telah menurunkan
“Tuan Ferdinan atau siapa pun penguasa bangsa vampir! Ambillah yang jadi milik kalian! Kembalikan aku ke dunia manusia!”teriak Sandra dengan sisa suara yang telah serak.“Aku kapok! Cukup sudah ini!” jeritnya seraya duduk di rerumputan dengan kepala tertunduk di antara kedua lutut.Tiba-tiba angin dingin berembus kencang menerpa tubuh Sandra. Embusan tersebut menerpa tubuh wanita yang masih bergaun pengantin tersebut, hingga bergeser beberapa meter. Namun, Sandra yang sudah terlanjur pasrah dengan hidup seakan-akan tak terusik sedikit pun dengan kejadian barusan.Bahkan tubuhnya kini tengkurap di atas rerumputan basah seakan-akan enggan bangkit. Sebuah sentuhan lembut menyentuh rambutnya yang terburai acak-acakan. Wanita muda ini membaui aroma wangi khas yang familier di indra penciumanmya.Hmm ... aroma kayu pinus bercampur mint. Tapi, aku gak mau terkecoh. Aku sedang tak baik-baik saja di dunia tipu-tipu ini, batin Sandra dengan rasa kesal yang telah membuncah.Kini sentuhan lembut
Alice yang bingung sekaligus panik segera menutup bakor. Dia kembali mendekat ke arah ranjang lalu memegang jemari tangan Sandra. Betapa gembira hatinya karena bagian tubuh adik iparnya terasa hangat dan urat nadi di pergelangan tangan teraba berdenyut normal. “Sandra, kamu sudah sehat,” bisik Alice ke telinga wanita yang terbaring tersebut. Dia mencium kedua pipi Sandra penuh kasih. Kini kedua pelupuk mata Sandra yang terpejam terlihat bergerak-gerak. Alice tersenyum lebar, meski dalam hati masih panik karena si bayi menghilang.Alice beranjak mencari keberadaan si bayi. Oleh karena kehilangannya, bisa membuat posisi keluarga Gustav terutama Vino terancam. Keadaan Sandra pun bisa jadi bumerang bagi keluarga jika si kecil diketemukan oleh bangsa serigala.Wanita berambut blonde ini menyusuri semua ruangan dalam rumah. Namun, tak ada keberadaan si bayi. Kemudian, Alice beranjak ke luar rumah. Dia mengelilingi taman dan kebun. Tetap saja tak ada hasil. “Mami, bayinya hilang. Gimana i