"Ini, …” kata Sandra sambil mengusap punggung Derick.“Apa?” sahut Derick seraya menatap Sandra yang sudah terengah keenakan saat jari-jarinya menyusup ke lembah kenikmatan milik Sandra.“Jangan berhenti, Sayang!” erang Sandra sambil memelototi Derick dengan mata penuh ancaman. Ia tidak bisa menahan diri untuk mendesah dan menikmati sentuhan Derick yang membuat gairahnya kembali tersulut.Derick terkekeh geli melihat mata Sandra yang memelototinya. “Kau yang memintanya?” tanya Derick ingin memastikan.“Yah, iya! Kumohon jangan berhenti,” sahut Sandra tidak malu-malu mengakuinya. Hasratnya benar-benar membara dan mendesah agar Derick bisa memberikan kenikmatan seperti yang sebelumnya.“Aku tidak akan berhenti sebelum kau terpuaskan,” kata Derick segera menurunkan kain segetiga berenda milik Sandra.Sandra mengerang tidak sabaran saat Derick menurunkannya lalu mulai memanjakannya di bawah sana. Ia menjerit menyerukan kenikmatan yang mendalam saat lidah dan mulut Derick mencumbu milikny
"Sangat!" sahut Sandra dengan jujur. "Ini benar-benar sangat nikmat,"' ungkap Sandra lagi sambil tertawa menikmati sensasi yang begitu dahsyat melandanya sampai akhirnya perlahan mulai turun.“Kau menyukainya, Sayang?” tanya Derick sambil tersenyum senang melihat ekspresi Sandra yang begitu berseri-seri.“Sangat! Ini sangat luar biasa!” jawab Sandra sambil menggelinjang lagi karena Derick telah melancarkan aksinya kembali. Sandra sedang menyelami kenikmatan kedua yang menderanya saat ini. Bagaimana mungkin? tanya Sandra dalam hati.Wanita ini merasa bingung. Bahkan Derick belum menyatukan diri dengannya, dirinya sudah bisa merasakan klimaks yang begitu menggetarkan seluruh jiwanya seperti saat ini. Otak Sandra berpikir keras sambil menatap dan mengelus wajah Derick.Samuel tersenyum nakal lalu tangannya mulai turun dan mengusap-usap puncak bukit kembar Sandra.“Uh, geli!” pekik Sandra dengan bergidik. Sementara dari mulutnya terdengar suara desahan.“Pertama geli memang geli. Nikmati
"Terima kasih, Bro. Masih bisa selamatkan kitab. Tuan Ferdinand mempersiapkan Alex untuk menguasai dunia kita," ucap Derick sambil menyalami Vino."Bukan itu saja. Tuan Ferdinand ingin menguasai dunia manusia dengan cara memperdayaiku. Dia telah bikin ramuan yang akan membuat aku bisa dikendalikan," urai Sandra."Kamu tahu dari mana, Sayang?" tanya Derick dengan ekspresi terkejut. Ekspresi serupa pun jelas terlihat di wajah Vino. Pria ini memandangi wajah Sandra dengan perasaan iba. Sandra tersenyum melihat reaksi kedua pria.Wanita berambut lebat ini dengan tersenyum menjawab," Aku bisa melihat dan mandengar yang tidak bisa kalian lakukan."Baik Derick maupun Vino hanya bisa tersenyum . Ya, memang benar yang diucapkan oleh Sandra. Wanita pemilik darah suci ini telah memiliki kekuatan lebih tinggi dari bangsa siluman manapun. Hanya satu yang tidak bisa dia lakukan, ialah tidak bisa hidup abadi seperti bangsa siluman. Sandra harus mau kehilangan separuh darah suci dalam tubuh untuk men
"Tuan Ferdinan pasti tak menyangka seperti ini," balas Sandra sembari mengusap luka dan seketika menutup sempurna, tak berbekas."Lagian, kenapa enggak kamu hancurkan dari dalam? Darah kamu lebih kuat dari larva, Sayang.""Aku bisa hancurkan dari dalam. Tapi makhluk kecil tadi membawa sinyal dari pelaku. Begitu aku hancurkan, sinyal itu akan menyerang balik para pelaku. Aku masih ingin main-main dengan salah satu pelaku," ungkap Sandra sambil tersenyum.Ekor mata wanita tersebut melihat ada pria berkacamata melihat ke arah mereka. Sandra begitu tahu cara untuk mencari kesenangan. Ia yang kini lebih paham akan sebuah ketulusan sudah memutuskan dengan siapa akan menjalankani hidup dalam keabadian. Wanita ini membuka bekas luka kembali lalu berucap,"Bang, ada beberapa larva masih tersembunyi dalam aliran darahku."Tentu saja, ucapan Sandra seketika membuat panik Derick. "Sini, biar Abang bersihkan."Sandra sengaja membuka akses telepati yang sengaja dipasang Vino untuk menyadap pembicar
"Astaga!"pekik Derick pelan sambil berjalan ke arah Sandra."Haha. Itu pasti fans berat Abang, kan?" Sandra tertawa terkekeh pelan. "Nggak, Bang, aku bercanda.""Ku harap kamu nggak salah paham. Ya, begitulah dunia manusia. Kamu lebih tahu soal itu," balas Derick sekenanya."Jangan sampek lupa sama aku," ucap Sandra sengaja menggoda kekasihnya."Aku enggak akan tergoda wanita mana pun. Aku hanya bisa mencintai dirimu," ucap Derick tanpa ragu.Sandra tersenyum lebar lalu mengarahkan pandangan pada wanita dengan rok di atas lutut. Ia berlari dengan ujung high heels berderit menekan lantai. Dengan wajah cemberut, Sandra mengarahkan ujung dahu ke arah si wanita."Tuh, fans kamu datang lagi, Bang."Derick buru-buru menoleh dan tepat saat si wanita berambut blonde sampai di hadapannya."Aku tunggu sejam lagi di showroom. Tugas hari ini, suruh saja sekretaris kamu yang kerjain. Bisa, kan?"Derick hampir menjawab, tetapi sudah didahului oleh Sandra. "Tentu saja bisa, Nyonya. Silakan saja, kal
Justin Molen tersenyum. "Cocok itu, kejar terus, kalau dia jadi menantu, papa setuju!"Vincent tersenyum penuh kemenangan. Dirinya pun menyadari Sandra pasti mendengar apa yang dikatakan papanya, terlihat dari wajahnya yang memerah saat mendengar ucapan kedua pria beda usia itu.Sandra menatap mereka dengan pandangan bingung. Akhirnya, mereka terpisah di luar lift. Sandra ke arah kanan, sedangkan Vincent dan papanya ke arah kiri. Vincent hendak mengejar Sandra, tetapi dicegah papanya karena meeting akan segera dimulai.Sesampai di ruangan Derick, Sandra menelepon seorang office boy untuk membawakannya secangkir kopi. Tak menunggu waktu lama, pesanan yang diinginkan Sandra datang. Wanita cantik ini perlu kafein untuk membangkitkan memori masa lalu. Siapa saja yang dikenalnya?Sayangnya, Sandra tidak menemukan jawaban yang ia mau. Memori masa lalu telah musnah bersama rasa depresi yang dideritanya dulu. Kini, dirinya hanya bisa mengikat ucapan Vincent di dalam lift yang mengaku sebagai
"Kamu kenapa sih? Marah? Tapi gara-gara apa?" Sandra meraih tangan Derick menggenggam erat lalu mengecupnya.Derick menoleh. "Aku nggak marah," katanya singkat."Ini apa kalo nggak marah? Nyatanya kamu diajak ngobrol dari tadi cuek mulu," cerca Sandra.Derick berdehem, lalu menatap manik mata wanita tercinta. "Abang mau kamu memilih. Biar aku bisa putuskan, akan tetap di dunia kamu atau pergi menjauh ke dunia lain," ucapnya serius."Kamu sengaja cari perhatian pada Vincent?"Sandra seketika tersenyum geli mendengar pertanyaan Derick. Apa karena itu Derick marah?"Lah? Gimana ceritanya, aku cari perhatian? Ketemu saja baru tadi," balasnya tak mau kalah.Derick mengangkat sebelah alisnya. "Kan, Abang duluan yang ngajakin ke kantor! Udah gitu pergi sama cewek lain," imbuh Sandra membuat Derick mendelik."Heh! Dia istri Tuan Justin. Orang penting di perusahaan." Derick memberi alibi yang terdengar ngawur.Sandra terkekeh. "Impas, dong, aku dapat perhatian lebih dari anaknya. Bahkan Tuan J
"Cepat ke lantai dua!" Tak berapa lama dua orang sekuriti menghampiri Derick dan Nyonya Patricia. Keduanya menganggukkan kepala ke arah dua orang berpengaruh di perusahaan.Derick seketika memerintah. "Bawa wanita ini pergi! Jangan boleh naik ke ruanganku lagi!""Tapi, Tuan. Ini Nyonya Patricia," balas salah satu sekuriti. Derick tak menghiraukan apa pun dan langsung masuk dan menutup pintu.Derick mengepalkan tangan lalu menghantam cermin yang ada di pojok ruangan. Ia lantas berteriak meluapkan amarah yang sempat tertahan saat di luar tadi. Jika tidak ingat Nyonya Patricia adalah wanita maka ia sudah menghajarnya. Dering telepon segera menyadarkannya dari emosi barusan. Ia segera teringat dengan Sandra. Derick mengambil ponsel lalu melihat ada pesan masuk dari Tuan Justin Molen. Pria berkulit eksotis tersebut tersenyum sinis.Ia menunjuk pada layar ponsel. "Gua kaga takut semua saham lo tarik. Lo akan gua hancurkan kalo lo terhasut bini sekelas pelacur!"Derick bergegas beranjak dar
Bernard tersenyum mengetahui kekasihnya telah siuman. "Sabar, Sayang. Sesampai tempat kamu, aku akan pasang infus."Lift dalam keadaan sepi. Hanya mereka bertiga sampai pintu terbuka di lantai tempat mama Sandra dengan yang lain menunggu. Carol berjalan mendahului dengan senyum penuh arti. Wajah Bernard basah oleh peluh dan itu telah membasahi pakaian formal yang masih dipakainya.Begitu sampai depan pintu, Carol segera menekan bel. Pintu terbuka dan tampak beberapa wajah yang cemas akan keadaan Sandra. Tentu saja, Bernard kaget dengan semua ini."Bagaimana bisa kalian ada di sini?"tanya pria bermata biru tersebut. "Maaf, Nyonya. Sandra mabuk berat hingga pingsan.""Saya tahu, kamu adalah dokter. Segera obati anak saya!"pinta Ny.Anggara yang langsung berjalan ke arah kamar Sandra. Wanita ini membuka pintunya.Bernard membopong masuk tubuh Sandra. Kemudian merebahkan Sandra di pembaringan. Dia segera memasang infus dan menaruh kantongnya dengan mencantolkan pada sebuah hiasan di dindin
"Besok pagi kami akan ke keluarga kamu. Kami akan persiapkan semua. Kakek dan Nenek sudah ngotot ingin buru-buru menimang cucu," jelas James yang mematik sikap usil Bernard."Wah, kita harus buru-buru nikah biar bisa bikin cucu yang lucu buat Kakek dan Nenek," celetuk Bernad yang menghasilkan sebuah cubitan di punggung tangan. "Aduh, Sayang. Bilang aja mau buruan ada yang temani tidur tiap malam. Saya siap, Nona.""Apaan, sih!" Sandra cemberut padahal dalam hati senangPesta ini memang diadakan untuk memperkenalkan Sandra kepada seluruh anggota keluarga besar Bernard. Sayang Axel dan Jeanne tidak bisa pulang untuk menghadiri pesta. Namun, keduanya sangat antusias saat diajak video call oleh Bernard bersama Sandra.Malam ini Sandra telah minum champagne berlebihan. Wanita ini tidak pernah minum wine apalagi champagne. Ya, sejak diketahui Sandra memiliki darah suci, orang tuanya telah mewanti-wanti padanya untuk tidak memakan maupun meminum hasil olahan fermentasi.Kini, Bernard yang ke
"Coba aku rasakan." Bernard mengambil obat dari plastik lalu mengulum dan mencium bibir Sandra sekaligus menyalurkan obat tersebut. Keempat asisten rumah tangga segera memalingkan wajah karena malu melihat adegan mesra sejoli. "Minumnya." Bernard menyodorkan gelas ke mulut Sandra. Wanita ini segera meminumnya sampai habis."Benar-benar pasangan serasi. Semoga Tuan Muda dan Nona segera menikah," ucap ART senior.Sejoli tersenyum ke arah para ART. Akhirnya mereka mulai bersiap merias Sandra dan Bernard yang sadar diri segera mendekat ke arah Sandra. "Aku tunggu di bawah, Sayang. Jangan lama-lama! Aku gak bisa menaha rindu terlalu lama.""Gombal, ih!" Sandra manyun ke arah Bernard dan langsung dikecup bibirnya. Setelah itu, Bernard langsung kabur.Perilaku pasangan ini membuat keempat ART ikut gemas dibuatnya. Dalam waktu satu jam lebih Sandra dirias oleh keempat wanita kepercayaan. Kini, Sandra tampil begitu memesona apalagi rasa bahagianya telah mengaktifkan molekul-molekul dalam dara
Hatinya yang terluka perlahan dapat obat penawar dari pria asing di sebuah restoran. Sandra tidak akan pernah menyesali itu. Pria ini benar-benar serius ingin mempersuntingnya. Bukan sekadar kata-kata manis yang terucap dari bibir Derick dan bukan pula pernikahan di atas pengkhianatan Vino terhadap Grace."Aku kunci sebentar pintunya, Sayang," bisik Bernard sambil melepas pelukan. Sandra baru tersadar, mereka telah berada di atas ranjang. Cumbuan keduanya telah membuat melayang. Sandra tersenyum memandangi tubuh Bernard yang berjalan ke arah pintu. Pria berbadan atletis yang telah lama didambanya. Pria yang sesuai dengan ekspektasi Sandra. Lebih dari Raditya, Vino maupun si eksotis Derick.Bernard mengunci pintu lalu ia segera menghampiri Sandra. Pria itu memainkan jari jemarinya pada lekuk tubuh Sandra yang menggiurkan."Bens, aku bertanggung jawab atas drama yang terjadi," bisik Sandra yang semakin membuat Bernard semakin bergairah.Sandra berdiri di depan si pria indo ini. Ia mena
Tiba-tiba Sandra dikejutkan oleh kehadiran beberapa wanita bercode dress ala asisten rumah tangga Telenovela. Bernard lalu mendekati Sandra dan berbisik, "Sampai jumpa di pesta dansa, Sayang."Pria berparas blasteran ini mengecup pipi Sandra sekilas lalu pergi entah ke mana. Sandra memegang pipi bekas kecupan Bernard. Kurang ajar, rutuk Sandra dalam hati. Padahal dalam hatinya berbunga-bunga.Sandra diarahkan ke sebuh kamar oleh salah satu ART yang berwajah lebih dewasa dari yang lain. Sepertinya, dia adalah senior dari para ART. Sebuah ruangan yang sangat luas. Ada sebuah pembaringan besar berkasur tebal. Matanya memidai sekeliling ruangan. Seluruh dinding berwarna keemasan dengan kaca jendela lebar yang mampu membingkai langit dengan segala isinya.Lampu gantung besar tepat berada di atas pembaringan. Tak jauh dari pembaringan ada meja rias satu set. Berjarak sekitar satu meter berdiri lemari kayu jati berdampingan dengan etalase baju dan sepatu. Dalam etalase baju terdapat berbagai
"Pak, tolong, dong! Jangan dihukum kayak gini. Please," ucap Sandra mirip anak kecil merengek.“Ya. Ada yang mau saya omongin lebih banyak. Duduk!"“Nanti saya telat masuk.”“Saya bilangin staf promo kalau kamu ada urusan sama saya.”Sandra terpaksa menurut daripada dalam masalah. Wanita berambut lebat ini sadar bahwa Bernard sedang menatapnya dengan sinis.“Kenapa?” tanya Sandra malas. Padahal dalam hatinya ingin sekali mempergunakan kekuatan supranatural. Ia pun teringat akan nasihat mamanya agar berperilaku layaknya manusia. Sandra hanya ingin hidup dengan damai dan itu bisa didapatkan saat dirinya kembali menjadi manusia seutuhnya.“Kamu gak bisa kabur lagi, wanita licik.”***Dari awal pertemuan tidak sengaja mereka, Bernard ikut andil membuat skenario di mana mereka bertemu saat liburan. Hal itu sesuai dengan penjelasan Bernard kepada keluarganya.Sandra kini kembali ke ruang promo dan iklan dengan tubuh yang lemah, letih dan juga lesu. Macam orang kurang gizi. Begitu selesai k
Penjelasan dokter Ariel sampai membuat teman-temannya berbisik. “Nama akhirnya Luciano, kayaknya dia penerus direktur yang sekarang, ya?”“Kayaknya iya deh, masih pemilik rumah sakit ini.”Namun, dari pembicaraan mereka yang Sandra takutkan adalah ... Itu orang yang sama. Begitu Sandra menoleh ke belakang dan melihat kedatangan si Wakil Direktur. Saat itulah Sandra merasa dunianya seketika berputar bagai gangsing.Wanita muda ini buru-buru menoleh ke arah lain, hingga Bernard melewati. Saat pria tersebut memberi kata sambutan, Sandra segera menunduk. Ia berpura-pura membaca proposal yang akan tim lakukan.“Lu biasa bagian apa?"tanya wanita sebelah Sandra.Product placement," balas Sandra singkat."Meliputi apa saja?"tanya yang lain. Sandra merasa terganggu dengan dua orang ini yang terus-menerus tanya berbagai hal. Mereka seperti sengaja menguji kemampuannya.Masa, iya. Sudah kerja tahunan di bidang advertiser, masih tidak ngerti apa itu product placement, omel Sandra dalam hati. Namu
“Jangan kabur lu! Kita harus menikah dan lu harus punya anak agar bisa sembuh dari penyakit langka."“Iih, lepas gak? Gue mau ke kamar mandi. Kebelet."“Tanggung jawab!"“Sinting!"seru Sandra mencoba melepaskan diri. “Lepas, gak?”“Kalau kamu gak mau, kita balik lagi ke dalam dan kamu jelaskan semuanya.”“Iih, tunggu!” Sandra panic ketika Bernard menariknya berjalan. Namun, tenaga pria itu lebih besar, mustahil untuk dilawan. “Iya, iyaaa! Gue tanggung jawab! Izinin dulu gue ke kamar mandi, please! Gue janji akan tanggung jawab," ucap Sandra dengan raut wajah memelas.Tidak sia-sia Sandra untuk mengeluarkan bakat aktingnya. Akhirnya, Bernard menghentikan langkah. “Ada yang perlu gue ingin bicarakan sama lu. Penting! Kita ke apartemen gue.”“Gue mau ke kamar mandi di sini dulu. Gak kuat, pengen pup." Sandra berkata sembari menahan bagian pantat. "Atau lu lebih suka, gue buang kotoran dimari? Oke, fine!"Bernard seketika melepaskan cengkramannya. “Gue ikut sama lu.”“Terserah!" Sandra pu
Satu-satunya yang terpikirkan di kepala Sandra adalah ...."Hhhggg ....” Wanita berambut lebat tersebut memegang dadanya lalu berakting sesak. “Sa-Saya ma-mau ke to-toilet.”“Bernard antar dia! Kayak sesak gitu. Kalo perlu antar ke dokter,” ucap Cecilia khawatir.“Gak papa, Tante. Saya ke kamar mandi dulu ….” Sandra buru-buru berdiri lalu melangkah sambil menunduk tanpa mengetahui kalau ada dua pria sedang menggotong meja.BRUKK! “Aaaah!” Sandra jatuh lalu tiba-tiba pandangan matanya gelap. Wanita ini pun tak sadarkan diri.“Ya ampun, Nak!”pekik Cecelia terkejut.“Bens, buruan bawa ke rumah sakit”perintah James sambil mengulurkan kunci mobil.Dengan berat hati Bernard membopong tubuh Sandra. Tampak ada benjolan di bagian kening wanita berambut lebat tersebut. Wajah cantiknya pucat pasi seperti kapas. Timbul rasa empati dalam hati pria berpredikat es batu ini. Sementara itu, Bernard tidak menyadari bahwa Cecilia mengikuti dengan setengah berlari. Bernard dengan napas tersengal-sengal,