Share

Fly 6

Penulis: BundaAkasyah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"jadi siapa nama kamu?" Polisi bertanya setelah dia meminjam ruang perawatan yang kosong untuk berbicara.

"Quitta."

Kevlar memperhatikan interaksi keduanya dengan seksama. 

"Punya KTP atau kartu identitas lain yang masih berlaku?"

"Ada KTP."

"Coba saya lihat."

"Kamu sudah menghubungi orang tua atau wali kamu?" Lanjut polisi itu, sambil memeriksa dengan seksama kartu identitas Quitta.

"Belum."

"Sudah punya SIM?" 

Quitta mengangguk, dan kembali menunjukkan SIM motor dan mobil miliknya.

"Seharusnya saya katakan ini pada orang tua kamu, tapi karena kamu sudah berusia 18 tahun, berarti sudah dianggap dewasa untuk berdiskusi mengenai masalah ini. Ini murni ketidak sengajaan yang disebabkan oleh kelalaian pengemudi, tapi pemilik mobil sudah bersedia membiayai pengobatan serta mengganti biaya perbaikan motor kamu. Jadi kalau kamu setuju untuk berdamai, masalah ini akan berakhir sampai di sini dan tidak ada yang perlu ke kantor polisi." Jelas polisi itu.

"Aku setuju." Jawab Quitta cepat membuat Kevlar tertegun. Sebagian hatinya tak rela untuk segera menyudahi pertemuan ini.

Sebenarnya luka akibat tabrakan itu tidak sampai membuat Quitta cedera. Hanya lecet di bagian lengan dan memar di lutut. Namun Quitta mulai merasakan ngilu dan pegal di sekujur tubuhnya. Membuatnya ingin segera membaringkan diri.

"Apa perlu saya buatkan perjanjian di atas materai agar lebih meyakinkan?" Ulang Pak Polisi, menatap Quitta dengan seksama, menghindari adanya tuntutan di kemudian hari.

Quitta melirik sesaat pada Kevlar, dan berkata, "Tidak perlu. Aku hanya ingin motornya diantarkan ke alamatku."

Sebuah suara langkah yang cepat bergema di koridor rumah sakit yang lengang.

"Qitt!!" Suara nyaring itu mengalihkan perhatian orang-orang yang ada di sana.

"Kamu ngga apa-apa?" Setengah panik Farah bertanya pada sahabatnya.

"Kamu siapa?" 

"Saya Farah, temannya." Ucapnya dengan nafas tersengal melirik pada Quitta.

"Bagaimana kamu bisa tahu?"

"Saya yang menghubunginya!" Jawab Quitta cepat.

Quitta berbisik pada Farah, dan mengangguk mengiyakan.

"Jika semuanya sudah selesai, saya mau membawa teman saya pulang, dia butuh istirahat." Ucap Farah.

"Baiklah, karena sudah tidak ada masalah lagi, semuanya boleh pulang. Mengenai motor kamu, Saudara Kevlar akan menghubungi bengkel untuk memperbaiki kerusakannya. Nanti kamu bisa berhubungan dengannya untuk mengetahui lebih lanjut mengenai motor kamu."

Quitta kembali bertatapan dengan Farah.

"Apa kerusakannya parah?"

"Kami belum memeriksanya, nanti setelah dibawa ke bengkel kita akan segera tahu seberapa besar kerusakannya." Jelas polisi lagi.

Kevlar yang sejak dalam perjalanan mendadak pendiam, mengangguk mengiyakan. Dia hanya menjawab pertanyaan dengan singkat, dan seperlunya.

"Mana kartu nama Anda?" Pinta Farah pada Kevlar.

"Beri saya nomor ponsel kamu." Ucap Kevlar sigap setelah memberikan kartu namanya.

Setelah menyebutkan sederet angkat yang sudah dihapalnya di luar kepala, Farah memapah Quitta berjalan keluar menuju mobil yang  akan membawa mereka pulang.

"Ayo, Tessa udah nungguin kita di mobil." Ucap Farah, yang diangguki Quitta.

***

"Kok bisa tabrakan sih, gimana ceritanya?" Tanya Farah setelah keduanya berada di dalam mobil.

"Ya gitu deh, ceritanya aku mau nyebrang depan kedai es krim yang biasa kita datangin. Sebenarnya mobilnya masih agak jauh, makanya aku putusin buat nyebrang saat itu juga."

"Terus?"

"Tadi sih yang aku dengar orangnya lagi ngantuk, jadi dia ngga fokus. Padahal aku udah ngasih lampu sein, dan bunyiin klakson juga karena kupikir orangnya ngga lihat. Eh, ternyata beneran ngga lihat."

"Syukur deh kamu ngga luka parah. Udah hubungin mamamu?!"

Quitta menggelengkan kepalanya.

Farah tak bertanya lebih lanjut, karena dia sudah paham tentang situasi yang terjadi.

"Apa aja yang kena Qitt?" Tanya  Tessa, dengan tangan di atas setir dan pandangan lurus ke depan, ikut menyambung.

"Lutut sama siku sebelah, lainnya cuman lecet kecil."

"Emang tadi kamu habis darimana, kok belok di situ?" lanjut Tessa.

"Habis dari mini market samping kedai es krim, ada yang harus aku beli di situ." Jelas Quitta.

"Untung jalanan lagi ngga padat." Ucap Tessa, melirik sebentar ke jok belakang dimana Quitta duduk.

"Iya, aku juga udah mikir bakalan parah tabrakannya, udah pasrah aja sih tadi ... "

"Kayaknya mobil yang nabraknya juga  rusak, kalian liat ngga tadi? Yang warna navy  ... "

"Warna navy? Yang parkir depan  pos Satpam?" Tanya Farah.

"Hu-uh." Jawab Tessa dengan kepala terangguk.

"Tahu darimana?" Tanya Farah ragu.

"Emang itu sih mobilnya." Timpal Quitta.

"Nah! Aku sih tahu  karena tadi orang-orang pada ngobrolin.  Dan aku lihat bodi bagian depannya rusak, tapi ngga parah sih. Cuman tetap aja, buat mobil semahal itu biaya perbaikannya pasti gede juga."

"Udahlah, kelihatannya juga orang kaya, pasti banyak uang!"

Tiba di rumah Quitta, Farah langsung membawanya menuju kamar. Dibaringkannya Quitta yang sudah terlihat lelah dan ditunggunya sahabatnya itu hingga terlelap.

Bunyi notifikasi pesan di ponselnya terdengar saat dia melangkahkan kaki keluar dari kamar. Sebuah pesan dari nomor asing langsung dibaca olehnya.

"Motor kamu penyok bagian samping dan setangnya agak bengkok, lampu depan sebelah kiri pecah dan spion terlepas dua-duanya. Menurut orang bengkel perbaikannya tidak akan memakan waktu lama, besok juga sudah beres. Akan saya pastikan semua kerusakannya diperbaiki. Nanti saya kabari lagi bagaimana perkembangannya." Bunyi pesan itu.

"Baik terima kasih, ditunggu kabar selanjutnya." Balas Farah.

"Dari siapa? Serius amat."  Tanya Tessa, yang baru keluar dari kamar mandi.

"Si penabrak tadi, ngabarin soal motor."

"Apa katanya?"

"Kerusakannya ngga parah, besok juga udah beres."

"Ck, tuh orang untung tanggung jawab, kalau engga udah aku kata-katain dari tadi."

Farah masih berada di rumah itu menunggu hingga Anastasia pulang.  Sementara Tessa pulang lebih dulu karena ibunya menghubunginya untuk segera pulang.

Saat Anastasia tiba dua jam kemudian, Farah segera menceritakan kejadian yang menimpa Quitta.

Anastasia kaget dan segera melihat keadaan Quitta.

"Lukanya ngga parah kok Tante,  tadi  dia sudah mendapatkan perawatan dan dokter mengijinkannya pulang."

"Tante sudah berkali-kali minta dia buat ngga naik motor. Tapi dia  ngga pernah nurut." Ucap Anastasia, membiarkan Quitta  untuk beristirahat.

Sekeluarnya dari kamar Quitta, Anastasia tampak tertekan. Farah yakin meski hubungan mereka tidak harmonis, namun   ikatan antara Ibu Dan anak tidak akan berubah.

"Quitta cuman ngga mau merepotkan Tante. Seenggaknya dengan mengendarai motor dia bisa pergi kemana pun tanpa harus diantar jemput." Balas Farah, mencoba menenangkan Anastasia.

"Tetap saja, kalau sudah begini  Mana mungkin Tante bisa tenang.  Tapi Tante yakin dia ngga bakalan kapok."

Farah hanya mendengarkan, merasa bingung untuk menjawab ucapan Anastasia.

"Karena Tante sudah pulang, aku pamit dulu. Besok biar aku yang ngasihin surat cuti dari dokter untuk wali kelas."

"Kamu ngga nginep? Tidur sini aja, biar nanti Tante telepon Ibu kamu."

"Ngga usah Tante, besok aja aku kesini lagi sama Tessa pulang sekolah.  Ngga apa-apa kan Tan? Tante ngga kerepotan?"

"Akh, kerepotan apa? Kelihatannya juga kondisi Quitta tidak terlalu parah. Ya udah kalau kamu ngga bakal nginep, hati-hati di jalan, salam buat Mama kamu."

"Iya Tante." 

Farah berlalu menuju pintu keluar, diantar oleh Anastasia.

Sementara Quitta yang belum sepenuhnya tertidur, bisa mendengar setiap percakapan mereka. Tangannya terkepal setiap mendengar kata-kata  Anastasia, kebenciannya kembali tak terbendung.

                 

                                              

Bab terkait

  • Unfree to Fly   Fly 7

    Kevlar tiba di rumahnya dengan perasaan lelah luar biasa. Kejadian hari ini memberinya pelajaran untuk lebih berhati-hati dalam berkendara. Rasa lelah itu memaksa dirinya untuk segera berbaring di kamarnya. Namun keadaan tubuhnya yang kotor membuatnya berpikir dua kali untuk melakukannya. Akhirnya dengan sisa tenaga yang dimiliki, dia pun memutuskan untuk menyegarkan tubuhnya dengan mandi air hangat. Di bawah shower Kevlar membiarkan tetes-tetes air jatuh menembus pori-porinya. Rasa hangat meresap ke dalam kulit, membuat darahnya mengalir lancar. Dan seolah sudah dicharge, tenaganya kembali pulih dalam sekejap. "Quitta ... " desahnya tanpa sadar di antara gemericik air. Bayangan tentang gadis itu hinggap di benaknya. Meski mereka baru saling mengenal, namun Kevlar sudah merasa tak asing lagi dengan gadis itu. Gadis yang selalu dilihatnya di pukul 3 lebih 30, saat jam bubaran sekolah berdentang. Setengah jam berlalu Kevlar menyudahi ritual mandinya. Perasaan segar membuat pikiran

  • Unfree to Fly   Fly 8

    Hari ini Kevlar mengajak Tessa makan sepulang sekolah. Sepanjang perjalanan tak hentinya Tessa berbicara tentang banyak hal, termasuk tentang teman-temannya. "Jadi kalian udah temenan dari kelas sepuluh?" Tanya Kevlar sambil menyetir. "Iya, awalnya kita kenal karena satu ekskul. Baru deh di kelas dua belas ini kita satu kelas." "Quitta? Atau siapa nih maksudnya?" Tanya Kevlar penasaran. Sejak tadi dia memang lebih tertarik pada satu nama itu. Lagipula dia mengajak Tessa makan bukan tanpa maksud, ada misi yang harus dijalankannya. Misi mencari informasi tentang Quitta. "Iya dia! Satu lagi namanya Farah. Kita bertiga tuh udah deket, BFF bangetlah." Ucap Tessa sambil memberi isyarat dengan kedua tangannya. "Umh ... Anaknya gimana?" "Siapa?" "Quitta." Tessa memandang Kevlar dengan curiga, perasaannya mengatakan ada sesuatu yang aneh dengan Kevlar. "Perasaan dari tadi Kakak nanyain Quitta terus deh ... " ucap Tessa menyuarakan keheranannya. "Emang kenapa?" Tanya Kevlar tanpa dosa

  • Unfree to Fly   Fly 9

    Demi menyambut tamu spesial, sejak pagi sekali Anastasia sudah bangun. Semalam dia sudah menghubungi asisten rumah tangganya agar datang lebih awal untuk berbelanja ke pasar. Dia juga meminta asisten rumah tangganya itu mencari dua orang lainnya untuk membantunya mempersiapkan semua hal. Quitta berusaha membuat dirinya tenang dengan tidak terpengaruh kegaduhan yang terjadi di rumahnya . Namun suara Anastasia yang sibuk mengatur dan mempersiapkan berbagai hal membuatnya terganggu. Bukannya dia tak tahu bahwa hari ini Ghaza dan ibunya akan berkunjung ke rumahnya, namun menurutnya sikap ibunya terlalu berlebihan. "Permisi ... " suara seseorang yang mengetuk pintu kamarnya. "Ya, siapa?" jawab Quitta, mengernyit mendengar suara yang asing di telinganya. Pintu kamarnya yang tertutup dibuka dari luar, dua orang wanita muda berwajah manis menyeruak masuk. Salah satunya membawa sebuah koper persegi berwarna hitam. "Halo, saya MUA yang mau make up-in kamu. Sudah siap? Mau dimake-up sekar

  • Unfree to Fly   Fly 10

    "Mama ngga seharusnya bicara seperti itu pada ibunya Ghaza." Ucap Quitta, setelah Ghea dan Ghaza berpamitan pulang. Kekesalan yang ditahannya sejak tadi pada Anastasia membutuhkan pelampiasan. "Memangnya kenapa? Justru Mama harus membicarakannya secepat mungkin." "Apa Mama tidak merasa malu? Setelah berbicara seperti itu terlihat jelas bahwa kita sangat menginginkannya." "Mama ngga mau munafik, siapa yang tidak mau berbesanan dengan keluarga mereka. Berpendidikan dan terpandang, dan yang pasti kekayaan mereka tidak akan habis untuk tujuh turunan. Hidup kita akan bahagia selamanya." "Ralat. Hidup Mama, bukan hidupku!" Quitta pergi meninggalkan Anastasia menuju kamarnya. Sudah cukup dia merasa malu pada Ghaza dan ibunya, dan kini dia harus menjaga hatinya agar tidak merasakan kesedihan yang mendalam karena sikap ibunya. "Mama melakukan semua ini untuk kamu!" teriak Anastasia. Dibiarkannya Quitta pergi ke kamarnya. Lagipula hari ini dia sudah cukup senang mendengar perkataan Ghea.

  • Unfree to Fly   Fly 11

    Saat Quitta duduk di bangku kelas 2 SMP, orang tuanya memutuskan untuk bercerai. Akibat perceraian itu mengubah kehidupan Quitta secara drastis. Dia dipaksa harus memilih untuk tinggal bersama ayah atau ibunya. Pilihan yang sebenarnya sudah ditentukan. Karena nyatanya meski diberi dua pilihan, Quitta tidak bisa menolak saat Anastasia memohon dengan setengah memaksa agar Quitta tinggal bersama dirinya. Quitta terhenyak. Hampir Lima tahun sejak perceraian orang tuanya, hari ini setelah tak bertemu dan kehilangan kontak selama dua tahun Quitta akhirnya akan bertemu lagi dengan ayahya, Dewa. Sekelebat ingatannya tentang ayahnya terlintas di benaknya. Hingga sebelum perceraian itu terjadi Quitta tumbuh menjadi anak yang beruntung dengan limpahan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Terlebih ayahnya yang sangat menyayangi dan mengasihinya. Demi kepentingan putri satu-satunya, Dewa selalu meluangkan waktu apapun yang terjadi. Meski harus meninggalkan pekerjaannya sebagai chef

  • Unfree to Fly   Fly 12

    Malam ini Kevlar mengajak Naren keluar. Sudah lama sekali sejak terakhir kali mereka jalan bersama. Kesibukan keduanya membuat mereka jarang meluangkan waktu kecuali untuk urusan pekerjaan."Tumben nih, dalam rangka apa lo ngajakin gue hangout? Gue sampe belain batalin kencan gue sama Zarra demi lo." Ucap Naren saat keduanya bertemu di sebuah private lounge hotel berbintang.Naren yang datang lebih dulu sudah siap dengan minuman favorit mereka, sebotol bullshot yang langsung dituangkannya saat Kevlar tiba."Anggap aja perayaan keberhasilan proyek kita kemarin." Ungkap Kevlar."Oh yeah, gue suka ini! Ayo bersulang!" Naren sudah bersiap mengangkat gelasnya dengan tinggi, namun reaksi Kevlar membuat tangannya tertahan di udara."Gue lagi ngga pengen minum yang keras-keras." Sahut Kevlar setelah Naren melihatnya dengan pandangan bertanya. Akhirnya dengan terpaksa Naren minum sendiri."Ck, gue kira ponakan gue bohong waktu dia bilang lo lagi flirting-in sohibnya dia!" gerutu Naren.Ke

  • Unfree to Fly   Fly 13

    Sejak kunjungan Ghaza bersama ibunya tiga minggu yang lalu di rumahnya, Quitta belum bertemu lagi dengan Ghaza. Biasanya dia akan merasa tenang jika tidak melihat makhluk satu itu, namun tidak setelah apa yang terjadi di rumahnya. Sekarang bahkan Quitta berpikir untuk mendatangi kelas Ghaza dan berbicara empat mata dengannya. Dia ingin menjelaskan pada Ghaza agar dirinya tidak perlu menghiraukan perkataan ibunya, bagaimanapun pernikahan terjadi atas persetujuan kedua belah pihak, dan bukan karena paksaan salah satu pihak. Namun rasa gengsi mengalahkan keinginannya. Terlebih lagi dia tahu pasti jika hal itu hanya akan menyebabkan kegemparan di kalangan siswa lain. Seandainya Anastasia tidak memaksa membicarakan pernikahannya dengan Ghaza pada Ghea, sekarang Quitta pasti tidak akan merasa kesulitan. Pembicaraan saat itu adalah aib baginya, apalagi setelah melihat respon ibu Ghaza yang terlihat tidak senang setelah ibunya menyinggung masalah itu. Bel tanda pergantian pelajaran berbu

  • Unfree to Fly   Fly 14

    Kevlar tahu tidak mungkin selamanya dia bisa menghindari Alea. Namun tiap kali berhadapan dengan perempuan itu, kebenciannya tidak bisa terbendung. Harga dirinya sebagai pria yang sudah dinodai oleh Alea, dan pengkhianatannya yang besar, memberikan luka yang dalam di hati Kevlar. Kali ini Alea mendatangi Kevlar di kantornya. Tanpa pemberitahuan seperti biasa. Memang sudah terlalu lama sejak terakhir hubungan mereka berubah menjadi seperti musuh dibanding pasangan. "Ada apa?" sambutan dingin dari Kevlar dibalas Alea dengan senyum angkuhnya. "Aku udah dapat WO yang bakal urusin pernikahan kita. Dan minggu depan kita ada meeting dengan mereka untuk deal vendor." "Kita?" Sahut Kevlar, seolah tak rela Alea menyebut kata itu di depannya. "Yes. Kita, you and me!" Sahut Alea riang, seolah tak terjadi apa-apa. Kevlar tak menggubrisnya, toh dia juga tidak akan datang meski diseret paksa. Alea pun bersikap tak acuh, dengan santainya dia mengeluarkan ponselnya dari tas hermes merahnya

Bab terbaru

  • Unfree to Fly   Fly 17

    Seminggu telah berlalu.Kejadian di mall tetap menjadi rahasia antara Quitta dan Tessa. Tak ada lagi pembicaraan tentang kejadian itu, karena mereka sepakat untuk menyimpannya rapat-rapat.Farah tetap bersikap seperti biasa. Dia tidak tahu jika Quitta dan Tessa sudah mengetahui hubungannya dengan Ghaza. Quitta dan Tessa pun berusaha bersikap normal, meski Tessa lebih banyak diam jika mereka sedang bertiga. Dan sebenarnya tanpa memberitahu Quitta, Tessa kini selalu bersikap waspada terhadap Farah.Saat ini ketiganya sedang berada di aula utama bersama perwakilan kelas lain dan anggota OSIS untuk membahas acara ulang tahun sekolah yang akan diadakan bulan depan.Sudah beberapa kali Tessa menghembuskan nafas beratnya, Farah mungkin tidak menyadari jika sejak tadi pandangan Tessa tertuju padanya. Setiap gerak-gerik Farah seakan mengganggunya."Untuk acara nanti gimana kalau kita adain lagi pemilihan couple goals seperti tahun lalu?" ungkap Farah, dengan tatapan tertuju pada majalah yang

  • Unfree to Fly   Fly 16

    Setelah berdebat selama lima menit, akhirnya Tessa mengalah. Diikutinya langkah Quitta masuk kembali menuju bagian dalam bioskop. Setelah bertanya pada petugas tiket, yang awalnya berkeras tak mau memberitahu mereka akhirnya Quitta dan Farah bisa mendapatkan informasi di ruangan mana Ghaza dan Farah berada. "Tunggu!" Quitta menahan langkah Tessa yang akan memasuki ruangan yang mereka tuju. Diliriknya tiket yang berada dalam genggaman Tessa. "Kenapa?" "Kita ngga tahu di sebelah mana mereka duduk, kalau kita masuk dari depan, mereka bisa saja melihat kita." "Lalu sekarang kita harus bagaimana?" tanya Tessa bingung, setahu mereka pintu masuk dan pintu keluar meski berada di dua sisi yang berbeda, namun posisinya yang berada di depan sudah pasti akan membuat mereka terlihat oleh penonton lain. Apalagi penonton yang lain sudah duduk di kursinya masing-masing. "Kita pulang aja!" putus Quitta, sambil berbalik menjauhi pintu masuk. "Jangan." Tessa menarik lengan Quitta dan membawany

  • Unfree to Fly   Fly 15

    Ada yang aneh dengan Ghaza. Quitta bisa merasakannya, sikap Ghaza padanya tak lagi hangat. Sudah beberapa kali bahkan Ghaza seperti menghindarinya. Memang di depan siswa lain mereka tidak pernah memperlihatkan bahwa keduanya saling mengenal. Hanya Tessa dan Farah saja yang tahu bahwa mereka berdua sudah dijodohkan satu sama lain. Namun tetap saja perubahan sikap Ghaza terlalu kentara. Dua hari yang lalu, sejak Quitta berhenti menyinggahi taman belakang sekolah tempat dia menghabiskan jam istirahat siangnya, Quitta melihat Farah keluar dari taman. Quitta nyaris memanggilnya, jika saja dia tidak melihat Ghaza keluar dari tempat yang sama, hanya berjarak beberapa langkah dari Farah. Meski sempat curiga, namun Quitta tak membiarkan pikiran buruk menguasainya. Sebelumnya saat sedang berada di kantin, Farah memang berkata dia harus ke toilet karena sakit perut. Mungkin saja mereka tak sengaja bertemu karena tak jauh dari taman belakang terdapat toilet lama yang terkadang masih diguna

  • Unfree to Fly   Fly 14

    Kevlar tahu tidak mungkin selamanya dia bisa menghindari Alea. Namun tiap kali berhadapan dengan perempuan itu, kebenciannya tidak bisa terbendung. Harga dirinya sebagai pria yang sudah dinodai oleh Alea, dan pengkhianatannya yang besar, memberikan luka yang dalam di hati Kevlar. Kali ini Alea mendatangi Kevlar di kantornya. Tanpa pemberitahuan seperti biasa. Memang sudah terlalu lama sejak terakhir hubungan mereka berubah menjadi seperti musuh dibanding pasangan. "Ada apa?" sambutan dingin dari Kevlar dibalas Alea dengan senyum angkuhnya. "Aku udah dapat WO yang bakal urusin pernikahan kita. Dan minggu depan kita ada meeting dengan mereka untuk deal vendor." "Kita?" Sahut Kevlar, seolah tak rela Alea menyebut kata itu di depannya. "Yes. Kita, you and me!" Sahut Alea riang, seolah tak terjadi apa-apa. Kevlar tak menggubrisnya, toh dia juga tidak akan datang meski diseret paksa. Alea pun bersikap tak acuh, dengan santainya dia mengeluarkan ponselnya dari tas hermes merahnya

  • Unfree to Fly   Fly 13

    Sejak kunjungan Ghaza bersama ibunya tiga minggu yang lalu di rumahnya, Quitta belum bertemu lagi dengan Ghaza. Biasanya dia akan merasa tenang jika tidak melihat makhluk satu itu, namun tidak setelah apa yang terjadi di rumahnya. Sekarang bahkan Quitta berpikir untuk mendatangi kelas Ghaza dan berbicara empat mata dengannya. Dia ingin menjelaskan pada Ghaza agar dirinya tidak perlu menghiraukan perkataan ibunya, bagaimanapun pernikahan terjadi atas persetujuan kedua belah pihak, dan bukan karena paksaan salah satu pihak. Namun rasa gengsi mengalahkan keinginannya. Terlebih lagi dia tahu pasti jika hal itu hanya akan menyebabkan kegemparan di kalangan siswa lain. Seandainya Anastasia tidak memaksa membicarakan pernikahannya dengan Ghaza pada Ghea, sekarang Quitta pasti tidak akan merasa kesulitan. Pembicaraan saat itu adalah aib baginya, apalagi setelah melihat respon ibu Ghaza yang terlihat tidak senang setelah ibunya menyinggung masalah itu. Bel tanda pergantian pelajaran berbu

  • Unfree to Fly   Fly 12

    Malam ini Kevlar mengajak Naren keluar. Sudah lama sekali sejak terakhir kali mereka jalan bersama. Kesibukan keduanya membuat mereka jarang meluangkan waktu kecuali untuk urusan pekerjaan."Tumben nih, dalam rangka apa lo ngajakin gue hangout? Gue sampe belain batalin kencan gue sama Zarra demi lo." Ucap Naren saat keduanya bertemu di sebuah private lounge hotel berbintang.Naren yang datang lebih dulu sudah siap dengan minuman favorit mereka, sebotol bullshot yang langsung dituangkannya saat Kevlar tiba."Anggap aja perayaan keberhasilan proyek kita kemarin." Ungkap Kevlar."Oh yeah, gue suka ini! Ayo bersulang!" Naren sudah bersiap mengangkat gelasnya dengan tinggi, namun reaksi Kevlar membuat tangannya tertahan di udara."Gue lagi ngga pengen minum yang keras-keras." Sahut Kevlar setelah Naren melihatnya dengan pandangan bertanya. Akhirnya dengan terpaksa Naren minum sendiri."Ck, gue kira ponakan gue bohong waktu dia bilang lo lagi flirting-in sohibnya dia!" gerutu Naren.Ke

  • Unfree to Fly   Fly 11

    Saat Quitta duduk di bangku kelas 2 SMP, orang tuanya memutuskan untuk bercerai. Akibat perceraian itu mengubah kehidupan Quitta secara drastis. Dia dipaksa harus memilih untuk tinggal bersama ayah atau ibunya. Pilihan yang sebenarnya sudah ditentukan. Karena nyatanya meski diberi dua pilihan, Quitta tidak bisa menolak saat Anastasia memohon dengan setengah memaksa agar Quitta tinggal bersama dirinya. Quitta terhenyak. Hampir Lima tahun sejak perceraian orang tuanya, hari ini setelah tak bertemu dan kehilangan kontak selama dua tahun Quitta akhirnya akan bertemu lagi dengan ayahya, Dewa. Sekelebat ingatannya tentang ayahnya terlintas di benaknya. Hingga sebelum perceraian itu terjadi Quitta tumbuh menjadi anak yang beruntung dengan limpahan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Terlebih ayahnya yang sangat menyayangi dan mengasihinya. Demi kepentingan putri satu-satunya, Dewa selalu meluangkan waktu apapun yang terjadi. Meski harus meninggalkan pekerjaannya sebagai chef

  • Unfree to Fly   Fly 10

    "Mama ngga seharusnya bicara seperti itu pada ibunya Ghaza." Ucap Quitta, setelah Ghea dan Ghaza berpamitan pulang. Kekesalan yang ditahannya sejak tadi pada Anastasia membutuhkan pelampiasan. "Memangnya kenapa? Justru Mama harus membicarakannya secepat mungkin." "Apa Mama tidak merasa malu? Setelah berbicara seperti itu terlihat jelas bahwa kita sangat menginginkannya." "Mama ngga mau munafik, siapa yang tidak mau berbesanan dengan keluarga mereka. Berpendidikan dan terpandang, dan yang pasti kekayaan mereka tidak akan habis untuk tujuh turunan. Hidup kita akan bahagia selamanya." "Ralat. Hidup Mama, bukan hidupku!" Quitta pergi meninggalkan Anastasia menuju kamarnya. Sudah cukup dia merasa malu pada Ghaza dan ibunya, dan kini dia harus menjaga hatinya agar tidak merasakan kesedihan yang mendalam karena sikap ibunya. "Mama melakukan semua ini untuk kamu!" teriak Anastasia. Dibiarkannya Quitta pergi ke kamarnya. Lagipula hari ini dia sudah cukup senang mendengar perkataan Ghea.

  • Unfree to Fly   Fly 9

    Demi menyambut tamu spesial, sejak pagi sekali Anastasia sudah bangun. Semalam dia sudah menghubungi asisten rumah tangganya agar datang lebih awal untuk berbelanja ke pasar. Dia juga meminta asisten rumah tangganya itu mencari dua orang lainnya untuk membantunya mempersiapkan semua hal. Quitta berusaha membuat dirinya tenang dengan tidak terpengaruh kegaduhan yang terjadi di rumahnya . Namun suara Anastasia yang sibuk mengatur dan mempersiapkan berbagai hal membuatnya terganggu. Bukannya dia tak tahu bahwa hari ini Ghaza dan ibunya akan berkunjung ke rumahnya, namun menurutnya sikap ibunya terlalu berlebihan. "Permisi ... " suara seseorang yang mengetuk pintu kamarnya. "Ya, siapa?" jawab Quitta, mengernyit mendengar suara yang asing di telinganya. Pintu kamarnya yang tertutup dibuka dari luar, dua orang wanita muda berwajah manis menyeruak masuk. Salah satunya membawa sebuah koper persegi berwarna hitam. "Halo, saya MUA yang mau make up-in kamu. Sudah siap? Mau dimake-up sekar

DMCA.com Protection Status