Share

Fly 5

Author: BundaAkasyah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Tepat pukul 5, Kevlar turun dari kantornya. Beberapa karyawan galeri furnitur yang berada di lantai bawah kantornya tersenyum dan mengangguk hormat saat Kevlar lewat di depan mereka. Jam tutup galeri berbeda satu jam dengan kantor, tapi beberapa karyawan sudah mulai berbenah, dan sebagian lainnya masih melayani klien yang ingin membeli furnitur atau sekedar hanya melihat-lihat.

Kevlar memasuki mobil Range Rover miliknya, dan melaju dengan kecepatan sedang. Menyesal dia tidak meminta Pak Mur, supir perusahaan, untuk mengemudikan mobilnya karena baru lima belas menit berada di jalan, dia sudah merasakan kantuk yang tak tertahankan. 

Semuanya gara-gara semalam dia begadang. Padahal tidak ada hal penting yang harus dilakukannya. Pun mengenai masalahnya dengan Alea yang beberapa hari terakhir sempat menyita pikirannya, kini tak dirisaukannya lagi. 

Dia membebaskan pikirannya dari segala hal yang memberatkan, dan melakukan semua hal yang diinginkannya tanpa memedulikan apakah orang lain akan keberatan atau tidak.

Tengah merasakan kantuk, pikirannya membayangkan sebuah pantai biru dengan pasir putih yang indah. Dia berbaring di sana, memandangi langit biru dengan awan putihnya. Seorang gadis cantik berada tak jauh darinya, mengenakan bikini two pieces dibalik sebuah kain tipis berwarna laut. Gadis itu berbaring dengan mata terpejam, membuatnya tak tahan untuk tidak mengelus leher indah milik sang gadis. Gadis itu terbangun, melayangkan sebuah kecupan yang mendarat di bibir Kevlar, sebelum kesadarannya hilang dimakan kantuk.

Sekejap dia melihat antara sadar dan tidak, sebuah motor yang akan menyebrang, lewat tepat di depan mobil yang dikendarainya.

"Brakk!!"

Suara benturan benda keras yang tak terelakkan, membuat kesadarannya kembali. Rasa kantuknya mendadak lenyap tak berbekas. Menyisakan pening dan nafasnya yang tercekat.

Sebenarnya jalanan tidak terlalu ramai, tapi tabrakan itu tak terhindarkan karena kondisi Kevlar yang tidak fokus akibat mengantuk. Kevlar menyadari kelalaiannya itu.

Orang-orang di luar mulai mendekat dan meneriakinya seperti maling yang akan kabur. Padahal dirinya masih di sini, dan tidak berniat pergi sebelum melihat keadaan korban yang ditabraknya.

Kevlar keluar dari mobilnya dengan perasaan ngeri. Bagaimana jika seandainya orang-orang ini berbuat anarkis dengan menghakiminya dan membuatnya terluka atau bahkan kehilangan nyawa.

"Sabar, sabar ... korban tidak terluka parah, motornya juga hanya rusak sedikit!" tutur seseorang yang cukup bijak menahan yang lain agar tidak terpancing emosinya, yang sudah bersiap akan mendekati Kevlar.

Kevlar hanya terdiam karena syok, bahkan niatnya untuk melihat korban terlupakan karena banyaknya orang yang berkerumun di sekelilingnya.

"Ayo cepat tanggung jawab, bawa ke rumah sakit!!" Emosi yang lain.

"Iya tenang, dia pasti dibawa ke rumah sakit, coba Bapak-bapak mundur dulu, beri ruang untuk korban!" lanjut orang bijak tadi.

"Awas pelakunya kabur!!" sahut seseorang yang berada di barisan belakang.

Beberapa saat kemudian, eorang polisi yang dipanggil seorang pengguna jalan mendekati kerumunan, dan segera mengamankan Kevlar. 

Kevlar menghela nafas lega.

"Anda pemilik mobil ini? Ayo antar dulu ke rumah sakit." Tanyanya pada Kevlar yang dijawab dengan anggukan.

"Tenang Saudara sekalian, kami akan segera membawa korban ke rumah sakit, silahkan semuanya bubar." Ucap polisi yang sudah berusia paruh baya itu, lalu meminta beberapa orang untuk membantu korban masuk ke dalam mobil Kevlar.

"Tunggu Pak, kondisi saya kurang fit, bisa minta orang lain yang menyetir?" sergah Kevlar pada petugas polisi itu.

Keadaannya yang baru sadar dari rasa kantuk Dan syok, membuatnya  tak yakin untuk menyetir mobil.

"Biar saya yang menyetir." Tukas seorang pria yang berdiri di belakang Kevlar.

Salah seorang warga yang tinggal tak jauh dari sana, diminta oleh polisi untuk ikut menemani korban yang mengenakan seragam sekolah. Sementara seorang lainnya ditugaskan untuk mengantarkan motor korban ke kantor polisi terdekat.

"Gimana Neng, apanya yang sakit?" tanya si ibu yang menemani korban.

"Ngga ada Bu, saya baik-baik aja." Jawab gadis itu, membuat Kevlar yang duduk di kursi depan membalikkan badan melihatnya.

Kevlar terkesiap, berulang kali dia memastikan penglihatannya agar tidak keliru. 

Gadis itu ... adalah gadis yang sama yang  tadi ada dalam bayangannya!

"Awal-awal memang belum terasa sakit, tapi nanti setelah beberapa saat baru terasa sakit." Lanjut si Ibu yang terlihat berusia sekitar 40 tahunan.

Bayangan bibir mungil yang mengecupnya kembali singgah di benaknya. Kevlar terhenyak, bisa-bisanya dia  berpikiran Kotor dalam situasi seperti ini.

Gadis itu hanya mengangguk mengiyakan.

Tengah memperhatikan wajahnya, tak sengaja pandangan mereka bertemu. 

Kevlar mengutuk dalam hati, pertemuan yang dinantikannya dari beberapa hari kemarin malah terjadi bersamaan dengan tragedi yang tidak mengenakkan. Dia hanya berharap kejadian ini tidak memberikan kesan buruk bagi gadis itu.

"Tapi masih beruntung lukanya tidak parah, motornya juga masih bisa dipakai lagi setelah diperbaiki. Minggu kemarin anak teman saya mengendarai motor saat akan berangkat sekolah tabrakan dengan truk hingga meninggal. Lalu pengemudi truk yang berusaha kabur juga hampir meninggal dikeroyok massa." Jelas pria yang mengemudikan mobil, berucap dengan miris.

Quitta bergidik membayangkan kejadian tersebut,  dia bersimpati dengan korban yang meninggal, namun tak setuju jika pelaku harus dianiaya. Lagipula tidak ada tabrakan yang disengaja, kalaupun ada itu namanya bunuh diri.

Ekspresi Quitta tak luput dari perhatian Kevlar yang melihatnya dari spion tengah.  Sebenarnya beberapa menit lalu sejak dia tahu gadis yang ditabraknya adalah Quitta, Kevlar tak bisa melepaskan pandangan darinya.

Rencana yang sudah dia susun beberapa hari kemarin kembali terancang, dia  harus memikirkan matang-matang agar semuanya berjalan dengan baik.

Tiba di sebuah klinik 24 jam yang berada tak jauh dari lokasi tabrakan, mobil milik Kevlar diparkirkan samping pos Satpam tak jauh dari lobi.

Begitu turun  Kevlar bergegas mendekati Quitta, bersiap untuk menggendongnya masuk ke dalam ruang perawatan. Namun  ucapan petugas polisi menghentikan niatnya.

"Tolong beritahukan perawat agar membawakan kursi roda kemari!" Perintah polisi itu yang diangguki pria yang menyetir mobil.

"Saya masih bisa jalan!" Sergah Quitta.

"Jangan dipaksakan, kaki kamu harus mendapatkan perawatan dulu dan dilihat seberapa besar cederanya."

"Ayo, duduk di sini." Lanjut polisi itu mempersilahkan Quitta saat kursi roda yang diminta sudah di depan mata.

Dengan canggung Quitta mendudukkan dirinya. Kevlar dengan sigap mendorong kursi roda itu menuju ke dalam klinik setelah memastikan Quitta duduk dengan nyaman.

Petugas klinik langsung memeriksa  keadaan Quitta, dan membersihkan luka-luka yang dideritanya. Setelah setengah jam, mereka sudah selesai melakukan semuanya.

"Syukurlah tidak ada Luka yang serius. Mungkin nanti kakinya akan sedikit bengkak, tapi tidak masalah. Cukup istirahat beberapa hari, nanti akan kembali normal. Saya juga sudah melakukan CT scan, dan tidak ada kerusakan di bagian dalam baik bagian syaraf ataupun tulangnya. Dalam beberapa hari pasien akan kembali berjalan dengan normal." Jelas dokter perempuan yang memeriksa Quitta.

"Syukurlah, terima kasih banyak dok!"

"Baik, saya permisi dulu. Semoga pasien lekas sembuh  dan dapat kembali beraktivitas seperti biasa."

"Iya , dok!"

Setelah selesai, polisi pun mempersilahkan dua orang yang membantunya untuk pulang hingga tinggal dia bertiga dengan Kevlar dan Quitta yang masih harus menyelesaikan urusan yang tertunda.

                                               

Related chapters

  • Unfree to Fly   Fly 6

    "jadi siapa nama kamu?" Polisi bertanya setelah dia meminjam ruang perawatan yang kosong untuk berbicara. "Quitta." Kevlar memperhatikan interaksi keduanya dengan seksama. "Punya KTP atau kartu identitas lain yang masih berlaku?" "Ada KTP." "Coba saya lihat." "Kamu sudah menghubungi orang tua atau wali kamu?" Lanjut polisi itu, sambil memeriksa dengan seksama kartu identitas Quitta. "Belum." "Sudah punya SIM?" Quitta mengangguk, dan kembali menunjukkan SIM motor dan mobil miliknya. "Seharusnya saya katakan ini pada orang tua kamu, tapi karena kamu sudah berusia 18 tahun, berarti sudah dianggap dewasa untuk berdiskusi mengenai masalah ini. Ini murni ketidak sengajaan yang disebabkan oleh kelalaian pengemudi, tapi pemilik mobil sudah bersedia membiayai pengobatan serta mengganti biaya perbaikan motor kamu. Jadi kalau kamu setuju untuk berdamai, masalah ini akan berakhir sampai di sini dan tidak ada yang perlu ke kantor polisi." Jelas polisi itu. "Aku setuju." Jawab Quitta ce

  • Unfree to Fly   Fly 7

    Kevlar tiba di rumahnya dengan perasaan lelah luar biasa. Kejadian hari ini memberinya pelajaran untuk lebih berhati-hati dalam berkendara. Rasa lelah itu memaksa dirinya untuk segera berbaring di kamarnya. Namun keadaan tubuhnya yang kotor membuatnya berpikir dua kali untuk melakukannya. Akhirnya dengan sisa tenaga yang dimiliki, dia pun memutuskan untuk menyegarkan tubuhnya dengan mandi air hangat. Di bawah shower Kevlar membiarkan tetes-tetes air jatuh menembus pori-porinya. Rasa hangat meresap ke dalam kulit, membuat darahnya mengalir lancar. Dan seolah sudah dicharge, tenaganya kembali pulih dalam sekejap. "Quitta ... " desahnya tanpa sadar di antara gemericik air. Bayangan tentang gadis itu hinggap di benaknya. Meski mereka baru saling mengenal, namun Kevlar sudah merasa tak asing lagi dengan gadis itu. Gadis yang selalu dilihatnya di pukul 3 lebih 30, saat jam bubaran sekolah berdentang. Setengah jam berlalu Kevlar menyudahi ritual mandinya. Perasaan segar membuat pikiran

  • Unfree to Fly   Fly 8

    Hari ini Kevlar mengajak Tessa makan sepulang sekolah. Sepanjang perjalanan tak hentinya Tessa berbicara tentang banyak hal, termasuk tentang teman-temannya. "Jadi kalian udah temenan dari kelas sepuluh?" Tanya Kevlar sambil menyetir. "Iya, awalnya kita kenal karena satu ekskul. Baru deh di kelas dua belas ini kita satu kelas." "Quitta? Atau siapa nih maksudnya?" Tanya Kevlar penasaran. Sejak tadi dia memang lebih tertarik pada satu nama itu. Lagipula dia mengajak Tessa makan bukan tanpa maksud, ada misi yang harus dijalankannya. Misi mencari informasi tentang Quitta. "Iya dia! Satu lagi namanya Farah. Kita bertiga tuh udah deket, BFF bangetlah." Ucap Tessa sambil memberi isyarat dengan kedua tangannya. "Umh ... Anaknya gimana?" "Siapa?" "Quitta." Tessa memandang Kevlar dengan curiga, perasaannya mengatakan ada sesuatu yang aneh dengan Kevlar. "Perasaan dari tadi Kakak nanyain Quitta terus deh ... " ucap Tessa menyuarakan keheranannya. "Emang kenapa?" Tanya Kevlar tanpa dosa

  • Unfree to Fly   Fly 9

    Demi menyambut tamu spesial, sejak pagi sekali Anastasia sudah bangun. Semalam dia sudah menghubungi asisten rumah tangganya agar datang lebih awal untuk berbelanja ke pasar. Dia juga meminta asisten rumah tangganya itu mencari dua orang lainnya untuk membantunya mempersiapkan semua hal. Quitta berusaha membuat dirinya tenang dengan tidak terpengaruh kegaduhan yang terjadi di rumahnya . Namun suara Anastasia yang sibuk mengatur dan mempersiapkan berbagai hal membuatnya terganggu. Bukannya dia tak tahu bahwa hari ini Ghaza dan ibunya akan berkunjung ke rumahnya, namun menurutnya sikap ibunya terlalu berlebihan. "Permisi ... " suara seseorang yang mengetuk pintu kamarnya. "Ya, siapa?" jawab Quitta, mengernyit mendengar suara yang asing di telinganya. Pintu kamarnya yang tertutup dibuka dari luar, dua orang wanita muda berwajah manis menyeruak masuk. Salah satunya membawa sebuah koper persegi berwarna hitam. "Halo, saya MUA yang mau make up-in kamu. Sudah siap? Mau dimake-up sekar

  • Unfree to Fly   Fly 10

    "Mama ngga seharusnya bicara seperti itu pada ibunya Ghaza." Ucap Quitta, setelah Ghea dan Ghaza berpamitan pulang. Kekesalan yang ditahannya sejak tadi pada Anastasia membutuhkan pelampiasan. "Memangnya kenapa? Justru Mama harus membicarakannya secepat mungkin." "Apa Mama tidak merasa malu? Setelah berbicara seperti itu terlihat jelas bahwa kita sangat menginginkannya." "Mama ngga mau munafik, siapa yang tidak mau berbesanan dengan keluarga mereka. Berpendidikan dan terpandang, dan yang pasti kekayaan mereka tidak akan habis untuk tujuh turunan. Hidup kita akan bahagia selamanya." "Ralat. Hidup Mama, bukan hidupku!" Quitta pergi meninggalkan Anastasia menuju kamarnya. Sudah cukup dia merasa malu pada Ghaza dan ibunya, dan kini dia harus menjaga hatinya agar tidak merasakan kesedihan yang mendalam karena sikap ibunya. "Mama melakukan semua ini untuk kamu!" teriak Anastasia. Dibiarkannya Quitta pergi ke kamarnya. Lagipula hari ini dia sudah cukup senang mendengar perkataan Ghea.

  • Unfree to Fly   Fly 11

    Saat Quitta duduk di bangku kelas 2 SMP, orang tuanya memutuskan untuk bercerai. Akibat perceraian itu mengubah kehidupan Quitta secara drastis. Dia dipaksa harus memilih untuk tinggal bersama ayah atau ibunya. Pilihan yang sebenarnya sudah ditentukan. Karena nyatanya meski diberi dua pilihan, Quitta tidak bisa menolak saat Anastasia memohon dengan setengah memaksa agar Quitta tinggal bersama dirinya. Quitta terhenyak. Hampir Lima tahun sejak perceraian orang tuanya, hari ini setelah tak bertemu dan kehilangan kontak selama dua tahun Quitta akhirnya akan bertemu lagi dengan ayahya, Dewa. Sekelebat ingatannya tentang ayahnya terlintas di benaknya. Hingga sebelum perceraian itu terjadi Quitta tumbuh menjadi anak yang beruntung dengan limpahan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Terlebih ayahnya yang sangat menyayangi dan mengasihinya. Demi kepentingan putri satu-satunya, Dewa selalu meluangkan waktu apapun yang terjadi. Meski harus meninggalkan pekerjaannya sebagai chef

  • Unfree to Fly   Fly 12

    Malam ini Kevlar mengajak Naren keluar. Sudah lama sekali sejak terakhir kali mereka jalan bersama. Kesibukan keduanya membuat mereka jarang meluangkan waktu kecuali untuk urusan pekerjaan."Tumben nih, dalam rangka apa lo ngajakin gue hangout? Gue sampe belain batalin kencan gue sama Zarra demi lo." Ucap Naren saat keduanya bertemu di sebuah private lounge hotel berbintang.Naren yang datang lebih dulu sudah siap dengan minuman favorit mereka, sebotol bullshot yang langsung dituangkannya saat Kevlar tiba."Anggap aja perayaan keberhasilan proyek kita kemarin." Ungkap Kevlar."Oh yeah, gue suka ini! Ayo bersulang!" Naren sudah bersiap mengangkat gelasnya dengan tinggi, namun reaksi Kevlar membuat tangannya tertahan di udara."Gue lagi ngga pengen minum yang keras-keras." Sahut Kevlar setelah Naren melihatnya dengan pandangan bertanya. Akhirnya dengan terpaksa Naren minum sendiri."Ck, gue kira ponakan gue bohong waktu dia bilang lo lagi flirting-in sohibnya dia!" gerutu Naren.Ke

  • Unfree to Fly   Fly 13

    Sejak kunjungan Ghaza bersama ibunya tiga minggu yang lalu di rumahnya, Quitta belum bertemu lagi dengan Ghaza. Biasanya dia akan merasa tenang jika tidak melihat makhluk satu itu, namun tidak setelah apa yang terjadi di rumahnya. Sekarang bahkan Quitta berpikir untuk mendatangi kelas Ghaza dan berbicara empat mata dengannya. Dia ingin menjelaskan pada Ghaza agar dirinya tidak perlu menghiraukan perkataan ibunya, bagaimanapun pernikahan terjadi atas persetujuan kedua belah pihak, dan bukan karena paksaan salah satu pihak. Namun rasa gengsi mengalahkan keinginannya. Terlebih lagi dia tahu pasti jika hal itu hanya akan menyebabkan kegemparan di kalangan siswa lain. Seandainya Anastasia tidak memaksa membicarakan pernikahannya dengan Ghaza pada Ghea, sekarang Quitta pasti tidak akan merasa kesulitan. Pembicaraan saat itu adalah aib baginya, apalagi setelah melihat respon ibu Ghaza yang terlihat tidak senang setelah ibunya menyinggung masalah itu. Bel tanda pergantian pelajaran berbu

Latest chapter

  • Unfree to Fly   Fly 17

    Seminggu telah berlalu.Kejadian di mall tetap menjadi rahasia antara Quitta dan Tessa. Tak ada lagi pembicaraan tentang kejadian itu, karena mereka sepakat untuk menyimpannya rapat-rapat.Farah tetap bersikap seperti biasa. Dia tidak tahu jika Quitta dan Tessa sudah mengetahui hubungannya dengan Ghaza. Quitta dan Tessa pun berusaha bersikap normal, meski Tessa lebih banyak diam jika mereka sedang bertiga. Dan sebenarnya tanpa memberitahu Quitta, Tessa kini selalu bersikap waspada terhadap Farah.Saat ini ketiganya sedang berada di aula utama bersama perwakilan kelas lain dan anggota OSIS untuk membahas acara ulang tahun sekolah yang akan diadakan bulan depan.Sudah beberapa kali Tessa menghembuskan nafas beratnya, Farah mungkin tidak menyadari jika sejak tadi pandangan Tessa tertuju padanya. Setiap gerak-gerik Farah seakan mengganggunya."Untuk acara nanti gimana kalau kita adain lagi pemilihan couple goals seperti tahun lalu?" ungkap Farah, dengan tatapan tertuju pada majalah yang

  • Unfree to Fly   Fly 16

    Setelah berdebat selama lima menit, akhirnya Tessa mengalah. Diikutinya langkah Quitta masuk kembali menuju bagian dalam bioskop. Setelah bertanya pada petugas tiket, yang awalnya berkeras tak mau memberitahu mereka akhirnya Quitta dan Farah bisa mendapatkan informasi di ruangan mana Ghaza dan Farah berada. "Tunggu!" Quitta menahan langkah Tessa yang akan memasuki ruangan yang mereka tuju. Diliriknya tiket yang berada dalam genggaman Tessa. "Kenapa?" "Kita ngga tahu di sebelah mana mereka duduk, kalau kita masuk dari depan, mereka bisa saja melihat kita." "Lalu sekarang kita harus bagaimana?" tanya Tessa bingung, setahu mereka pintu masuk dan pintu keluar meski berada di dua sisi yang berbeda, namun posisinya yang berada di depan sudah pasti akan membuat mereka terlihat oleh penonton lain. Apalagi penonton yang lain sudah duduk di kursinya masing-masing. "Kita pulang aja!" putus Quitta, sambil berbalik menjauhi pintu masuk. "Jangan." Tessa menarik lengan Quitta dan membawany

  • Unfree to Fly   Fly 15

    Ada yang aneh dengan Ghaza. Quitta bisa merasakannya, sikap Ghaza padanya tak lagi hangat. Sudah beberapa kali bahkan Ghaza seperti menghindarinya. Memang di depan siswa lain mereka tidak pernah memperlihatkan bahwa keduanya saling mengenal. Hanya Tessa dan Farah saja yang tahu bahwa mereka berdua sudah dijodohkan satu sama lain. Namun tetap saja perubahan sikap Ghaza terlalu kentara. Dua hari yang lalu, sejak Quitta berhenti menyinggahi taman belakang sekolah tempat dia menghabiskan jam istirahat siangnya, Quitta melihat Farah keluar dari taman. Quitta nyaris memanggilnya, jika saja dia tidak melihat Ghaza keluar dari tempat yang sama, hanya berjarak beberapa langkah dari Farah. Meski sempat curiga, namun Quitta tak membiarkan pikiran buruk menguasainya. Sebelumnya saat sedang berada di kantin, Farah memang berkata dia harus ke toilet karena sakit perut. Mungkin saja mereka tak sengaja bertemu karena tak jauh dari taman belakang terdapat toilet lama yang terkadang masih diguna

  • Unfree to Fly   Fly 14

    Kevlar tahu tidak mungkin selamanya dia bisa menghindari Alea. Namun tiap kali berhadapan dengan perempuan itu, kebenciannya tidak bisa terbendung. Harga dirinya sebagai pria yang sudah dinodai oleh Alea, dan pengkhianatannya yang besar, memberikan luka yang dalam di hati Kevlar. Kali ini Alea mendatangi Kevlar di kantornya. Tanpa pemberitahuan seperti biasa. Memang sudah terlalu lama sejak terakhir hubungan mereka berubah menjadi seperti musuh dibanding pasangan. "Ada apa?" sambutan dingin dari Kevlar dibalas Alea dengan senyum angkuhnya. "Aku udah dapat WO yang bakal urusin pernikahan kita. Dan minggu depan kita ada meeting dengan mereka untuk deal vendor." "Kita?" Sahut Kevlar, seolah tak rela Alea menyebut kata itu di depannya. "Yes. Kita, you and me!" Sahut Alea riang, seolah tak terjadi apa-apa. Kevlar tak menggubrisnya, toh dia juga tidak akan datang meski diseret paksa. Alea pun bersikap tak acuh, dengan santainya dia mengeluarkan ponselnya dari tas hermes merahnya

  • Unfree to Fly   Fly 13

    Sejak kunjungan Ghaza bersama ibunya tiga minggu yang lalu di rumahnya, Quitta belum bertemu lagi dengan Ghaza. Biasanya dia akan merasa tenang jika tidak melihat makhluk satu itu, namun tidak setelah apa yang terjadi di rumahnya. Sekarang bahkan Quitta berpikir untuk mendatangi kelas Ghaza dan berbicara empat mata dengannya. Dia ingin menjelaskan pada Ghaza agar dirinya tidak perlu menghiraukan perkataan ibunya, bagaimanapun pernikahan terjadi atas persetujuan kedua belah pihak, dan bukan karena paksaan salah satu pihak. Namun rasa gengsi mengalahkan keinginannya. Terlebih lagi dia tahu pasti jika hal itu hanya akan menyebabkan kegemparan di kalangan siswa lain. Seandainya Anastasia tidak memaksa membicarakan pernikahannya dengan Ghaza pada Ghea, sekarang Quitta pasti tidak akan merasa kesulitan. Pembicaraan saat itu adalah aib baginya, apalagi setelah melihat respon ibu Ghaza yang terlihat tidak senang setelah ibunya menyinggung masalah itu. Bel tanda pergantian pelajaran berbu

  • Unfree to Fly   Fly 12

    Malam ini Kevlar mengajak Naren keluar. Sudah lama sekali sejak terakhir kali mereka jalan bersama. Kesibukan keduanya membuat mereka jarang meluangkan waktu kecuali untuk urusan pekerjaan."Tumben nih, dalam rangka apa lo ngajakin gue hangout? Gue sampe belain batalin kencan gue sama Zarra demi lo." Ucap Naren saat keduanya bertemu di sebuah private lounge hotel berbintang.Naren yang datang lebih dulu sudah siap dengan minuman favorit mereka, sebotol bullshot yang langsung dituangkannya saat Kevlar tiba."Anggap aja perayaan keberhasilan proyek kita kemarin." Ungkap Kevlar."Oh yeah, gue suka ini! Ayo bersulang!" Naren sudah bersiap mengangkat gelasnya dengan tinggi, namun reaksi Kevlar membuat tangannya tertahan di udara."Gue lagi ngga pengen minum yang keras-keras." Sahut Kevlar setelah Naren melihatnya dengan pandangan bertanya. Akhirnya dengan terpaksa Naren minum sendiri."Ck, gue kira ponakan gue bohong waktu dia bilang lo lagi flirting-in sohibnya dia!" gerutu Naren.Ke

  • Unfree to Fly   Fly 11

    Saat Quitta duduk di bangku kelas 2 SMP, orang tuanya memutuskan untuk bercerai. Akibat perceraian itu mengubah kehidupan Quitta secara drastis. Dia dipaksa harus memilih untuk tinggal bersama ayah atau ibunya. Pilihan yang sebenarnya sudah ditentukan. Karena nyatanya meski diberi dua pilihan, Quitta tidak bisa menolak saat Anastasia memohon dengan setengah memaksa agar Quitta tinggal bersama dirinya. Quitta terhenyak. Hampir Lima tahun sejak perceraian orang tuanya, hari ini setelah tak bertemu dan kehilangan kontak selama dua tahun Quitta akhirnya akan bertemu lagi dengan ayahya, Dewa. Sekelebat ingatannya tentang ayahnya terlintas di benaknya. Hingga sebelum perceraian itu terjadi Quitta tumbuh menjadi anak yang beruntung dengan limpahan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Terlebih ayahnya yang sangat menyayangi dan mengasihinya. Demi kepentingan putri satu-satunya, Dewa selalu meluangkan waktu apapun yang terjadi. Meski harus meninggalkan pekerjaannya sebagai chef

  • Unfree to Fly   Fly 10

    "Mama ngga seharusnya bicara seperti itu pada ibunya Ghaza." Ucap Quitta, setelah Ghea dan Ghaza berpamitan pulang. Kekesalan yang ditahannya sejak tadi pada Anastasia membutuhkan pelampiasan. "Memangnya kenapa? Justru Mama harus membicarakannya secepat mungkin." "Apa Mama tidak merasa malu? Setelah berbicara seperti itu terlihat jelas bahwa kita sangat menginginkannya." "Mama ngga mau munafik, siapa yang tidak mau berbesanan dengan keluarga mereka. Berpendidikan dan terpandang, dan yang pasti kekayaan mereka tidak akan habis untuk tujuh turunan. Hidup kita akan bahagia selamanya." "Ralat. Hidup Mama, bukan hidupku!" Quitta pergi meninggalkan Anastasia menuju kamarnya. Sudah cukup dia merasa malu pada Ghaza dan ibunya, dan kini dia harus menjaga hatinya agar tidak merasakan kesedihan yang mendalam karena sikap ibunya. "Mama melakukan semua ini untuk kamu!" teriak Anastasia. Dibiarkannya Quitta pergi ke kamarnya. Lagipula hari ini dia sudah cukup senang mendengar perkataan Ghea.

  • Unfree to Fly   Fly 9

    Demi menyambut tamu spesial, sejak pagi sekali Anastasia sudah bangun. Semalam dia sudah menghubungi asisten rumah tangganya agar datang lebih awal untuk berbelanja ke pasar. Dia juga meminta asisten rumah tangganya itu mencari dua orang lainnya untuk membantunya mempersiapkan semua hal. Quitta berusaha membuat dirinya tenang dengan tidak terpengaruh kegaduhan yang terjadi di rumahnya . Namun suara Anastasia yang sibuk mengatur dan mempersiapkan berbagai hal membuatnya terganggu. Bukannya dia tak tahu bahwa hari ini Ghaza dan ibunya akan berkunjung ke rumahnya, namun menurutnya sikap ibunya terlalu berlebihan. "Permisi ... " suara seseorang yang mengetuk pintu kamarnya. "Ya, siapa?" jawab Quitta, mengernyit mendengar suara yang asing di telinganya. Pintu kamarnya yang tertutup dibuka dari luar, dua orang wanita muda berwajah manis menyeruak masuk. Salah satunya membawa sebuah koper persegi berwarna hitam. "Halo, saya MUA yang mau make up-in kamu. Sudah siap? Mau dimake-up sekar

DMCA.com Protection Status