Mendengar apa yang dikatakan oleh pria yang saat ini menjadi kekasih adiknya ini, Pras di dalam hati mengakui kebenaran yang dikatakan oleh Dean. Memang benar Rengga adalah seorang kapitalis tulen, dia menilai segala sesuatu melalui materi dan untung rugi, maka tidak heran dia mau melepaskan pertunangannya dengan Mirela sekalipun akhirnya dia malah merasa menyesal.
"Sudah malam, aku pulang dulu," kata Dean sambil menepuk pundak Pras dan berlalu.
Pras membiarkan saja Dean keluar tanpa diantar, dia berpikir kalau sudah menjadi kekasih Mirela artinya dia bukan lagi tamu di rumah mereka.
Sementara itu Rengga tampak duduk di ruang kerjanya dengan pakaian lecek dan rambut yang berantakan. Banyak kertas dan barang-barang lain yang bertebaran di lantai seolah telah tersapu badai.
"Bagaimanapun caranya aku harus menghalangi hubungan Dean dan Mirela agar mereka tidak sampai menikah!" kata R
Pagi hari ketika mentari mulai bersinar cerah di ufuk timur memantulkan efek pelangi di tetesan embun yang tersisa di dedaunan, Mirela tampak sibuk menyiapkan sarapan di dapur untuk dirinya sendiri dan kakaknya, Pras.Tiba-tiba terdengar suara bel berdering. "Kak! Coba tolong periksa siapa yang datang!" teriak Mirela pada kakaknya yang sedang asik nonton berita di televisi yang berada di ruang tengah.Pras dengan malas merosot turun dari kursi yang dia duduki sambil memaki siapa gerangan tamu tidak tahu diri yang mengganggu waktu liburnya pagi-pagi. Dia membuka pintu dan tercengang melihat Dean yang berpakaian santai tampak berdiri di depan pintu."Hai kak, selamat pagi!" sapa Dean." ... "Pras merasa merinding di sekujur tubuhnya mendengar panggilan akrab Dean kepadanya. Bagaimana mungkin Dean yang terkenal sebagai raja iblis dunia pengusaha saat ini memangg
Rengga duduk di ruang tamu dan mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Dia mencari bayangan Mirela di sana namun, yang dia dapati malah bau harum masakan yang begitu lezat hingga membuat perutnya bergemuruh karena rasa lapar.Pras memutar bola matanya kesal, tadi Dean sekarang Rengga apakah kedua orang ini sengaja mengosongkan perutnya dan datang ke rumahnya untuk minta makan? Benar-benar tidak tahu malu. Pras cemberut dan menggerutu di dalam hati.Rengga bisa merasakan ketidaksukaan sahabatnya ini ketika mendengar bunyi suara perutnya, hal itu dapat dilihatnya melalui raut wajah yang saat ini ditampilkan oleh Pras. Rengga tersipu malu dan merasa tidak berdaya, tapi kenyataannya dia memang sengaja datang ke sini tanpa sarapan terlebih dahulu karena tahu di jam-jam inilah Mirela biasanya sedang menyiapkan makan pagi untuk dirinya dan kakaknya.Rengga dari semalam sudah memikirkan bahwa mulai sekarang dia harus berusaha keras untuk mendapa
"Kenapa? Toh dia akan menjadi istriku, pada akhirnya bukan hanya pipi bahkan seluruh tubuhnya akan menjadi milikku," sahut Dean santai. "Tenang saja aku tidak akan meninggalkan Mirela seperti orang yang tidak bertanggung jawab itu," kata Dean lagi sambil memeluk Mirela di pangkuannya seolah menyatakan kepemilikan atas dirinya.Mirela hanya tersenyum melihat cara Dean mengungkapkan perasaannya yang begitu terasa blak-blakan dan apa adanya. Namun, jujur Mirela lebih menyukai sikap Dean yang seperti ini ketimbang sikap Rengga dulu.Rengga menatap Mirela dengan pandangan terluka. Dalam hati dia menyadari betapa tidak nyamannya melihat orang yang kita kasihi menjadi milik orang lain. Dia mulai bertanya-tanya di dalam hatinya apakah perasaan seperti ini yang dirasakan oleh Mirela saat dia menikah dengan Dina?Mirela bukannya tidak melihat bagaimana tatapan mata Rengga yang terluka namun, dia juga tidak ingin memberikan harapan palsu kepadanya denga
Pras merasa geram dengan sindiran Dean terhadap dirinya. "Tidak bisakah kamu lebih sopan ketika berada di rumah seseorang? Aku adalah tuan rumah di sini, dan kamu adalah tamu!" katanya marah." ... ""Siapa yang coba kamu bilang setan? Kamu suka adikku tapi sangat kurang ajar kepadaku!" kata Pras lagi tidak dapat menahan kemarahannya."Yah, aku memang menyukai adikmu, tapi bukan berarti aku menyukaimu juga, aku masih pria normal, maaf kalau aku telah mengecewakanmu!" jawab Dean santai."Kamu ... " Pras kehabisan kata-kata menghadapi Dean yang sangat tidak tahu malu ini. Dia rasanya ingin mengamuk kalau saja dia lupa bahwa orang di depannya saat ini bukan orang yang bisa dia kacaukan.Dengan kesal dan wajah memerah Pras meninggalkan meja makan. Mirela menatap antara kakaknya dan kekasihnya dengan wajah tidak berdaya."Ini tidak akan b
Setelah menyelesaikan semua cucian piring bekas sarapan pagi mereka, Dean mengeringkan tangannya pada celemek yang dia pakai, lalu menggantungkan celemek itu di tempat semula. Mirela memandang Dean tanpa berkedip, entah kenapa di matanya Dean menjadi lebih menarik. Apakah pria kalau sedang berada di dapur memang memiliki aura yang seksi seperti itu?Dean tahu kekasihnya sedang menatapnya tanpa berkedip. Di dalam hati dia terkekeh senang mendapatkan perhatian dari kekasihnya itu. Apakah kekasihnya ini sama sekali belum pernah melihat seorang pria sedang bekerja di dapur? Kenapa dia terus melihatnya antara aneh dan takjub?Dean teringat masa mudanya yang begitu keras, dia harus berjuang antara bekerja dan belajar. Pekerjaan apapun dia lakukan asalkan bisa mencukupi kebutuhan dirinya dan adiknya Dina. Karena mereka adalah anak-anak yang di telantarkan oleh orang tua mereka."Sudah selesai, mari kita jalan-jalan, aku ingin melihat sekeliling rumah yang
Pras duduk di tepi kasur dengan keringat dingin bermunculan di dahinya. Dia benar-benar tidak mengerti mengapa Dean bisa melihat dirinya di balik jendela yang tidak tembus pandang."Tidak! Itu tidak mungkin! Bisa saja dia sedang memerhatikan hal yang lain, aku saja yang terlalu berlebihan," gumam Pras sambil mengelap keringat di dahinya dengan tisu.Tapi di dalam hati Pras tidak memungkiri kalau Dean memang pantas menyandang gelar pengusaha paling ditakuti dan disegani abad ini. Bisa-bisanya dia menakut-nakuti dirinya hanya dengan gerakan sederhana menunjuk dan melihat ke arah jendela kamarnya.Dean yang saat ini masih bersama Mirela di taman dengan patuh mengikuti kekasihnya duduk di sebuah ayunan berbentuk setengah telur yang saat ini sedang menjadi trend."Apakah kamu menyukai ayunan seperti ini?" tanya Dean."Papaku sengaja memesan ini dan menghadiahkannya saat
Mirela merasa nyaman dalam dekapan kekasihnya, Dean. Entah kenapa dia merasa seperti sudah lama mengenal Dean hingga tidak ada rasa canggung di hatinya sebagaimana ketika dia bersama Rengga.Pras yang memerhatikan dari balik jendela kamarnya merasa marah melihat Dean berani memeluk Mirela padahal mereka baru saja jadian. Apakah dia mengira adiknya itu wanita murahan?"Kurang ajar!" gerutu Pras merasa kesal melihat sepasang anak manusia yang saling berpelukan bagai teletabies.Dia bergegas keluar kamar dan menghampiri mereka berdua. Walaupun dia takut dan segan pada Dean tapi ini keterlaluan! Pras tidak terima adiknya diperlakukan seperti wanita murahan yang baru dekat dengan pria sudah langsung menempel jadi satu seperti diberi lem perekat."Lepaskan adikku!"Teriakan menggelegar dari Pras membuyarkan suasana syahdu di antara pasangan tersebut dan mengej
Mirela sendiri langsung tersenyum gembira melihat dua laki-laki terkasihnya saling menjabat tangan dan saling memaafkan. Dia tersipu malu ketika mendengar bahwa kekasihnya itu akan segera memenuhi kata-kata kakaknya untuk secepatnya datang kepada orang tuanya dan melamarnya. Mirela juga merasa dirinya sangat bahagia sekali ketika mendengar sendiri dari mulut Dean, bahwa kekasihnya itu akan bersiap untuk secepatnya menggelar acara pernikahan mereka.Dean memang bertekad dan bersungguh-sungguh ingin menggelar pesta pernikahan antara dirinya dan Mirela secepatnya. Ketika Mirela lepas dari pelukannya ada rasa kosong dan kehilangan di dalam hatinya.Dia sadar kalau ternyata dia benar-benar sangat mengasihi Mirela dan ingin secepatnya memiliki gadis itu seutuhnya, bukan hanya sekadar tertarik sebagaimana pikirannya sebelumnya."Jangan sedih lagi oke? Aku yang salah, aku akan secepatnya menikahimu," kata Dean sambil mendekati Mirela. Dia ingin sekali menyentuh kekasihnya untuk menghilangk
Ini adalah sebuah kesengajaan! Sinta sengaja melukai anaknya agar Dean datang ke rumah ini menemui dirinya dan anaknya. Sejak Dean pindah dari rumah ini, dia tidak pernah datang atau menemuinya. Jika anak ini kangen pada papanya, Dean akan menyuruh kepala pelayan untuk membawa anaknya ke tempat yang dia tunjuk.Bagaimana dengan Sinta? Dia sama sekali tidak diizinkan untuk ikut dalam pertemuan antara Dean dan anaknya.Sinta ingin bertemu, tapi Dean tidak mau. Apapun cara yang Sinta lakukan sepertinya Dean tetap tidak bergeming! Pria itu benar-benar tidak mau lagi menemui Sinta.Sementara Sinta resah dengan kondisi anaknya yang dia buat sendiri, Dean masih memanjakan Mirela yang sakit akibat perbuatannya."Sepertinya aku sudah agak baikan," kata Mirela sambil duduk di tempat tidur. "Kamu sebaiknya menengok anak itu, bagaimanapun dia anak kandungmu!" kata Mirela sambil menghela napas panjang."Apakah kamu benar-benar tidak sakit lagi?""Setelah dioleskan obat oleh dokter aku sudah tidak
Mirela terdiam mendengar perkataan narsis suaminya. Memang benar suaminya itu memiliki tubuh yang bagus, tapi apakah harus menyanjung diri sendiri seperti itu?"Mengapa kamu diam? Apakah kamu tidak setuju dengan perkataan aku?" tanya Dean saat melihat istrinya itu hanya berdiam diri tidak merespon kata-katanya."Apakah kamu harus memuji diri sendiri?" tanya Mirela sambil tersenyum tidak berdaya."Tentu, bukankah air laut memang asin sendiri?" kata Dean balik bertanya.Mirela langsung terkekeh geli sambil menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan jalan pikiran suaminya. Dulu dia berpikir Dean adalah orang yang dingin dan tidak banyak omong. Bukankah itu yang selalu dikatakan oleh sahabat dan kakaknya? Tapi ternyata setelah menikah dengannya, Mirela mendapati Dean tidak sedingin yang dipikirkan kebanyakan orang. Kadang dia juga bisa lucu dan polos seperti anak kecil yang menantikan pujian."Baiklah, suamiku memang memiliki tubuh yang bagus dan ideal," puji Mirela pada akhirnya.D
Perkiraan Mirela memang tepat, setelah melakukan hubungan intim dengan Dean, dia benar-benar tidak bisa bangun hingga Dean bergegas mencari dokter wanita untuk mengobati Mirela yang mengeluh sangat sakit di bagian intinya.Dokter itu hanya berdecak saat melihat apa yang terjadi pada daerah intim Mirela yang bengkak. Dia melirik Dean, ada semacam rasa kesal terlintas di wajah dokter itu. Laki-laki ini benar-benar buas, pikir dokter wanita itu sambil mengolesi salep pada bagian intim Mirela.Mirela merasakan sejuk dan nyaman di bagian intimnya saat sang dokter mengoleskan sesuatu di sana. Sedangkan Dean hanya diam menerima pandangan kesal sang dokter yang bolak balik ditujukan padanya. Apakah itu sangat parah? Tanya Dean dalan hati. Dia benar-benar tidak dapat mengendalikan diri saat berhubungan intim dengan Mirela. Itu benar-benar sangat enak hingga Dean merasa enggan untuk berhenti. "Bagaimana?" tanya Dean kepada dokter wanita itu tanpa dapat menyembunyikan rasa ingin tahunya."Ini b
Melihat bagaimana lembutnya Dean memperlakukan Mirela, petugas hotel wanita itu terpaku tidak bergerak di tempatnya. Dia membayangkan kalau saja yang mendapatkan perlakuan itu adalah dirinya sendiri, betapa bahagianya.Dia baru tersadar setelah mendengar bentakan Dean yang mempertanyakan untuk apa dia masih berada di sini."Maaf tuan, apakah ada hal lain yang tuan perlukan?" tanya petugas wanita itu sopan, tapi tidak meninggalkan kesan genit dari nada suara dan gerak geriknya.Mirela yg berada dalam gendongan suaminya mengangkat wajahnya dan heran melihat sikap genit petugas hotel yang ada di hadapannya saat ini. Mirela mengerutkan kening, biasanya petugas-petugas hotel ini baik yang pria maupun wanita, selalu menampilkan kesan ramah dan sopan, tapi tidak ada nada genit sama sekali dalam suaranya.Dia menatap wajah suaminya ingin tahu apakah suaminya sedang melihat kegenitan petugas itu. Di luar dugaan Mirela, saat ini Dean malah sedang menatap wajah Mirela penuh kelembutan. Sedikitpu
Mirela dan Dean melalui malam pertama mereka dengan penuh gairah. Dean benar-benar merasa puas bisa bersatu dengan wanita yang sudah lama dia kejar dan dambakan. Pagi harinya Dean bangun dengan enerjik sementara Mirela merasakan tubuhnya seperti habis tertabrak. Dia merasakan sakit dan pegal-pegal di seluruh tubuhnya. Itu semua dikarenakan aksi suaminya menjarah dan menggiling dirinya bolak balik. Mirela tidak menyangka kalau suaminya, Dean akan sangat antusias sekali melakukan penyatuan mereka tersebut berulang-ulang.Dean merasa kasihan melihat istrinya terkapar tidak berdaya akibat keganasannya semalam. Dia pun berinisiatif untuk membantu istrinya membersihkan diri di kamar mandi. Dean membopong tubuh Mirela ke kamar mandi dan mulai memandikan istrinya terlebih dahulu.Mirela mulai merasa nyaman dan pegal-pegal nya hilang ketika merasakan siraman air hangat dan pijatan lembut Dean di tubuhnya. Hal ini berbeda dengan Dean yang mati-matian menahan hasratnya agar tidak memakan istrin
Dean menghela napas mendengar pertanyaan Mirela, apakah istrinya ini akan marah jika dia mengatakan terus terang kalau rumah yang sebelumnya Dean tempati saat ini dihuni oleh Sinta dan anaknya."Dia menginginkan tinggal di rumahku untuk menemani anak itu," kata Dean hati-hati sambil menatap wajah istrinya ingin melihat apakah ada perubahan setelah mendengar apa yang dia katakan.Mirela mengerutkan kening mendengar Sinta ikut tinggal di rumah Dean. Apa maksudnya? Sekalipun Dean tidak berniat menikahi Sinta, Mirela akan tetap merasa tidak nyaman jika tinggal satu atap dengan wanita yang pernah melahirkan anak suaminya tersebut."Apakah kamu akan menikahinya?" tanya Mirela ingin tahu.Kalau jawabannya iya maka Mirela tidak akan ragu untuk menggugat cerai suami yang baru dinikahinya ini."Tidak.""Aku tidak bisa tinggal bersama dia ...""Jangan khawatir, kamu dan aku akan pindah dari sana dan menempati rumah kita sendiri," potong Dean semangat."Lalu bagaimana dengan anak itu?""Biarkan d
"B-bagus bos," kata manajer hotel pada akhirnya."Tentu saja orang tampan sepertiku akan tetap tampan walau memakai apapun," kata Dean bangga." ... "Manajer hotel hanya menelan ludah, tidak tahu apakah harus menangis atau tertawa mendengar kata-kata narsis bosnya itu. Bosnya memang tampan, justru karena tampan itu dia benar-benar tidak cocok memakai baju petugas hotel."Siapkan troli untuk mengangkut makanan!" perintah Dean sambil memperbaiki dasinya."Baik."Manajer hotel langsung menghubungi bagian dapur untuk menyiapkan apa yang dipesan oleh bosnya dan membawanya langsung ke kantornya.Tidak lama sepasang petugas hotel mengantarkan pesanan manajer ke kantornya dan merasa heran melihat pria tampan memakai seragam pegawai hotel."Ehm ...ini bos kita, beliau akan memberikan kejutan untuk istrinya," jelas manajer agar anak buahnya tidak bersikap kurang ajar kepada Dean.Keduanya hanya mengangguk dan berlalu dari kantor manajer setelah memberikan hormat kepada Dean.Dean menanggapi ke
Mirela yang sedang menikmati hari-hari indah dan tenangnya di hotel tempat dia menginap selama beberapa hari ini, mulai merasa heran dengan semua fasilitas yang diberikan oleh hotel tersebut. Dia melihat pengunjung hotel lain sama sekali tidak memiliki keistimewaan yang sama. Dia mulai mencari tahu dengan bertanya kepada pegawai hotel yang membereskan kamarnya. Namun, pegawai itu hanya mengatakan kalau Mirela telah memenangkan undian yang diam-diam dilakukan oleh pihak hotel untuk memilih satu pengunjung yang beruntung untuk mendapatkan pelayanan terbaik. Mirela hanya mengangguk memahami apa yang dikatakan oleh petugas hotel tersebut. Bagaimanapun masuk akal kalau hotel sebesar ini mengadakan undian seperti ini. Cuma yang agak aneh mengapa itu dilakukan secara diam-diam? Apakah itu untuk mencegah timbulnya rasa iri di hati para pengunjungnya? Apapun itu Mirela tidak merasa keberatan untuk mendapatkan pelayanan terbaik. Bukankah itu menguntungkan dirinya sendiri? Mengapa harus dit
Sinta tersenyum sinis mendengar perkataan Dean. Dia sangat percaya kalau Dean bisa melakukan apa saja pada orang-orang yang berusaha menghalangi jalannya untuk memiliki Mirela. Apa yang terjadi pada Rengga juga telah di dengar oleh Sinta. Namun, Sinta mengetahui titik lemah Dean, selama Mirela sendiri yang menyetujui Sinta menjadi istri ke dua Dean, Sinta yakin Dean pasti tidak akan menolak lagi untuk menikahi dirinya."Jika kamu ingin anak itu aku yang mengurus aku akan mengurusnya, tapi aku tidak akan mengikuti keinginanmu untuk menikah denganku atau menjadi istri keduaku!" kata Dean tegas.Sedikitpun Dean tidak ingin membuat kesalahan dalam membangun mahligai rumah tangganya bersama Mirela. Dean mendapatkan Mirela dengan susah payah setelah sekian lama mengincarnya, jadi wajar kalau Dean tidak ingin diganggu oleh siapapun atau apapun yang dapat merusak hubungannya dengan Mirela."Bagaimana kalau Mirela menyetujui?" tanya Sinta penuh harap."Sekalipun dia menyetujui, aku tetap tida