Di Kantor Kepolisian Kota BandungSetelah tiba di kantor Polisi, James, Cinta dan Mark dibawa masuk ke dalam. Terlihat satu Detektif mendekati mereka bertiga, dan terkejut saat melihat tangan ketiga orang itu diborgol."Apa permasalahan mereka?" tanya Detektif Putra."Mereka berkelahi di pemakaman, ada seorang peziarah yang menghubungi kami, karena merasa terganggu akibat perkelahian mereka bertiga." jelas polisi yang menangkap tiga orang tersebut.Riski, Alex dan Kenzo masuk ke dalam kantor Polisi dengan napas terengah-engah. "Pria ini yang membuat keributan dulu. Dia memancing amarah sahabatku, Pak." ucap Kenzo yang menujuk ke arah Mark."Benar, dua sahabatku tidak salah. Dia yang salah," sambung Alex yang ikut menunjuk Mark."Dia pembunuh, tapi kenapa kalian malah mengeluarkannya dari penjara? Wajar saja jika mereka kesal dan memukul pembunuh itu." ujar Riski yang menatap tajam polisi yang menangkap kekasihnya."Jadi lepaskan kekasihku dan sahabatku. Masukan pria itu kembali ke dala
Mark tengah mengobati lukanya di dalam kamar pribadi-nya. Wajahnya sudah membiru, karena pukulan Cinta dan James. Ia kesal dan melempar gelas yang ada di sampingnya ke arah dinding kamar. Sontak para pelayan yang bekerja di rumah Mark, kaget dan langsung masuk ke dalam kamar mereka. Para pelayan tidak ingin mendapat Ibas dari kemarahan majikannya.Mark mengambil ponsel miliknya dan menelepon seseorang, namun orang yang ia telepon tidak menjawab panggilan Mark. Pria tersebut semakin kesal dan membanting ponsel-nya."Sial! Saat dibutuhkan malah dia tidak ada!" teriak Mark."Aku akan membalas perbuatan kalian terhadap wajahku!" sambung Mark.***Sabtu 06 Maret 2021.Malam hari pukul 19.00 WIB.Cinta dan Riski bersiap-siap untuk pergi berkencan. Sepasang kekasih itu keluar dari rumah Kenzo dengan bergandengan tangan, tiba-tiba Alex menghalangi jalan mereka sambil menatap tajam sepasang kekasih tersebut."Mau kemana?" tanya Alex."Jalan lah 'kan malam Minggu. Waktunya kencan..." jawab Cinta
05 Maret 2018.Mark menurunkan temannya di tanah dan mengatur napas yang terengah-engah, karena terus berlari dari kejaran Polisi. Pria itu membuka penutup wajah, dan membuka jaket yang dipenuhi darah."Aish, hampir saja aku tertangkap. Jika terlambat sedikit saja, bisa masuk penjara..." ucap Mark dengan napas yang terengah-engah.Beberapa menit berlalu, teman yang membantunya membunuh keluarga Cinta dan James bangun. Ia memegang kepalanya, kemudian membuka penutup wajah."Kepalaku sakit," ujarnya."Kau lemah sekali Yogi," jawab Mark menatap datar ke arah Yogi."Kalau memukul secara mendadak seperti itu, gua mana bisa mengelak. Siapa sih yang memukul kita? Berani sekali dia..." sambung Yogi yang kesal."Anak dari orang tua sial itu. Tapi tenang, aku sudah membalas pukulan tersebut..." balas Mark lagi."Apa dia mati?" tanya Yogi."Entahlah, jika dia mati itu bukan urusan kita. Intinya orang tua sialan itu sudah mati dan Kakak perempuan James juga sudah mati..." ungkap Mark."Wah, tubuh
Kenzo turun dari mobil dan langsung menidurkan sahabatnya di atas brankar. James memarkir mobilnya dan mengejar kedua sahabatnya. Alex masuk ke ruang UGD dan langsung di tangani oleh Dokter. Dua pria itu duduk di ruang tunggu sambil berjalan bolak balik, karena sangat mengkhawatirkan Alex yang sedang sekarat di ruang UGD."Hubungi Cinta, beritahukan keadaan Alex. Bilang ke dia tetap dirumah, karena di luar sangat berbahaya..." ucap James.Kenzo mengangguk dan mengambil ponsel-nya, untuk menghubungi Cinta. Satu menit kemudian, Cinta mengangkat telepon dari Kenzo."Cinta, kamu baik-baik saja 'kan..." ucap Kenzo.[Aku baik, kalian dimana? Kenapa belum pulang juga?]"Kami sedang berada di rumah sakit Medistra." jawab Kenzo.[Siapa yang sakit?]"Alex, sepertinya ada orang yang ingin mencelakainya.." jawab Kenzo lagi.[Aku akan ke rumah sakit sekarang juga.]"Kamu tetap di rumah, James akan marah jika kamu memaksa untuk datang ke sini..." balas Kenzo.Namun Cinta memutuskan panggilan dan mas
"Bangun, jangan mati..." ucap Saskia menggoyangkan tubuh kedua pria tampan itu.Saskia melihat ke sekeliling rumah Mark, namun tidak ada seorang pun yang bisa membantunya, untuk membawa Yogi dan Mark ke rumah sakit."Aish, lebih baik aku pulang saja. Dari pada orang-orang melihatku, dan menuduhku yang memukul mereka berdua..." sambung Saskia yang mengambil tas miliknya, di atas meja ruang tamu.Langkah wanita itu terhenti saat ada seseorang yang menahan kakinya. Saskia langsung mematung dan menatap ke arah bawah, untuk melihat siapa yang telah menahannya. Terlihat Yogi dengan keadaan lemah dengan tangan yang sudah berlumuran darah, menahan kaki Saskia."Kak," ucap Saskia yang langsung membantu Yogi berdiri."Bawa aku ke rumah sakit," jawab Yogi yang sedang dipegangi oleh Saskia.Saskia mengangguk dan mereka pun berjalan menuju mobil yang terparkir di depan rumah, Mark. Mereka masuk ke dalam mobil dan Saskia langsung menghidupkan mobil, kemudian menuju rumah sakit untuk mengobati luka p
Setelah beberapa detik kemudian, Cinta dan Riski menyudahi ciuman mereka. Pelayan cafe tadi, langsung menghampiri sepasang kekasih tersebut dan memberikan pesanan mereka. Kemudian, ia memberikan total tagihan kepada Riski. Pria itu mengeluarkan uang cash dan memberikan pada pelayan tersebut."Terima kasih, Tuan dan Nyonya," ucap pelayan dengan sangat ramah."Sama-sama," jawab Riski.Cinta hanya tersenyum dan membawa plastik makanan, kemudian mereka berjalan keluar dan menaiki taksi. Mereka pun menuju rumah sakit, tempat Alex di rawat. Diperjalanan, Riski terus menggenggam erat tangan kekasihnya. "Besok Riski mau belajar naik mobil, ah. Biar kita jalan-jalan gak pakai taksi lagi," ucap Riski menatap kedua mata Cinta."Benarkah?" tanya Cinta."Iya, besok Riski mau minta tolong sama James atau Kenzo, buat ajarin Riski menyetir," jawab Riski."Sama aku juga bisa, belajar nyetirnya," sambung Cinta."Riski mau dengan mereka saja, nanti gak surprise dong kalau Cinta yang ajarin Riski..." bal
Setelah tiba di rumah Kenzo, Alex turun dari mobil dengan bantu Cinta. Mereka berdua masuk ke dalam rumah, dan menuju kamar Alex yang terletak di lantai 2 . James, Kenzo dan Riski membawa enam buah tas milik Alex."Cuma semalam di rumah sakit, nyuruh bawa baju sekarung. Kayak mau pindahan, dia enak tinggal jalan dengan tangan kosong. Lah kita yang menderita jadi tukang angkat barang-barang dia," ucap Kenzo yang membawa dua tas milik sahabatnya."Au nih, kagak tau kita capek apa..." sambung James."Sudah bawa aja, dari pada di marahin sama Cinta..." ujar Riski.Kedua pria itu mengangguk dan mereka masuk ke dalam rumah, sambil membawa tas milik Alex. Saat sudah di dalam, ketiga pria itu langsung terduduk di sofa ruang tamu, dan tas yang mereka bawa di letakkan di samping sofa tersebut."Gila, capek bener. Soalnya itu isi tas padat banget, tangan gue jadi sakit." ucap James."Iya, tangan gue juga sakit..." sambung Kenzo."Aku jadi haus," ucap Riski."Ambil minum gih, jangan lupa bawain ki
Di gedung tempat wawancara, Tuan Bima dan Nyonya Putri tengah duduk santai di kursi yang sudah disediakan oleh wartawan. Tanpa rasa malu, Adam masuk dan menghampiri kedua orang tuanya dengan perasaan kesal."Eh, kok kesini?" tanya Nyonya Putri."Duduk nak," ucap Tuan Bima."Aku paling tidak suka basa basi. Kenapa kalian berdua tega me---," ucapannya terpotong saat Tuan Bima menutup mulut anak laki-lakinya.Adam menepis tangan sang Ayah dan akan menghampiri wartawan yang sedang beristirahat. Namun, Tuan Bima menarik kuat tangan Adam sehingga memerah."Jangan ikut campur!" tegas Tuan Bima menatap anak sulungnya.Nyonya Putri hanya diam dan menyerahkan semuanya pada suaminya, Tuan Bima membawa anaknya keluar dari gedung dan mendorong tubuh Adam saat tiba di basement gedung."Akh," rintih Adam saat didorong.Tangan pria itu terluka dan menatap sang Ayah dengan tatapan datar. Tuan Bima menghampiri anaknya dan mengarahkan jari telunjuknya ke arah Adam. Pria itu hanya diam, dengan tatapan yan
Dua tahun kemudian.Riski tengah berada di ruang kerjanya, sambil menanda tangani dokumen yang dibawa oleh sekretarisnya. Terpasang di jari manisnya, sebuah cincin pernikahan. "Siang, Tuan." sapa sekretaris cantik yang bekerja dengan Riski."Iya, ada apa?" tanya Riski dengan ramah."Ada beberapa dokumen lagi, yang harus Tuan tanda tangani..." sambungnya.Riski menganggukkan kepalanya dan sekretaris itu pun meletakkan dokumen yang ia bawa di meja kerja Riski. Ia dengan sengaja memegang tangan Riski dengan lembut."Apa maksudmu?" tanya Riski yang langsung menatap datar sekretarisnya.Sekretaris itu pun malah mengelus punggung tangan atasannya. Riski mulai kesal dan menepis tangan sekretarisnya dengan kasar."Jangan sentuh tanganku! Ingat aku sudah menikah! Kau pikir aku akan tertarik denganmu ha!" tegas Riski.Sekretarisnya pun langsung tertunduk saat mendengar bentakan dari atasannya. "Maaf, Tuan." ucapnya dengan gugup."Pergi dari ruanganku sekarang!" perintah Riski dengan nada yang c
Satu minggu kemudian.Semua persiapan sudah Hampir semua selesai. Kesempatan bagi Riski, Cinta dan kawan-kawan berlibur ke puncak, Bogor. Mereka tengah asik mempersiapkan keperluan untuk selama 3 hari disana."Celana dalam udah, hand body udah, parfum udah, skincare udah, ini udah, itu udah, oke udah semua." Gumam Alex."Eh buruan tai, lama banget jadi cowok. Ngapain lo di dalem kamar, cukur bulu!" teriak Kenzo yang sudah sedari tadi menunggu Alex.James dan Cinta hanya diam sambil menunggu sahabatnya. Entah kenapa perasaan Cinta tentang kepergiannya untuk berlibur tidak enak. Ingin menolak, tapi dia tidak ingin melihat sahabatnya kecewa. Apalagi ini kesempatan mereka untuk bersama, karena setelah menikah tentunya dia dan Riski fokus ke rumah tangga mereka yang telah mereka bangun."Sabar ngapa?" ketus Alex."Buju buset, setan salto sampe planet pluto. Lo mau liburan atau pindah rumah, banyak banget bawaan lo. Mabok alkohol lo?" tegas Kenzo yang bingung melihat barang bawaan Alex."Jel
Tuan Bima sudah diperbolehkan untuk pulang kerumah, karena keadaannnya sudah membaik. Riski dan Adam membantu ayahnya untuk masuk ke dalam mobil. Nyonya Putri, Cinta dan Indah membawa beberapa barang, kemudian memasukkannya ke dalam bagasi mobil."Hati-hati, Ayah." ucap Riski.Tuan Bima mengangguk dan tersenyum ke arah Riski. Mereka masuk ke dalam mobil dan menuju kediaman keluarga Tuan Bima.Tiga puluh menit di perjalanan, akhirnya mereka tiba di depan rumah megah milik keluarga Tuan Bima. Riski turun lebih dulu, kemudian membantu ayahnya untuk keluar dari mobil. Adam membawa barang-barang yang ada di bagasi, dibantu oleh Cinta. Mereka masuk ke dalam rumah, dan duduk di atas sofa ruang tamu."Akhirnya pulang juga," ujar Tuan Bima yang lega."Iya, sayang. Mau minum teh?" tanya Nyonya Putri. "Tidak perlu, sayang." balas Tuan Bima.Adam dan Cinta meletakkan barang-barang Tuan Bima di dalam kamar. Setelah itu, mereka berdua berjalan ke arah ruang tamu."Bagaimana, dua minggu lagi kalian
Agus dan anggota kepolisian datang ke alamat yang diberikan oleh Marcel. Mereka sudah berpencar ke sekeliling rumah, agar Yogi tidak melarikan diri. Agus mendekati rumah yang letaknya cukup jauh dari kota Bandung, kemudian mengetuk pintu rumah tersebut.TokTokSudah tiga kali ketukan, namun tidak ada respon dari siapapun. Agus berinisiatif untuk mendobrak rumah, namun tanpa sengaja ia memegang ganggang pintu hingga terbuka."Terbuka?" ucap Agus yang bingung.Tanpa pikir panjang, ia dan tim yang lain masuk ke dalam rumah. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Yogi di dalam rumah. Agus memerintahkan anggotanya, untuk segera mencari ke sekeliling rumah, bahkan keseluruh jalanan. Tetap saja nihil tidak ada jejak Yogi sama sekali, seakan pria itu bak ditelan bumi."Pasti dia sudah tau, kita akan menangkapnya..." ujar Agus."Tetap cari keberadaan buronan itu! Periksa CCTV, kita harus menemukan buronan itu secepat mungkin. Karena nyawa temanku dalam bahaya.." perintah Agus yang langsung masuk ke
Pagi Hari, pukul 07.00 WIB.Riski membuka matanya, dan membenarkan jaket yang menyelimuti tubuh kekasihnya. Ia berdiri di depan pintu ruang ICU, sambil menatap Tuan Bima dari kaca pintu ruangan. Saat ia asik melihat ayahnya, tiba-tiba jari telunjuk Tuan Bima bergerak. Riski terkejut dan langsung masuk ke dalam ruangan, kemudian menekan tombol yang ada di samping brankar sang Ayah.Dokter dan perawat langsung berlari masuk ke dalam ruang ICU. Cinta terbangun dari tidurnya, dan langsung berdiri saat melihat tim medis masuk ke dalam ruangan dengan tergesa. Riski keluar dari ruangan, terlihat Cinta sudah berdiri di depan ruangan. Riski memeluk kekasihnya dan air mata bahagia pun membasahi wajah tampannya. "Jari Ayah bergerak, aku bahagia sekali." ucap Riski yang begitu bahagia."Benarkah? Syukurlah, sebentar lagi Tuan Bima akan sadar dan bisa beraktivitas seperti biasanya, Kak." balas Cinta yang ikut bahagia.Adam, Indah dan Nyonya Putri langsung berlari ke arah ruang ICU, saat melihat Ri
Saskia merasakan ada sebuah mobil yang mengikutinya dari belakang, ia langsung membelokkan mobil-nya ke jalanan yang cukup banyak orang. Saskia menghentikan mobil miliknya dan ternyata mobil tersebut hanya berjalan melewati mobilnya."Aish, hanya perasaanku saja ternyata..." ucap Saskia yang tertawa kecil.Wanita itu langsung menghidupkan kembali mobil-nya dan melanjutkan perjalanannya menuju rumah. Joshua hanya tersenyum kecil menatap kepergian wanita tersebut. Ia langsung menghidupkan kembali mobilnya dan berbalik arah menuju rumah sakit.'Belum waktunya,-' batin Joshua.***Cinta dan Riski meminjam mobil Alex untuk ke rumah sakit. Mereka masuk ke dalam mobil dan menuju rumah sakit, untuk bergantian menjaga Tuan Bima yang masih dalam keadaan koma."Wah, ternyata sayangku sudah bisa menyetir mobil. Keren banget," ucap Cinta yang bertepuk tangan."Ehehe, makasih sayang." jawab Riski yang tersenyum bahagia."Yasudah, fokus melihat jalan..." sambung Cinta memegang tangan kekasihnya denga
Dokter Joshua menahan tangan Yogi yang memegang pisau, hingga pisau itu terjatuh ke lantai kamar. Yogi terkejut dengan reaksi sang Dokter yang berani melawannya."Aku bukan seperti Dokter yang lainnya, Tuan. Kau menantangku, aku akan menerima tantangan mu.." ucap Dokter Joshua mengikat tangan Yogi dengan tali yang ada di dalam tas kerjanya."Lepaskan aku!" teriak Yogi sambil memberontak."Mama, tolong aku." teriak Yogi."Tidak akan terdengar, karena kamar anda 'kan kedap suara, Tuan muda." sambung Joshua sambil tersenyum kecil ke arah Yogi."Maaf, ini jam kerjaku. Jadi kau harus menuruti perintah ku, atau kau akan ku hukum..." ucap Dokter Marcel kembali.Yogi memberontak dan berusaha menendang perut Joshua. Namun, Dokter itu malah menahan kaki Yogi dan mengikatnya dengan tali. Joshua mengeluarkan peralatan yang ia gunakan untuk melakukan terapi dan mulai menghipnotis Yogi.Pria itu akhirnya tertidur dan Joshua mulai untuk melakukan terapi pada Kakak kandung almarhum Dokter Wahyu. "Ter
Pagi Hari, Pukul 07.00 WIB.Riski dan yang lain tengah bersiap-siap untuk berangkat bekerja. Sebelum pergi, mereka lebih dulu menonton berita yang disiarkan oleh salah satu channel televisi. "Korupsi mulu, kagak pernah selesai dah masalahnya," ucap James."Hooh, malah makin banyak yang korupsi. Bikin Negara miskin aja," sambung Riski yang duduk di samping James."Kamu benar-benar sudah baik 'kan?" tanya James."Sudah, nanti selepas pulang kerja, aku ingin terapi lagi dan menjenguk ayahku. Kasihan Kak Adam semalam seharian menjaga Ayah dan Ibu," jawab Riski.James menganggukkan kepalanya dan mereka langsung berdiri, saat melihat Cinta, Alex dan Kenzo sudah keluar dari dalam kamar. James mengambil remote televisi, berencana ingin mematikannya namun terhenti saat melihat kasus pembunuhan wanita paruh baya sudah terbongkar.- Selamat Pagi, hari ini anggota kepolisian berhasil mecahkan kasus tentang pembunuhan di sungai 3 hari yang lalu, Minah dinyatakan telah dibunuh di sebuah sungai yang
"Maaf," ucap Riski yang langsung melepas tangan gadis yang ternyata bukan kekasihnya."Mbak, ngapain di sini?" tanya James."Saya mau mengambil selendang milik saya," jawab gadis tersebut."Butuh bantuan?" tanya Alex."Tidak perlu, terima kasih." jawab gadis tersebut yang berhasil mengambil selendang miliknya.James, Riski, Kenzo dan Alex hanya mengangguk, kemudian melanjutkan untuk mencari Cinta yang belum juga mereka temui. Mereka kembali masuk ke dalam mobil, dan memilih mencari Cinta di tempat lain, berharap agar mereka bisa bertemu dengan gadis cantik itu."Semoga kita bisa bertemu dengannya," harapan Kenzo."Aamiin, aku khawatir dengan Cinta..." jawab Alex yang terus menatap ke luar jendela mobil."Kamu tau tidak dimana tempat paling disukai Cinta? Aish, dia tidak pernah memberitahu kami tentang tempat favoritnya. Jadi kami tidak tau, Riski." ucap James."Aku, tau." jawab Riski."Dimana?" tanya Kenzo."----,"James memutar arah dan menuju tempat yang disebutkan Riski.***Di Kawa