Share

Tersesat

last update Last Updated: 2023-03-18 09:02:59

"Wes yu, kancane mase yang di mobil itu ndak makan nasi, tapi sukanya makan kembang sama menyan. Dia juga nggak mau turun kalau tujuannya belum tercapai."

"Halah, pak Tris ini ngomong apa sih? Magrip-magrip lo, ngomongnya kok ngelantur. Kalau didenger barang seng nggak nggenah ngimana coba? Bapak ini namanya pak Sutris mas, sudah ndak usah didengerkan, orangnya memang suka begitu."

Namun apa yang diucapkan pak Tris telah merasuki pikiranku, kini aku mulai dicekam oleh rasa takut dan parno sendiri.

"Memangnya tujuan sampean itu sebenarnya mau kemana mas?"

"Saya mau mencari rumahnya mbak Rahayu pak, atau barangkali bapak atau ibunya tahu dimana alamatnya? Biar setelah ini saya langsung kesana dan pulang, soalnya saya juga nggak punya teman atau kerabat yang tinggal disini, pak, bu."

Terlihat si ibu warung mengerutkan kening seolah sedang berpikir.

"Rahayu? Rahayu siapa to pak Tris? Apa anaknya Nur? Tapi kan masih SD anak itu? Sampean barangkali tahu pak Tris?"

"Rahayu?"

Pak Tris tampak sedang serius berfikir, lalu bolak balik mengawasiku dengan kerutan semakin dalam dikeningnya.

"Saya sendiri terus terang juga belum pernah bertemu dengan mbak Rahayu ini, pak, bu. Saya hanya dapat titipan pesan yang harus disampaikan kepada mbak Rahayu, fotonya pun saya tidak punya. Tapi yang jelas, usia mbak Rahayu ini sekitar akhir dua puluhan atau pertengahan tiga puluhan pak."

"Mas, kampung ini memang luas, namun warganya sedikit. Meski rumah kita jaraknya berjauhan, tapi kami saling mengenal. Tapi kok, Rahayu yang mas cari ini saya sepertinya tidak kenal ya? Rahayu disini cuma ada satu mas, itu pun masih kecil."

"Yu, jangan-jangan yang mas nya cari ini, Rahayu..."

"Hust, mesti ngawur pak Tris ini. Gini saja mas, biar lebih jelas, mas nya ini tanya langsung saja ke rumahnya pak kamituwo, pak Wo pasti tahu semua data warga sini."

"Iya mas, sampean bisa bareng saya. Kebetulan rumah kita searah."

"Wah, pak Tris. Terimakasih sekali njih."

Aku sangat lega sekali dengan tawaran yang diberikan pak Tris, aku segera menyelesaikan makanku dan membayar semua pesananku termasuk pesanan pak Tris. Akhirnya, sebentar lagi perjalanan ini akan berakhir, Rahayu harus tahu apa yang sebenarnya terjadi, mungkin dengan begini ko Willi akan tenang.

Meskipun semasa hidup kami todak saling mengenal, tapi entah mengapa hatiku sangat tergerak untuk membantunya menyampaikan pesan-pesannya untuk Rahayu.

"Mas, sampean ikuti saya dari belakang ya? Karena jalanan menuju rumahnya pak Wo itu hanya bisa dilalui motor, nanti mobil sampean diparkir di depan gang saja."

Aku mengangguk, mengiyakan perintak pak Sutris.

Penerangan hanya mengandalkan dari cahaya lampu mobil, motor pak Sutris adalah motor rakitan sendiri yang lampunya hanya seadanya, bahkan sangat redup.

Awalnya semua berjalan lancar, aku mengikuti pak Tris hingga beberapa ratu meter kedepan. Beberapa kali pak Tris tampak seolah melampai, namun aku tidak tahu maksudnya.

Hingga pada sebuah pertigaan, entah hanya perasaanku atau memang begitu adanya. Tiba-tiba ku lihat pak Tris menjadi dua, yang satu tetap lurus, sedangkan yang satunya berbelok kekiri.

Aku sempat berhenti dan memperhatikan keduanya, namun tidak ada yang slaah dengan penglihatanku, pak Sutris benar-benar ada dua. Lantas mana yang benar dan harus ku ikuti?

Aku baca bismilah dalam hati, lalu memutuskan untuk maju terus mengikuti sosok yang aku yakini itu adalah pak Tris yang sebenarnya.

Namun setelah cukup jauh, dan ternyata belum sampai juga di rumah pak Kamituwo, aku tak lagi melihat oak Tris didepanku, sosoknya menghilang begitu saja.

Sebenarnya aku sudah siap jika hal seperti ini terjadi diperjalananku untuk mencari Rahayu, namun tetap saja, aku tidak bisa membohongi perasaanku sendiri bahwa saat ini aku sedang ketakutan.

Jalanan yang ku lewati semakin terjal, disisi kiri dan kanan banyak sekali rumah-rumah yang terbuat dari kayu, didepan rumah-rumah itu ada obor sebagai penerangan, tak ada lampu apalagi keramaian. Padahal aku yakin ini masih sore, mungkin masih sekitar setengah tujuh, namun suasana seolah sudah tengah malam.

Aku meraba-raba, kiranya dimana sekarang ini aku berada. Aku menepi untuk melihat ponselku, mungkin akan sedikit mengurangi rasa gugupku, namun sialnya batrei ku sudah berwarna merah, dan lagi signal juga sama sekali tidak ada. Aku bagai kembali terlempar diperadapan lama.

Tiba-tiba saja, bau bunga melati begitu menyengat tercium di indra penciumanku. Padahal semua kaca telah tertutup rapat, aku juga menggunakan aroma buah untuk parfum mobilku, lalu dari mana asalnya bau ini.

Aku segera memacu kembali mobilku dengan badan yang merinding, dan parno yang semakin menjadi-jadi. Hingga hal yang tidak ku duga, saad ku lirik di spion, ada sosok yang melayang dibelakang mobilku, sontak saja aku terkejut.

Aku membaca doa sebisaku, namun entah mengapa justru tawa melengking yang ku dengar seolah memecah gendang telingaku. Padahal sosok itu ada diluar, namun suaranya seolah begitu dekat.

Hingga kemudian, dikejauhan ku lihat ada sosok lelaki tua yang sedang duduk di teras rumahnya. Tanpa berpikir panjang, aku segera menepi dan menghampirinya. Anehnya, sosok kuntilanak yang terbang di belakang mobilku tiba-tiba menghilang begitu saja.

"Permisi mbah, nyuwun sewu, mau numpang nanya."

Aku menghampiri lelaki tua yang menatapku dengan pandangan aneh itu.

"Anak manusia, mau ada perlu apa kamu sampai ketempat ini?"

Suara yang begitu berat, lelaki itu bahkan sampai berdiri dan menatapku dengan tajam.

"Ngapunten mbah, sepertinya saya tersesat. Saya tadi mau ke kempung alit, mau nyari alamat, Tapi malah muter-muter disekitar sini. Kalau saya mau kembali ke jalan utama, saya harus lewat mana ya mbah?"

Lelaki itu masih menatapku, kini pandangannya berubah menjadi iba. Lalu dia sodorkan kepadaku sebuah batu berwarna hitam.

"Bawa batu ini, dan jangan sampai hilang. Kamu putar balik dan lewati jalan tadi, lurus saja sampai bertemu dengan jembatan yang diapit dua pohon besar. Jangan menoleh ataupun berhenti apapun yang kamu lihat, jangan tergoda dengan apapun yang kamu temui."

"Tapi mbah, sepanjang perjalanan tadi, saya tidak melewati jembatan."

"Sudahlah, cepat turuti perintahku. Atau kamu tidak akan bisa keluar selamanya dari tempat ini."

Aku mengangguk, mengucap terimakasih dan buru-buru kembali ke mobil.

Namun saat mobilku sudah melaju, pemandangan didepan mataku seolah tidak bisa kupercaya dengan akal sehatku.

Related chapters

  • UNDANGAN GAIB   Alam lain

    "Jangan melihat kebelakang dan jangan berhenti, apapun yang terjadi."Lelaki tua yang menunjukkan jalan tadi sudah mewanti-wantiku akan hal itu, dan terus ku ingat. Namun, reflek aku melihat lewat kaca spion kearah lelaki itu, dan hal yang sulit ku terima akal sehat pun terjadi. Lelaki tua itu masih berdiri ditempatnya dan mengawasiku, namun sayangnya wujudnya berubah menjadi sosok tinggi besar dengan mata merah dan tubuh penuh bulu. Segera kuinjak gas ku lebih dalam, jantungku berdetag tak karuan.Bukan hanya itu, disepanjang jalan yang tadi begitu sepi, pintu-pintu rumah yang tadinya tertutup, kini semua pintu itu terbuka. Aku melihat berbagai wujud yang bentuknya macam-macam dari setiap rumah yang ku lalui.Ada nenek-nenek yang kepalanya hancur sebelah, ada wanita gimbal dengan payudara yang menyentuh tanah, ada wanita cantik namun separuh badannya hancur, ada lelaki dan wanita yang dempet, dan banyak sekali penampakan-penampakan yang menyeramkan. Mereka semua menatapku, melamb

    Last Updated : 2023-06-21
  • UNDANGAN GAIB   Terdampar jauh

    8Saat aku membuka mata, kepalaku terasa begitu berat, badanku lemas, dan tenggorokanku benar-benar kering. Perlahan aku membuka mata, ku amati disekitar, namun semua terlihat asing. Suara burung yang bernyanyi begitu merdu terdengar sangat menenangkan. Ketika aku menggerakkan tangan, seperti ada yang menahan. Rupanya tanganku telah terpasang infus. Apa yang terjadi dengan ku? Ruangan tempat aku berbaring tidaklah luas, namun cukup nyaman. Pintar sekali orang yang menata ruangan ini, namun aku dimana? Saat aku mencoba untuk bangun, badanku kembali ambruk seolah tak bertenaga. Aku benar-benar lemas dan juga haus.Namun saat aku ingin menutup mata dan memutuskan untuk istirahat kembali, mataku langsung terbuka lebar, ketakutan ku kembali memuncak. Disaat itu tenagaku tiba-tiba pulih, aku langsung bisa duduk tegap walaupun kepalaku rasanya berputar-putar tak karuan. Bagaimana jika aku masih berada di dunia lain, bagaimana jika ini bukan alamku?Bagaimana jika aku tak bisa kembali da

    Last Updated : 2023-06-21
  • UNDANGAN GAIB   Siapa yang menyerupaiku?

    9. Siapa yang menyerupaiku? "Astaghfirullahalazim mas!"Pak Rudy langsung menghentikan makannya ketika melihat sesuatu yang terjatuh dari kantong celanaku. Pak Rudy memperhatikanku dengan pandangan yang terheran-heran. "Ada apa pak?"Tanyaku sambil mengambil benda yang baru saja jatuh, aku sendiri juga tak menyangka kalau barang itu ada denganku. Seingatku aku hanya meletakkan begitu saja di dalam mobil, entah bagaimana tiba-tiba bisa jatuh dari kantongku. "Dapat dari mana kamu benda itu? Kau buat untuk tujuan apa? Siapa kamu ini mas?"Aku terdiam, tidak mengerti dengan maksud dari pertanyaan pak Rudy, bukankah tadi sudah ku jelaskan bahwa namaku Bayu dan aku orang Surabaya, kenapa sekarang tanya lagi hal seperti itu. "Maksud bapak apa ya? Saya jadi bingung. Nama saya Bayu pak, kan kita sudah kenalan tadi?"Aku masih tidak mengerti apa maksud ma Rudy, sampai akhirnya beliau mendekat dan mengambil benda ditangan ku. "Maksud saya, dari mana kamu mendapatkan benda ini? Kamu tahu,

    Last Updated : 2023-06-21
  • UNDANGAN GAIB   Bukan manusia?

    10. Bukan manusia? Pemandangan di depanku benar-benar membuatku merinding. Kamar yang kutinggalkan dalam keadaan rapi, kini tempat tidurnya benar-benar berantakan seolah ada yang baru saja menempati. Kebiasaan ibu sejak dulu, setiap aku pergi, ibu selalu membereskan dan membersihkan kamarku. Namun jika aku ada dirumah, kebersihan kamar sepenuhnya menjadi tanggung jawabku. Lalu siapa yang membuat kamarku menjadi begitu berantakan seperti ini? Siapa yang pulang lima hari yang lalu dan menyerupai aku? "Kamu ini kenapa to Bayu, kok diam didepan kamar seperti itu? Kok tumben kamu lima hari ini anteng? Makan tidur makan tidur tok. Kamu lagi nggak ada kerjaan? Atau lagi ada masalah?"Ibu mengagetkanku, yang masih berdiri terpaku didepan kamar dengan menyaksikan pemandangan aneh yang membuatku terheran-heran. Bicara soal pekerjaan, aku baru ingat bahwa seminggu sudah berlalu, dan besok aku memang mengisi acara di kota sebelah. Lelahku belum terobati, penasaran ku belum terjawab, namun ib

    Last Updated : 2023-06-21
  • UNDANGAN GAIB   Singkong rebus

    11. Singkong rebus"Seng nggenah mas, asisten yang mana? Wong aku kesini sendiri. Asisten ku kan mari kecelakaan belum bisa kerja lagi mas?"Aku masih kekeh dengan argumen ku bahwa aku memang kesini sendiri, aku sudah lelah rasanya menipu semua orang bahwa aku baik-baik saja. "Ojok guyon mas?""Loh, aku serius mas. La ini kunci mobilnya di tas ku.""Wong aku genah-genah lihat temene sampean masuk ke dalam mobil, tak panggil-panggil diem aja. Ojo ngedhen-ngedheni sampean, aku muleh dewean lo mas."(Ngedhen-ngedheni=nakut-nakuti, muleh=pulang, dewe=sendiri) Aku menunjukkan kunci mobil yang baru ku ambil dari dalam tas, namun crew tersebut tetap bersikukuh dengan keyakinannya bahwa aku membawa teman dan masuk kedalam mobil. "Yawes, ayo ikut aku. Kita cek sama-sama, beneran ada orang apa enggak didalam mobil.""Eh, mas Bay... "Aku menarik paksa Crew tersebut, untuk membuktikan kepadanya sekaligus untuk menepis ketakutanku. Payung yang kami gunakan tidak benar-benar bisa melindungi bad

    Last Updated : 2023-06-21
  • UNDANGAN GAIB   Malam mencekam

    12. Malam mencekamPerasaanku benar-benar tidak nyaman setelah itu, suasana rumah juga terasa begitu sunyi. Apakah wajar seorang tua membiarkan anak kecilnya jam dua malam berkeliaran diluar rumah sendirian dengan jarak yang lumayan jauh dari rumah jika ditempuh dengan jalan kaki? Aku bertemu dengan gadis kecil tersebut sekitar dua kilometer dari rumahnya, sedangkan diluar rumah sedang hujan deras. Lantas, ketika aku mengantarkannya pulang, orangtuanya sama sekali tidak terlihat khawatir atau pun cemas. Ibunya bahkan tidak menggantikan anak itu baju atau sekedar mengambilkan handuk untuk mengeringkan tubuhnya. Mereka justru sibuk menjamuku. Perutku saat itu juga terasa mulas, tanganku basah oleh keringat. Aku tidak bisa beristirahat, hanya bisa mondar-mandir didalam kamar itu dengan gelisah. Entah pikiran dari mana, namun tiba-tiba ada yang mendorongku untuk melepas semua pakaian yang ku kenakan, lalu membaliknya. Bukan hanya itu, ketakutan yang tiba-tiba muncul membuatku secara

    Last Updated : 2023-06-21
  • UNDANGAN GAIB   Semakin mencekam

    13. Semakin mencekam"Minum dulu mas, ya Allah, pak, wes sadar iki mas'e.""Minyak kayu putih mbak.""Itu kasihan dhang gek gimana gitu lo.""Bikinkan teh hangat bune."Aku mendengar suara berisik disekitarku. Suara orang yang bercakap saling bersahut-sahutan. Aku membuka mataku perlahan, kepalaku terasa pusing, perutku juga mual. Di depanku sudah banyak orang berkerumun. Aku tak kuat lagi, perutku benar-benar mual parah, tanpa jijik seorang wanita seumuran ibuku membantuku mengeluarkan seluruh isi perutku. Dan yang membuatku kaget, yang keluar dari perutku berwarna hitam pekat dengan bau busuk yang menyengat. "Astaghfirullahalazim."Seru mereka dengan kompak, semua yang ada disitu kaget melihatku mengeluarkan isi dalam perutku yang tidak wajar itu. "Minum dulu mas, biar perutnya hangat.""Wes bune, suruh tiduran lagi. Kasihen minyak kayu putih lagi itu."Aku mengamati sekelilingku, aku berbaring di sofa ruang tamu rumah warga. Orang-orang itu tampak memperhatikanku penuh dengan

    Last Updated : 2023-06-21
  • UNDANGAN GAIB   kamarku berbau busuk

    14. Kamarku berbau busuk"Saya pamit ya pak, bu. Terimakasih atas jamuannya serta bantuannya, salam buat warga kampung yang lain yang sudah membantu saya kemarin. Maaf sudah merepotkan dan membuat kegaduhan.""Iya nak sama-sama, jangan pikirkan itu. Kamu hati-hati dijalan. Banyak-banyakin doa dan dekatkan diri kepada Allah, hanya kepadanya kamu bisa meminta perlindungan.""Iya bu, terimakasih sekali lagi."Mereka mengangguk dan mengantarkan ku hingga kedepan. Perlahan ku pacu mobilku keluar dari kampung ini dan menuju jalan raya. Selepas sholat subuh secara berjamaah, aku berpamitan kepada mereka. Banyak syukur ku panjatkan, dimana pun aku berada selalu dipertemukan dengan orang baik. Perjalanan pagi seperti ini sangat menyenangkan, aku sengaja membuka kaca mobilku untuk menghirup udara yang masih segar. Lalu lalang kendaraan belum terlalu banyak, sehingga udara masih belum tercemar oleh polusi. Aku mengingat-ingat kejadian akhir-akhir ini yang membuatku hampir gila, aku diteror h

    Last Updated : 2023-06-21

Latest chapter

  • UNDANGAN GAIB   Pesan dari Mbak Lilis, untuk kita semua

    19. Pesan dari Mbak Lilis untuk kita semua"Tipu muslihat? Saya ini dimana mbak? Apa yang terjadi dengan saya? Lantas bagaimana nanti saya pulang?"Aku panik, aku mulai berdiri kebingungan. Diluar langit terlihat mulai gelap, namun dirumah ini aku masih bisa melihat semuanya dengan jelas, meski tanpa adanya penerangan. "Nggak usah bingung mas, aku sudah bertahun-tahun disini. Sebenarnya aku rindu sekali dengan keluargaku, namun sayangnya aku tidak bisa pulang. Padahal rumah keluargaku tak jauh dari sini, sayangnya mereka sudah melupakan aku.""Kenapa nggak bisa pulang mbak? Apa keluarga sampean nggak menjenguk sampean disini? Apa perlu saya antarkan pulang? Kebetulan saya bawa mobil, mobil saya diparkir di warung bawah sana."Namun bukannya langsung menjawab, wanita itu hanya tersenyum simpul. Senyuman yang begitu manis, hingga hatiku serasa berdetak tak karuan. Wanita di depanku benar-benar bisa menciptakan keindahan dalam sebuah kesederhanaan. "Jangan sampai terpikat dengan apa y

  • UNDANGAN GAIB   Teka-teki tentang Rahayu

    18. Teka-teki tentang Rahayu"Mas, mas, ssttt... "Aku melihat ke belakang, rupanya bu Wo aku memanggilnya seperti itu, dia sedang mengendap dan mengejarku. "Bu? Njih?""Husstttt... Ayo jalan terus."Bu Wo menarikku hingga keluar dari pekarangannya, mungkin takut bila ketahuan suaminya. Aku menurut, kami berjalan terburu. Karena jalan yang kami lalui menurun, jadi langkah kami menjadi setengah berlari. "Mohon maaf yang sebesar-besarnya ya mas atas sikap bapaknya tadi, saya sungkan sekali dengan njenengan, sudah kesini jauh-jauh malah disuruh pulang."Aku tersenyum getir, karena bingung, setelah ini harus kemana lagi aku mencari keberadaan Rahayu. "Tidak apa-apa bu, mungkin memang saya yang salah, bertamu di waktu yang tidak tepat. Mungkin bapak sedang capek."Si ibu menarik nafas. "Memangnya, masnya ini sedang ada perlu apa kalau saya boleh tahu? Selama saya kenal dan membina rumah tangga dengan bapak, saya tidak pernah melihat bapak semarah itu, bahkan sampai mengusir tamu.""Say

  • UNDANGAN GAIB   Segelas kopi hitam

    17. Segelas kopi hitam"Rahayu... ""Pak Tris!"Aku dan oak Tris sama-sama kaget ketika ibu warung itu membentak oak Tris. Entah apa maksudnya, namun yang jelas, tujuannya sudah pasti untuk menghalangi pak Tris bercerita kepadaku. Mengapa? "Ah, mas Bayu. Bukan wewenang saya untuk menceritakan semua ini. Kalau mas Bayu ingin tahu banyak, silahkan ke rumah pak Kamituwo saja. Beliau lah yang lebih banyak tahu tentang warga sini, dan saya juga takut salah-salah."Aku semakin bingung, memangnya ada apa dengan Rahayu, hingga menceritakannya saja seolah sebuah larangan dikampung ini. "Mas Bayu ini bukan wartawan kan yo?"Tanya ibu warung kepadaku. Kini beliau sudah duduk didepanku. Sepertinya kini mereka mulai curiga kepadaku, dan tanda tanya ku tentang siapa Rahayu semakin kuat. "Bukan bu, saya ini MC. Saya nggak ada keperluan apa-apa mencari Rahayu, selain untuk menyampaikan pesan yang harus saya sampaikan langsung kepada Rahayu. Saya sendiri sebenarnya juga belum kenal dengan Rahayu,

  • UNDANGAN GAIB   Kembali ke kampung Alit

    16. Kembali ke kampung Alit"Astaghfirullahalazim"Aku tersentak kaget ketika melihat wajah pucat yang menatap tajam kearahku. Jantungku berdetak begitu kencang, ingin rasanya aku turun dari mobil dan berlari saja. Namun ku tahan, aku mengatur nafas dan berdoa semampuku, namun saat aku membuka mata, sosok itu masih diam menatapku tak bergeming dari tempatnya. Aku mencengkram kemudi dengan kuat, bukan aku tadi memang menantangnya untuk keluar menunjukkan diriny? Toh ini masih pagi dan wujudnya layak ya manusia biasa, tidak ada darah ataupun luka. Hanya saja wajahnya pucat pasi dan tatapannya yang begitu tajam namun terasa hampa. Aku menarik nafas dengan kasar, aku ingin mengambil positifnya, mungkin dengan dia ikut, justru perjalanan ini semakin lancar. "Ko, niat saya baik untuk membantu sampean. Tolong sampean juga membantu saya dengan hal-hal yang baik. Kalian kan sesama hantu, bisa komunikasi kan? Bilang dong jangan mengganggu saya, saya kan tidak ada salah dengan mereka."Aku me

  • UNDANGAN GAIB   Restu Ibu

    15. Restu ibuKami saling bertatapan, aku memandang ibu yang sedang kebingungan. "Mana bu?""Sumpah Yu, tadi ibu beneran lihat kamu tidur disitu. Terus kamar kamu ini beneran bau busuk."Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal. "Kamu juga sempet makan kok kemarin Yu, nggilani. Makanmu beneran kayak orang nggak pernah makan, beruantakan dan buanyak, ibu sampek ngomel-ngomel kemarin.""Tapi bu, kemarin Bayu nggak pulang. Mobil Bayu mogok dan jadi menginap dirumah teman."Aku berbohong kepada ibu, tidak ingin ibu semakin kepikiran jika ibu tahu cerita yang sebenarnya. "Kamu cuma bilang kalau pulang telat! Terus sopo Yu seng sama ibu dua hari ini? Beneran, ibu nggak halu, apalagi pikun. Dua hari ini ibu bener-bener berinteraksi sama sosok yang mirip kamu."Ibu sudah mulai histeris dan menahan tangis, wajahnya memerah. Aku memegang pundak ibu, dan mencoba menenangkannya. Hatiku juga sedih melihat ibu seperti ini, kenapa ibu harus ikut-ikutan diganggu seperti ini, sebenarnya apa salah

  • UNDANGAN GAIB   kamarku berbau busuk

    14. Kamarku berbau busuk"Saya pamit ya pak, bu. Terimakasih atas jamuannya serta bantuannya, salam buat warga kampung yang lain yang sudah membantu saya kemarin. Maaf sudah merepotkan dan membuat kegaduhan.""Iya nak sama-sama, jangan pikirkan itu. Kamu hati-hati dijalan. Banyak-banyakin doa dan dekatkan diri kepada Allah, hanya kepadanya kamu bisa meminta perlindungan.""Iya bu, terimakasih sekali lagi."Mereka mengangguk dan mengantarkan ku hingga kedepan. Perlahan ku pacu mobilku keluar dari kampung ini dan menuju jalan raya. Selepas sholat subuh secara berjamaah, aku berpamitan kepada mereka. Banyak syukur ku panjatkan, dimana pun aku berada selalu dipertemukan dengan orang baik. Perjalanan pagi seperti ini sangat menyenangkan, aku sengaja membuka kaca mobilku untuk menghirup udara yang masih segar. Lalu lalang kendaraan belum terlalu banyak, sehingga udara masih belum tercemar oleh polusi. Aku mengingat-ingat kejadian akhir-akhir ini yang membuatku hampir gila, aku diteror h

  • UNDANGAN GAIB   Semakin mencekam

    13. Semakin mencekam"Minum dulu mas, ya Allah, pak, wes sadar iki mas'e.""Minyak kayu putih mbak.""Itu kasihan dhang gek gimana gitu lo.""Bikinkan teh hangat bune."Aku mendengar suara berisik disekitarku. Suara orang yang bercakap saling bersahut-sahutan. Aku membuka mataku perlahan, kepalaku terasa pusing, perutku juga mual. Di depanku sudah banyak orang berkerumun. Aku tak kuat lagi, perutku benar-benar mual parah, tanpa jijik seorang wanita seumuran ibuku membantuku mengeluarkan seluruh isi perutku. Dan yang membuatku kaget, yang keluar dari perutku berwarna hitam pekat dengan bau busuk yang menyengat. "Astaghfirullahalazim."Seru mereka dengan kompak, semua yang ada disitu kaget melihatku mengeluarkan isi dalam perutku yang tidak wajar itu. "Minum dulu mas, biar perutnya hangat.""Wes bune, suruh tiduran lagi. Kasihen minyak kayu putih lagi itu."Aku mengamati sekelilingku, aku berbaring di sofa ruang tamu rumah warga. Orang-orang itu tampak memperhatikanku penuh dengan

  • UNDANGAN GAIB   Malam mencekam

    12. Malam mencekamPerasaanku benar-benar tidak nyaman setelah itu, suasana rumah juga terasa begitu sunyi. Apakah wajar seorang tua membiarkan anak kecilnya jam dua malam berkeliaran diluar rumah sendirian dengan jarak yang lumayan jauh dari rumah jika ditempuh dengan jalan kaki? Aku bertemu dengan gadis kecil tersebut sekitar dua kilometer dari rumahnya, sedangkan diluar rumah sedang hujan deras. Lantas, ketika aku mengantarkannya pulang, orangtuanya sama sekali tidak terlihat khawatir atau pun cemas. Ibunya bahkan tidak menggantikan anak itu baju atau sekedar mengambilkan handuk untuk mengeringkan tubuhnya. Mereka justru sibuk menjamuku. Perutku saat itu juga terasa mulas, tanganku basah oleh keringat. Aku tidak bisa beristirahat, hanya bisa mondar-mandir didalam kamar itu dengan gelisah. Entah pikiran dari mana, namun tiba-tiba ada yang mendorongku untuk melepas semua pakaian yang ku kenakan, lalu membaliknya. Bukan hanya itu, ketakutan yang tiba-tiba muncul membuatku secara

  • UNDANGAN GAIB   Singkong rebus

    11. Singkong rebus"Seng nggenah mas, asisten yang mana? Wong aku kesini sendiri. Asisten ku kan mari kecelakaan belum bisa kerja lagi mas?"Aku masih kekeh dengan argumen ku bahwa aku memang kesini sendiri, aku sudah lelah rasanya menipu semua orang bahwa aku baik-baik saja. "Ojok guyon mas?""Loh, aku serius mas. La ini kunci mobilnya di tas ku.""Wong aku genah-genah lihat temene sampean masuk ke dalam mobil, tak panggil-panggil diem aja. Ojo ngedhen-ngedheni sampean, aku muleh dewean lo mas."(Ngedhen-ngedheni=nakut-nakuti, muleh=pulang, dewe=sendiri) Aku menunjukkan kunci mobil yang baru ku ambil dari dalam tas, namun crew tersebut tetap bersikukuh dengan keyakinannya bahwa aku membawa teman dan masuk kedalam mobil. "Yawes, ayo ikut aku. Kita cek sama-sama, beneran ada orang apa enggak didalam mobil.""Eh, mas Bay... "Aku menarik paksa Crew tersebut, untuk membuktikan kepadanya sekaligus untuk menepis ketakutanku. Payung yang kami gunakan tidak benar-benar bisa melindungi bad

DMCA.com Protection Status