Terima kasih banyak teruntuk D'Lovely KarRa yang setia menunggu naskah ini up date ya. đ
"Kami tidak akan melakukan kekerasan, ikutlah dengan tenang!" Suara seorang lelaki yang Kalina yakini sebagai ketua dari mereka. "Aku tidak mau!" "Kita harus cepat Ketua, aku takut mereka mencium kehadiran kita!" Seorang lagi yang sedang mengintip di balik pintu berucap. "Kau benar, meski kita sudah dibekali dengan sihir dari Kepala Klan Penyihir untuk menyamarkan aura dan bau, kita tetap harus berhati-hati," ujarnya lagi. Kalina bersiap untuk berteriak, tubuhnya mulai menggigil ketakutan. 'Ini gawat.' "Berhenti melawan, atau kami akan melakukan dengan cara kasar!" berang salah seorang di antara mereka. Ketua dari mereka mengangkat tangan kanan, asap mengepul menguar dari telapak tangan tersebut. Dalam perlawanan tidak sebanding, mulut Kalina terasa kering dan suara tidak mampu keluar, pelipis terlihat mengeluarkan banyak keringat, samar, pandangan menghilang menjadi gulita. Air mata meleleh di dari kelopak lalu berbisik tanpa suara, "Sia
Malam itu Ibu Ratu Layla âibu Raja Arsenâ berniat mengunjungi kamar Putri Aurora yang diizinkan tinggal di Istana Ratu. Wanita tersebut bermaksud membujuk gadis tersebut agar menerima pinangan Raja Arsen putranya. Terlebih kekuatan Kerajaan Nigella pasti semakin kuat ketika Putri Aurora melahirkan benih sang raja. Membayangkan membuat wanita sepuh tersebut tersenyum, betapa bahagia menimang cucu. Dayang meminta izin untuk masuk, tetapi tidak ada jawaban. Ada sedikit kecurigaan melihat suasana sepi tanpa penjaga. Biasanya akan ada beberapa orang di sana. âGawat Ibu Ratu, beberapa penjaga tertidur di lorong sana,â kata salah seorang prajurit yang kebetulan menjelajahi ruangan. âBuka pintunya dayang!â titah Ibu Ratu. Mereka terkejut tidak ada seorang pun di kamar, melihat jendela terbuka lebar perasaan ibu ratu benar-benar tidak nyaman. âPanggil putraku dan yang lain!â titahnya. âAstaga, ini akan sangat merepotkan,â keluh Ibu Ratu. Dirinya tidak mencium atau merasak
-Mengandung muatan dewasa, tidak untuk di bawah umur!- Kaki kecil yang terbalut sepatu kain itu melangkah mengikuti dayang menuju ke ruang kerja. Begitu pintu terbuka, Kalina disuguhi pemandangan yang membuat tercengang. Dua orang lelaki tampan menoleh dan menatap dirinya dengan intens. Salah seorang di antara mereka adalah lelaki yang mirip dengan ayah Reza, lelaki berusia tua, tetapi wajah masih nampak muda. âAstaga, kenapa banyak sekali lelaki tampan di tempat ini,â bisiknya. Sepersekian detik gadis yang terlalu lemah pada wajah tampan tersebut terpesona. âKau gadis yang cantik,â ujar seorang lelaki bermata teduh yang entah sejak kapan tiba-tiba ada di hadapannya. Wajah Kalina bersemu merah, gadis itu melengkungkan tubuh ke belakang saking malu, hampir dia terjungkal jika lelaki tersebut tidak menangkapnya. âSadar Kalina, jangan terpancing ini perangkap yang memabukkan,â keluh dalam hati mencoba berada di kewarasannya. âKau akan membuatnya takut, Alex,â ujar Abraham memeperinga
Setelah berada pada jarak cukup aman seekor burung elang berbulu putih bertengger di ranting pohon yang rimbun. Plash! Burung tersebut berubah ke wujud manusia. Gavin menggunakan kekuatan penglihatan untuk melihat keadaan di sekitar. Hasilnya nihil, dia tidak mendapati sesuatu yang mencurigakan di sekitar kediaman Tuan Alex, Kepala Klan Penyihir. Srash! Kepak ⊠kepak ⊠daun-daun berjatuhan ketika seekor burung elang menerobos rimbun dedaunan itu. Siluman tampan Gavin telah kembali mengubah bentuk menjadi burung kemudian berlalu pergi menuju tempat selanjutnya. Hingga dirinya sampai di dekat kediaman Kepala Klan Peramal, Tuan Abraham. Srak ⊠brak ⊠burung elang berbulu putih seperti menabrak pembatas yang tidak terlihat. Bruk! Tubuh yang berganti menjadi manusia terjerembab ke tanah. Suara tawa terdengar bersahutan membuat pemuda itu panik.âGawat, aku harus segera bersembunyi,â cicitnya kemudian bangkit tanpa mengindahkan tubuh remuk selepas jatuh dari ketinggian.Tertatih Gavin memeg
Sang lelaki berpakaian serba hitam itu hanya menggelengkan kepala, menyaksikan gadis itu memukul-mukul ke arah yang salah. Dia berpikir mungkin sang gadis menganggap dirinya sudah mendekat dan hendak melakukan sesuatu pada tubuhnya.Kalina masih memejamkan mata, tubuh bergetar hebat, sesak napas terasa, dan dia berteriak. âTidak jangan sentuh aku!ââKalina,â panggil lelaki itu seraya membuka tudung yang dikanakan.Merasa suara itu tidak asing, Kalina perlahan membuka mata. âElard.â Kalina langsung menghambur ke pelukan siluman harimau yang datang. Dia menangis sesenggukan mengeluarkan segala duka. âAku ketakutan,â ujarnya dibalik tangis.âTenanglah, aku datang untuk menyelamatkan dirimu.â Elard berucap seraya membimbing Kalina berdiri. âKita harus segera meninggalkan tempat ini,â ungkap Elard memapah Kalina. Dia berhati-hati untuk keluar dari penjara besi tersebut. âKau bisa berjalan?â tanya Elard.âIya.â Kalina mengangguk seraya memeluk pinggang Elard mencari kenyamanan.âPenyusup!â
Kalina dapat melihat kebingungan dalam tatapan wanita yang rambutnya mulai memutih tersebut. dia menoleh ke arah Elard, tetapi lelaki tersebut hanya menggeleng. âSilakan Nyonya, Anda ingin bertanya apa?â Kalina mulai berucap setelah sepersekian detik. Wanita tersebut meraih tangan Kalina lalu memperhatikan cincin di jari manis gadis itu, âDari mana kau dapatkan cincin ini?â tanyanya. Elard bahkan sang Ayah memperhatikan dengan seksama tanpa berkomentar. Kalina menghela napas siap memberikan jawaban, âIni diberikan oleh Nona Anantari putri kalian. Mungkin kalian sudah mendengar garis besar cerita yang pernah aku utarakan. Di mana kerajaan Nigella hancur karena pengkhianatan Klan ilmu hitam. Satu-satunya siluman yang selamat adalah Nona Anantari, sebagai seorang manusia siluman kalian hidup dengan panjang umur. Jika tidak sakit dan mati karena terbunuh dalam perang.â Kalina mengambil napas. Pada masa depan, Nona Anantari menemukan cinta sejatinya, dia menikah kemudian melahirkan seora
Suara burung berkicauan bersamaan gemericik air sungai yang mengalir. Kalina yang mengenakan pakaian maid keluarga Elard agar tidak ketahuan orang lain itu saat keluar kediaman.âSebenarnya kita mau ke mana dan mencari siapa?â Elard bertanya.âSeorang wanita yang mirip denganku, kita harus menemukan dia sebelum terlambat.âMereka semakin masuk ke dalam hutan sepi, hampir putus asa ketika kalina tidak menemukan keberadaan tempat tinggal Sekar sampai menjelang malam.âKita pulang sekarang, hari sudah hampir petang. Ini akan berbahaya,â keluh Elard.Kalina meneteskan air mata, âTidak bisa, waktuku tak banyak lagi. Aku harus menemukan dia sebelum kembali ke tempat asalku,â keluhnya. âJika kau benar-benar ada, Sekar. Tolong berikan aku petunjuk untuk menemukanmu.â Tangis Kalina benar-benar pecah.âApa yang kau bicarakan, Kalina tolong jangan menangis,â ujar Elard kebingungan. Lelaki itu memeluk tubuh sang gadis untuk membuat nyaman.Elard mencium bau yang sangat dikenal. Semakin dirasakan
Elard menghela napas lega melihat siapa yang melangkah mendekat. Lelaki itu tersenyum, wanita tadi memindai dari atas ke bawah melihat Elard menggendong Kalina hati-hati. Sang wanita membuka mulut hendak berkata. âKami menemui seseorang, Ibu. Aku juga bertemu dengan Anantari.â Elard menjelaskan sebelum wanita itu buka suara. Wanita itu tersenyum mendengar nama putrinya disebut. Yah, wanita itu ibu dari Elard. âDalam waktu dekat dia akan pulang.â Elard menyampaikan pesan sang adik. âSyukurlah,â kata sang ibu, âAh, cepat naik ke atas dan bawa gadis itu ke kamarnya,â bisik sang ibu. Elard menjawab dengan anggukan kemudian berlalu menaiki tangga menuju lantai dua. Sang ibu mengikuti dari belakang, Elard berpikir mungkin ada sesuatu serius yang membuat sang ibu bertindak demikian. Tanpa berkomentar, wanita itu tetap memperhatikan putranya pelan meletakkan Putri Aurora di tempat tidur. Klak! Elard menutup pintu kamar. âKatakan ada apa, Ibu?â âGavin tadi datang membawa pesan raja, kau
Zaman now.Seorang wanita cantik berada di perpustakaan sebuah castle kuno yang masih terjaga sampai sekarang. Di ditemani seorang lelaki paruh baya bersama sang istri. Mereka tengah berbincang dengan serius. Perpustakaan bak lautan buku di mana banyak sekali rak-rak terisi penuh hingga menjulang tinggi hampir ke langit-langit. Lantai marmer nan bersih dan buku tanpa debu menandakan tempat tersebut terawat dengan baik.âSaya menyukai tempat ini, ini sangat luar biasa dan sangat bersih.â Suara melantun merdu dari wanita berambut panjang tergerai indah.âNyonya Anantari terlalu memuji,â balas seorang wanita yang kemudian duduk di kursi kayu berseberangan lawan bicaranya.Anantari tersenyum kemudian kembali berkutat pada buku bacaan yang sudah dia ambil.âAku sangat terkejut ketika Nyonya Anantari memberi kabar terkait kalung peninggalan teman Anda.â Kali ini suara seorang lelaki terdengar.Kedua wanita elegan itu menoleh ke arah sumber suara, seorang lelaki yang masih terlihat tampan mes
âKumpulkan para sesepuh dan para pemimpin ras, panggil juga gadis bernama Sekar!â Raja Arsen berkata seraya membalikkan badan. Dia memijat kening yang berdenyut, kaki panjang itu melangkah keluar kamar meninggalkan tiga temannya yang masih diam membisu. Mereka mencoba memposisikan diri di tempat Raja Arsen. Benar-benar situasi sulit dilalui, bukan? Anantari menoleh ke arah dua lelaki yang juga sama bingungnya. âAku akan menyusul Sekar.â Gavin mendelik menatap Anantari yang tertunduk, âApa yang akan kau lakukan?â âGavin, aku tahu ini tidak benar, aku juga tidak tega melihat Kalina menderita. Namun, bagaimana jika takdir itu memang membawa Kalina datang ke mari untuk suatu hal. Tidakkah kalian pikir banyak misteri tentang Nigella yang belum terungkap dan menemui titik terang? Seolah hidup kita dikendalikan sesuatu. Tidakkah kalian curiga para sesepuh menyembunyikan sesuatu?â âCuriga, tentu aku sangat curiga lebih dari yang kalian tahu. Namun, apa yang bisa kita lakukan?â Lamont ber
Kalimat bak omong kosong terdengar dari bibir Elard hingga membuat Kalina merinding. Bukan karena tidak percaya, banyak yang tadinya dianggap diluar nalar terjadi begitu saja. Tidak ada hal mustahil seperti dia terlempar ke masa lalu. Maka tidak heran bilamana Elard beranggapan telah bereinkarnasi. Itu membuat sedikit khawatir, reinkarnasi terjadi ketika seseorang telah meninggal. âJika memang bereinkarnasi, artinya Elard di Kerajaan Nigella mati.â Kalina menatap Elard sendu. Elard menyadari raut muka Kalina yang berubah, lelaki itu lalu berkata, âAku rela mati untukmu.â Jawaban Elard membuat Kalina melebarkan mata. Gadis itu denial pada perasaan sendiri. Jika mengingat cerita yang pernah terlontar pada mulut Gavin saat siluman itu berada di dunianya sebagai Elang, maka kematian dan runtuhnya kerajaan Nigella terjadi. Namun, nasib membawa Kalina isekai ke dunia lain, Kerajaan Nigella yang sama sekali tidak diketahui keberadaannya. Tidak ada catatan dalam sejarah tentang Kerajaan Ni
Kalina menggigit bibir bagian bawah menahan perasaan membuncah hingga membuat hampir gila. âElard.â Kalina memanggil nama calon suaminya. Gadis itu melihat wajah tampan Elard dengan seksama. Mereka sama-sama telanjang, berbagi peluh untuk mengarungi samudra kenikmatan. Wajah berpeluh Elard yang terlihat dewasa dari ketika dia melihat di Kerajaan Nigella masih terlihat muda. Namun demikian, gambaran eksotis ekspresi ketegangan dan tatapan tajam masih sama membuat gelayar aneh menjalar di tubuh Kalina. Elard menggerakkan tubuhnya di atas Kalina semakin kencang. âIya, Sayang, terus panggil namaku!â Lelaki itu mengecup telapak tangan Kalina yang menyentuh bibirnya dan menggigitnya. Kedua tangan Elard sibuk meremas dada Kalina yang terguncang-guncang. Kalina semakin berteriak lantang hingga suaranya benar-benar habis. Pertarungan panas untuk mencapai puncak kebahagiaan yang sesungguhnya dengan menyebut nama masing-masing saat ledakan dahsyat membuat lemas dan tersengal kehabisan napas.
âMimpi ini lagi.â Suara lirih bariton terdengar. Di mana cahaya putih menyilaukan samar menghilang tergantikan tempat yang sangat asing, banyak gedung-gedung pencakar langit. Serta bunyi bising membuat lelaki itu menutup telinga beberapa kali. Alat transportasi yang belum pernah Gavin temui sebelumnya. Dia mencoba menempatkan diri dengan baik, senyuman Kalina benar-benar memabukkan hingga dirinya rela tinggal di mana saja asal dapat mendekap hangat tubuh gadis itu. Mimpi yang terasa nyata, hanya ada Gavin dan Kalina, keduanya menghabiskan waktu bersama penuh kebahagiaan, sampai kepulan asap tebal datang. Suasana berubah mencekam dan gulita, kepulan asap mengepung dan melenyapkan Kalina. Gavin mempertaruhkan hidup dengan menukar nyawa demi menyelamatkan orang yang dicinta. Saat-saat genting, seorang lelaki gagah datang menghampiri menyelamatkan Kalina, ketika Gavin terlihat sekarat rasanya ingin mengumpat bahwa lelaki yang disambut Kalina adalah Elard. Hatinya remuk bukan main, Gavin
Raja Arsen duduk di singgasana, terlihat gagah dalam balutan pakaian kerajaan dan mahkota. Tanpa rasa takut dirinya mulai memantapkan diri. Ada orang berharga yang sekarang dalam genggaman, dia tidak ingin siapa pun menyakiti atau merebutnya. Meski masa depan dari beberapa alur cerita yang pernah terjadi, tetapi hal-hal terpenting masa depan sesuai apa yang terjadi di masa lalu. Kehadiran Kalina bukan untuk mengubah masa depan, tetapi untuk mengukuhkan pondasi keberadaan Permata Aurora sebagai simbol ras siluman. âSeperti yang sudah diperintahkan, untuk sementara Elard dari ras siluman Harimau tidak diizinkan keluar rumah karena sebagai pemicu skandal. Hukuman tersebut terdengar ringan karena pada waktu itu belum disahkan secara resmi calon ratu dan pertunangan.â Gavin sebagai ketua ras siluman Elang yang baru mewakili berbicara. Alasan cukup logis, mengingat beberapa waktu lalu ada insiden tidak terduga dengan hilangnya Kalina.Tuan Fariz memperhatikan, kata mata-mata yang ditempatk
Sore itu, Kalina benar-benar langsung dijemput kereta kuda Istana, di mana Raja Arsen yang hadir langsung untuk membawa. Sebagai hukuman, Elard tidak diizinkan untuk pergi ke Istana apalagi sampai bersua dengan Kalina. Sebanyak apa pun Kalina merengek dan menangis, Raja Arsen hanya diam, lebih diam dari biasanya. Keluarga Elard mengingatkan jika dirinya harus berhati-hati dan waspada dengan para sesepuh. âAku ingin pulang ke tempat asalku, aku lelah.â Kalina mendongakkan kepala, punggungnya dia rebahkan di sandaran kursi kereta kuda. âJangan pernah percaya siapa pun ketika kau di Istana,â bisik Ibu Elard ketika mereka berpelukan tadi. Kalina ingat, perpisahan penuh tangis pun terjadi, ibu Elard pun berat untuk melepas kepergian Kalina, di mana sebenarnya dia sangat berharap Kalina yang akan menjadi menantunya. Satu masalah mengganjal adalah hukuman yang belum diputuskan untuk Elard. Hubungan terlarang terkuak menjadi aib luar biasa memalukan. Meski pada akhirnya para sesepuh dan
âApa kepalamu terbentur ketika kakakku menggagahimu semalam?â Kalimat yang terlontar dari mulut Anantari membuat Kalina melongo mirip keledai, bagaimana mungkin Anantari mengucapkan hal yang sungguh diluar dugaan dan membuat malu. âSaya baik-baik saja, Nona Anantari. Elard memperlakukan saya dengan baik. Meski dia agak kasar dan sedikit memaksa.â Bayangan tubuh sexy menggairahkan Elard terpampang jelas. âSeperti yang Nona katakan, jika Raja Arsen dan para sesepuh mengharapkan saya kembali, maka saya akan kembali ke istana.â Kalina mendekat ke telinga Anantari, âJika benar kedatangan saya berkaitan dengan kalung dan juga bulan, maka dalam waktu dekat saya akan kembali ke tempat asal. Segala hal terjadi mungkin akan menemui titik temu, Nona. Saya sumber masalah akan menghilang.âAnantari memeluk Kalina lalu ikut berbisik, âJadi, kita akan berpisah?â Anantari menghela napas panjang lalu berucap dengan sedikit mengeraskan suara, âTata kramamu semakin meningkat dalam berbicara. Aku lebih
Kalina menggeliatkan tubuhnya yang telanjang dari bali selimut, rasanya enggan untuk bangun meski sinar sang surya sudah memancar menyilaukan mata. Tubuh terasa lemas dan sakit seperti habis terlindas beban berat. âAunch ⊠sakit âŠ.â âKau sudah bangun?â Kalina melihat ke arah dekat jendela, di mana Elard sudah duduk mengenakan kemeja putih dan celana formal hitam. Aroma kopi menguar, tersaji dua cangkir masih mengepul panas di meja bersama roti dan selai. âAku sudah membawakanmu air cuci muka.â Tangan berotot itu mengacungkan jari ke arah nakas dekat ranjang. âBangunlah dan sarapan dahulu, pelayan sedang ke rumah utama mengambilkan pakaian untukmu! Atau kau mau aku bantu bangun?â ujar Elard melihat Kalina nyengir ketika beringsut duduk. âAku bisa sendiri.â Gadis itu melilitkan selimut kemudian pelan bangun dari ranjang dan membasuh wajah. âMaafkan aku, itu pengalaman pertamamu, ini juga pertama kali untukku. Sepertinya aku kurang berpengalaman hingga membuatmu kesakitan. Tidak seh