#TUMBAL DARAH PERAWAN DAN MISTERI DESA KANIBAL
BAGIAN 4Kami bergegas menuju sumber suara, "Kamu kenapa Ki?""Anu tadi ada kecoa Sa, spontan aku teriak. Maaf ya." ujar Kinara sambil menggaruk kepalanya.
"Ya Allah Kinara, kirain ada apaan. Hampir ni jantung copot." Lisa mengelus dadanya.
"Kalian berdua kenapa belum tidur?" tanya Kinara dengan ekspresi wajah datar.
"Aku lihat Juna minum. Gak seperti biasanya dia seperti itu. Ini semua salah aku Ki, andai aja waktu itu aku tidak bersikap berlebihan kepada Jeremi hingga menimbulkan pertengkaran diantara mereka." ujar Lisa dengan wajah tertunduk.
"Udahlah gak usah dipikirkan lu kayak gak kenal Jeremi saja." Kinara melirik permata yang digenggam Lisa. "Apaan ini Lis?" Kinara segera merebutnya dari genggaman Lisa.
"Itu cinderamata yang dikasih Rinta." ujar Lisa sambil tersenyum.
"Gue mau dong, ini buat gue aja?" Kinara meminta dengan sedikit memaksa.
Lisa mengernyitkan dahi seraya berpikir sejenak. Dia mengalihkan pandangan kepada Rinta. Rinta menggeleng, namun Lisa tetap memberikannya "Ambil aja, sepertinya benda tersebut lebih cocok untuk kamu."
"Aaa makasih Lisa, lu emang sahabat gue paling baek."
****
"Bagaimana Jeremi? Bagaimana rasanya?" Tria tertawa puas.
Lelaki bertubuh gempal tersebut hanya bisa tertunduk, wajahnya pucat. "Apa hanya ini kemampuan kalian. Ahh ini belum seberapa Tria."
"Saya senang mendengar kata-kata itu Jeremi." Tria menepuk tangannya dan dua orang lelaki bertubuh kekar masuk kedalam rumah tersebut dengan membawa gentong berukuran besar.
Pandangan Jeremi mulai memudar, namun sepintas dia melihat pak Ruli berada diantara mereka. "Pak Ruli apakah itu anda?" tanya Jeremi dengan sisa tenaga yang dia miliki.
Lelaki bernama Ruli itu mendekat, "Iya saya Ruli."
"Kalian semua sekongkol untuk melakukan ini?" Jeremi berusaha mempertajam penglihatannya.
Tria mendekat, "Lantas kamu ingin teriak? Teriaklah sekuat tenaga. Tidak ada yang bisa mendengar kamu. Asalkan kamu tau, Desa ini memang tidak pernah dikunjungi lagi setelah puluhan tahun. Tapi, kalian berani mengadu nyali. Kalian memasuki Daerah yang salah. Apalagi, dengan tutur kata kasar yang keluar dari bibir kotor kamu. Pak Ruli keluarkan ular itu sekarang juga!!!"
"Hentikan Tria, jangan terburu-buru. Bukankah kita akan mengkonsumsi dagingnya. Ruli kembalikan gentong tersebut ke tempat semula." ujar Kepala suku.
"Apa yang akan anda lakukan kepada saya?" tanya Jeremi dengan ekspresi wajah ketakutan.
Sebuah golok panjang dan tajam telah berada digenggaman kepala suku. Mata Jeremi terbelalak, dan dengan sekali tebasan kepala dan tubuh tersebut akhirnya terpisah. Kepalanya menggelinding dilantai. Bau amis darah menyeruak seketika. "Ruli segera olah dagingnya. Jangan ada yang tersisa sedikitpun."
"Baik Tuan," Pak Ruli segera menghampiri mayat tersebut.
Tubuh tersebut dibagi menjadi beberapa bagian. Sebagian dari mereka membawa pulang untuk diolah menjadi makanan. Pak Ruli membawa daging tersebut kerumahnya. Dini hari, istrinya sibuk mengolah daging untuk sarapan mereka nanti.
Keesokan paginya, Rinta menemui Lisa yang sedang menyapu dihalaman belakang "Kak, jika nanti ayah meminta kakak untuk makan masakan ibu, kakak harus bisa menolak. Walaupun itu nantinya sangat menggoda."
"Menolak kenapa? Kakak takut nanti ayah dan ibu kamu tersinggung."
"Pokoknya kakak harus bisa menolak, jangan sampai kakak tergiur dengan masakan ibu." Lisa hanya mengangguk saja.
Makanan tersebut telah tersaji diatas meja "Mari makan dulu nak, ibu udah masakin makanan spesial buat kalian." ujar pak Ruli sambil tersenyum penuh arti.
"Maaf pak saya lagi puasa, jadi saya tidak makan hari ini. Sesudah maghrib baru saya makan. Bapak dan ibu saja yang makan, saya permisi kebelakang dulu." Lisa segera berlalu pergi meninggalkan ruang tengah tersebut.
Hanya Juna, Tias dan Kinara yang menikmati hidangan tersebut. Mereka memakan dengan sangat lahap. Tanpa mengetahui asal muasal daging itu.
Setelah beberapa saat, Rinta segera berlari kebelakang sambil menenteng keranjang yang berisi buah-buahan, "Dimakan dulu kak, kakak pasti belum makan dari tadi."
Lisa segera duduk menghampiri bocah tersebut "Kenapa kamu melarang kakak, untuk makan masakan ibu kamu?"
"Itu karena.......... " belum sempat dia menjawab pak Ruli menghampiri mereka. Dia memandang tajam kearah buah-buahan yang dipegang Lisa.
#TUMBAL DARAH PERAWAN DAN MISTERI DESA KANIBALBAGIAN LIMAPak Ruli segera menghampiri mereka. Matanya membulat sempurna "Bukannya kamu bilang kamu puasa?""Pak tadi Rinta habis nyuci buah di sungai belakang. Jadi Rinta lansung ke sini. Kak Lisa cuma megang saja. Liat gak ada bekas gigitannya." Rinta menunjukkan semua buah tersebut, buah-buah itu masih utuh tanpa ada daging yang terkoyak.Pak Ruli segera meninggalkan mereka. "Dek apa kamu tau kemana perginya Jeremi?"Rinta seolah terdiam dan menggelengkan kepalanya.Aku menemui kepala suku untuk meminta bantuan, tentang hilangnya Jeremi. Beliau berkata beberapa penduduk melihat Jeremi telah pulang dulu. "Ada beberapa penduduk melihat Jeremi menyusuri sungai. Saat ditanya dia berkata dia mau pulang ke kota, ada sesuatu yang mendesak. Dia menitipkan ini kepada bapak untuk kalian semua."Sepucuk surat mendarat di tanganku. Isinya permintaan maaf Jeremi, karena telah pulang duluan tan
#TUMBAL DARAH PERAWAN DAN MISTERI DESA KANIBALBAGIAN ENAM"Usstttt, jangan sampe suara kita memancing mereka." Aku berusaha mengingatkan teman-teman ku.Tias dan Kinara seketika memuntahkan kembali, daging yang mereka santap tadi pagi. Begitupula dengan ku."Juna sekarang kita harus bagaimana? Kalo beneran Jeremi mati diDesa ini, kenapa kita tidak bisa menemukan jenazahnya? Atau jangan-jangan Desa ini.......... " Tias berbicara tanpa jeda dan wajahnya pucat pasi.Lisa spontan menutup bibir sahabatnya tersebut "Ussst jangan keras-keras, mulai sekarang kita harus waspada. Jika pak Ruli atau istrinya menawarkan makanan berbahan daging, jangan sampai kalian semua ikut makan. Bisa saja itu daging Jeremi. Bukannya saya berpikiran buruk, hanya saja mendengar cerita Juna barusan itu sudah cukup menjadi bukti yang kuat. Ra coba kamu cek dulu, bekal kita kira-kira cukup gak untuk tiga hari ke depan?""Bentar gue cek dulu," Kinara segera b
#TUMBAL DARAH PERAWAN DAN MISTERI DESA KANIBALBAGIAN TUJUHKami berpencar, Tias dan Kinara berlari ke arah Selatan sementara aku dan Rinta ke Utara dan Timur. Aku bersembunyi di bawah pohon besar, sambil memegang busur panah. Jujur saja, aku belum pernah menggunakan benda tersebut. Aku hanya ingat ketika almarhum bapak mengajari dan itu sudah lama sekali. Samar-samar dari balik pohon, aku mendengar langkah kaki yang kian mendekat. Jantung ku berdetak kencang."Kita cari di tempat lain saja, lagian sasaran kita adalah ke dua gadis tersebut," ujar salah satu di antara mereka. Mereka berbalik arah dan setelah di rasa cukup jauh, barulah aku keluar.Baru saja hendak menarik nafas lega, karena terbebas dari kejaran mereka. Bahuku di pegang oleh seseorang. Tubuh ku gemetar, aku memberanikan diri membalikkan badan. "Pak Pepeng!!"Pak Pepeng mengangguk, dan ia membawa ku pergi dari pohon besar tersebut. Sepanjang perjalanan, kami hanya terdiam membi
#TUMBAL DARAH PERAWAN DAN DESA KANIBALBAGIAN DELAPANPak Pepeng segera mengambil busur panah, dia memberi kode agar aku membuka pintu tersebut. Aku membuka pintu dengan tangan gemetar. "Kinara," aku terperanjat seketika. Pak Pepeng segera menurunkan busur panahnya."Juna," Kinara segera memelukku sambil menangis terisak."Masuk dulu nak," ucap Pak Pepeng.Kinara masuk dengan langkah gontai, "Ki, Tias mana?" Aku tidak melihat Kinara bersama Tias."Tias...Tias....""Tias kenapa Ki?" Aku sangat panik saat itu."Dia di tangkap Juna, Tias di tangkap. Kakinya mengalami luka robek, dia terkena lemparan tombak mereka. Tias minta gue untuk berlari menyelamatkan diri. Maafin gue Juna, seharusnya gue gak ninggalin Tias di sana." Kinara menangis sesegukan.Aku dan Pak Pepeng saling berpandangan satu sama lain. Tubuh ku seakan lemas tak berdaya, aku segera ke belakang gubuk tersebut. Memandang awan dalam kegelapan malam,
#TUMBAL DARAH PERAWAN DAN MISTERI DESA KANIBAL BAGIAN SEMBILAN Pak Pepeng melemparkan bambu kuning runcing, kearah makhluk tersebut. "Juna apa yang kamu tunggu, ayo lari !!" Beliau menarik tanganku dan aku seketika langsung tersadar. Kami segera berlari bersama, menembus gelapnya hutan. Malam itu adalah malam mencekam untuk kami. Setelah tiba di tepi sungai, Pak Pepeng mengambil perahunya. Kami segera meninggalkan Desa tersebut. Aku hanya bisa terdiam, wajah ku pucat. Badan ku gemetar dan tubuh ku panas. Setelah sampai di Dermaga, kami segera turun dari sampan tersebut. Pandangan ku kosong saat itu. Kinara dan Pak Pepeng menuntun ku. Aku segera di kompres oleh Kinara, saat kami telah tiba di rumah beliau. "Juna badan lu panas banget." Pandangan ku samar-samar, seketika aku melihat Jeremi berada di antara kami. Dia tersenyum kepada ku, "Jeremi." Kinara segera menoleh, "Istighfar Juna, sadar Jeremi udah gak ada lagi." Kinara mulai menang
BAGIAN SEMBILANPak Pepeng melemparkan bambu kuning runcing, kearah makhluk tersebut. "Juna apa yang kamu tunggu, ayo lari !!"Beliau menarik tanganku dan aku seketika langsung tersadar. Kami segera berlari bersama, menembus gelapnya hutan. Malam itu adalah malam mencekam untuk kami. Setelah tiba di tepi sungai, Pak Pepeng mengambil perahunya. Kami segera meninggalkan Desa tersebut. Aku hanya bisa terdiam, wajah ku pucat. Badan ku gemetar dan tubuh ku panas.Setelah sampai di Dermaga, kami segera turun dari sampan tersebut. Pandangan ku kosong saat itu. Kinara dan Pak Pepeng menuntun ku. Aku segera di kompres oleh Kinara, saat kami telah tiba di rumah beliau. "Juna badan lu panas banget."
#TUMBAL DARAH PERAWAN DAN MISTERI DESA KANIBALBAGIAN SEPULUHKinara, hanya bisa memejamkan matanya. Dia tidak sanggup melihat adegan sadis tersebut. Istri Pak Ruli, pingsan seketika. Tubuh Pak Ruli, segera di kuliti oleh beberapa orang yang mengenakan jubah hitam. Mereka mempertontonkan, hal mengerikan tersebut, di hadapan semua penduduk. Bau anyir darah menyeruak, bersatu padu dengan bau busuk dari luka menganga Rinta. Beberapa lalat hijau, terlihat mengerumuni luka tersebut.Perut ku mulai mual, aku berusaha menahan agar tidak muntah. Wajah, dan jubah yang aku kenakan juga tak luput dari bau amis tersebut. Rinta masih bernafas, dia tidak menyadari kehadiran kami di sana. Tubuhnya pucat, nafasnya tersengal menahan kesakitan. Kepala suku, mengambil darah yang tertampung di dalam bejana tersebut. Beberapa darah, kelihatan telah menggumpal.Dia duduk di sebuah lingkaran, yang di penuhi beberapa lilin. Membaca beberapa mantera, dan memulai beber
#TUMBAL DARAH PERAWAN DAN MISTERI DESA KANIBALBAGIAN 11Nafas Sukma memburu, Tria segera berlari kearah penduduk. "Kalo kalian berani menyentuh adik saya, anak panah ini akan menancap di daging kalian." Matanya menatap tajam, dengan beberapa penduduk.Mereka mundur perlahan bergitu pula dengan anak buah Kepala Suku. Tidak ada yang berani, untuk mendekati. Adya Seta, perlahan mendekati kedua buah hatinya. Dia membawa sebilah pedang, yang mengeluarkan bunyi nyaring. Saat menghantam bebatuan, dasar goa. "Mundur Ayah, atau... ""Atau apa? Kamu akan membunuh Ayah mu sendiri? Ayo, silahkan bunuh saya." Adya Seta mendekat, dia mengarahkan anak panah tersebut ke jantungnya sendiri.Tangan Tria gemetar, dia bingung apa yang harus dia lakukan. "Kalian semua ambil Sukma, sekarang!!" Suaranya menggema di dalam goa."Baik Tuan," mereka segera membawa Sukma. Tria, hanya bisa terdiam, dan terjatuh ke tanah seketika. Semua yang dia lakukan, hanya sia-sia b
#Tumbal Darah Perawan Dan Misteri Desa KanibalBAGIAN 21"Biarkan saja dia buk, percuma kita berbicara dengan orang yang keras kepala dan tidak bisa di atur," ujar Raka sambil berlalu pergi.Kinara terdiam sejenak, dia bersikeras untuk membuka pintu tersebut. Bu Tatik, tidak bisa untuk mencegah keinginan gadis itu. Suara pintu berderit. Kinara keluar, matanya mencari keseluruh penjuru. Memanggil nama Lisa, menyusuri jalan setapak dalam keremangan malam, "Lisa, Lisa." Namun, Lisa tidak menampakkan wujudnya sama sekali.Angin malam berhembus, membawa serta bau anyir darah. Suara tangis menyayat hati, juga terdengar. Sesosok wanita mendekat perlahan. Wajah pucat pasi, dan rambut yang acak-acakan tersenyum menyeringai. Bau amis darah semakin tercium, "Lisa... " pekik Kinara histeris.Sosok tersebut berdiri di kejauhan, bibirnya pucat seolah tidak ada darah yang mengaliri. Ia mengulurkan tangannya, seolah mengajak Kinara untuk ikut serta. Kinara berjalan perlahan, mendekati sosok tersebut.
TUMBAL DARAH PERAWAN DAN MISTERI DESA KANIBALBAGIAN 20Kinara hanya terdiam, dia tidak lagi bisa berbuat apa-apa, "Berarti sekarang, yang bisa keluar selamat dari Desa ini hanya saya dengan Arjuna?"Raka mengegangguk perlahan, "Arjuna, pasti selamat karena dia berada di pihak yang tepat. Buk berikan obat yang di bawa mereka. Setidaknya, itu bisa mencegah darahnya keluar."Bu Tatik, segera melakukan apa yang di pinta Raka. Selang beberapa menit, terdengar ketukan beruntun. "Buk buka pintu, Buk..." Mereka saling berpandangan. Bu Tatik segera berdiri, berlari menuju pintu tersebut. Seorang wanita separuh baya menerobos masuk, "Buk, gawat kita gawat.""Gawat kenapa? Apa yang sebenarnya terjadi Lin?" Mata Bu Tatik melirik kearah anak gadis di bawa Ibu tersebut. "Kenapa dengan Dini? Kenapa dia sepertinya ketakutan?""Mereka mulai beraksi lagi. Dari informasi, yang saya dapat Adya Seta kembali mencari tumbal anak gadis. Bagaimana ini Buk? Saya takut Dini akan menjadi korban selanjutnya.""D
#TUMBAL DARAH PERAWAN DAN MISTERI DESA KANIBALBAGIAN 19Tias tersenyum, merapatkan tubuhnya kepada Kinara, "Ki... " belum sempat ia melanjutkan pembicaraannya,terdengar suara gaduh dari luar.Suara ketukan pintu, sangat kuat, "Tatik buka pintu !!" hardik suara tersebut.Mereka terkejut, Bu Tatik segera kedepan dengan tergesa-gesa, "Kalian sembunyi di bawah kolong tempat tidur," ujarnya sambil berbisik.Kinara dan Tias, hanya mengangguk mereka segera bersembunyi di kolong tempat tidur."Heh Tatik, buka pintu ini atau kami dobrak !!" hardik, salah satu di antara mereka.Pintu tersebut terbuka, "Maaf, tadi saya sedang masak air di belakang. Ada apa ini ?""Kami ingin menggeledah rumah ini. Kalian semua, geledah rumah ini segera !!"Bu Tatik segera menghalangi, "Eits atas dasar apa, kalian mengobrak abrik rumah saya? Ini rumah saya, hargai saya sebagai tuan rumahnya. Bos dengan anak buah sama-sama tidak punya etika." Matanya membulat sempurna."Kami mencari dua orang gadis, pasti mereka
#TUMBAL DARAH PERAWAN DAN MISTERI DESA KANIBALBAGIAN 18Alex segera menyeret tubuh tersebut ketepi sungai. Dia, memeriksa denyut nadi Lisa, namun semua sia-sia. Ia menggendong mayat tersebut. Kembali kerumah Pak Pepeng. Bau amis darah, tidak lagi ia hiraukan. Baju yang dia pakaipun, tak luput dari bercak darah gadis tersebut."Arjuna, Anggoro, kalian di mana?" pekik Alex.Kami yang mendengar, segera berhamburan keluar, dari kejauhan kami tidak melihat begitu jelas siapa yang sedang ia bawa. Alex berlari, sambil membawa seorang gadis. Nafasnya mulai tidak beraturan. Kami segera mendekat, aku berharap, itu bukan salah satu dari mereka bertiga. Namun, harapan ku pupus. Ketika melihat tubuh Lisa, sudah dalam keadaan terbujur kaku tidak bernyawa."Sa, bangun Sa ini gue Juna. Sa, bangun Sa... " Hanya air mata, yang bisa berbicara kala itu. Aku masih mengingat janji ku kepada Tante Rosi, untuk melindungi Lisa apapun yang akan terjadi. "Maafin gue Sa, maafin gue seharusnya gue melindungi lu.
#TUMBAL DARAH PERAWAN DAN MISTERI DESA KANIBALBagian 17Kinara memapah Tias seorang diri, karena dia tau Lisa saat ini kondisinya juga melemah. Sepanjang perjalanan, Lisa tidak banyak berbicara. Dia, lebih memilih untuk diam saja dan tatapannya kosong. Ya, dia bukan seperti Lisa biasanya. Wajahnya pucat, terlebih lagi pada bagian bibir. Kinara tetap fokus, melewati semak belukar untuk mencari jalan keluar dari hutan."Semoga, Arjuna menemukan kita," rintih Tias sambil menahan sesak di dada.Sungai kecil, telah menunggu mereka di depan. Suara cacing dari perut Kinara, menghentikan perjalanan mereka. Dari semalam, mereka belum makan apapun."Kita istirahat dulu Ki," pinta Tias sambil menahan sakit.Kinara mengangguk, dan segera membantu Tias untuk duduk. Lisa, lagi-lagi hanya terdiam, sesekali ia melemparkan senyuman. Namun, entah mengapa bulu kuduk Kinara berdiri, kala melihat Lisa tersenyum. Kinara melirik, kearah luka bekas anak panah tersebut. Luka itu tampak mengering, "Kenapa sec
#TUMBAL DARAH PERAWAN DAN MISTERI DESA KANIBALBAGIAN 16Dibawah temaram sinar rembulan, mereka berlari dengan sisa-sisa tenaga yang di miliki. Menebus luasnya hutan belukar, mencari perlindungan yang aman."Istirahat dulu Ki, saya sudah tidak kuat lagi." Lisa menghentikan langkahnya.Tubuhnya, lansung terjatuh menghempas tanah. Dia memegangi luka, dengan jemari lentiknya. Bau amis darah menyeruak. Kinara berusaha mempertajam penglihatannya, "Sa lu..."Lisa hanya mengangguk lemah, Kinara segera merobek baju yang ia kenakan. Untuk menghentikan pendarahan Lisa. Di liriknya, anak panah yang masih menancap. "Sa, gue bakal cabut anak panah ini. Lu tahan ya, lu harus kuat." Lisa, lagi-lagi hanya mengangguk lemah.Tias segera merobek pakaiannya, "Gigit baju ini Sa, agar teriakan kamu tidak memancing mereka kesini." Tias, memberikan potongan baju yang ia robek barusan.Tangan Kinara gemetar, saat hendak mencabut anak panah tersebut. Saat telah memantapkan hatinya, sekali tarikan anak panah it
#TUMBAL DARAH PERAWAN DAN MISTERI DESA KANIBALBAGIAN 15Jantung Kinara, berdetak kencang. Tubuhnya gemetar, saat sebilah tombak telah berada di genggaman Lisa. Nafasnya, seakan tersekat di tenggorokan."Izinkan saya berbicara kepada Kinara," pinta Lisa."Silahkan," ujar Tria sambil melemparkan senyuman sinis.Lisa menatap wajah sahabatnya tersebut, "Kinara, kita harus melakukan ini demi Tias. Kamu harus menyelamatkan Tias. Aku, akan mengalihkan perhatian mereka. Kalo nanti, aku benar-benar mati, setidaknya salah satu dari kita selamat.""Aku takut Sa, aku takut.""Kita pasti bisa Ki, kita pasti bisa. Semua ini demi Tias." Lisa mengenggam tangan sahabatnya sendiri."Sudah cukup basa-basinya. Sekarang, lakukan apa yang saya suruh!!" Mata Tria menatap tajam, kearah mereka."Sebelum kami memulai pertarungan ini, kami ingin melihat obat tersebut."Tria mengangkat alisnya, "Dul, bawa penawar racun itu segera!!"Seorang lelaki berperut tambun, segera berlari mengambil obat penawar yang di s
#TUMBAL DARAH PERAWAN DAN MISTERI DESA KANIBALBAGIAN 14Kami masih menanti, satu jam berlalu namun lelaki bernama Soleh tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Setelah lama menunggu, lelaki bertubuh gempal, berkulit sawo matang itu datang, "Mohon maaf, saya terlambat. Maklum, hari ini desa sedang ramai.""Soleh, apa kamu melihat Raka membawa ketiga gadis itu?" Pak Pepeng bertanya dengan mimik serius."Raka? Tidak, saya tidak melihatnya,"jawab Pak Soleh.Sebuah ketukan di pintu mengejutkan kami. Beberapa anggota mengambil senjata mereka masing-masing. "Buka pintunya, ini saya Tuan mbok Yem."Alex segera membuka pintu tersebut, dan menutupnya dengan cepat. Nafas wanita tersebut tersengal-sengal. Pak Pepeng memberikan dia, segelas air yang di teguk tanpa bersisa. "Berita apa, yang kamu bawa Yem?""A-anu Tuan, Raka, Raka berkhianat kepada kita. Dia, menyerahkan ketiga gadis tersebut kepada Adya Seta." ujar Mbok Yem, dengan nada gemetar.Meja seketika bergetar, "Raka? Anak itu benar-be
#TUMBAL DARAH PERAWAN DAN MISTERI DESA KANIBALBagian 13Malam itu, aku sama sekali tidak bisa memejamkan mata. "Apapun yang terjadi, aku harus bisa membawa kepala Jeremi kembali. Bagaimanapun resikonya aku harus bisa."Dalam keremangan lampu teplok aku melirik arloji. Waktu menunjukkan pukul 00.00 wib, udara dingin begitu terasa menusuk tulang. Ku lirik ke tiga gadis tersebut, mereka sudah terlelap. Perlahan, aku mendengar langkah kaki mendekat. Sangat jelas terdengar, samar-samar aku seperti mendengar suara orang berbincang."Tria tau jika kita telah mengkhianati mereka Tuan. Apa yang harus kita lakukan?" tanya Raka dengan nada bicara sangat pelan.Hening sejenak, "Besok pagi, kalian harus membawa mereka semua keluar dari Desa ini. Saya akan mengulur waktu.""Tapi Tuan, besok pagi itu tidak mungkin. Karena mereka sudah pasti mengawasi siapa yang bebas keluar masuk Desa ini. Tias, racunnya belum sepenuhnya keluar, dia tetap akan di bayangi kematian." ujar Alex dengan nada khawatir.A