Syamira tergugu di dalam kamar, suara tangisannya terdengar pilu di telinga Hadi.Ingin rasanya dia masuk dan menenangkan Syamira.Hadi gelisah sendiri di depan pintu kamar Syamira. Sementara Arga yang melihat papanya sedih dan bu Syamira yang menangis juga ikut gelisah dia takut bila bu Syamira membatalkan menerima lamaran papanya.“Kalau mas Hadi mau balik ke pesta, ditinggal aja mas, nanti syamira tenang sendiri, biar saya disini yang temani dan jaga anak – anak.” Mbak Syifa, kakak ipar Syamira berbicara pada Hadi sambil memangku anak Syamira yang paling kecil.“Mbak, saya mau bicara sama bang Ihsan.”“ Kalau gitu saya panggilin dulu mas.”“Nggak usah mbak saya yang akan kesebelah menemui sendiri.”Mbak Syifa hanya mengangguk.__ “Apa mas Hadi sudah yakin memilih syamira sebagai pendamping?, bukan apa – apa tapi saya sebagai kakaknya merasa kasian sama Mira kalau mas Hadi banyak wanita yang kejar – kejar. Nanti Syamira merasa malu. Ditambah lagi dia janda anak tiga sedangkan kamu
Rumah Syamira telah rapi dan bersih. Tadi ada petugas catering yang datang membersihkan peralatan makan. Dan para tetangga juga banyak yang membantu. Tak disangka acara sederhana yng direncanakan namun kerabat dan tetangga banyak pula yang datang dengan pernikahan Syamira ini.Arga telah pulang bersama Wita dan neneknya sejak sore tadi. Dia tidak bisa menginap karna besok pagi ada latihan basket di sekolahnya.“Mir, biar anak – anak sama Mbak, malam ini kamu berdua suamimu dulu.” Kata mbak Syifa saat masuk hendak membawa Khamila tidur di rumahnya. Azlam dan khasanah sudah terlelap sejak tadi.“Tapi Mila sudah tidur mbak.”“Nggak apa – apa biar mbak gendong. Baktikan dirimu pada suamimu Mir, layani dengan baik.”“Iya mbak.” Malu – malu Syamira mengangguk.__Hadi baru selesai mandi dan sholat isya saat keluar dari kamar dan mendapati rumah sepi.“Anak – anak kemana sayang?”Hadi langsung memanggil Syamira dengan sebutan sayang, dan Syamira sudah merona wajahnya mendengar panggilan itu.
Dua pesan dari nomor tak dikenal masuk ke gawai Syamira. Pesan pertama berisi gambar suaminya terlihat dari samping seperti hendak memegang lengan seorang wanita, terlihat di foto itu seorang wanita muda menggunakan blouse lengan panjang warna putih dipadukan dengan rok hitam di bawah lutut.Pesan kedua berisi kalimat yang sungguh mampu membuat Syamira tergugu dalam tangisnya. ‘gimana rasanya dikhianati suami, kamu itu bukan selera mas Hadi, nggak mungkin dia betah ngasih makan anak – anak yatim kamu yang banyak itu, mas Hadi tuh seleranya yang kaya aku, cantik dan sexy, bukan kaya kamu yang kampungan’.Bahu Syamira terguncang menahan suara tangisnya. Sungguh bila dirinya dulu dihina dengan status jandanya dia tidak masalah, tapi ini anak – anaknya yang yatim, dimana dia sendirilah yang mencari nafkah untuk mereka. ‘Apakah benar anak – anaknya hanya menjadi beban bagi mas Hadi.’Syamira kepikiran lagi.Hadi mengernyit heran melihat istrinya yang tampak seperti menangis, dari belakang
Braakk!...Hadi membanting meja tepat di depan Siska.“Apa maksud kamu mengirim gambar saya dan mbak Ria ke istri saya?.” Hadi membentak Siska tepat di saat ayahnya datang hendak menyambutnya. Dikiranya Hadi ada perlu dengan beliau.Hadi sengaja datang ke rumah orang tua Siska untuk memberi pelajaran pada perempuan rese itu.“Ga..gambar apa mas?, jangan sembarangan kamu nuduh aku.”“Oh enggak mau ngaku rupanya, apa perlu saya bawa ponsel istri saya dan tunjukin chat kamu yang kurang ajar itu.” Wajah hadi memerah dan tegas berucap.Entah bagaimana Siska ini, saat Hadi semarah ini pun dia masih kagum. Dilihat ketegasan di wajah pria itu, punya prinsip dan penyayang di waktu yang bersamaan. Sifat Hadi ini juga yang membuat dia tergila – gila, padahal sedikitpun Hadi tak pernah meresponnya. Bukan Hadi tak menyadari kalau Siska menyimpan rasa untuknya, namun sepak terjang Siska di luar sana diketahuinya. Dia ingat pernah melihat Siska jalan bersama pak Broto masuk ke hotel tempat Hadi meet
“Tahan bentar ya, lukamu harus diobati dulu,” seorang gadis berseragam putih biru yang sedang piket di ruang UKS sedang mengambil obat merah dan alkohol.Arga sesekali mencuri pandang pada gadis dengan nametag Nafia Almayra, rambut panjangnya dikucir kuda dengan jepitan di bagian poni semakin mempermanis wajahnya.“Ssshh.” Arga meringis menahan perih saat gadis bernama Nafia itu membersihkan lukanya dengan alkohol.“Kalau perih bilang ya, aku akan pelan – pelan bersihinnya.”“Iya ini perih banget.”“Sabar, nanti boleh ke rumah sakit habis ini.” Telaten Nafia membersihkan luka Arga.Arga menatap wajah Nafia saat gadis itu hendak membalut lukanya dengan perban. Sesaat tatapan mereka bersirobok. Arga merasakan ada yang lain di hatinya, entah apa itu.Nafia memutuskan kontak mata mereka terlebih dahulu.“Kamu sendiri ya, yang lain mana?” Arga bertanya karna tak melihat petugas piket yang lain.“Iya, aku sama Isma sebenarnya anak kelas 7.B, Cuma dia lagi ulangan mate-matika hari ini.“Ou
“Mas udah dong,” pinta Syamira lirih saat untuk kali kedua di tengah malam ini meminta menuntaskan hasrat.Syamira tak keberatan karna memang kewajibannya sebagai istri tak boleh mengabaikan penyaluran birahi suaminya. Apalagi usia empat puluh begini, semangat laki – laki kembali seperti usia dua puluhan.Namun durasi yang kedua ini membuatnya lelah. Sungguh perkasa suaminya ini.“Mas...” Syamira kewalahan.“Ahh bentar sayang,” Hadi melanjutkan hentakannya. Bulir peluh mereka menyatu di tengah malam yang dingin itu.Syamira yang merasa gemas dengan tingkah suaminya, bermaksud menggoda suaminya, di usapnya dada dan jarinya bermain di puncak dada itu.Hadi menggeram menahan nikmat karna perlakuan Syamira barusan.Hingga satu hentakan terakhir yang begitu kuat mengakhiri pengejaran cintanya malam ini.Hadi mengusap peluh di dahi istrinya lalu mengecup dengan mesra, setelah mencapai tepian hasratnya. Selalu begitu, memperlakukan istrinya dengan sayang, menanyai istrinya sudah cukup atau
Bab. 56Rembulan berlaluHati masih bertaluBaru kusadariAku kiniKehilanganmuSebait lagu terdengar dari ponsel pintar seorang pemuda tanggung yang baru saja lulus Sekolah Menengah atas.Entah mengapa dia merasa kehilangan gadis polos nan pendiam yang dulu merawatnya sewaktu terluka saat latihan basket di Sekolah Menengah Pertama.Dia merindukannya meski beberapa tahun telah berlalu, dan usia mereka bukan lagi tiga belas tahun.Mungkin rupa pun ada perubahan.Arga.Putra sambung Syamira ini tumbuh menjadi pemuda yang gagah dan rupawan dengan tubuh tinggi yang terjaga.Tentu banyak gadis di sekolahnya yang menggilainya, namun satupun gadis – gadis berpenampilan modern itu yang nyantol di hatinya.Dia mencari gadis sederhana dengan baju kedodoran dengan rambut panjang dikuncir kuda, atau mungkin tak lagi dikuncir, mungkin dipotong pendek, memakai jepitan rambut atau....mungkin telah tertutup hijab rambut itu.Tiga tahun lalu Syamira melahirkan seorang bayi laki – laki dengan jalan ope
“Kasi tahu aku nomor telepon orang tua kakak, biar kuhubungi please.” Azlam panik melihat korbannya seorang wanita berseragam salah satu apotik dua puluh empat jam itu.“Nggak usah dek, kakak nggak apa – apa, ini cukup diperban dan minum obat anti nyeri, nanti lukanya akan sembuh.”“Kamu juga harus diobati, kamu juga terluka.” Pelan suara gadis ini.Bisa – bisanya gadis ini mengkhawatirkan penabraknya, padahal yang jadi korban adalah dirinya.“Ku telepon mama dan papa dulu.” Ucap Azlam cepat, lalu segera keluar menghubungi nomor mamanya.Gadis itu mengangguk saat Azlam mengambil ponsel dan keluar menelpon orang tuanya.Efek dari obat yang diminum tadi membuat gadis itu mengantuk lalu tertidur tanpa menyadari kalau orang tua yang menabraknya sudah berdiri di samping brankarnya.Dan seseorang yang kerap menganggu mimpinya pun ada di dalam kamar itu.Ya dia adalah Nafia, gadis yang dicari Arga selama ini, gadis yang kerap mengganggu mimpinya.Alam begitu baik, bekerja untuk manusia – man