“Mas, baru liat kamu lagi. Susah banget dihubungi sekarang.” Dia siska, saudara sepupu Tiara sedang mendekati Hadi sambil mengernyitkan alis melihat Syamira berdiri tak jauh dari samping Hadi.Seolah Hadi mengerti kalau Siska sedang bertanya siapa wanita yang disampingnya.Kenalkan ini Syamira, calon ibunya Arga”. Tegas Hadi menjelaskan.Sesaat Siska kaget dengan mata membulat.Syamira yang melihatnya jadi tidak enak sendiri.Sebenarnya setahun sejak kematian Tiara, Siska berharap dialah yang menggantikan posisi sepupunya itu menjadi pendamping Hadi. Selain karna Arga adalah keponakannya, memang dia ada rasa dengan Hadi.Siska ini janda anak satu, nama anaknya Dina.Siska tersadar dari rasa kagetnya lalu berkata “kamu udah lupa mba Tiara mas, gimana dia susahnya melahirkan Arga dan sakit – sakitan sebelum meninggal.”Hadi paham maksud pembicaraan Siska, tak ingin membuat Syamira sedih dan diapun enggan bertemu wanita ini sebenarnya. “Arga yang memilih Syamira, dia nyaman dengan ibu
Pov Hadi.“Assalamualaikum, mas.’” Sebuah pesan masuk dari Syamira, segera kubaca, belum sempat kubalas masuk lagi pesan yang kedua.“besok cincinnya aku kembalikan ya mas,”Sudah kuduga, wanita ini pasti memikirkan kata – kata Siska tadi.Diam sesaat, lalu kubalas pesannya.“minggu depan setelah Wita nikah, aku urus pernikahan kita!.” Mungkin dia sedang jengkel atau malah ngamuk – ngamuk membaca balasan pesanku. Biar saja, enak saja dia mau kembaliin cincinya, wajah anakku dan anak-anaknya terlihat begitu bahagia tadi dan akupun demikian.Tadi sempat kubawa dua anaknya ke rumah sebelah, rumah kakak laki – laki Syamira. Kuutarakan niat baikku padanya dan beliau juga bahagia merestui aku dan adiknya. Bahkan kami sudah membicarakan tanggal pernikahan.Setelahnya kubawa anak – anak Syamira ke minimarket depan. Sedikit lancang tadi sempat kuajari mereka agar jangan panggil om lagi.“Panggilnya papa ya nak, papa Hadi,”. Pertama mereka terlihat malu – malu lalu mengangguk.Sori Syamira aku
“Oh jadi janda tiga anak ini yang bikin mas Hadi lupa sama mbak Tiara? “ suara Siska begitu murka, dia sengaja menarik perhatian tamu – tamu yang lain untuk mempermalukan Syamira.Siska yang juga diundang oleh keluarga Wita, tak disangka akan datang dan membuat keributan di acara pernikahan Wita, lebih tepatnya mempermalukan diri sendiri sebenarnya.Sebenarnya dia bertindak seperti itu karna akan kalah lagi dari wanita yang dia anggap tak ada apa – apanya dengan dirinya namun berhasil menggaet Hadi. Pria incarannya.Wita geram sendiri di atas pelaminan melihat kelakuan Siska yang berusaha mempermalukan temannya.Wita berniat turun dari pelaminan, tapi dicegah oleh suaminya.“Biarkan Hadi yang menyelesaikan sayang, kita lihat sampai dimana usahanya untuk mendapatkan Syamira.” Hasan memberikan pengertian pada istrinya.Wita menurut, dia akhirnya memilih mengajak putra sambungnya untuk ngobrol. Sebenarnya Wita tidak tenang melihat Syamira yang hanya tertunduk di belakang Hadi.“Aku nggak
Syamira tergugu di dalam kamar, suara tangisannya terdengar pilu di telinga Hadi.Ingin rasanya dia masuk dan menenangkan Syamira.Hadi gelisah sendiri di depan pintu kamar Syamira. Sementara Arga yang melihat papanya sedih dan bu Syamira yang menangis juga ikut gelisah dia takut bila bu Syamira membatalkan menerima lamaran papanya.“Kalau mas Hadi mau balik ke pesta, ditinggal aja mas, nanti syamira tenang sendiri, biar saya disini yang temani dan jaga anak – anak.” Mbak Syifa, kakak ipar Syamira berbicara pada Hadi sambil memangku anak Syamira yang paling kecil.“Mbak, saya mau bicara sama bang Ihsan.”“ Kalau gitu saya panggilin dulu mas.”“Nggak usah mbak saya yang akan kesebelah menemui sendiri.”Mbak Syifa hanya mengangguk.__ “Apa mas Hadi sudah yakin memilih syamira sebagai pendamping?, bukan apa – apa tapi saya sebagai kakaknya merasa kasian sama Mira kalau mas Hadi banyak wanita yang kejar – kejar. Nanti Syamira merasa malu. Ditambah lagi dia janda anak tiga sedangkan kamu
Rumah Syamira telah rapi dan bersih. Tadi ada petugas catering yang datang membersihkan peralatan makan. Dan para tetangga juga banyak yang membantu. Tak disangka acara sederhana yng direncanakan namun kerabat dan tetangga banyak pula yang datang dengan pernikahan Syamira ini.Arga telah pulang bersama Wita dan neneknya sejak sore tadi. Dia tidak bisa menginap karna besok pagi ada latihan basket di sekolahnya.“Mir, biar anak – anak sama Mbak, malam ini kamu berdua suamimu dulu.” Kata mbak Syifa saat masuk hendak membawa Khamila tidur di rumahnya. Azlam dan khasanah sudah terlelap sejak tadi.“Tapi Mila sudah tidur mbak.”“Nggak apa – apa biar mbak gendong. Baktikan dirimu pada suamimu Mir, layani dengan baik.”“Iya mbak.” Malu – malu Syamira mengangguk.__Hadi baru selesai mandi dan sholat isya saat keluar dari kamar dan mendapati rumah sepi.“Anak – anak kemana sayang?”Hadi langsung memanggil Syamira dengan sebutan sayang, dan Syamira sudah merona wajahnya mendengar panggilan itu.
Dua pesan dari nomor tak dikenal masuk ke gawai Syamira. Pesan pertama berisi gambar suaminya terlihat dari samping seperti hendak memegang lengan seorang wanita, terlihat di foto itu seorang wanita muda menggunakan blouse lengan panjang warna putih dipadukan dengan rok hitam di bawah lutut.Pesan kedua berisi kalimat yang sungguh mampu membuat Syamira tergugu dalam tangisnya. ‘gimana rasanya dikhianati suami, kamu itu bukan selera mas Hadi, nggak mungkin dia betah ngasih makan anak – anak yatim kamu yang banyak itu, mas Hadi tuh seleranya yang kaya aku, cantik dan sexy, bukan kaya kamu yang kampungan’.Bahu Syamira terguncang menahan suara tangisnya. Sungguh bila dirinya dulu dihina dengan status jandanya dia tidak masalah, tapi ini anak – anaknya yang yatim, dimana dia sendirilah yang mencari nafkah untuk mereka. ‘Apakah benar anak – anaknya hanya menjadi beban bagi mas Hadi.’Syamira kepikiran lagi.Hadi mengernyit heran melihat istrinya yang tampak seperti menangis, dari belakang
Braakk!...Hadi membanting meja tepat di depan Siska.“Apa maksud kamu mengirim gambar saya dan mbak Ria ke istri saya?.” Hadi membentak Siska tepat di saat ayahnya datang hendak menyambutnya. Dikiranya Hadi ada perlu dengan beliau.Hadi sengaja datang ke rumah orang tua Siska untuk memberi pelajaran pada perempuan rese itu.“Ga..gambar apa mas?, jangan sembarangan kamu nuduh aku.”“Oh enggak mau ngaku rupanya, apa perlu saya bawa ponsel istri saya dan tunjukin chat kamu yang kurang ajar itu.” Wajah hadi memerah dan tegas berucap.Entah bagaimana Siska ini, saat Hadi semarah ini pun dia masih kagum. Dilihat ketegasan di wajah pria itu, punya prinsip dan penyayang di waktu yang bersamaan. Sifat Hadi ini juga yang membuat dia tergila – gila, padahal sedikitpun Hadi tak pernah meresponnya. Bukan Hadi tak menyadari kalau Siska menyimpan rasa untuknya, namun sepak terjang Siska di luar sana diketahuinya. Dia ingat pernah melihat Siska jalan bersama pak Broto masuk ke hotel tempat Hadi meet
“Tahan bentar ya, lukamu harus diobati dulu,” seorang gadis berseragam putih biru yang sedang piket di ruang UKS sedang mengambil obat merah dan alkohol.Arga sesekali mencuri pandang pada gadis dengan nametag Nafia Almayra, rambut panjangnya dikucir kuda dengan jepitan di bagian poni semakin mempermanis wajahnya.“Ssshh.” Arga meringis menahan perih saat gadis bernama Nafia itu membersihkan lukanya dengan alkohol.“Kalau perih bilang ya, aku akan pelan – pelan bersihinnya.”“Iya ini perih banget.”“Sabar, nanti boleh ke rumah sakit habis ini.” Telaten Nafia membersihkan luka Arga.Arga menatap wajah Nafia saat gadis itu hendak membalut lukanya dengan perban. Sesaat tatapan mereka bersirobok. Arga merasakan ada yang lain di hatinya, entah apa itu.Nafia memutuskan kontak mata mereka terlebih dahulu.“Kamu sendiri ya, yang lain mana?” Arga bertanya karna tak melihat petugas piket yang lain.“Iya, aku sama Isma sebenarnya anak kelas 7.B, Cuma dia lagi ulangan mate-matika hari ini.“Ou
Sampai juga cerita Syamira mengenai kisah hidupnya yang berhubungan dengan Andira, mama sambung menantunya ini. Air mata Irina tadi jatuh saat mengetahui kejadian sebenarnya bertahun silam. Dulu yang ia ingat ia masih kecil saat guru mengajinya sudah bertambah menajdi dua, ada bunda Dira. Entah mengapa perasaanya selalu ingin dekat dengan bunda Dira saat itu.Meski akhirnya Andira menjadi ibu sambungnya, namun tak sekalipun Andira menceritakan pengalaman pahit hidupmnya pada anak-anaknya. Entah kepada ayahnya. Mungkin mama Andiranya menceritakan, sebab di awal-awal pernikahan mama Andira dan ayahnya, beberapa kali ia lihat wajah sembab Andira seperti habis menangis, dan pernah sekali ia melihatnya ayahnya memeluk, dan menenangkan mama Andira sewaktu petang di musim hujan beberapa tahun silam.Irina tak menyangka setega itu papa Sakha memperlakukan mamanya Andiranya dulu.Irina masih terisak di pembaringan saat Abian mendekati dirinya di pembaringan empuk mereka.“Sayang, sudah, kita d
Petang itu Syamira mengecek jumlah tabungannya, sudah diniatkan bersama suaminya insya Allah tahun depan dirinya akan mendaftar umroh bila tabungannya sudah cukup.“Assalamualaikum,” terdengar suara Hadi mengucap salam. Rupanya pria rupawan nan bijaksana itu baru saja pulang mengecek kesiapan panen hari rabu lusa.Syamira menyambut suaminya dengan senyum yang merekah, sudah 55 tahun namun tetap cantik dan ramping.Hadi masuk dan memeluk tubuh ramping milik istrinya itu.“Wangi, habis keramas ya,?”“ He em.”“ Tumben keramas sore, biasanya subuh.” Hadi menggoda Syamira sambil memainkan rambut istrinya.“Tadi siang ada yang bikin junub soalnya.” Syamira membalas guyonan suaminya itu sambil menyandarakan kepala di dada yang masih saja bidang meski sudah berumur.“Berapa kali dibikin junub tadi?” Hadi memeluk erat menghirup wangi shampo yang menguar dari rambut sepunggung istrinya.“Dua kali, sampe capek aku Mas.” Kata Syamira manja.Hadi terkekeh mendengar ucapan istrinya. Akhir – akhi
“Mas, aku marah lho kamu giniin aku,”. Nafia berusaha memukul dada suaminya yang tak berhenti menghentaknya dibawah sana. Bau alkohol yang tercium semakin menambah rasa muak Nafia.“Maaf sayang,” Arga menciumi wajah istrinya dengan tatapan bersalah. Sakha breng*sek, tadi memaksa Arga menemaninya minum. Rumah tangga kawannya itu sedang diujung tanduk. Istrinya meminta cerai saat dirinya ketahuan selingkuh. Berkali istrinya keguguran, berkali pula Sakha bermain api dengan wanita yang sama.Niatnya tadi Arga dan Rasyid menemui Sakha hendak memberikan pandangan agar mempertahankan rumah tangganya. Bukan apa – apa Andira, istri Sakha itu telah menjadi teman Nafia juga. Nafialah tempat dirinya mencurahkan kesedihan hatinya.Lalu mengapa dia tergoda menenggak minuman haram itu, entah dengan Rasyid, minum atau tidak. Sehabis minum satu kaleng bir, Arga bergegas pulang menemui istrinya.Dan inilah akibatnya, anti depresan dari alkohol yang ditenggak malah semakin menambah libidonya.Sial*n me
Arga dan Nafia bersiap bulan madu ke salah satu hotel di pinggiran kota yang terkenal dingin.Papa Dan mamanya memberikan hadiah amplop bulan madu untuk mereka berdua.Tak ingin jauh karna Arga hanya cuti seminggu dan Nafia mengambil cuti tahunannya.“Pulang nanti bawa cucu buat mama dan papa ya.” Syamira menggoda anak dan menantunya.Nafia yang sudah merona mendengar godaan mertuanya.Mereka semua mengantar pengantin baru itu ke depan, Kecuali Azlam dan Abyan.Azlam menemani Abyan mengecek motor ninja hitamnya yang sering mogok berapa hari ini.Pukul sembilan malam Azlam duduk di teras samping rumah, menghisap sebatang nikotin, hal yang dilakukan saat dia sedang memirikan masalah.Khamila yang melihat kakaknya duduk sendiri, mendapati rasa mengalah di wajah itu.Khamila mengerti.Rasa mungkin ada namun mau diapa bila jodoh tak ada.Didekatinya Azlam lalu duduk di sebelahnya.“Nanti kukenalkan pada temanku kak, Cemara namanya. Kerja sama aku di apotik.”“apaan sih kamu dek.”“kenalan
“Kasi tahu aku nomor telepon orang tua kakak, biar kuhubungi please.” Azlam panik melihat korbannya seorang wanita berseragam salah satu apotik dua puluh empat jam itu.“Nggak usah dek, kakak nggak apa – apa, ini cukup diperban dan minum obat anti nyeri, nanti lukanya akan sembuh.”“Kamu juga harus diobati, kamu juga terluka.” Pelan suara gadis ini.Bisa – bisanya gadis ini mengkhawatirkan penabraknya, padahal yang jadi korban adalah dirinya.“Ku telepon mama dan papa dulu.” Ucap Azlam cepat, lalu segera keluar menghubungi nomor mamanya.Gadis itu mengangguk saat Azlam mengambil ponsel dan keluar menelpon orang tuanya.Efek dari obat yang diminum tadi membuat gadis itu mengantuk lalu tertidur tanpa menyadari kalau orang tua yang menabraknya sudah berdiri di samping brankarnya.Dan seseorang yang kerap menganggu mimpinya pun ada di dalam kamar itu.Ya dia adalah Nafia, gadis yang dicari Arga selama ini, gadis yang kerap mengganggu mimpinya.Alam begitu baik, bekerja untuk manusia – man
Bab. 56Rembulan berlaluHati masih bertaluBaru kusadariAku kiniKehilanganmuSebait lagu terdengar dari ponsel pintar seorang pemuda tanggung yang baru saja lulus Sekolah Menengah atas.Entah mengapa dia merasa kehilangan gadis polos nan pendiam yang dulu merawatnya sewaktu terluka saat latihan basket di Sekolah Menengah Pertama.Dia merindukannya meski beberapa tahun telah berlalu, dan usia mereka bukan lagi tiga belas tahun.Mungkin rupa pun ada perubahan.Arga.Putra sambung Syamira ini tumbuh menjadi pemuda yang gagah dan rupawan dengan tubuh tinggi yang terjaga.Tentu banyak gadis di sekolahnya yang menggilainya, namun satupun gadis – gadis berpenampilan modern itu yang nyantol di hatinya.Dia mencari gadis sederhana dengan baju kedodoran dengan rambut panjang dikuncir kuda, atau mungkin tak lagi dikuncir, mungkin dipotong pendek, memakai jepitan rambut atau....mungkin telah tertutup hijab rambut itu.Tiga tahun lalu Syamira melahirkan seorang bayi laki – laki dengan jalan ope
“Mas udah dong,” pinta Syamira lirih saat untuk kali kedua di tengah malam ini meminta menuntaskan hasrat.Syamira tak keberatan karna memang kewajibannya sebagai istri tak boleh mengabaikan penyaluran birahi suaminya. Apalagi usia empat puluh begini, semangat laki – laki kembali seperti usia dua puluhan.Namun durasi yang kedua ini membuatnya lelah. Sungguh perkasa suaminya ini.“Mas...” Syamira kewalahan.“Ahh bentar sayang,” Hadi melanjutkan hentakannya. Bulir peluh mereka menyatu di tengah malam yang dingin itu.Syamira yang merasa gemas dengan tingkah suaminya, bermaksud menggoda suaminya, di usapnya dada dan jarinya bermain di puncak dada itu.Hadi menggeram menahan nikmat karna perlakuan Syamira barusan.Hingga satu hentakan terakhir yang begitu kuat mengakhiri pengejaran cintanya malam ini.Hadi mengusap peluh di dahi istrinya lalu mengecup dengan mesra, setelah mencapai tepian hasratnya. Selalu begitu, memperlakukan istrinya dengan sayang, menanyai istrinya sudah cukup atau
“Tahan bentar ya, lukamu harus diobati dulu,” seorang gadis berseragam putih biru yang sedang piket di ruang UKS sedang mengambil obat merah dan alkohol.Arga sesekali mencuri pandang pada gadis dengan nametag Nafia Almayra, rambut panjangnya dikucir kuda dengan jepitan di bagian poni semakin mempermanis wajahnya.“Ssshh.” Arga meringis menahan perih saat gadis bernama Nafia itu membersihkan lukanya dengan alkohol.“Kalau perih bilang ya, aku akan pelan – pelan bersihinnya.”“Iya ini perih banget.”“Sabar, nanti boleh ke rumah sakit habis ini.” Telaten Nafia membersihkan luka Arga.Arga menatap wajah Nafia saat gadis itu hendak membalut lukanya dengan perban. Sesaat tatapan mereka bersirobok. Arga merasakan ada yang lain di hatinya, entah apa itu.Nafia memutuskan kontak mata mereka terlebih dahulu.“Kamu sendiri ya, yang lain mana?” Arga bertanya karna tak melihat petugas piket yang lain.“Iya, aku sama Isma sebenarnya anak kelas 7.B, Cuma dia lagi ulangan mate-matika hari ini.“Ou
Braakk!...Hadi membanting meja tepat di depan Siska.“Apa maksud kamu mengirim gambar saya dan mbak Ria ke istri saya?.” Hadi membentak Siska tepat di saat ayahnya datang hendak menyambutnya. Dikiranya Hadi ada perlu dengan beliau.Hadi sengaja datang ke rumah orang tua Siska untuk memberi pelajaran pada perempuan rese itu.“Ga..gambar apa mas?, jangan sembarangan kamu nuduh aku.”“Oh enggak mau ngaku rupanya, apa perlu saya bawa ponsel istri saya dan tunjukin chat kamu yang kurang ajar itu.” Wajah hadi memerah dan tegas berucap.Entah bagaimana Siska ini, saat Hadi semarah ini pun dia masih kagum. Dilihat ketegasan di wajah pria itu, punya prinsip dan penyayang di waktu yang bersamaan. Sifat Hadi ini juga yang membuat dia tergila – gila, padahal sedikitpun Hadi tak pernah meresponnya. Bukan Hadi tak menyadari kalau Siska menyimpan rasa untuknya, namun sepak terjang Siska di luar sana diketahuinya. Dia ingat pernah melihat Siska jalan bersama pak Broto masuk ke hotel tempat Hadi meet