‘Fokus, Arya! Fokus!’
Arya mencoba mensugesti dirinya sendiri untuk tidak memikirkan hal-hal aneh. Pasalnya, semenjak dia melihat penampilan dan mendapatkan perhatian dari Angel, pikirannya berkelana. Kondisi ini didukung dengan sebuah kenyataan bahwa mereka hanya tinggal berdua di penthouse ini.
Beberapa kali Arya menarik napas, lalu mengembuskannya secara perlahan. Namun, pikiran itu tidak sepenuhnya hilang dari pikirannya. Sejak kapan Arya berpikiran kotor seperti ini? Oh, God! Bahkan untuk berduaan bersama seorang perempuan saja Arya tidak pernah. Baru kali ini, di sini, di tempat sialan ini.
“Arya, ini gue masakin lasagna. Sorry, ya, gue nggak bisa bikin masakan rumahan, cuman macem beginian aja bisanya.” Angel menyuguhi masakannya pada Arya, lalu dia duduk di samping Arya.
Harum. Wangi saus bolognase yang khas ini menyeruak dan memasuki indra penciuman Arya. Perutnya pun langsung meraung, meminta segera diisi oleh makanan kha
Sebenarnya untuk siapa pesan dari Candra itu ditujukan, Arya tak begitu tahu. Namun, feeling-nya berkata bahwa dia harus segera menemui Candra di tempat tersebut. Arya pun tidak sendirian, dia ditemani oleh Dida juga Idun. Dengan berbekal petunjuk arah pada peta yang mereka miliki, akhirnya Arya, Dida dan Idun pun tiba di sebuah hotel mewah. Di dalam hotel tersebut terdapat sebuah kasino. Mereka pun segera masuk ke sana dan langsung disuguhi dengan interior yang sangat mewah. “Yang seperti ini apa ada di dunia nyata?” tanya Idun sembari mengangkat kepalanya. Kedua bola matanya itu bergerak, terus memindai setiap sudut lobi hotel tersebut. Sungguh sangat berkilau dan bercahaya sekali. “Ada,” jawab Dida singkat. “Serius, Kak? Di mana?” Dida mengangkat bahunya, “Sebenarnya aku tidak terlalu yakin, tapi rasa-rasanya tempat ini mirip sebuah kota di benua Amerika,” ungkapnya. Semenjak tiba di kota tersebut, Dida dan Idun sudah mencoba menjel
Tidak sudi rasanya mengotori dirinya sendiri apalagi dalam permaian. Apa katanya? Gold milik anggota tim akan bertambah banyak? Arya tak peduli dengan itu. Dia tak ingin terjebak dengan trik yang sangat murahan. Arya berjalan keluar dari tempat terkutuk dan penuh dengan orang-orang tamak. Begitupun dengan ketiga temannya; Angel, Dida dan juga Idun. Walau mereka bertiga tak mengerti, kenapa Arya keluar dari tempat itu dengan raut wajah yang kesal. Sedangkan Candra? Entahlah, Arya tak begitu peduli. Jika memang laki-laki itu takut dengan ancamannya maka dia akan keluar, jika tidak dia akan terjebak di dalam sana. “Arya, tunggu!” seru seorang pria dengan suara beratnya. Ah, ternyata Candra masih ingin hidup juga. Arya pun menghentikan langkahnya, tapi tidak menoleh. Candra segera menghampiri dan berdiri di depan Arya. “Jangan pergi begitu saja. Jelaskan dulu apa maksud perkataanmu, bahwa saya yang akan menjadi incaran selanjutnya?” pinta Candra.
“Aah, te-terus,” desah seorang perempuan yang sedang telentang di atas ranjang. Bagian atas tubuhnya tak terbalut sehelai kain pun. Namun, bagian bawahnya masih tertutup dengan rapi. Perempuan itu tak sendirian, dia sedang bersama dengan seorang laki-laki yang sedang berada tepat di atasnya. Mendominasi setiap permainan mereka di atas ranjang. Laki-laki itu sedang bermain di salah satu gundukan kembar milik sang perempuan. Mengisapnya dengan lembut, tapi menuntut. Sehingga sang perempuan merasakan geli di tubuhnya. Tak ingin terlalu pasif, tangan kanan laki-laki itu pun mulai bergerak liar. Perlahan jemarinya itu turun ke bawah, menelusup masuk pada celana yang masih dikenakan oleh perempuan itu. Mencoba meraih dan meraba bagian inti sang perempuan yang sudah hanyut dalam gejolak hasrat dan gairah. “Aahh, ja-jangan di situ, Firman.” Tak mengindahkan larangan dari partner-nya, laki-laki yang ternyata adalah Firman itu terus menggerakkan jarinya di area sensitif sang perempuan. Firma
Arya tersentak dan langsung terhuyung. Badannya itu langsung menghantam tanah. Tepat di atasnya berbaring Angel yang baru saja menolongnya.Prang!Terdengar suara pecahan kaca, yang bersumber dari ular yang baru saja dikalahkan Angel. Dirinya tadi tidak fokus dengan pertarungan. Karena merasa terganggu dengan jumlah anggota timnya. Arya merasa kalau timnya itu terdiri dari tujuh orang. Namun, semakin Arya berpikir, dia tidak bisa mengingat anggota ketujuh itu.“Aw!” ringis Angel yang tangannya tiba-tiba terkilir, ketika dirinya hendak beranjak dari atas tubuh Arya.Seketika fokus Arya teralihkan pada Angel. Dia langsung mencoba menopang Angel dan membantunya beranjak. Dengan hati-hati Arya mencoba melihat pada tangan Angel yang terluka.“Sebentar, gue ada potion,” kata Arya.“Nggak usah, gue baik-baik saja, kok.” Angel mencoba menggerakkan bahunya memutar ke belakang lalu ke depan.“Serius?&rd
‘Ah, perasaan apa ini?’ batin Angel. Gadis itu merasa ada yang aneh dengan perasaannya. Jantungnya kini berdegup kencang, darahnya pun terasa berdesir. Dia merasa gerah di sekujur tubuhnya.Angel pun membuka setiap helai kain yang membalut tubuhnya. Kini dia hanya mengenakan pakaian yang benar-benar minim. Rasanya benar-benar gerah sekali, selain itu ada perasaan aneh yang menjalar di dalam dirinya. Perasaan yang tak pernah Angel rasakan sebelumnya. Gelisah, Angel juga tak tahu pasti dengan perasaannya ini.Klek.Terdengar suara sakelar lampu yang ditekan. Angel yang sedang berada di dalam kamar langsung menoleh ke arah pintu. Sepertinya ada anggota lain yang sudah pulang. Angel hendak mengambil bajunya yang baru saja ia lepas, tapi seketika kakinya melangkah ke arah yang berbeda. Kedua kakinya itu membawa Angel keluar dari kamar.“Oh, shit! Lo gila Angel?!” dengus Angel pada dirinya sendiri. Sungguh, tubuh Angel benar-benar tak bi
Entah sejak kapan, tapi Angel sadar bahwa saat ini dia dengan Arya sedang bergulat di atas ranjang. Jemari Arya dengan leluasanya menyentuh setiap bagian sensitif Angel, sampai membuat gadis itu mendesah dan menggeliat.Tak munafik, Angel sangat menikmati setiap sentuhan yang Arya berikan. Bahkan Angel merasa dirinya dimabuk kepayang, saat mereka saling memagut satu sama lain.‘Arya, please, stop it!’ Angel hanya bisa membatin di tengah desahannya.Akal sehat gadis itu masih terjaga. Namun, entah kenapa dia benar-benar tidak bisa menolak dan memberontak sama sekali. Seolah mereka berdua benar-benar hanyut dalam kemesaraan dan kehangatan malam.‘Please, jangan lakukan lebih dari ini.’ Batin Angel menjerit, tatkala pakaian bagian atas milik gadis itu sudah terbuka. Dia bisa merasakan sapuan bibir Arya di atas tubuhnya.‘Angel, lo kenapa, sih? Lawan? Lo berhak atas tubuh lo sendiri. Jangan lemah, Angel! Lo bego kalau sampai kalah
“Bang Firman! Benar, sekarang gue mengingatnya!” seru Arya sembari bangkit dari duduknya.Sontak itu membuat ketiga rekannya mengerejap dan langsung menatap Arya.“Firman?” tanya Reza dengan sedikit memiringkan kepalanya. Laki-laki itu nampak tengah berpikir, “Firman? Benar! Di mana dia?” imbuhnya.Mata Arya membulat, “Kalian ingat, kan? Anggota kita itu ada tujuh. Selama ini gue mencoba memikirkan siapa anggota ketujuh di dalam tim ini,” ucap Arya.“Iya, sekarang aku ingat, Arya. Kenapa kita semua bisa melupakannya?” Kini Idun yang bertanya.Arya menggeleng, untuk itu dia juga tidak tahu. Selama ini mereka semua seolah melupakan Firman. Padahal setiap harinya Arya selalu memikirkan siapa anggota ketujuh di timnya. Namun, baru sekarang, saat Arya mencoba untuk me-review kembali dari awal kedatangannya. Ternyata dia bisa mengingat kembali Firman. ‘Cih! Kenapa gue nggak lakukan ini dari dulu,’ rutuknya dalam hati.“Kalau begitu, bukannya kita harus mencari dia? Akan sangat berbahaya, ka
No Mission. Ternyata itu hanya sebuah alat untuk mengelabui setiap pemain yang ada di level ini. Awalnya Arya juga sudah merasa janggal, walau kemungkinan untuk tidak ada misi di gim seperti ini itu ada. Namun, jika sampai berhari-hari seperti ini, rasanya ada sesuatu yang harus ditelusuri. Saat Arya sampai di tempat ini dan dia mencoba menelurinya. Arya sempat mengira bahwa tantangan selanjutnya adalah ketamakan. Melihat gerak-gerik Candra yang sangat mencurigakan. Arya sudah dapat memastikan kalau semasa hidup di dunia nyata, Candra adalah orang yang sangat gila harta. Namun, ternyata, dugaan Arya meleset. Bukan Candralah yang menjadi target. Lagi pula, jika mengingat pola Idun dan Dida yang sudah dimurnikan. Tidak semudah dan segampang itu mereka—yang sedang diuji—bisa langsung sadar. Saat misi pertama Idun tetap malas. Sedangkan dimisi kedua, Dida sampai memakan bangkai dan darah. Ditambah Arya yang tidak bisa mengingat salah satu anggotanya, itu termasuk sesuatu yang janggal. N