#88
Angga tidak dapat memejamkan matanya, meski malam semakin beranjak larut. Ia masih penasaran dengan apa yang menimpa Tasya. Dan belum bisa tertidur dengan tenang sebelum mendengar penjelasan Tasya. Rasa resah dan gelisah seolah terus meneror hatinya hingga membuat kantuk enggan menyapa dirinya.Ia hanya mondar-mandir saja mengitari tempat tidurnya dengan memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada Tasya. Ia hanya bisa berspekulasi. Hal itu justru semakin membuatnya berpikir berlebih dan menyebabkannya mengalami insomnia.“Sebenarnya apa yang sedang terjadi sama kamu, Sya?” tanya Angga. Suaranya sangat lirih hingga hanya terdengar seperti sebuah gumaman saja. Lelaki itu menatap pilu pada langit-langit kamar yang membisu. Tak ada satu pun benda yang dapat memberitahukan apa yang terjadi pada Tasya.Lamunan Angga tiba-tiba saja terbang saat di mana ayahnya meninggal dan Tasya yang beranjak remaja i#89Pagi itu, firasat Bu Intan mendadak terasa tak enak. Melihat wajah Tasya yang pucat pasi semalam, dan langsung mengurung diri di kamar membuatnya khawatir sampai tidur pun tak nyenyak.Bu Intan pun belum tahu pasti apa yang terjadi pada putrinya. Karena Tasya tak menceritakan apa pun dan langsung terburu menghindarinya dan juga Angga. Nalurinya sebagai seorang ibu tentunya tak akan bisa dibohongi. Beliau tahu persis kalau ada sesuatu sedang Tasya tutupi.Brukk!Tiba-tiba Bu Intan tak sengaja menangkap bunyi berdebam dari dalam kamar Tasya yang ada di sebelahnya. Sontak saja Bu Intan langsung berlari keluar menuju kamar Tasya.Untungnya, Bu Intan memiliki kunci duplikat kamar Tasya sehingga memudahkannya untuk masuk ke dalam kamar Tasya meski pintunya terkunci.Bu Intan segera melangkahkan kakinya masuk ke dalam, dan mencari keberadaan Tasya. Ia menggerakkan kedua eko
#90Baik Angga maupun Bu Intan masih terpukul dengan keadaan Tasya. Apalagi Bu Intan,dia lah yang paling terpukul karena mau tak mau harus menyetujui operasi pengangkatan rahim bagi Tasya. Ia pun pasrah jika suatu saat nanti, Tasya tidak akan bisa memberinya cucu. Dan itu akan berlaku selamanya. Ia tak bisa membayangkan saat Tasya harus mengetahui semuanya nanti. Bagaimana perasaannya saat tahu kenyataan pedih itu. Bu Intan tak tega melihat putrinya hancur.'Ya Tuhan, apakah ini karma bagiku yang selalu menghina dan mencemooh Laras kalau dirinya mandul?' sesal Bu Intan dalam hatinya. Sepercik kesadaran mulai menyentuh hatinya yang semula keras, dan selalu merasa jika dirinya benar dan tak pernah salah. Kini, dengan melihat keadaan Tasya, membuat Bu Intan menyadari kesalahannya sendiri. Dia seakan berkaca pada kesalahannya sendiri di masa lalu.Tanpa seorangpun tau, ia telah menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi pad
#91Angga terkejut saat ibunya menampar adiknya dengan sangat keras. Ia tak menduga karena gerakan ibunya sangatlah cepat. Ia pun tak kuasa mencegah tangan ibunya, sebab kejadiannya begitu cepat. Hanya sepersekian detik saja, dan Angga merasa pilu saat melihat adiknya mulai meneteskan air matanya. Pasti sakit sekali rasanya, ucap Angga dalam hatinya."Bu, kenapa harus nampar Tasya?" protes Angga tak setuju dengan apa yang dilakukan oleh ibunya. "Jangan pakai kekerasan, Bu. Yang ada Tasya malah semakin tertekan dengan keadaannya yang sekarang," lanjut Angga mencoba menasehati sang ibu. Bu Intan melengoskan wajahnya. Merasa tersinggung dengan ucapan Angga yang terkesan mengguruinya."Gimana ibu nggak emosi, Ga. Ditanya baik-baik dia malah nyalahin orang lain. Dia juga nyalahin ibu. Siapa yang nggak marah coba kalau dibegitukan! Jelas Ibu marah, biar dia tau kalau yang dia lakuin itu salah!" Bu Intan tak terima dengan nasehat yang diberikan oleh Angga. Ia merasa jika apa yang dilakukanny
#92Tanpa menunggu lebih lama lagi, Angga segera berpamitan pada sang ibu untuk pulang ke rumah demi mencari petunjuk tentang siapa yang telah melakukan kejahatan itu terhadap Tasya."Angga pergi dulu, Bu," pamitnya sebelum dirinya benar-benar pergi meninggalkan ruang perawatan Tasya. Ia segera melajukan mobilnya untuk pulang. Meski sempat tak fokus saat menyetir karena pikirannya bercabang kemana-mana. Ia masih memikirkan nasib Tasya begitupun masa depannya.Penyesalan yang dirasakannya tak berguna lagi. Dan saat ini yang dapat Angga lakukan adalah berusaha untuk mencari keadilan bagi Tasya. Menghukum semua lelaki bejat yang telah membuat masa depan Tasya hancur, itulah yang harus dilakukan Angga.Setelah hampir empat puluh lima menit berkendara, kini Angga sudah sampai di rumahnya. Angga segera menepikan mobilnya di garasi rumahnya. Ia turun dari mobil dan mendapati Syahna sedang bermain dengan Jelita di teras rumahnya. Syahna yang melihat bosnya itu pun bangkit berdiri menyapa Angg
#93Usai mendapatkan bukti tentang siapa yang disinyalir sebagai penyebab Tasya mengalami hal buruk seperti itu. Angga pun menguatkan tekadnya untuk membawa masalah ini ke ranah hukum. Agar Tasya mendapatkan keadilan untuk apa yang ia alami. Angga sudah bertekad kuat untuk membawa masalah ini ke jalur hukum. Semua yang dia butuhkan sebagai bukti telah ia simpan. Angga merasa jika semua itu sudah cukup untuk dijadikan bukti.Ia sudah mengumpulkan semua bukti dari chat yang ada di ponsel Tasya. Itu sudah cukup untuk menjebloskan para keparat itu ke penjara."Aku harus segera bergegas!" serunya bertekad dalam hati. Angga lalu meninggalkan kamar Tasya sambil membawa ponselnya sebagai bukti yang tak akan terbantahkan oleh para bedebah yang telah merusak masa depan Tasya. Bisa dipastikan hukuman yang akan mereka terima nantinya.Saat Angga hendak kembali ke mobilnya dan melajukannya ke kantor polisi, tiba-tiba ia teringat ucapan Syahna yang mengatakan kalau saat ini istrinya sedang tidak en
#94Angga kini sudah berada di kantor polisi. Setelah sebelumnya dirinya pergi ke rumah untuk mencari bukti dan kini ia sudah mendapatkannya. Siap untuk membuat orang-orang yang telah berbuat keji pada Tasya dibui. Ia pun berniat untuk ikut serta dalam proses penangkapan para cecunguk itu."Laporan Pak Angga sudah dibuat, jadi kita tunggu surat penangkapan itu turun dan kami akan segera bertindak," ucap salah satu pihak berwajib yang menangani laporan atas dugaan kekerasan seksual pada Tasya."Baik, Pak. Tolong, saya mohon agar secepatnya menindaklanjuti laporan saya dengan bukti-bukti yang sudah saya sertakan." Angga membalas ucapan petugas itu dengan suara setengah memohon. Ia sangat berharap banyak pada petugas berwajib yang akan menangani kasus Tasya ini."Ya, Pak. Percayakan semuanya pada kami," sahut petugas itu mantap dan yakin. Sesuai tugasnya yang mengayomi masyarakat, petugas itu pun terus meyakinkan Angga kalau semuanya akan ditangani dengan baik."Kira-kira berapa lama wak
#95"Memangnya dia mengatakan apa saja sama kamu, Re?" tanya Mona lagi mengulang tanyanya untuk mendapatkan jawaban. Ia tampak penasaran dengan apa yang kakak Angga bicarakan dengan Rere. Meskipun, Mona belum mengenal dan bertemu dengan Angga, tapi tetap rasa penasaran tetap mengganggu pikirannya."Banyak hal yang dia katakan, Mona. Dan aku benar-benar merasa bersalah karena sudah membuat Tasya ikut melalui ini, aku lah yang mengenalkan Tasya sama Roy dan kawan-kawannya." Rere menundukkan kepalanya. Ia tampak merenungkan setiap kesalahannya pada Tasya."Dia nyalahin kamu ya?" tebak Mona menduga-duga. Sebab melihat ekspresi yang ditunjukkan oleh Rere sehingga membuatnya berpikir lebih.Rere menggelengkan kepalanya cepat. "Nggak kok. Nggak ada satu pun dari kata-kata Bang Angga yang menyalahkanku atau kamu. Lebih baik kita pulang dulu ke kosan ya. Nanti aku ceritakan semuanya." Rere tak mau langsung menjawab pertanyaan Mona dengan gamblang mengenai apa saja yang dikatakan Angga tadi."B
#96Tasya tampak mengerjapkan kedua bola matanya. Ia mengingat kembali hal terakhir yang terjadi sebelum dia tak sadarkan diri. Bu Intan yang melihat putrinya sudah siuman itu pun, segera bangkit dari sofa dan menghampirinya."Bu," lirih Tasya memanggil Bu Intan hampir tak bersuara."Iya, Sya. Ibu di sini." Bu Intan menyahut dengan suara lembut. Emosinya sudah sirna saat ini. Sudah tak menggebu lagi seperti tadi.Mungkin Bu Intan sadar dan berpikir kalau emosinya hanya akan membuat keadaan menjadi semakin runyam. Ia pun berusaha agar tidak emosi lagi, dan menekan egonya.Tasya memang salah, tapi bukan berarti dirinya harus dihakimi terus-terusan. Itulah yang Bu Intan tanamkan dalam hatinya. Ia berusaha legowo untuk menerima semua musibah yang menimpa keluarganya itu. Apalagi sekarang ini Angga sedang berusaha menangkap pelaku kejahatan yang menyebabkan Tasya begini.Hal itu sudah cukup membuat Bu Intan merasa lega. Karena sebentar lagi pelaku kejahatan itu akan ditindak sesuai dengan
#148Setelah Tasya pergi dan memulai kehidupannya di tempat yang baru. Angga dan Syahna saling bergantian menjaga Bu Intan di rumah sakit.Kadang ada rasa bosan yang menghampiri, karena Angga hanya berkutat di kantor, rumah dan rumah sakit. Namun, kehadiran Syahna selalu menenangkan suasana dan selalu menghiburnya di saat rasa bosan kadang menghampirinya.Angga hampir saja kehilangan harapannya pada Bu Intan, sebab Ia tak kunjung siuman sejak dinyatakan koma beberapa hari yang lalu. Dan hingga saat ini pun tidak terlihat ada tanda-tanda vital jika Bu Intan akan segera siuman.Saat dia ingin menyerah dan terus merasa frustrasi dengan keadaan, Angga akan mengingat jika dia masih memiliki Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai tempatnya melangitkan doa."Jangan lupa selalu berdoa untuk kesembuhan ibumu, Ga." Itulah pesan dari Pak Rahmat yang selalu terngiang dan tertanam di benak Angga.
#147Tasya sudah bersiap dengan koper kecil yang berisi barang-barang bawaannya. Di pagi buta itu seusai sarapan, Tasya sudah berpenampilan rapi dan telah bersiap pergi bersama Angga ke rumah sakit. Syahna pun turut serta untuk menemani Bu Intan di rumah sakit, atas permintaan Angga semalam.Setelah itu barulah dia akan pergi ke terminal bersama Pak Rahmat. Sedangkan, Angga hanya akan mengantarnya hingga ke terminal bus. Ia pun harus membawa serta Syahna dan Jelita ke rumah sakit untuk menunggu Bu Intan di ruangannya.Saat Angga mengatakan tentang rencana kepergian Tasya esok hari dan saat datang menemui Laras di rumah pada Syahna. Tentu hal itu mengundang respon terkejut atas pernyataan Angga. Syahna merasa kesal karena Angga terkesan melupakan janjinya sendiri."Kok aku nggak diajak ketemu Laras kemarin, Mas," protes Syahna kala lelaki itu memberitahukan padanya tentang apa saja yang dia lakukan kemarin b
#146"Apa Syahna lagi sakit? Atau Jelita yang sakit?" Angga terus bertanya-tanya. Dan akhirnya memberanikan diri untuk melihat isinya."Ini …."Syahna baru saja menyelesaikan acara memasaknya. Memang dia tidak membutuhkan waktu yang lama untuk memasak mie goreng spesial yang menjadi favorit Angga.Satu gelas kopi, dan satu piring mie goreng spesial untuk Angga, serta satu mangkok makanan pendamping Asi untuk makan siang Jelita, sudah Syahna tata rapi di atas nampan. Siap untuk dihidangkan ke Angga dan Jelita.'Mereka pasti udah nggak sabar lagi nunggu makanan ini,' batin Syahna riang dalam hatinya.Mood nya sempat turun akibat kabar dari tes DNA itu, akan tetapi setelah Angga pulang. Kehadirannya cukup untuk membuat Syahna mendapatkan kembali semangatnya. Angga serta perasaan cintanya sangat berpengaruh bagi mood Syahna.Tanpa firasat buruk apa pun, Sy
#144Terkadang bertemu dengan masa lalu yang menyakitkan itu, akan membuat kita mau tak mau mengingat lagi masa-masa sulit yang disebabkan oleh orang yang menyakiti kita tersebut.Hal yang harus dihindari adalah, memutus kontak dan menghilangkan semua akses untuk bertemu. Namun, hari ini semua itu seolah tak berlaku bagi Laras.Ia tak pernah menyangka jika mantan suami dan adik iparnya yang kini sudah mengubah penampilannya, ada di sini dan menginjakkan kaki ke rumahnya untuk pertama kalinya."Kenapa kalian ada di sini?" tanya Laras memberanikan diri. Ia berharap-harap cemas menantikan jawaban mereka. Laras sangat tidak menghendaki kehadiran mereka, namun apa boleh buat. Tidak ada pilihan lain selain menanyakan maksud kedatangan mereka.Sebenci apa pun Laras di masa lalu pada keduanya. Akan tetapi, Laras juga tak mungkin mengusir kedua kakak beradik itu setelah mereka sudah duduk di ruang
#142"Kamu yakin … mau ikut menemui Laras?" Lelaki itu menatap lekat wajah Syahna yang tampak serius saat ini. Wajahnya tampak tenang seolah tak menunjukkan ekspresi apa pun, akan tetapi Angga dapat menilai kalau Syahna cukup serius dengan apa yang baru saja diucapkannya itu.Angga bertanya untuk memastikan lagi agar dia tak salah dalam menafsirkan keinginan Syahna. Angga berharap-harap cemas menantikan jawaban Syahna. Lelaki itu menatap Syahna dengan tatapan yang sulit dimengerti. Dengan sabar, Angga menunggu Syahna membuka mulutnya dan menjawab pertanyaannya.Syahna menganggukkan kepalanya mantap. Gadis itu merasa yakin dengan pilihannya untuk menemui Laras. Keinginan itu datang dengan sendirinya dari dalam hati. Entah mengapa, ia tiba-tiba berkeinginan menggebu untuk mengenal wanita hebat seperti Laras.Ia ingin sekali bertemu dan mengenal Laras. Sebab, Entah mengapa Syahna yakin jika sampai saat ini pu
#140Hari itu, Angga dan Tasya pulang ke rumah. Angga sengaja berniat untuk pulang, sekadar untuk melihat keadaan Syahna dan Jelita. Sementara, Tasya pulang untuk sekadar beristirahat dengan tenang sebelum harus kembali ke rumah sakit lagi.Pak Rahmat bersedia ditinggal di rumah sakit untuk menunggu Bu Intan dan membiarkan kedua kakak beradik itu pulang untuk beristirahat sejenak. Hari-hari yang mereka lalui pasti sangatlah berat. Tetapi mereka tetap bersyukur telah dikirimkan Pak Rahmat untuk sedikit meringankan beban mereka."Sore nanti kita balik lagi ke rumah sakit, Sya," ucap Angga mengingatkan sang adik setelah mobilnya terparkir sempurna. Kadang rasanya lelah, harus bolak-balik ke rumah sakit untuk menjaga sang ibu yang sedang koma. Namun, mereka tak boleh dan pantang mengeluh. Sebab, itu sudah menjadi kewajiban mereka sebagai seorang anak untuk berbakti pada sang ibu."Iya, Bang. Tasya mau tidur dan
#139Tekanan darah yang sangat tinggi saat Bu Intan tak sadarkan diri tempo hari, membuat Dokter dengan berat hati mengatakan kalau beliau koma. Dan, belum bisa dipastikan kapan akan tersadar dari komanya. Pihak dokter pun belum dapat memastikannya. Mereka hanya dapat berdoa untuk kesembuhan Bu Intan, dan meminta keluarga pasien untuk tabah dan menerima keadaannya. Dan tak lupa untuk berdoa memohon kesembuhan bagi ibu mereka berdua.Kabar mengejutkan itu sontak membuat Tasya sangat terpukul. Ia sungguh tak menyangka jika ibunya akan mengalami masa yang sangat sulit seperti sekarang. Kini, baik Angga maupun Tasya hanya dapat berdoa agar Bu Intan segera tersadar dari komanya. Dan, mereka berdua hanya dapat saling menguatkan satu sama lain. Ya, hanya itu yang dapat mereka lakukan selain berdoa. Tasya berharap agar ibunya segera sadar dan ingin memperlihatkan pada beliau jika ia mampu berubah untuk menjadi lebih baik. Juga, ingin agar Bu Intan bahag
#138Karma selalu dibayar tunai! Begitulah kata-kata yang selalu terngiang dalam benak Tasya. Ia merasa jika apa yang sedang mereka alami adalah buah dari segala perbuatan buruknya selama ini."Bang, apa ini karma ya buat kita?" Dengan mata berkaca-kaca, Tasya bertanya tentang karma."Husst! Jangan ngawur kita cukup berdoa saja yang baik-baik buat Ibu, Sya." Angga mencoba menanamkan nasihat positif pada adiknya. Ia mencoba segala cara agar Tasya tak selalu memikirkan hal negatif yang hanya akan membuat hati dan pikiran terasa lelah. Tak ada obat untuk semua rasa lelah itu.Tasya pun tak lagi membuka suara, cenderung terdiam dan merenungi segala kesalahannya di masa lalu. Memang benar kata pepatah jika penyesalan itu selalu datang di akhir cerita. Dan, kini Tasya baru saja merasakan penyesalan atas segala perbuatannya terhadap Laras dulu.*Bu Intan tak kunjung siuman mes
#136"Menurutmu, aku harus bagaimana?" Angga mengulangi lagi pertanyaannya dan lagi-lagi membuat Syahna terkejut setengah mati.Pertanyaan Angga kali ini sanggup membuat Syahna terkesiap sesaat. Lelaki itu bahkan menanyakan padanya tentang apa yang harus dilakukan. Syahna merasa dihargai dan dianggap sebagai orang spesial yang penting bagi Angga.Ia pun tampak terdiam sejenak untuk memikirkan jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan Angga tersebut, tanpa terdengar seperti meremehkan lelaki itu."Menurutku … lebih baik Mas jujur saja sama Ibu. Di dunia ini pasti tak ada satu orang pun yang suka dibohongi, pun sama dengan ibumu, Mas. Walaupun kamu memilih untuk nggak cerita dan mengatakan yang sebenarnya sama Ibumu sekarang. Beliau pasti akan terus mencari tahu. Dan akan sangat miris kalau ibu tau semua itu dari mulut orang lain," ujar Syahna memberi jawaban sekaligus nasihat untuk Angga.