Alaric sudah mengelilingi Kota Nice untuk kedua kalinya selama dua hari ini. Kota ini akan menjadi setting film yang akan disutradarainya dua minggu lagi. Film ini akan disertakan dalam festival film pendek se-Eropa. Akan menjadi yang keempat kalinya ia mengikuti festival ini.
Nantinya, film yang akan dikerjakannya ini hanya akan berdurasi selama empat puluh lima menit. Cukup panjang untuk dikategorikan sebagai film pendek, tetapi kurang panjang durasinya untuk bisa disebut sebagai film utuh.
Ia menulis sendiri ceritanya, bahkan skenarionya juga. Alaric memang mempelajari juga teknik menulis skenario film saat kuliah dulu. Karena itu, dia memang lebih senang dan merasa puas jika menulis skenario sendiri untuk film yang akan digarapnya.
Cerita yang dia tulis ini mengisahkan tentang hubungan seorang anak lelaki remaja dan ayahnya yang duda. Bagaimana kemudian hubungan ayah dan anak ini berubah karena kehadiran seorang gadis cantik yang mengu
Hai, hai. Nambah lagi ya babnya. Makasih sudah baca. Salam, Arumi
Alaric hanya tersenyum sopan menanggapi candaan Camille Paradis itu. "Aku harus kembali ke hotel, setelah itu bersiap-siap memulai syuting. Kami akan mulai syuting hari pertama di waktu sore," kata Alaric. "Oh, kamu menginap di hotel apa?" tanya Camille. Alaric menghela napas. Dia ingin tak memberitahu, tetapi dia khawatir dianggap tidak sopan. Walau dia tidak nyaman dengan sikap Camille yang terkadang menggodanya, namun menurutnya sebaiknya dia tidak bersikap ketus dan bermasalah dengan insan perfilman di Prancis ini. Akhirnya Alaric menyebutkan nama hotel tempatnya menginap. Dia pikir, ada banyak kru film di hotel itu, Camille tidak akan berani berbuat macam-macam. Camille hanya tersenyum senang. Mereka pun berpisah. Alaric berharap dia tidak bertemu Camille lagi di Nice ini. Alaric menjalankan syuting selama dua minggu. Dia pun semakin sibuk. Bahkan dia hampir melupakan Kiara. Notifikasi ponselnya dia matikan. Sehingga dia tidak pernah tahu
Monte Carlo Kereta cepat bertiket mahal ini melaju benar-benar secepat namanya. Hanya dalam beberapa menit Kiara sudah sampai di Stasiun Gare de Monaco Monte Carlo. Tanpa mampir ke mana pun, Kiara langsung bergegas ingin menuju Kafe The Portrait”. Dari stasiun dia naik taksi menuju kafe itu. Ia ingin duduk di hadapan meja yang diletakkan di samping foto Kiara. Di saat yang bersamaan, Alaric berjalan perlahan, sambil menikmati lagi Kota Monte Carlo menjelang sore. Hingga sampailah ia di kafe yang tampak tidak terlalu besar di bagian depan. Tetapi begitu pengunjung masuk dan memilih ruang terbuka di belakang gedung kafe, bagian ini terlihat luas. Alaric masuk ke dalam kafe dan merasa bersyukur menemukan meja yang menghadap foto Kiara yang berbingkai kayu mahoni. Foto itu cukup besar, sehingga dengan jelas memperlihatkan wajah Kiara yang cantik, tersenyum ke arah kamera. Tak lama Alaric sudah asyik menikmati pesanannya. Se
Selama sebulan kemudian Kiara tinggal di Paris. Alaric menyewakannya sebuah kamar di hotel tak jauh dari apartemennya. Sebenarnya, bisa saja Kiara menginap di apartemen Alaric. Bisa saja Alaric mengalah tidur di sofa sementara Kiara tidur di kamarnya. namun, walau sudah bertahun-tahun tinggal di Eropa yang katanya orang-orangnya yang bebas saja tinggal serumah walau belum menikah, Alaric tetap menjunjung tinggi moral ketimuran. Baginya, tinggal serumah untuk dua orang berlainan jenis yang belum menikah adalah terlarang. Lagipula, dia ingin Kiara tinggak di tempat yang nyaman selama di Paris. Hotel itu memang bukan hotel mewah bintang lima, tapi sangat nyaman. Alaric tahu hotel itu hotel yang bagus karena dia mengenal pemiliknya. Alaric yang menanggung biaya sewa kamar hotel Kiara selama sebulan di hotel itu. Livia menerima perminaan Kiara yang ingin liburan sebulan. Livia mengatur jadwal kerja Kiara. Dia tidak menerima tawaran pekerjaan untuk Kiara selama satu bulan
Setelah menonton Formula One di Monte Carlo, akhirnya Alaric luluh oleh bujukan Kiara. Ia pun bersedia kembali ke Indonesia. Kiara pulang ke Indonesia lebih dulu karena masa liburannya hanya sebulan. Setelah itu sederet pekerjaan harus dia kerjakan. Sedangkan Alaric masih harus menyelesaikan filmnya, mengikuti proses editing dan sebagainya yang butuh waktu tiga bulan. Setelah itu dia masih harus menghadiri promosi film itu yang diputar di beberapa acara festival film di beberapa negara Eropa. Selama itu, Alaric dan Kiara harus menjalani hubungan jarak jauh alias LDR. Tapi kali ini berbeda, Alaric tidak pernah mengabaikan pesan Kiara. Bahkan lebih sering dia yang lebih dulu menelepon atau mengirim pesan pada Kiara. Alaric berjanji, setelah pekerjaannya di Paris selesai, dia akan segera kembali ke Indonesia. Dia akan mulai memikirkan masa depannya. Alaric memutuskan tidak lagi berpikir terlalu idealis. DIa masih bisa membuat film komersil dengan kualit
Alaric tak mengira dia akan sampai pada keputusan ini. Dia ingin menikah. Hubungannya sebagai kekasih Kiara secara resmi memang baru delapan bulan. Tapi Alaric sudah yakin, hanya Kiara yang dia inginkan sebagai pendamping hidupnya. Bukan berarti dia akan menikahi Kiara esok hari, atau seminggu lagi, atau sebulan lagi. Tapi setidaknya, dia sudah mulai memikirkan arah hidupnya. Dia tidak lagi hanya fokus tentang membuat film terbaik, terus menambah jumlah film yang dibuatnya, tapi dia sudah mulai memikirkan ingin hidup bersama seseorang dalam ikatan tali pernikahan yang resmi. Saling menjaga dan berbagi kasih sayang dan supaya dia tidak merasa bersalah karena sering berduaan dengan Kiara. Walau sampai saat ini dia tidak pernah melakukan hal di luar norma dan agama. Dia sangat menghormati dan menghargai Kiara sebagai perempuan. Karena itu dia selalu menjaga keinginan dan hasratnya. Interaksi saling bersentuhan antara dirinya dengan Kiara hanya seba
Setelah beberapa pekerjaan Alaric dan Kiara di Jakarta selesai, sebelum merkea harus memulai proyek pekerjaan baru, mereka memiliki waktu luang untuk beristirahat selama empat hari. Alaric memanfaatkan waktu luang mereka ini untuk mengajak Kiara ke Kota Yogya. Ini pertama kalinya Kiara diajak Alaric ke rumah orang tuanya. Karena selama ini Alaric tinggal di Paris, dia belum sempat mengajak Kiara ke rumah bapak ibunya. Tetapi Kiara sudah beberapa kali bicara dengan bapak, ibu dan adik Alaric melalui video call. Ada rasa berdebar dalam dada Kiara setelah pesawat yang membawa mereka dari Jakarta ke Yogya mendarat di Yogyakarta International Airport atau biasa disebut YIA. Tentunya bertemu langsung akan berbeda dengan hanya bicara lewat video call. Walau pun dari pembicaraan lewat telepon, Kiara bisa menilai keluarga Alaric baik dan harmonis. Ibunya ramah dan cantik. Bapaknya humoris. "Halo, apa kabar jantungmu? Apakah baik-baik saja? Atau berdeba
"Haloooo, selamat datang di rumah kami. Wah ini dia calon menantu kesayangan Ibu," sambut Bu Widuri begitu Kiara masuk ke ruang tamu. Dia merentangkan tangannya dan tersenyum lebar. Di sampingnya berdiri Pak Rama suaminya yang juga tersenyum lebar. Kiara menerima sambutan Bu Widuri, dia membiarkan Ibu Alaric itu memeluknya erat. "Tentu saja Kiara adalah calon menantu kesayangan Ibu. Karena baru Kiara yang jadi calon menantu Ibu. Bimo kan masih lama nikahnya," komentar Alaric. Bu Widuri merenggangkan pelukannya dan mengamati wajah Kiara sambil tersenyum. "Terserah kamu mau bilang apa, Ric Pokoknya Ibu senang akhirnya bisa bertemu dengan calon menantu ibu secara langsung. Aduh, kamu aslinya benar-benar cantik. Ini sih memang lebih cantik dari gadis-gadis Prancis," ucap Bu Widuri sambil masih tersenyum dan menatap Kiara. Kiara hanya bisa tersenyum tersipu mendengar pujian dari calon mertuanya itu. Sedangkan Alaric hanya menghela nap
Setelah bulan lalu Alaric mengajak Kiara berkunjung ke rumah orang tuanya di Jogja. Baru sekarang sebulan kemudian mereka punya waktu luang lagi libur empat hari dan mereka manfaatkan untuk ke Surabaya berkunjung ke rumah orang tua Kiara. Rumah orang tua Kiara biasa saja, tidak seluas rumah orang tua Alaric. Dan hampir tidak ada yang tahu bahwa ini adalah rumah orang tua Kiara. Kiara memang sangat menjaga privasi keluarganya. Dia tidak pernah menceritakan tentang keluarganya kepada siapa pun. Prinsip hidupnya adalah, dialah yang menjadi publik figur, maka akan dia tanggung segala risiko menjadi publik figur. Termasuk disorot media dan diterpa gosip beragam. Tapi orang tuanya, kakaknya keponakan-keponakannya, berhak untuk hidup santai terbebas dari gangguan awak media yang usil atau penggemar yang selalu ingin tahu. Kiara dan Alaric baru saja sampai di depan pagar rumah orang tua Kiara. Taksi online yang mereka sewa dari hotel tempat Alaric menginap baru saja berhenti
Kiara tak menyangka akhirnya dia dan Alaric bisa mewujudkan rencana mereka berbulan madu ke Labuan Bajo. Semua berjalan lancar. Mulai dari rangkaian promosi film "Lost in Bali" hingga pemutarannya selama sebulan di bisokop dan menghasilkan jumlah penonton cukup luar biasa, syuting film baru yang cukup melelahkan menuntut Kiara mengerahkan segala kemampuannya, akhirnya kini Kiara dan Alaric bisa beristirahat hanya berdua saja. Mereka menikmati indahnya pemandangan, bercinta sampai puas tak ada yang mengganggu karena resort yang mereka tinggali ini memang antara satu kamar dengan kamar lainnya berjarak lumayan jauh. Hari ini mereka masih akan bermalas-malasan hanya di hotel, kemudian nanti akan berenang di kolam renang, dan nanti sore mereka akan ke pantai menikmati sunset. Mereka baru selesai sarapan, lalu asyik merebahkan tibuh di hammock yang etrpasang di teras paviliun mereka. Kiara merebahkan kepalanya di dada Alaric. "Mas, bagaimana kalau setelah
Sebulan setelah Alaric dan Kiara menikah, film Kiara yang berjudul "Lost in Bali" mengadakan gala premiere sebelum resmi tayang di bioskop di seluruh Indonesia dua hari lagi. Di acara gala premiere itu tentu saja Kiara bertemu lagi dengan Kafka yang ternyata masih betah berpacaran dengan peran pendukung wanita film itu. Mereka masih tidak saling berbicara, tapi Kiara sudah mulai mau membalas senyum Kafka hanya sekadar sebagai sopan santun dan hubungan baik karena mereka berperan di film yang sama. Alaric selalu menggenggam erat tangan Kiara seolah ingin menegaskan kepada semua orang bahwa Kiara adalah miliknya. Beberapa kali malah Alaric memeluk pinggang Kiara. Bahkan di satu kesempatan ketika mereka sedang ebrbincang sambil menunggu dipersilakan masuk ke dalam studio, tiba-tiba saja Alaric mencium pipi Kiara lama, lalu bergerak ke bibirnya, kemudian mengecup lembut. Kiara terkejut, tetapi membiarkan aksi Alaric itu. "Mas, jangan ciuman di depan publik.
"He, Kiara, kenapa menangis? Aku bikin kejutan ini buat bikin kamu senang, bukan malah menangis," ucap Alaric ketika melihat mata istrinya basah dan perlahan satu dua tetes air mata mengalir di pipi Kiara. Kiara menggeleng. Dia mengambil tisu di atas meja makan, lalu menghapus air matanya. "Aku menangis bahagia, Mas. Aku etrharu. Aku nggak sangka kamu akan melakukan semua ini. AKu kira kamu masih lama bakal diemin aku. Aku mulai paham kebiasaan kamu. Tiap kali kita berdebat, kamu milih diemin aku daripada ribut melanjutkan perdebatan. Aku sudah mengalaminya saat kejadian dengan Kafka. Jadi, ketika semalam dan tadi pagi kamu diemin aku, aku ngerti. Kamu butuh waktu. Tapi aku nggak ngira mood kamu bisa berubah secepat ini," sahut Kiara. Lalu Kiara mencoba tersenyum walau bibirnya masih bergetar. alaric balas tersenyum. Dia mengecup bibir istrinya lembut, lalu dia raih tubuh Kiara dalam pelukannya. Dia biarkan dada Kiara bersandar ke dadanya, dan Alaric me
Hari ini kesibukan Kiara seharian rapat di beberapa tempat. Setelah bertemu Livia dan mengecek lagi jdwal kerjanya untuk satu bulan ke depan, Kiara ditemani Livia menghadiri rapat di sebuah perusahaan iklan yang akan membuat iklan untuk produk minuman kesehatan. Pertemuan itu selesai pukul setengah enam. Kiara berniat akan makan malam dulu bersama Livia sebelum pulang ke apartemen. Karena dia memperkirakan Alaric akan pulang larut, mungkin sengaja untuk menghindari bertemu Kiara. Kiara memang bertekad akan membiarkan Alaric membenahi perasaannya dulu. Dia bukan wanita manja yang senang merajuk dan ngambek bila keinginannya tidak dituruti. Sudah bertahun-tahun dia terbiasa mandiri. Apalagi Kiara menyadri dalam masalahnya saat ini, dia memang salah karena dengan tiba-tiba menghentikan Alaric dan melarangnya berhubungan tanpa pengaman tanpa membicarakan tentang itu lebih dulu. Saat bertemu Livia, ada keinginan Kiara untuk mencurahkan perasaannya, tetapi di
Kiara tak menyangka, pernikahannya dengan Alaric baru berlangsung empat hari, tetapi di hari keempat, mereka sudah tidak saling bicara. Kiara sudah mencoba mengajak Alaric bicara, tapi Alaric hanya menganggapi dengan 'hm' yang pendek. Kiara sadar, mereka memang salah. Padahal mereka berhubungan menjadi kekasih cukup lama sebelum menikah, tapi masih banyak hal dasar dan prinsipal yang belum mereka bahas. Salah satunya tentang menunda punya anak dan bagaimana program penundaan terbaik yang tidak menyakiti kedua pihak. Kiara berpikir jika Alaric mengenakan sarung pengaman saat mereka berhubungan intim, maka itu adalah pengaman terbaik yang paling tidak berbahaya. Atau ada jalan lain dengan memantau masa subuh Kiara. Tetapi Kiara tidak mau jika ada alat kontasepsi yang dimasukkan ke tubuhnya karena biasanya alat seperti itu ada efek sampingnya. Namun Alaric sepertinya masih kehilangan minat untuk menobrol dengan Kiara. Kiara pun menyadari, ini adalah
"Mas, sebentar," ucap Kiara lagi setelah mereka mandi dan mereka sudah bersiap di tempat tidur. Alaric sudah menciumi Kiara beberapa kali. Keningnya mengernyit mendengar Kiara menginterupsinya lagi. "Ada apa lagi, Sayang? Kalau kamu bilang sebentar terus, nanti keburu mood-ku hilang nih," sahut Alaric. "Kita belum benar-benar ngobrolin tentang rencana kita punya anak," kata Kiara. Alaric terbelalak. "Hah?" tanyanya terkejut, tak menyangka Kiara akan mengajaknya membahas tentang rencana punya anak ketika hasratnya sudah semakin tinggi seperti sekarang. "Maksudku, sebaiknya kita pakai pengaman sebelum kita benar-benar membahas tentang rencana kita punya anak," kata Kiara lagi. Minat Alaric langsung lenyap. Dia pun duduk di tempat tidur, menyandarkan punggungnya ke kepala tempat tidur. "Oke, aku memang salah. Nggak pernah mengajak kamu membahas tentang rencana punya anak denganmu sebelum kita menikah. Jadi, ap
Di bandara Sokarno Hatta, Kiara dan Alaric berpisah dengan Livia karena tujuan mereka berbeda. Kiara merasa aneh dan belum terbiasa dengan situasi ini. Dia masih belum terbiasa tinggal serumah dengan Alaric dan berpisah dari Livia. Tetapi ini lah hidupnya sekarang. Dia sudah memulai membangun sebuah keluarga bersama Alaric. Sopir Kiara masih bekerja dengannya. Karena Kiara masih membutuhkannya jika dia nanti punya kegiatan yang berbeda dengan Alaric. Kiara sudah meminta sopirnya itu menjemputnya di bandara sejak kemarin. Maka, kini Kiara dan Alaric sudah berada di jok belakang mobil Kiara yang dikendarai sopir Kiara. Kiara menyandarkan kepalanya ke bahu Alaric. Alaric hanya melirik istrinya itu dan tersenyum. Dia biarkan Kiara bersandar padanya. Satu jam kemudian mereka baru sampai di apartemen baru mereka. Kiara tentu saja sudah beberapa kali ke apartemen ini, tetapi tidak pernah menginap. Apartemen yang sebenarnya dibeli Alaric tetapi untuk mereka tinggali
Kiara dan Alaric kembali ke Jakarta bersama Livia. Namun mulai sekarang tujuan mereka berbeda. "Liv, kamu tinggal di apartemenku saja. Berani kan kamu tinggal sendiri di situ? Untuk sementara, sebelum aku jual. Daripada kosong dan kamu juga bisa ngirit kan nggak usah nyewa tempat lain," kata Kiara, ketika mereka sedang menunggu panggilan masuk ke pesawat yang akan membawa mereka ke Jakarta. "Serius, Ra? Memangnya kapan kamu akan menjual apartemenmu itu?" tanya Livia. "Sepertinya bukan dalam waktu dekat ini. Aku mau nyantai aja jualnya. Nggak usah dipasang diiklan. Sampaikan kabar mau jual itu dari mulut ke mulut aja. Sampai nanti akhirnya ketemu orang yang berminat. Kamu mau kan tinggal di situ dulu? Kan nggak jauh dari apartemenku dan Alaric. Kalau ada apa-apa aku amsih bisa ke situ dengan cepat, atau kamu yang ke apartemen kami," jawab Kiara. "Kenapa nggak kamu sewakan saja, Ra? Nggak perlu dijual. Kan lumayan bisa ada hasilnya, tapi kamu bisa
Kiara dan Alaric masih tinggal satu hari lagi di Surabaya. Ada pesta syukuran yang diadakan bersama oleh keluarga mereka. Bapak, ibu dan adik Alaric yang tinggal di hotel selama di Surabaya, ikut serta dalam acara pesta syukuran itu. Ada om dan tante serta beberapa sepupu Alaric yang juga datang dan menginap di hotel yang sama dengan ayah dan ibunya. Hotel itu jaraknya lebih dekat ke rumah orang tua Kiara. Syukuran itu diadakan di rumah orang tua Kiara. Hanya syukuran keluarga dengan hidangan sederhana. Yang penting mereka bisa berkumpul dan saling mengenal lebih dekat. Sehingga suatu saat bisa saling berkunjung. Kiara senang sekali melihat rumahnya dipenuhi keluarga besarnya. Sama seperti masa lamaran dahulu. Setelah dia kembali ke Jakarta dan hidup hanya berdua Alaric, maka segala keriuhan ini tak akan lagi dia rasakan. Dia pun sibuk merekam momen-momen bersama keluarganya. Kiara meminta satu per satu anggota keluarganya dan keluarga Alaric mengucapkan satu dua pat