"Maaf Tuan, saya rasa kita tidak perlu membicarakan tentang hal ini," ucap Amanda, dengan cepat dia mengambil kotak obat miliknya dan menyimpannya di atas rak buku, menjauhkan dari pandangan pria tersebut.Sedikitpun Amanda tidak merasa bahwa dia memiliki hubungan yang dekat dengan tuan Austin. Jadi membahas tentang hal ini terasa begitu ambigu baginya."Sebelum semakin larut malam, sebaiknya anda segera pulang, Tuan," ucap Amanda lagi setelah kembali berdiri di hadapan tuan Austin. Mengusir secara halus.Setelah ini dia sangat berharap tak akan ada pertemuan lagi diantara mereka berdua, cukup bertemu jika ada urusan bisnis.Dan melihat Amanda yang terus memberi jarak begini membuat Austin akhirnya kehabisan kesabaran. Kenapa Amanda masih tetap bertahan di dalam pernikahan yang rusak?Dia teraniaya dengan keadaan ini tapi tetap berlagak kuat. Perselingkuhan sampai menghasilkan anak, manusia mana yang tak akan frustasi di hadapkan pada pengkhianatan sekejam itu?Tak ada, wanita sekuat
Malam bergulir dan pagi akhirnya menyapa. Cahaya matahari mulai menerobos masuk ke dalam rumah Amanda, apalagi semalam dia lupa untuk menutup tirai jendela.Luna yang hendak menghampiri sang nyonya dibuat terkejut saat melihat mobil milik tuan Austin masih terparkir di depan mess sang nyonya, dan ketika dia melihat dari jendela Luna tak menemukan pergerakan apapun.Saat menguping di baik pintu, Luna benar-benar tak mendengar sedikitpun suara."Apa yang terjadi? Apa semalam tuan Austin menginap di sini?" gumam Luna dengan perasaan yang mulai was-was.Nyonya Amanda bukankah wanita yang akan bermain kotor, wanita itu begitu memperhatikan nama baiknya sendiri. Meskipun pernikahan dengan tuan Evan telah hancur namun statusnya masihlah istri, jadi tak mungkin nyonya Amanda akan memulai hubungan dengan yang lain.Meskipun pria itu adalah tuan Austin, pria dengan kesempurnaan yang tak mampu terbantahkan.Demi menghindari pemberitaan yang kurang baik, Luna segera pergi dari sana dan mengkonfir
Ketika Amanda telah mengambil keputusan dia tidak akan pernah mundur lagi, apapun hasil yang ada di depan nanti akan dia pertanggungjawabkan.Termasuk keputusannya untuk memiliki hubungan yang lebih dengan tuan Austin, bukan hanya sebagai rekan kerja tapi juga teman."Makanlah," jawab Austin dari pertanyaan singkat yang diajukan oleh Amanda. Dia tidak perlu menjelaskan kesungguhannya, Amanda cukup melihat dan merasakan.Saat tuan Austin mulai menyantap makanannya, Amanda tak lagi bisa bicara. Dia ikut makan juga sampai beberapa menit kemudian makanan mereka habis.Selesai makan Amanda kembali melihat tuan Austin yang memijat lehernya sendiri, tidur dengan posisi duduk semalam tentu begitu menyiksa bagi tuan Austin. Apalagi salah satu kakinya dia gunakan sebagai bantalan.Kebenaran yang membuat Amanda makin merasa bersalah. Tapi dia tak tahu harus melakukan apa sebagai solusi, tak mungkin menawarkan diri untuk memijat leher tersebut."Apa anda ingin menggunakan koyo?" tanya Amanda, han
Amanda masih berdiri di depan rumahnya dan melihat mobil milik tuan Austin keluar dari area yayasan, tidak menyangka juga bahwa hubungan mereka akan berkembang sejauh ini. Ternyata benar, apa yang akan terjadi di masa depan tak akan mampu ditebak. Orang hanya mampu berencana, namun jika takdir berkata tidak maka hasilnya akan tetap tidak. Satu helaan nafas panjang keluar dari mulut Amanda, tatapan kemudian teralihkan pada Luna yang berjalan ke arah sini. "Nyonya, pagi ini nyonya Geni mendatangi yayasan pusat," lapor Luna. Sebuah kabar yang tidak pernah Amanda prediksi sebelumnya. Dia pergi setelah memberikan banyak tekanan untuk semua keluarga Sanjaya, Amanda pikir setidaknya orang-orang itu akan diam sejenak. Tapi siapa sangka, mama Geni langsung mengambil langkah. Di kantor pusat Yayasan Sanjaya Group mama Geni datang bak pemilik yayasan tersebut, padahal sedikitpun dia tidak ada andil dalam pengembangannya. Mama Geni, Evan dan bahkan Evelyn sedikitpun Tidak memiliki bagi
"Nyonya Geni meminta laporan keuangan Yayasan," lapor Luna setelah dia mendapatkan panggilan telepon dari salah satu karyawan di kantor pusat. "Tapi tentu saja mereka tidak memberikannya," timpalnya pula.Amanda yang telah duduk di kursi kerjanya mendengarkan dengan seksama. Sesekali tatapannya tertuju ke arah luar jendela, melihat gedung di seberang sana yang tengah di renovasi. Lalu memutuskan untuk menghubungi sang mama mertua secara langsung.Saat panggilan mulai tersambung, Amanda memberi isyarat pada Luna untuk keluar dari ruangan ini."Halo," jawab mama Geni di ujung sana, dia baru saja tiba di rumah dan langsung mendapatkan telepon dari sang menantu."Untuk apa mama pergi ke Yayasan?" tanya Amanda langsung."Wah, kamu benar-benar hebat Amanda. Sekarang kamu sedang pergi, tapi Yayasan pusat masih saja berada di bawah kuasa mu," balas mama Geni. "Mama butuh uang," ucapnya lagi tanpa basa basi.Dia sangat yakin jika Amanda juga sebenarnya telah tahu apa tujuannya datang tadi, yai
'Aku akan segera datang,' balas Evan pada Seria. Jika sudah menyangkut tentang sang anak Evan tentu langsung melemah.Dia pernah kehilangan anaknya satu kali, jadi kini Evan tidak ingin kejadian itu kembali terulang. Sebisa mungkin dia akan memberikan yang terbaik untuk anak keduanya tersebut."Pak, putar arah mobilnya, kita menuju rumah Seria," titah Evan pada sang supir. Dia melihat jam di pergelangan tangannya. Waktu masih menunjukkan 1 jam sebelum penerbangannya menuju kota A, tadi dia memang pergi lebih cepat demi menghindari perdebatan dengan mama Geni.Pikir Evan, dia masih memiliki waktu untuk bertemu dengan sang anak lebih dulu, sebelum nanti kembali menuju bandara. Evan bahkan kini memerintahkan sopirnya untuk melaju dengan cepat, memilih jalur yang paling dekat untuk menuju rumah Seria.Tiba di sana, Evan langsung memanggil Seria dengan cemas. "Seria!"panggil Evan.Wanita yang dipanggil segera mendekat, melangkah cepat menemui ayah dari anaknya di ruang tengah. "Dimana Ask
Terpaksa Evan melepaskan pelukannya pada sang istri, membodohi diri sendiri atas keteledorannya yang berulang kali. Bagaimana bisa dia menyisahkan aroma parfum milik Seria di tubuhnya saat menemui sang istri. "Ini tidak seperti yang kamu pikirkan, Amanda," ucap Evan lirih. Sampai bingung sendiri bagaimana caranya untuk menjelaskan. "Tidak perlu menjelaskan apapun Mas, aku tahu hubungan kalian memang tidak akan pernah bisa berakhir," jawab Amanda. "Aku sudah mengakhiri semuanya, apa yang ada diantara kami sekarang hanyalah tentang Aska." "Mas tidak perlu gusar seperti itu," balas Amanda saat melihat sang suami mulai bicara dengan menggebu-gebu, entah yang diucapkannya adalah sebuah kejujuran atau karena masih ada yang disembunyikan. "Silahkan saja jika mas Evan Masih ingin menyentuh tubuh Seria, aku tidak akan melarangnya. Aku hanya tidak akan mengizinkan Mas menikahi dia," ucap Amanda kemudian, lalu mundur satu langkah untuk menciptakan jarak diantara mereka berdua. Selama
Austin menahan senyumnya saat mendengar pertanyaan Amanda. Entah kenapa pertanyaan itu terdengar lucu di telinganya. Ini adalah kali pertama Amanda meminta bantuan, wanita yang selama ini selalu kukuh mampu melakukan semuanya sendiri akhirnya menunjukkan sisi lemah. Dan jadi satu-satunya orang yang dimintai tolong membuat Austin berbangga hati. "Jadi sekarang kamu sedang memanfaatkan aku?" tanya Austin. "Tidak, aku hanya sedang menagih ucapan Anda kemarin. Bukankah sekarang kita teman?" balas Amanda. Teman artinya harus saling tolong menolong satu sama lain, dan tuan Austin sangat tahu Apa permasalahannya saat ini, jadi tanpa perlu dia jelaskan secara langsung seharusnya tuan Austin langsung membantunya. Mendengar jawaban Amanda tersebut membuat Austin akhirnya tidak mampu menahan tawa, dia suka sekali sikap Amanda yang tidak ingin kalah seperti ini. "Duduklah, aku harus mandi lebih dulu untuk bisa membantumu," ucap Austin setelah tawanya mereda. Saat pria itu pergi bar