Holla, MyRe. Ada kabar baik nih buat kalian penggemar Mak Lea dan Mas Deden. Sekarang cerita mereka sudah hadir di GoodNovel. Yuk, Mampir ke novel baru kita. Judulnya "DEKAPAN DINGIN SUAMI PANAS." Mengisahkan tentang Lea yang super absurd menjadi seorang istri Haiden--CEO sekaligus pewaris Mahendra yang super sibuk. Genre utama Komedi romantis. Siap-siap ketawa dengan tingkah Mak Lea dan siap-siap baper dengan Mas Deden. Langsung mampir dan banjiri dengan komentar manis yah …. IG:@deasta18
Mendengar ucapan Disha, Audi hanya diam. Dia ragu jika Sofia seperti yang Disha dan Sera katakan, akan tetapi sikap Sofia akhir-akhir ini memang sangat aneh. "Mama harus menemui Kiana. Ada yang ingin Mama tanyakan padanya, Nak," ucap Audi pada Disha, mengingat sesuatu dan dia ingin memastikannya pada Kiana. Sejujurnya Disha khawatir akan tetapi dia tetap menganggukkan kepala. Audi memiliki keraguan dan mama mertuanya memang harus menghapuskan keraguan itu. Sama seperti Disha yang dulunya sempat ragu pada Kiana, dan setelah dia menghapus keraguan itu-- dengan melihat sendiri ketulusan Kiana pada putrinya, barulah Disha merasa lega. ***Marc dan keluarganya akhirnya kembali ke negara mereka. Ada hal yang baru di tengah-tengah mereka, yakni Kiana yang sekarang telah menjadi bagian dari keluarga. Sebetulnya Kiana cukup sedih dan cemas, dia juga merasakan kerinduan yang mendalam pada keluarganya. Mommy dan daddynya, lalu kakaknya yang sangat menyayanginya. Mereka sekarang berpisah. "
Kiana berakhir bersama adik dan sepupu suaminya. Hari ini akan ada pesta pernikahan di sini--pestanya dan Marc, dan keadaan rumah memang ramai. Kiana tidak menyangka jika pernikahannya akan kembali dirayakan di rumah mertuanya. Dia kira cukup ritual pernikahan dan semua selesai. Ternyata di sini, pernikahannya kembali dirayakan. Beda tradisi dan Kiana cukup kaget. Akan tetapi Kiana sangat senang, karena dengan begini dia bisa melihat dan merasakan keantusiasan orangtua suaminya untuk menyambutnya sebagai menantu. Sebelumnya Kiana bersama ibu mertuanya dan beberapa aunty suaminya. Akan tetapi pada akhrinya dia berakhir bersama saudara dan sepupu suaminya, mama mertuanya sibuk mempersiapkan pesta untuk nanti malam. "Namamu Starla?" tanya Davin, adik suaminya, cukup ramah meskipun ramah pria ini mood-moodan. "Itu nama depanku, Kak," jawab Kiana, nyengir kuda karena cukup kikuk pada Davin. Status pria ini adalah adik iparnya, akan tetapi karena usia Davin lebih tua darinya, Kiana mema
Setelah berbicara pada Eliza, Kiana menemui mama mertuanya. Dia tak enak hati melihat sang mama mertua yang sibuk ikut membantu persiapan pesta untuk nanti malam. Karena tidak tahu harus membantu apa, Kiana mendekati mama mertuanya untuk bertanya. Akan tetapi, sang mama mertua malah menyuruh Kiana istirahat–menyuruh Yoona supaya mengantar Kiana ke kamar. Yoona berbeda dengan Eliza, perempuan ini sangat santai dan juga ramah. Yoona memiliki seorang kakak bernama Gerald De Lucas, dan dia ternyata bekerja di DSL. Hanya saja karena Kiana tak memperhatikan dan Gerald tak terlalu menonjol orangnya, Kiana tak tahu jika Gerald adalah sepupu Marc. Suaminya juga punya satu sepupu laki-laki lainnya. Namanya Arseno De Lucas (anak dari Ando dan Aulia) di mana Ando adalah paman tertua Marc. Arseno sendiri memilih berbeda, menjadi seorang dokter bedah yang sudah terkenal keahliannya di negara ini. "Yoona, aku akan membantumu. Katakan apa yang bisa ku lakukan?" ucap Kiana, menolak masuk dalam ka
"A-aku memang kecelakaan, Tante. A-aku bahkan hampir mati." pekik Sofia, menangis dengan air mata yang terus meluruh. Disha menghela napas, tak ingin berdebat lagi dengan perempuan tersebut. "Kalau begitu biarkan Arseno memeriksa kakimu," ucap Disha dengan nada tegas. Sofia memucat, gugup dan terlihat panik. Kakinya tidak sakit ataupun patah. Meski Arseno bukan dokter ortopedi, tetapi dia yakin kalau Arseno akan tahu kebohongannya. Namun, jika dia keukeuh menolak, Disha akan lebih curiga padanya. Disha memanggil beberapa maid untuk membawa Sofia ke dalam, setelah itu dia menyuruh keponakannya untuk memeriksa kaki Sofia. ***Cup' Marc mencium bibir Kiana, melumatnya cukup kasar dan penuh penuntutan. Saat ini mereka sudah dalam kamar, membuat Marc leluasa untuk mencium istrinya. "Ummff--" Kiana memberontak, cukup kaget karena Marc tiba-tiba menciumnya. Dia juga ingin mengatakan sesuatu pada Marc, oleh sebab itu dia berupaya menghentikan Marc. "Kau menolak ciumanku?" ucap Marc, me
Sofia! "Untuk apa kamu datang ke sini?" sinis Kiana, menatap Sofia kesal secara terang-terangan. "Tuan meninggalkan laporan penting dan aku datang untuk menjemputnya," ucap Sofia dengan nada angkuh, berniat masuk akan tetapi Kiana dengan cepat mendorong pundaknya. "Jangan menginjakkan kaki kotormu ke dalam kamarku dan Kak Marc." Tak mau kalah, Kiana memperlihatkan keangkuhan yang sesungguhnya pada Sofia, "makhluk rendahan sepertimu bisa mencemari kamar kami," lanjut Kiana. Sofia mengepalkan tangan, menatap begitu marah pada Kiana. "Kiana! Jaga ucapanmu, ini bukan keluarga Melviano! Mungkin di keluargamu, kamu adalah nona muda yang selalu dihormati dan dimanja. Tetapi di sini …-" Kiana langsung memotong, berkata santai dengan bersedekap di dada, "nyonya Lucas. Aku malah naik jabatan di sini. Dari Lady Melviano, menjadi Nyonya Lucas. Iri, Remahan Biskuit?" ejek Kiana di akhir kalimat. Sofia semakin marah mendengar ucapan Kiana. Dia sangat tak terima, apalagi bagian Kiana meny
Ceklek' Marc menoleh ke arah pintu, mendapati istrinya di sana. Kiana terlihat kaget, mungkin tak mengira jika Marc telah datang. Kiana masuk dalam kamar, menutupi pintu sembari berjalan menghampiri suaminya. Dia tersenyum manis, senang karena Marc akhirnya kembali. Ada banyak hal yang ingin Kiana ceritakan pada Marc, salah satunya niatan Gebara untuk melamar Kinara–kakaknya. Karena jika Gebara ingin melamar Kinara, pasti mereka akan ke negara Kiana. Itu yang membuat Kiana sangat senang, dia bisa pulang lalu bertemu dengan keluarganya. Tak bisa dipungkiri, Kiana sangat rindu pada keluarganya. "Kak Marc kapan pulang?" tanya Kiana, masih tersenyum manis pada Marc. Pria itu menaikkan sebelah alis, menampilkan raut muka dingin dan tatapan yang cukup mengintimidasi. "Baru saja." Kiana cengar cengir, mendudukkan diri di pinggir ranjang. "Kau sepertinya terlihat sangat senang." Kiana menganggukkan kepala. "Kak Gebara sudah memantapkan niatannya untuk melamar Kak Kinara. Minggu
Kiana menatap gambarnya yang salah coret, menganga sedikit lalu menoleh pada suaminya. Pria satu ini! Sangat-sangat tak aman untuk kesehatan jantung Kiana. Hell! Dari tadi, Marc sudah bagus hanya diam dan tak bersuara. Tetapi kenapa dia tiba-tiba mengeluarkan suara? See?! Sekalinya Marc berbicara, gambar Kiana rusak. Bencana! "Jawab." Marc bangkit dari kursi lalu menghampiri Kiana, dia berdiri di belakang istrinya–menatap sejenak pada gambar desain Kiana yang tergores pencil, cukup dalam dan parah. Melihat itu, Marc menarik salah satu sudut bibir ke atas–membentuk sebuah smirk tipis, geli melihat gambar istrinya. Jadi perempuan ini tadi kaget dan salah coret? Cih, menggemaskan. "Kau mencintaiku, Wife?" tanya Marc, membungkuk ke arah Kiana. Satu tangannya memegang sandaran kursi Kiana, satu lagi bertopang pada sisi meja istrinya. Kiana yang sedang menghapus bagian yang salah pada desain, menjadi kikuk lalu berakhir salah hapus. Marc berdecis geli, menarik penghapus dari tangan i
Zahra Aurelia menghela napas sebab tidak bisa fokus pada pekerjaannya. Saat ini dia sedang sibuk menyusun agenda dari sang CEO di perusahaannya bekerja, tak lain adalah suaminya sendiri–Zein Melviano Adam. Dia sekretaris Zein, sudah tujuh tahun bekerja dengan perusahaan ini. Akhir akhir ini Zahra kurang fokus pada pekerjaannya sebab mantan dari suaminya yang sangat dicintai telah kembali. Sekarang wanita tersebut berada di ruangan Zein–suaminya. Harusnya mereka membicarakan proyek kerja sama tetapi sejak tadi mereka terlihat bercanda dan terus tertawa riang. Zahra bisa melihat cukup jelas sebab ruangannya dan Zein dipisah oleh dinding kaca transparan. Melihat Zein yang hangat pada Belle (mantan Zein) itu membuat Zahra sakit hati. Zahra cemburu! Akan tetapi Zahra bisa apa? Sejak dulu, bahkan sebelum mereka menikah, Zein memang telah mencintai Belle. Pernikahannya dan Zein, tiga tahun yang lalu, juga terjadi karena kesalahan satu malam. Dia dan Zein tidak sengaja melakukan one nigh
Kiana menatap gambarnya yang salah coret, menganga sedikit lalu menoleh pada suaminya. Pria satu ini! Sangat-sangat tak aman untuk kesehatan jantung Kiana. Hell! Dari tadi, Marc sudah bagus hanya diam dan tak bersuara. Tetapi kenapa dia tiba-tiba mengeluarkan suara? See?! Sekalinya Marc berbicara, gambar Kiana rusak. Bencana! "Jawab." Marc bangkit dari kursi lalu menghampiri Kiana, dia berdiri di belakang istrinya–menatap sejenak pada gambar desain Kiana yang tergores pencil, cukup dalam dan parah. Melihat itu, Marc menarik salah satu sudut bibir ke atas–membentuk sebuah smirk tipis, geli melihat gambar istrinya. Jadi perempuan ini tadi kaget dan salah coret? Cih, menggemaskan. "Kau mencintaiku, Wife?" tanya Marc, membungkuk ke arah Kiana. Satu tangannya memegang sandaran kursi Kiana, satu lagi bertopang pada sisi meja istrinya. Kiana yang sedang menghapus bagian yang salah pada desain, menjadi kikuk lalu berakhir salah hapus. Marc berdecis geli, menarik penghapus dari tangan i
Ceklek' Marc menoleh ke arah pintu, mendapati istrinya di sana. Kiana terlihat kaget, mungkin tak mengira jika Marc telah datang. Kiana masuk dalam kamar, menutupi pintu sembari berjalan menghampiri suaminya. Dia tersenyum manis, senang karena Marc akhirnya kembali. Ada banyak hal yang ingin Kiana ceritakan pada Marc, salah satunya niatan Gebara untuk melamar Kinara–kakaknya. Karena jika Gebara ingin melamar Kinara, pasti mereka akan ke negara Kiana. Itu yang membuat Kiana sangat senang, dia bisa pulang lalu bertemu dengan keluarganya. Tak bisa dipungkiri, Kiana sangat rindu pada keluarganya. "Kak Marc kapan pulang?" tanya Kiana, masih tersenyum manis pada Marc. Pria itu menaikkan sebelah alis, menampilkan raut muka dingin dan tatapan yang cukup mengintimidasi. "Baru saja." Kiana cengar cengir, mendudukkan diri di pinggir ranjang. "Kau sepertinya terlihat sangat senang." Kiana menganggukkan kepala. "Kak Gebara sudah memantapkan niatannya untuk melamar Kak Kinara. Minggu
Sofia! "Untuk apa kamu datang ke sini?" sinis Kiana, menatap Sofia kesal secara terang-terangan. "Tuan meninggalkan laporan penting dan aku datang untuk menjemputnya," ucap Sofia dengan nada angkuh, berniat masuk akan tetapi Kiana dengan cepat mendorong pundaknya. "Jangan menginjakkan kaki kotormu ke dalam kamarku dan Kak Marc." Tak mau kalah, Kiana memperlihatkan keangkuhan yang sesungguhnya pada Sofia, "makhluk rendahan sepertimu bisa mencemari kamar kami," lanjut Kiana. Sofia mengepalkan tangan, menatap begitu marah pada Kiana. "Kiana! Jaga ucapanmu, ini bukan keluarga Melviano! Mungkin di keluargamu, kamu adalah nona muda yang selalu dihormati dan dimanja. Tetapi di sini …-" Kiana langsung memotong, berkata santai dengan bersedekap di dada, "nyonya Lucas. Aku malah naik jabatan di sini. Dari Lady Melviano, menjadi Nyonya Lucas. Iri, Remahan Biskuit?" ejek Kiana di akhir kalimat. Sofia semakin marah mendengar ucapan Kiana. Dia sangat tak terima, apalagi bagian Kiana meny
"A-aku memang kecelakaan, Tante. A-aku bahkan hampir mati." pekik Sofia, menangis dengan air mata yang terus meluruh. Disha menghela napas, tak ingin berdebat lagi dengan perempuan tersebut. "Kalau begitu biarkan Arseno memeriksa kakimu," ucap Disha dengan nada tegas. Sofia memucat, gugup dan terlihat panik. Kakinya tidak sakit ataupun patah. Meski Arseno bukan dokter ortopedi, tetapi dia yakin kalau Arseno akan tahu kebohongannya. Namun, jika dia keukeuh menolak, Disha akan lebih curiga padanya. Disha memanggil beberapa maid untuk membawa Sofia ke dalam, setelah itu dia menyuruh keponakannya untuk memeriksa kaki Sofia. ***Cup' Marc mencium bibir Kiana, melumatnya cukup kasar dan penuh penuntutan. Saat ini mereka sudah dalam kamar, membuat Marc leluasa untuk mencium istrinya. "Ummff--" Kiana memberontak, cukup kaget karena Marc tiba-tiba menciumnya. Dia juga ingin mengatakan sesuatu pada Marc, oleh sebab itu dia berupaya menghentikan Marc. "Kau menolak ciumanku?" ucap Marc, me
Setelah berbicara pada Eliza, Kiana menemui mama mertuanya. Dia tak enak hati melihat sang mama mertua yang sibuk ikut membantu persiapan pesta untuk nanti malam. Karena tidak tahu harus membantu apa, Kiana mendekati mama mertuanya untuk bertanya. Akan tetapi, sang mama mertua malah menyuruh Kiana istirahat–menyuruh Yoona supaya mengantar Kiana ke kamar. Yoona berbeda dengan Eliza, perempuan ini sangat santai dan juga ramah. Yoona memiliki seorang kakak bernama Gerald De Lucas, dan dia ternyata bekerja di DSL. Hanya saja karena Kiana tak memperhatikan dan Gerald tak terlalu menonjol orangnya, Kiana tak tahu jika Gerald adalah sepupu Marc. Suaminya juga punya satu sepupu laki-laki lainnya. Namanya Arseno De Lucas (anak dari Ando dan Aulia) di mana Ando adalah paman tertua Marc. Arseno sendiri memilih berbeda, menjadi seorang dokter bedah yang sudah terkenal keahliannya di negara ini. "Yoona, aku akan membantumu. Katakan apa yang bisa ku lakukan?" ucap Kiana, menolak masuk dalam ka
Kiana berakhir bersama adik dan sepupu suaminya. Hari ini akan ada pesta pernikahan di sini--pestanya dan Marc, dan keadaan rumah memang ramai. Kiana tidak menyangka jika pernikahannya akan kembali dirayakan di rumah mertuanya. Dia kira cukup ritual pernikahan dan semua selesai. Ternyata di sini, pernikahannya kembali dirayakan. Beda tradisi dan Kiana cukup kaget. Akan tetapi Kiana sangat senang, karena dengan begini dia bisa melihat dan merasakan keantusiasan orangtua suaminya untuk menyambutnya sebagai menantu. Sebelumnya Kiana bersama ibu mertuanya dan beberapa aunty suaminya. Akan tetapi pada akhrinya dia berakhir bersama saudara dan sepupu suaminya, mama mertuanya sibuk mempersiapkan pesta untuk nanti malam. "Namamu Starla?" tanya Davin, adik suaminya, cukup ramah meskipun ramah pria ini mood-moodan. "Itu nama depanku, Kak," jawab Kiana, nyengir kuda karena cukup kikuk pada Davin. Status pria ini adalah adik iparnya, akan tetapi karena usia Davin lebih tua darinya, Kiana mema
Mendengar ucapan Disha, Audi hanya diam. Dia ragu jika Sofia seperti yang Disha dan Sera katakan, akan tetapi sikap Sofia akhir-akhir ini memang sangat aneh. "Mama harus menemui Kiana. Ada yang ingin Mama tanyakan padanya, Nak," ucap Audi pada Disha, mengingat sesuatu dan dia ingin memastikannya pada Kiana. Sejujurnya Disha khawatir akan tetapi dia tetap menganggukkan kepala. Audi memiliki keraguan dan mama mertuanya memang harus menghapuskan keraguan itu. Sama seperti Disha yang dulunya sempat ragu pada Kiana, dan setelah dia menghapus keraguan itu-- dengan melihat sendiri ketulusan Kiana pada putrinya, barulah Disha merasa lega. ***Marc dan keluarganya akhirnya kembali ke negara mereka. Ada hal yang baru di tengah-tengah mereka, yakni Kiana yang sekarang telah menjadi bagian dari keluarga. Sebetulnya Kiana cukup sedih dan cemas, dia juga merasakan kerinduan yang mendalam pada keluarganya. Mommy dan daddynya, lalu kakaknya yang sangat menyayanginya. Mereka sekarang berpisah. "
"Aku bersumpah akan menghancurkan pernikahan mu dengan Kiana, Tuan. Aku bersumpah!" pekik Sofia lagi, kembali menangis dengan derai air mata yang deras. Hatinya sangat terluka! Mungkin Marc sudah menyentuh Kiana, dan itu sangat menghancurkan perasaan Sofia. **** "Aunty, Nenek, Kakek, Uncle dan kalian semua, kalian harus mendengarkan ku. Kiana itu perempuan tidak baik, Sofia di rumah sakit dan sedang bertaruh nyawa. Sofia membutuhkan Kak Marc tetapi Kak Marc sama sekali tidak datang." pekik Eliza, menggebu-gebu berbicara pada keluarganya. Dia akan membuka kebusukan Kiana pada keluarganya. "Apa maksudmu, Eliza?" tanya Disha, menatap bingung pada Eliza. "Tadi malam Sofia kecelakaan, Aunty." Eliza menjawab. "Ah, ya ampun. Se-sekarang bagaimana kondisinya, Sayang?" Audi terlihat sangat khawatir. "Kak Sofia sudah melewati keadaan berbahaya. Tadi malam, dia membutuhkan donor darah. Aku meminta Kak Marc datang tetapi Kak Marc tak kunjung datang, malah Kak Dean yang datang. U
Namun, kenapa Dean menghubunginya? Apa ada hal penting?Marc mengangkat telepon tersebut, menempelkan benda pipi di telinga. Bukan suara Dean yang menyapa, akan tetapi suara perempuan yang tak lain adalah Eliza. 'Kak, kenapa tidak datang menolong Sofia? Jahat sekali Kakak. Untung ada Kak Dean, yang bersedia mencari donor darah untuk Sofia. Sekarang, aku mohon Kak Marc dagang menjenguk Sofia. Dia sangat ingin bertemu dengan Kakak.' "Kau sangat mengganggu dan etikamu semakin menurun, Eliza," dingin Marc, suaranya begitu menusuk dan mengancam–membuat Eliza diseberang sana merasa takut dan menyesal mendesak Marc. "Jangan sampai aku memulangkanmu pada orangtuamu untuk diajari etika lebih baik lagi." lanjut Marc, setelah itu dia mematikan telepon–meletakkan ponsel di atas nakas. Kiana mengerjap beberapa kali, mengamati Marc yang terlihat marah. Ketika pria itu menoleh padanya, Kiana tetap menatap Marc. "Ada apa?" tanya Marc, mendekat pada istrinya kemudian kembali membaringkan tubuh di