Yoga yang dikatakan oleh Laura tak jadi dilaksanakan. Sebab pada pagi hari setelah mereka kembali ke kota, yang terjadi adalah dirinya yang mulai menunjukkan tanda kehamilan yang normalnya akan diterima oleh ibu hamil. Ini sudah lima menit sejak Jake menyusul Laura ke kamar mandi dengan kondisi istrinya yang muntah dan berjongkok lemas di dekat closet. “Tidak sanggup berdiri?” tanya Jake, menyentuh puncak kepala Laura dan mengintip wajahnya yang tertunduk. “Bisa, aku akan—“ Laura berhenti bicara saat aksi Jake bertindak lebih cepat daripada jawabannya. Pria itu mengangkat Laura pergi dari kamar mandi dan membuatnya duduk di tepi ranjang. “Jangan pergi ke butik,” kata Jake, berlutut di depan Laura menggunakan sebelah kakinya, menyeka sudut bibirnya sebelum memberi kecupan di sana. “Tunda dulu soal merayakan ulang tahunku, aku akan meminta Bu Rani untuk memindahkan barang ke kamar bawah, jadi mulai sekarang kamu tidak perlu naik turun tangga,” lanjutnya. “Panggil Bu Rani kalau kamu
Laura tidak akan lupa bagaimana Fidel menyebut bahwa Laura lah yang gagal menjadi seorang istri, ia gagal membuat Jake senang padahal selama dengan Fidel dulu Jake adalah pria yang paling bahagia.Ia katakan itu di hadapan laura yang telah menyerah mempertahankan pernikahannya, dengan seulas senyum yang tampak seperti sebuah dukungan tetapi Laura sangat terlambat menyadari bahwa itu adalah kepalsuan yang sangat besar.Gadis itu menyembunyikan wajah aslinya secara sempurna.“Laura,” panggil Jake, mengguncang lirih tangan Laura agar ia terjaga dari lamunannya. “Kamu tidak sendirian sekarang,” katanya. “Dan wanita bernama Fidel itu sudah dalam pengejaran untuk menebus dosa-dosa yang dia lakukan kepadamu. Maaf untuk sudah membuatmu mengingat sakitnya waktu yang kamu lewati di belakang sana,” tutur Jake panjang, iris kelamnya mengunci manik Laura yang menghangat.“Tidak apa-apa. Setidaknya kamu tahu sekarang, Jake.”Laura memejamkan matanya saat Jake mendekatkan wajahnya. Hidung mereka leb
Meski yang dikatakan oleh Dokter Karel soal kondisi Laura yang akan segera membaik dalam beberapa hari ke depan ... tetapi ia masih belum bisa pergi ke butik. Kepalanya yang sering pusing ditambah dengan mualnya yang kadang parah, ia lebih memilih untuk menaati sarannya agar sebaiknya ia berada di rumah saja. Seharian ini, ia hanya berbaring di atas ranjang. Sesekali berjalan dalam jarak dekat untuk melihat kegiatan yang berlangsung di luar lewat jendela kamar yang ada di lantai satu. Atau berkirim pesan dengan stafnya yang ada di butik dan memastikan tempat itu dalam situasi yang kondusif. “Aku lapar ...” gumam Laura seorang diri. Sudah cukup larut saat Laura membuka matanya dan memeriksa ponselnya yang menunjukkan hampir pukul dua belas malam. Dengan keadaan didekap oleh Jake, Laura membebaskan diri dari kedua lengannya yang kekar. Ia tahu waktunya sedikit kurang tepat. Tapi sekarang ia ingin makan sesuatu yang manis seperti .... “Jake,” panggil Laura lirih, bangun dari dudu
Tangan seseorang tengah gemetar hebat tatkala ia menjumpai dua garis yang tampak sangat jelas ada test pack yang sedang ia bawa.Tubuhnya jatuh merosot ke lantai kamar mandi yang dingin pagi ini. Setitik air mata menggantung di kedua sudutnya. Bibirnya terbuka tapi ia tak bisa mengatakan apapun. Lidahnya membeku.‘T-t-tidak mungkin ....’ batinnya seraya meremas test pack tersebut kuat-kuat.Ia menunduk, bayangan wajahnya yang suram terpantul di lantai yang mendengar jeritan tanpa suara yang memenuhi benaknya.“Kenapa aku hamil lagi?” tanyanya dengan napas yang tersengal. “Aku tidak mau anakku seperti Christopher lagi!” ia menghentakkan kakinya yang tertekuk.Fidel.Wanita yang dirundung oleh ketakutan atas kondisinya yang tengah hamil itu adalah Fidel.Setelah beberapa hari merasakan gejala aneh pada perutnya yang terasa tak nyaman dan sering kali mual, ia mengecek kalender dan merasa gugup.Tubuhnya menggigil membayangkan kemungkinan dari hubungan siang dan malamnya bersama dengan E
Setidaknya ... setelah mengetahui bahwa dirinya tengah hamil, Erick tak terus-menerus memaksa Fidel melayani kegiatan ranjangnya setiap malam. Pria itu bersikap lebih baik, menyentuhnya dengan sedikit kelembutan dan tidak mengedepankan nafsunya yang dominan. Sejak Erick pergi meninggalkan unit apartemen mereka lima menit yang lalu, Fidel ingin melakukan sesuatu. Ia masih berpegang teguh pada kekhawatiran di benaknya bahwa benih yang ia kandung itu akan terlahir sama seperti Christopher. Sehingga yang terlintas di dalam pikirannya adalah, ‘Aku lebih memilih keguguran.’ Maka sejak ia memutuskan hal tersebut, Fidel menenggak satu botol soda berukuran besar. Ia harap ini akan berpengaruh. Ia memukuli perutnya dengan benda tumpul berharap calon janin di dalam kandungannya itu luruh. “Sial ....” gumamnya berselimut benci sekaligus nelangsa. Ia lalu berteriak di dalam tempat yang mengekang dan membatasi ruang geraknya itu. Ia terkurung dalam sangkar, penat dan dirundung oleh rasa bosa
Bukan hanya satu atau dua beritanya yang muncul. Mungkin karena model tersebut adalah model pendatang baru yang menyedot perhatian karena dia menjadi third winner pada salah satu acara pageant, beritanya sangat banyak.Masuk di portal online serta menjadi buah bibir.Seorang wanita cantik dari keluarga terpandang yang ayahnya seorang pebisnis, dekat dengan CEO Muda—Zafran—kemudian mereka menjalin hubungan.Komentar khalayak di dunia maya meromantisasi kedekatan itu dan menyebut bahwa Zafran dan Xandara adalah pasangan ideal akhir tahun ini.Semakin banyak ia membaca beritanya, rupanya itu menyakiti dirinya sendiri.Ia duduk merenung di dalam kamar sepulangnya dari kantor dan menghela napas dalam, sebab ia masih tak mendapatkan kabar dari Zafran agar setidaknya pria itu membantah bahwa hal itu tidaklah benar.“Apakah aku harus merasakan ini lagi?” gumam Elsa. Merujuk pada dirinya yang dulu dikhianati oleh pacarnya, yang mungkin ... itu akan kembali terulang.Meski ia tahu Zafran adalah
“I-iya, terima kasih,” jawab Elsa, seraya menarik tangannya dari pria yang baru saja menyelamatkannya itu.“Oh? Kamu sudah datang?” tanya Fara pada pria yang senyumnya merekah seraya mengangguk saat menjawab, “Baru datang, Ra.”Elsa tak mengenalnya. Ia hanya menyimak percakapan dua orang itu hingga Fara menyebutkan namanya.“Dia yang aku bilang akan ulang tahun hari ini, Sa,” kata Fara. “Namanya Gabriel.”Setelah Fara memperkenalkan mereka berdua, mereka saling berjabat tangan dan melanjutkan langkah untuk pergi ke pondok belajar. Pertama, mereka menyapa anak-anak yang sudah ada di sana terlebih dahulu. Yang sebagiannya mendekat pada Elsa dan bertanya, “Kak Elsa, apa Kak Zaf tidak ikut?”“Kak Zaf sedang ada urusan di luar negeri,” jawab Elsa jujur.“Yah ... padahal kami mau main sama Kak Zaf lagi.”Elsa tak bisa menahan senyumnya mendengar betapa polosnya anak-anak ini. Batinnya, ‘Bukan hanya kalian, aku pun juga sangat ingin bertemu dengannya sekarang.’Sudah beberapa hari berselang
Keheningan terjadi setelah seruan Elsa seolah akan membekukan setiap sisi ruang makan.“Kamu menilaiku sesuka hatimu padahal pria yang ada di foto denganku itu—”Elsa berhenti bicara, ia mendorong kasar napasnya dan menggertakkan rahangnya yang terasa nyeri. “Aku tidak ingin menjelaskannya padamu,” lanjutnya berputar haluan. “Aku tahu kamu bisa mengetahui identitasnya, Zaf. Jadi aku tidak perlu mengatakan apapun.”“Siapa dia?” tanya Zafran dari seberang sana. “Katakan padaku agar—”“Saat kamu tidak mengatakan dengan jelas hubunganmu dengan Xandara?” potong Elsa. “Aku sudah bilang aku dan dia tidak ada hubungan apapun dengannya, Elsa.”“Tapi itu tidak menjelaskan kenapa kamu pergi hanya berdua dengannya, atau apa yang kalian lakukan di sana yang bisa ditangkap oleh kamera reporter,” tukas Elsa. “Aku bertanya padamu karena aku bukan kamu yang bisa tahu identitas orang lain dengan cepat, tapi jawaban yang kamu berikan tidak menjelaskan apapun.”“Dengar—”“Jangan bicara denganku jika ka