Home / Romansa / Tuan, Biarkan Aku Pergi / 86. Apa Nama Tema Parfummu?

Share

86. Apa Nama Tema Parfummu?

Author: Kerry Pu
last update Last Updated: 2024-10-27 23:50:05

"Di mana ponselku?!"

Aksa menatap tenang teriakan Dahayu yang baru saja tiba di hotel membawa kemarahan.

"Di mana? Di mana kamu menyembunyikan ponselku?"

"Apa yang terjadi dengan ayah?"

"Apa yang dilakukan Lukas pada ayah?"

"Di mana? Di mana kamu menyembunyikannya?!"

Dahayu kalang kabut membuka setiap laci, koper, dan juga bantal di tempat tidurnya.

"Paspor ... di mana pasporku? Aku harus pulang sekarang."

Tapi ketika dia membuka tasnya semua dokumen penting tidak ada di sana.

Kemarahan Dahayu pun semakin memuncak. Sudah tahu harus menuduh siapa.

Dilempar tas yang dia pegang untuk berlari menuju Aksa, sudah siap untuk memukul, tapi Aksa tidak membiarkannya.

"Kembalikan!"

"Kenapa kamu menyembunyikan pasporku juga?"

"Kembalikan! Aku ingin pulang!"

Aksa hanya diam menatap Dahayu yang meraung sembari menahan kedua tangan kecil agar tidak bergerak.

Sampai Dahayu putus asa, perempuan itu akhirnya hanya bisa menangis lemas dan Aksa mulai merengkuhnya dalam pelukan hangat.

"Tenanglah, jangan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   87. Kakak Ipar, Kamu Jenius

    Dahayu menanggapi ujaran Lukas dengan raut wajah acuh tak acuh. "Jika aku kalah, bukankah ini akan menjadi kesempatanmu untuk menindasku?" Lukas menaikan alisnya, dan bergumam sinis. "Sebaiknya kamu tidak menyesal." Lantas dia pergi meninggalkan Dahayu dan mencari tempat duduknya sendiri. Sementara panitia di panggung mulai membuka acara dan mengumumkan bahwa akan terjadi dua babak, yaitu babak penyisihan dan babak final. Semua peserta yang tidak siap pun langsung riuh, mereka tidak mempersiapkan formula cadangan untuk menghadapi babak kedua. Tahun-tahun sebelumnya hanya berlangsung satu babak saja karena pesertanya di bawah seratus. Tapi tahun ini kompetisi diikuti 150 negara yang memaksa panitia untuk menyeleksi lebih ketat hasil karya dari setiap kompetitor. Lukas menoleh ke samping memperhatikan Dahayu yang tampak tenang. Meski peserta lain sudah riuh layaknya emak-emak yang menawar sayur di pasar. Sebenarnya ketenangan Dahayu perlu diwaspadai, tapi karena Dahayu sudah meng

    Last Updated : 2024-10-27
  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   88. Aksa Tidak Bisa Menolong Saat Dia Runtuh

    Juri pun akhirnya mengerutkan dahi semakin dalam sembari mengangguk-anggukkan kepala samar. "Jadi formula mana yang kamu ikut sertakan dalam babak final?" tanya salah satu juri. "Phoenix dalam sangkar." "Baiklah. Karena kami sudah menilai karya keduamu. Bisakah kamu juga memberikan catatan formula parfum dengan nama Dahayu ini?" Dahayu tersenyum dan menjawab tanpa keraguan. "Tentu saja." Detik selanjutnya para juri tak lagi menampilkan raut wajah yang berbeda-beda. Mereka tampak apatis dan mempersilahkan Dahayu untuk turun dari panggung. Dahayu turun dengan binar wajah berseri, setelah menerima nilai dari parfum yang dia buat. Terlebih ketika juri meminta catatan formula parfum dengan tema nusantara yang dia buat, itu cukup membuktikan jika ada kejanggalan, sehingga harus meminta catatan formula parfum yang tidak diikutsertakan dalam kompetisi. Juri pasti akan mengevaluasi lebih dalam kepemilikan formula parfum tersebut, karena sebelum Dahayu menyerahkan karyanya, sudah

    Last Updated : 2024-10-28
  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   89. Biarkan Dia Bangga

    Ruangan dengan desain klasik sedikit diisi dengan denting sendok dan garpu yang menyapa piring porselen.Dahayu duduk tenang seraya mengunyah makanan yang baru saja disuapkan Aksa ke mulut.Sakitnya memang tidak parah, tapi Aksa memperlakukan layaknya pasien yang kronis yang hampir mati.Dahayu tidak peduli, sudah terbiasa dengan sikap Aksa yang kadang seperti malaikat maut, tapi detik berikutnya berubah menjadi dewa kelembutan yang sangat memabukkan.Matanya malah sibuk menilik layar tablet yang kini sedang dipegang kedua tangan, sembari menikmati pelayanan Aksa.Wajahnya tersenyum menyaksikan konferensi pers yang dilakukan Lukas di tanah air.[Tuan Lukas, kabarnya Anda mendapatkan nilai tinggi saat babak final kompetisi parfum tingkat internasional, mengalahkan parfumer Luis yang merupakan runner-up up tahun lalu.]Senyum lembut Lukas mengembang dan terlihat rendah hati di hadapan kamera, sama sekali tak terlihat seperti pria licik yang selalu ingin mencelakakan orang lain.[Ini mem

    Last Updated : 2024-10-29
  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   90. Hari Kasih Sayang

    Menunggu hari penobatan kejuaraan, Dahayu hanya menjalani kehidupan yang sangat santai dan dimanjakan oleh Aksa. Tidak berada di negara Y, nyatanya Aksa malah mengajaknya terbang ke belahan dunia utara mengikutinya melakukan perjalanan bisnis yang tidak tahu itu tentang apa. Dahayu hanya menurut dan mengikutinya saja tanpa bantahan. Sembari mengawasi Golden Jay melalui laporan Rivan, Dahayu masih aktif menjadi influencer untuk mengisi kebosanan. Mengenai Lukas, Dahayu sudah siap memukulnya saat hari penobatan kejuaraan tiba. Aksa juga sangat sibuk dan jarang menemaninya saat di hotel. Dahayu lebih banyak menghabiskan waktu dengan bermain botol sembari menikmati udara dingin di bumi bagian utara. Sampai seminggu kemudian Dahayu merasa sangat bosan, akhirnya dia berkata, "Ketty, temani aku jalan-jalan. Aku bosan berada di hotel terus-menerus." Mantel warna coklat membalut tubuh Dahayu dengan hangat, juga sepatu boots warna hitam yang membuatnya lebih tinggi dari sebelumny

    Last Updated : 2024-10-30
  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   91. Gelang Itu ....

    Melihat perubahan suasana di ruangan rapat. Ethan yang berdiri di belakang Aksa, sungguh tak bisa menahan keinginannya untuk menilik apa yang sedang dilihat Aksa pada ponselnya, hingga menimbulkan lengkungan manis yang membuat seluruh isi ruangan rapat diam-diam mengulum senyum.Senyum itu pun akhirnya menular di bibir Ethan saat melihat foto Dahayu sedang tersenyum lebar sembari mengepakkan kedua tangan di depan air mancur klasik yang merupakan ikon kota tersebut."Rapat kali ini ditunda. Kalian bisa pulang membeli bunga untuk istri kalian," pungkas Aksa mengakhiri rapat, lantas beranjak dari tempat duduknya sembari mengancingkan jas agar terlihat rapi.Semua orang tercengang mendengar kata murah hati yang baru saja terlontar dari mulut Aksa.Bertahun-tahun bekerja dengan Aksa baru kali ini dikasih hari libur untuk melakukan hal sepele padahal bukan tanggal merah.Mereka sampai bingung menafsirkan perintah Aksa kali ini. Apakah itu sungguhan, atau kalimat sarkasme untuk menunjukkan k

    Last Updated : 2024-10-30
  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   92. Sampai Kapan Kamu Akan Menyembunyikan Perasaanmu?

    Bunga di tangan Satya jatuh dari tangan, tapi tangan yang lain segera mencengkeram pergelangan tangan Aksa yang tengah mengenakan gelang milik Dahayu. Aksa mulai sadar jika Satya ingin mengambil gelang miliknya. Bam! Ditinjunya wajah Satya hingga cengkeraman laki-laki tersebut terlepas dari tangan. Berkali-kali mendapatkan pukulan Aksa, kali ini Satya tak ingin tinggal diam. Bam! Satya membalas membalas pukulan Aksa hingga laki-laki itu mudur dua langkah. Aksa kembali bangkit dan mengacungkan tinjunya ke arah Satya. Baku hantam pun tak bisa dihindari. Dua pria dewasa saling mengacungkan tinju dan menendang untuk menyakiti. Sampai mereka melihat Dahayu yang berdiri sembari melipat tangan di depan dada tak jauh dari mereka berkelahi, barulah mereka berhenti dan terpaku dengan napas berantakan. "Sudah?" tanya Dahayu santai. Aksa pun segera mendorong Satya menjauh darinya, dan mulai menarik napas banyak untuk menyetabilkan pernapasan. Sementara Satya yang terengah-engah segera

    Last Updated : 2024-10-31
  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   93. Kaki Tua

    Terjadi keheningan di dalam mobil sampai mobil tersebut berhenti di pusat perbelanjaan elit di pusat kota. "Kamu tidak senang, karena kekacauan di dekat air mancur. Jadi aku akan menebusnya. Kamu boleh berbelanja apa saja yang kamu inginkan hari ini," ucap Aksa pelan dengan suara datar. Paras cantik Dahayu akhirnya bersinar. Siapa wanita di dunia ini yang tidak suka berbelanja? Jika dia Dahayu yang dulu pasti hanya diam dan menolak, namun Dahayu yang sekarang dia sudah tahu mode dan tren fashion yang sedang hit saat ini. Menolak tawaran untuk menghamburkan uang suaminya adalah kebodohan. Dahayu pun menegakkan dagu dan mulai berjalan anggun menuju ke berbagai toko untuk memanjakan mata. "Aku ingin gaun itu." "Beli. "Kaca mata itu bagus." "Beli." "Sepatu itu juga." "Beli." "Kalung itu cantik." "Beli." "Jam tangan itu bagus." "Beli." "Aku ingin tas limited itu." "Beli." "Anting mutiara ini cantik." "Beli." "Beli ...." "Beli ...." "Beli ...." "Beli ...." Dahayu teru

    Last Updated : 2024-10-31
  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   94. Tuan, Ada Sedikit Masalah

    Dahayu sudah tidak berdaya, aroma mawar essens ini benar-benar sangat memabukkan. Hingga saat Aksa menyentuhnya dia hanya mengeluarkan suara syahdu yang membuat bulu kuduk merinding. Hanya saja dalam hati Dahayu mengumpat. 'Apa dia mencoba membunuhku? Tidak menggunakan mawar essens saja dia sudah hampir mematahkan pinggangku. Oh, Tuhan ... tolong aku ... aku yakin penyiksaan malam ini tidak akan pernah berakhir.' Seketika Dahayu menyesali ucapannya di restoran tadi. Benar kata orang mulutmu adalah harimaumu. Dan sekarang Dahayu hanya bisa merintih menerima akibat dari mulut jahatnya sendiri. *** Di tempat lain Satya tengah duduk di ruangan mewah dan berkelas, sembari menatap gelang emas berajut warna biru mirip milik Dahayu yang saat ini dikenakan Aksa. Tidak seperti saat berada di depan Dahayu, saat ini Satya terlihat seperti laki-laki luar biasa yang sangat bermartabat layaknya penguasa. Pesonanya menegaskan kontur wajah yang menawan dan juga keganasan seorang pria yang tak bi

    Last Updated : 2024-10-31

Latest chapter

  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   122. Istri Kecilku Hanya Akan Menjadi Milikku Selamanya

    Suasana pesta menjadi tidak kondusif setelah Dahayu menerima uluran tangan dari Satya. Berbagai asumsi bermunculan di benak para tamu undangan dan juga media yang saat ini menyiarkan secara langsung acara tersebut.Aksa pun tertegun, meski dia sudah mengira ini akan terjadi, tapi tetap mempengaruhi hatinya, meski wajahnya saat ini menunjukkan rona datar dan terlihat tanpa emosi.Apalagi saat melihat Dahayu Yang sepertinya tampak acuh tak acuh mengabaikan Aksa yang berdiri menatapnya.Keriuhan semakin menjadi, namun itu sama sekali tak mempengaruhi rona wajah tuan dan nyonya Mantila. Mereka masih menyambut kedatangan Dahayu yang digandeng Satya mendekat ke arah mereka."Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Tuan Aksa diam saja saat istrinya digandeng pria lain?""Entahlah, apakah direktur Dahayu memang perempuan seperti itu?""Kita lihat saja, direktur Dahayu selalu memberikan kita kejutan, mungkin ada cerita dibalik pegangan tangan tuan muda Mantila.""Benar, perempuan muda dan berbakat

  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   121. Ada Apa Ini?

    Hari berlalu dengan cepat. Terangnya matahari kini telah berganti dengan keanggunan malam.Pukul tujuh malam waktu setempat, Aksa sudah duduk tenang di dalam mobil.Memandang secarik kertas perjanjian perceraian sebagai hadiah ulang tahun istri kecilnya.Aksa mendengkus samar setelah tersenyum ironi dari bibir yang manis.Mungkin baru kali ini dia memberi hadiah ulang tahun dengan menyakiti hatinya sendiri."Jalan," titahnya pada Ethan yang sejak tadi memang menunggu dia memerintah.Mobil itu sekarang sudah melaju menelusuri jalanan kota Zimo yang basah akibat guyuran hujan sepanjang sore.Dingin, layaknya hati Aksa yang melangkah untuk melepaskan peri kecil yang sempat memberi senyum hangat setelah hampir lima tahun menjadi seorang istri.Ini adalah ulang tahun istrinya, tapi digelar dia kediaman Mantila. Cukup menegaskan jika istri kecilnya telah berpaling pada hati yang lain, tapi dengan bodohnya dia malah datang untuk memberi hadiah dengan tangannya sendiri.Ramai dan sangat megah

  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   120. Aku Akan Mengabulkan Keinginanmu

    Sesuai prediksi Dahayu, saat ini Yesti sudah tiba di kediaman Jayanta. Niatnya menghindari Lukas, nyatanya tak bisa terealisasi. Siapa lagi yang bisa dia mintai pertolongan selain Lukas? Adik ipar sekaligus selingkuhannya.Gegas Yesti berjalan menuju paviliun milik Lukas dan mendapati laki-laki itu tengah terbaring di kamarnya.Begitu melihat Yesti, Lukas sedikit melengos dengan senyum mencela. "Baru ingat aku, sekarang?" ucapannya sinis.Yesti pun segera tahu jika saat ini Lukas sedang marah lantaran dia tidak menanyakan kabarnya setelah Aksa menembaknya.Wanita itu langsung tahu apa yang harus dilakukan. "Lukas, aku mohon mengertilah posisiku. Kamu tahu betapa sulitnya aku agar Aksa tidak curiga. Aku sungguh sangat mengkhatirkanmu, lihat, aku langsung datang ke sini setelah Aksa pergi entah ke mana?"Lukas tahu Aksa pasti sedang mencari Dahayu. Dia sangat ingat saat saudaranya itu mengamuk lantas menembak dadanya dua hari yang lalu. Beruntung pengawal ayahnya segera membantu, jika t

  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   119. Mari Kita Kejutkan Ayah Mertua

    Yesti terkesiap karena itu. Memang benar, Aksa sudah tidak mempunyai respek terhadap orang tuanya. Tidak mungkin meminta bantuan pada suaminya. Terlebih yang dianiaya adalah Dahayu, pasti suaminya tidak akan segan-segan untuk membunuh orang tuanya.Namun, mendengar Dahayu mengatakan jika Aksa tidak tahu kejadian ini, sudah pasti sekarang laki-laki itu tidak ada di kota Zimo. Melihat Dahayu berkeliaran di hotel sendirian, dia pun mulai berpikiran picik."Mungkin memang terjadi kesalahpahaman dengan orang tuaku, tapi pikirkan jika Aksa mengetahui bahwa kamu berkeliaran di hotel sendirian, Dahayu. Kamu telah membuat semua orang khawatir setelah menghilang selama satu pekan. Ternyata kamu malah ada di sini. Laki-laki mana lagi yang tengah kamu rayu setelah tahu cinta Aksa hanya untukku dan bayiku?"Lagi, Dahayu tergelak ringan mendengar desakan Yesti. Jelas perempuan itu kembali ingin mempermalukannya melihat pengunjung hotel lain sekarang tengah menonton di a

  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   118. Kenapa Dahayu Ada di Sini?

    Di kota Zimo, Yesti sedang duduk manis menikmati kudapan yang baru saja disajikan para pelayan. Tapi tiba-tiba dia membanting apa yang dia pegang ke atas piring dengan kesal. Dia berdiri, lantas mematut diri di depan cermin. Tubuhnya sudah tak secantik dulu setelah perutnya mulai menggembung, lengan dan kakinya juga mulai membengkak. Benar-benar tidak sedap dipandang, menurutnya. Teringat tadi malam Aksa mengusirnya dari ruang baca dengan sangat kasar, hatinya pun menjadi sangat sedih. Dia mengira bahwa tubuhnya sudah tak menarik lagi hingga Aksa sudah tak terpikat dengan kecantikannya. Terlebih ketika ingat Ethan mengatakan bahwa Dahayu sudah ditemukan. Pikirannya pun semakin kesal membayangkan kemungkinan yang terjadi saat ini. Di kolam renang Dahayu memperlihatkan betapa indah tubuh ramping yang dia miliki beserta begitu banyak jejak cinta yang melukis tubuhnya di dekat area sensitif. Yesti mengira saat ini Dahayu pasti sedang menggoda Aksa dengan tubuh indah yang dia mili

  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   117. Lukas dan Yesti Harus Hancur

    "Tuan ...." Suara Ethan yang menyapa mengundang Aksa yang baru saja membuka mata perlahan menoleh. Asistennya juga tampak buruk, ada luka lembam yang menodai wajahnya. Ketika Aksa menunduk, perban sudah membalut dadanya yang tertembak. Tapi saat menilik ruangan asing ini. Dia menghela napas kasar dan mendongak pasrah di bantalnya yang empuk. "Nyonya baru saja pergi, Tuan." Seakan tahu apa yang dipikirkan Aksa, Ethan kembali bersuara. Namun, itu justru membuat Aksa tersenyum samar. Dia tahu Dahayu tak bisa membencinya meski hatinya tersakiti. Terbukti wanita itu tak mampu menembaknya meski dia ingin. Jika bukan karena Satya, dadanya tak mungkin terluka seperti ini. Aksa tahu istri kecilnya ini mempunyai hati yang baik, dia hanya ingin hidup tenang dengan meninggalkan gelar pelakor yang selama ini terus merunjam dari segala arah. Dia lelah terus menyandang gelar menjijikkannya itu sepanjang waktu, meski bukan keinginan Dahayu untuk menjadi orang ketiga. Aksa semakin menyes

  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   116. Hanya Napas Ini yang Bisa Menghentikanku

    Sama seperti halnya Aksa di masa lampau, saat ini Dahayu sangat ingin menyakiti laki-laki itu, tapi ternyata justru malah menyakiti hatinya sendiri. Tangannya mengepal kuat acap kali tendangan terus menghantam tubuh tak berdaya di bawah sana, hatinya terasa penuh oleh sesuatu yang menusuk.Namun, membiarkan Aksa menikmati kemenangannya dengan mudah juga membuat Dahayu marah. Laki-laki itu harus merasakan apa yang dia rasakan saat itu.Membohongi dan membuatnya kedinginan sepanjang malam, setelah mendapatkan pukulan berkali-kali dari dua pelayan yang menyiksanya. Itu mana mungkin Dahayu lupakan."Apa yang terjadi?" tanya Satya pelan membuat Dahayu mengembuskan napas samar, meski dia enggan menjawab pertanyaan Satya.Melihat kebisuan Dahayu, hidung Satya mengembang menghirup udara dengan emosi yang kuat. "Dia juga memperlakukanmu seperti itu?"Dahayu masih membisu, matanya terus menatap laki-laki tak berdaya di bawah sana.

  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   115. Rasa Sakit Seperti Inikah yang Kamu rasakan Dulu?

    Lampu mercusuar berkelip kala helikopter terbang mengitari pulau dengan kastil kecil di tengahnya. Langit yang tadinya tampak kelabu kini pun menjatuhkan jutaan rintik hujan yang menghantam permukaan lautan.Sepatu boots hitam nan gagah jatuh menapak di pasir putih pada malam gelap bersama tiupan angin laut yang mencekam.Aksa bejalan cepat menembus hujan deras, langkahnya sama sekali tak terhenti ketika suara tembakan bergema di udara.Di kejauhan, dia melihat kastil kecil dengan benteng batu kokoh yang menonjol di atas bukit. Sekelompok orang dengan senjata api berjaga di sana, siap mempertahankan diri dari serangan.Suara tembakan terus berlanjut, mengiringi perjalanan Aksa yang semakin mendekat ke arah kastil.Aksa memaksa diri untuk bergerak meski basah kuyup, pikirannya hanya tertuju pada satu hal: Dahayu, istrinya yang hilang.Sejak awal dia sudah menebak bahwa Satya yang membawa Dahayu pergi, tapi tidak menyangka jika laki-laki itu akan menyembunyikan istrinya di pulau terpenc

  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   114. Kamu Adikku

    Di tempat tidur yang sangat nyaman, perlahan Dahayu membuka mata dengan berat. Dia melihat cahaya terang yang jatuh menimpa retinanya yang belum siap, hingga mata itu kembali menyipit untuk menilik keadaan sekitar.Ruangan asing ini sudah pasti tidak dia kenal, selain itu aroma amis khas lautan tercium pekat pada indera penciumannya yang tajam. Seorang parfumer andal pasti tidak sulit untuk mengenali aroma ini.Kepalanya yang diperban masih sangat berat untuk bisa bergerak, tapi matanya mulai bisa menangkap dengan jelas beberapa wanita muda berseragam pelayan mendekat padanya."Nona sudah sadar?"Dahayu tak lantas menjawab, dia masih terlihat linglung menyesuaikan diri dengan keadaan asing ini.Tapi ingatannya tentang penyerangan mendadak itu, sedikit demi sedikit kembali pada otak Dahayu, hingga dia mulai bersikap waspada meski tubuhnya masih lemah."Cepat panggil dokter, beri tahu juga tuan muda, dia akan sangat senang melihat nona muda sudah bangun."Alis Dahayu mengernyit. 'Nona m

DMCA.com Protection Status