Dahayu terpaku belum bisa mencerna respon aneh dari tuan dan nyonya Mantila. Seperti ada sesuatu tersembunyi yang mengusik hati mereka, tapi tak dapat Dahayu jabarkan.Saat dia menoleh ke arah Satya, laki-laki tersebut hanya tersenyum tipis juga ada kerumitan yang tebal di wajahnya.Kemudian Dahayu menatap Ketty dan bertanya, "Ketty, apa aku mengucapkan kata yang salah? "Ketty menggelengkan kepalanya pelan, namun dia segera mengingatkan, "Mungkin sekarang tuan sudah kembali ke kamar, Nyonya. Apakah Anda tidak ingin kembali?"Segera raut wajah Dahayu menjadi suram, dia sungguh tak ingin bertemu dengan laki-laki itu kalau bisa."Aku masih ingin menikmati pesta ini." Dahayu malah meraih gelas anggur lagi dan menyesapnya sedikit demi sedikit.Entah sudah berapa banyak alkohol yang Dahayu minum hingga dia mulai tak terkendali.Ketty tidak ingin tinggal diam, dia segera memapah Dahayu yang sempoyongan. "Nyonya ini sudah cukup, sebaiknya kita kembali, tuan pasti sedang mencari Anda sekarang
Cuaca di kota Mada memang sangat nyaman, hingga Dahayu sama sekali tak ingin segera bangun pagi ini. Terlebih ada tangan besar yang selalu merengkuh tubuh mungilnya dengan hangat. Namun, begitu samar-samar tercium aroma maskulin yang sangat dia kenal, Dahayu berangsur-angsur membuka kelopak mata, dan suasana hatinya seketika menjadi buruk. Dia tidak terbiasa tidur dengan Aksa, sekarang pun dia tidak ingin tidur dengan laki-laki tersebut. Didorongnya tubuh gagah Aksa, tapi nyatanya pelukan itu malah semakin erat. "Ayu, diamlah. Aku hanya ingin tidur sebentar." Suara rendah Aksa yang sedikit serak mengalun pelan penuh pengharapan. Dahayu langsung tahu jika suami yang tidak dia inginkan ini, ternyata sudah bangun meski matanya masih terpejam. "Lepaskan, aku tidak mau dipeluk-peluk seperti ini, peluk saja istri pertamamu sana!" Aksa segera membuka mata, wajah cantik dengan perangai imut tadi malam ternyata sudah lenyap bersama kesadaran Dahayu yang pulih. Mata legam itu menatap di
Di kota Zimo, Yesti sedang kesal lantaran melihat siaran langsung yang dilakukan Dahayu tadi malam. "Bagaimana bisa seperti ini?" pekik Yesti penuh amarah. Sebelumnya Yesti sempat mengira bahwa Aksa tidak pulang lantaran menghukum Dahayu di suatu tempat seperti yang dilakukannya ketika di vila danau angsa. Namun, yang terlihat di media sosial sekarang hanya kemesraan dua sejoli yang membuat semua mata iri. Hanya dengan melakukan dua kali siaran langsung nyatanya hujatan di media sosial untuk Dahayu berubah total menjadi sesuatu yang menggelikan. Setelah Aksa yang mengakui bahwa dia yang selama ini mengejar-ngejar Dahayu. Nyatanya mereka kembali melakukan siaran langsung. Banyak warga net yang memuji-muji kebersamaan Aksa dan Dahayu. Bahkan mereka merasa iri dengan kemesraan pasangan yang selalu menjadi sorotan di kota Zimo. Dari setiap gestur tubuh Aksa dan juga binar wajahnya yang tenang, terlihat jelas bahwa pria tersebut selalu memancarkan aura yang penuh cinta dan kasih saya
Entah sudah berapa lama Dahayu terus memeluk Aksa tanpa mau bergerak. Bahkan saat laki-laki tersebut memamerkan betapa indahnya pemandangan di kota Mada dari ketinggian, Dahayu masih saja bergeming dan memeluknya dengan erat. Aksa mendesah kasar. Tampaknya istri mudanya ini memang mempunyai ketakutan yang berlebih terhadap air. Pada akhirnya Aksa mengalah dan mengajak Dahayu naik dari kolam renang. Sampai sarapan siap, Dahayu belum menunjukkan rona wajah yang membaik, dia terus cemberut dan diam. Namun, begitu Ethan dan Ketty kembali menyebutnya 'Nyonya Peri Kecil. Paru-paru Dahayu rasanya ingin meledak. "Berhenti memanggilku seperti itu! Menyenangkan ya menjadikan aku lelucon terus menerus?" Tidak membentak, tapi ucapan Dahayu jelas penuh peringatan. Ethan dan Ketty segera menunduk, sementara Aksa yang duduk di sebelahnya menghela napas samar. "Kamu marah pada siapa?" tanya Aksa pelan. Dahayu tidak menjawab, dia sendiri juga bingung sedang marah pada siapa? Pokoknya
Kediaman keluarga Mantila benar-benar sangat megah, bangunan klasik dengan halaman yang begitu luas dan dipenuhi berbagai macam bunga warna warni tentu saja sangat memanjakan mata yang melihat. Mobil sedan berwarna hitam baru saja berhenti di pelataran. Ethan terlihat keluar dari dalam mobil untuk membukakan pintu. Yang kemudian muncul sosok gagah dengan segala kemuliaan yang berjalan elegan pada sisi pintu lain untuk melayani seorang wanita cantik. Tuan dan nyonya Mantila hanya tersenyum mencemooh melihat pemandangan yang tiba di kediaman mereka. Untuk seseorang yang mengajukan proposal pada mereka. Tentu saja gaya kedatangan Dahayu di kediaman Mantila bisa dikatakan sangat sombong. Namun, melihat statusnya sebagai istri dari CEO konsorium Jayanta tentu saja orang tidak heran dengan perlakuan istimewa itu. Dahayu sudah keluar dari mobil dan menghirup udara segar di kediaman Mantila. Rona biru dari langit cerah di atas atap rumah keluarga Mantila memang sedikit menyilaukan mata.
Di toilet Dahayu terus menggerutu. Dia menyesal telah mengajak Aksa datang di kediaman Mantila. Dengan menerima undangan makan siang di kediaman Mantila, besar kemungkinan proposalnya untuk bekerja sama dengan Gardenia parfum akan disetujui. Namun, dengan sikap sombong Aksa yang penuh dengan kecemburuan seperti itu, tentu saja sangat membuat Dahayu was-was. Terlebih dia sangat menyayangkan, kenapa Satya juga hadir di acara makan siang tersebut, hingga suasana menjadi tidak kondusif dan hanya diliputi ketegangan. Dahayu menghela napas, dia harus bisa membuat direktur Davina segera menyetujui proposalnya. Agar dia bisa cepat pergi dari kediaman Mantila, sebelum terjadi kegaduhan yang tidak diinginkan antara Aksa dan Satya. Dahayu keluar dari toilet, saat itu dia melihat Davina yang berjalan di koridor rumah mewah tersebut. 'Kebetulan sekali, aku tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini,' batin Dahayu sembari mendekat pada Davina dengan langkah cepat. "Direktur Davina, bisakah ki
Dahayu tersenyum tipis dan kembali berkata sopan. "Sekali lagi, itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan pekerjaan, Nyonya. Saya tidak merasa perlu untuk menjawab pertanyaan Anda."Davina menatap Dahayu sejenak, kemudian berkata, "Mendekatlah."Dahayu tidak berpikir, dia hanya mendekat begitu saja sembari menatap Davina.Tiba-tiba Davina tersenyum lembut, namun Dahayu kembali menemukan rona wajah rumit di wajah perempuan paruh baya tersebut.Dahayu semakin tidak mengerti ketika Davina tiba-tiba menyentuh pipinya lembut dan mengusapnya perlahan.Wanita tersebut juga memberi seulas senyum yang tidak dapat Dahayu jabarkan apa maksudnya.Hanya saja sentuhan itu begitu hangat seperti sangat mengayomi juga terdapat rasa kasih sayang yang begitu dalam."Aku hanya ingin menjadikan kamu bagian dari keluarga Mantila, Dahayu. Apakah sulit memenuhi permintaanku?" tanya Davina pelan, di matanya juga terdapat genangan.Dahayu semakin tidak mengerti dengan keadaan ini. Meminta menikah dengan put
Kesibukan kota Zimo kembali terlihat manakala Dahayu kembali dari kota Mada.Meski tiga jam berada dalam pesawat sangat melelahkan, tapi nyatanya tak menyulutkan Dahayu untuk datang ke Golden Jay di sore hari.Langkahnya anggun dan selalu menawan setiap kali tiba di kantor.Dahayu tahu itu mengundang cuitan beberapa karyawan yang bergosip tentangnya.Meski Dahayu sudah menghapus rekaman siaran langsung dari media sosial. Tapi Dahayu yakin mereka pasti sudah terlanjur melihat kegilaannya saat bersama Aksa.Tidak heran jika mereka membandingkan sikap profesionalnya saat di kantor dan saat dia sangat manja kepada Aksa.Dahayu malu, tapi dia tidak ingin terlihat buruk. Jadi dia mencoba bersikap acuh tak acuh mendengar setiap cuitan yang bergemelisik di belakangnya."Direktur kita ini sangat luar biasa. Lihat bagaimana dia memimpin rapat sore ini? Rasanya tidak ada yang berani menentang keputusannya. Tapi begitu melihat kebersamaannya dengan CEO konsorium Jayanta, uh ... rasanya hanya dire
Suasana pesta menjadi tidak kondusif setelah Dahayu menerima uluran tangan dari Satya. Berbagai asumsi bermunculan di benak para tamu undangan dan juga media yang saat ini menyiarkan secara langsung acara tersebut.Aksa pun tertegun, meski dia sudah mengira ini akan terjadi, tapi tetap mempengaruhi hatinya, meski wajahnya saat ini menunjukkan rona datar dan terlihat tanpa emosi.Apalagi saat melihat Dahayu Yang sepertinya tampak acuh tak acuh mengabaikan Aksa yang berdiri menatapnya.Keriuhan semakin menjadi, namun itu sama sekali tak mempengaruhi rona wajah tuan dan nyonya Mantila. Mereka masih menyambut kedatangan Dahayu yang digandeng Satya mendekat ke arah mereka."Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Tuan Aksa diam saja saat istrinya digandeng pria lain?""Entahlah, apakah direktur Dahayu memang perempuan seperti itu?""Kita lihat saja, direktur Dahayu selalu memberikan kita kejutan, mungkin ada cerita dibalik pegangan tangan tuan muda Mantila.""Benar, perempuan muda dan berbakat
Hari berlalu dengan cepat. Terangnya matahari kini telah berganti dengan keanggunan malam.Pukul tujuh malam waktu setempat, Aksa sudah duduk tenang di dalam mobil.Memandang secarik kertas perjanjian perceraian sebagai hadiah ulang tahun istri kecilnya.Aksa mendengkus samar setelah tersenyum ironi dari bibir yang manis.Mungkin baru kali ini dia memberi hadiah ulang tahun dengan menyakiti hatinya sendiri."Jalan," titahnya pada Ethan yang sejak tadi memang menunggu dia memerintah.Mobil itu sekarang sudah melaju menelusuri jalanan kota Zimo yang basah akibat guyuran hujan sepanjang sore.Dingin, layaknya hati Aksa yang melangkah untuk melepaskan peri kecil yang sempat memberi senyum hangat setelah hampir lima tahun menjadi seorang istri.Ini adalah ulang tahun istrinya, tapi digelar dia kediaman Mantila. Cukup menegaskan jika istri kecilnya telah berpaling pada hati yang lain, tapi dengan bodohnya dia malah datang untuk memberi hadiah dengan tangannya sendiri.Ramai dan sangat megah
Sesuai prediksi Dahayu, saat ini Yesti sudah tiba di kediaman Jayanta. Niatnya menghindari Lukas, nyatanya tak bisa terealisasi. Siapa lagi yang bisa dia mintai pertolongan selain Lukas? Adik ipar sekaligus selingkuhannya.Gegas Yesti berjalan menuju paviliun milik Lukas dan mendapati laki-laki itu tengah terbaring di kamarnya.Begitu melihat Yesti, Lukas sedikit melengos dengan senyum mencela. "Baru ingat aku, sekarang?" ucapannya sinis.Yesti pun segera tahu jika saat ini Lukas sedang marah lantaran dia tidak menanyakan kabarnya setelah Aksa menembaknya.Wanita itu langsung tahu apa yang harus dilakukan. "Lukas, aku mohon mengertilah posisiku. Kamu tahu betapa sulitnya aku agar Aksa tidak curiga. Aku sungguh sangat mengkhatirkanmu, lihat, aku langsung datang ke sini setelah Aksa pergi entah ke mana?"Lukas tahu Aksa pasti sedang mencari Dahayu. Dia sangat ingat saat saudaranya itu mengamuk lantas menembak dadanya dua hari yang lalu. Beruntung pengawal ayahnya segera membantu, jika t
Yesti terkesiap karena itu. Memang benar, Aksa sudah tidak mempunyai respek terhadap orang tuanya. Tidak mungkin meminta bantuan pada suaminya. Terlebih yang dianiaya adalah Dahayu, pasti suaminya tidak akan segan-segan untuk membunuh orang tuanya.Namun, mendengar Dahayu mengatakan jika Aksa tidak tahu kejadian ini, sudah pasti sekarang laki-laki itu tidak ada di kota Zimo. Melihat Dahayu berkeliaran di hotel sendirian, dia pun mulai berpikiran picik."Mungkin memang terjadi kesalahpahaman dengan orang tuaku, tapi pikirkan jika Aksa mengetahui bahwa kamu berkeliaran di hotel sendirian, Dahayu. Kamu telah membuat semua orang khawatir setelah menghilang selama satu pekan. Ternyata kamu malah ada di sini. Laki-laki mana lagi yang tengah kamu rayu setelah tahu cinta Aksa hanya untukku dan bayiku?"Lagi, Dahayu tergelak ringan mendengar desakan Yesti. Jelas perempuan itu kembali ingin mempermalukannya melihat pengunjung hotel lain sekarang tengah menonton di a
Di kota Zimo, Yesti sedang duduk manis menikmati kudapan yang baru saja disajikan para pelayan. Tapi tiba-tiba dia membanting apa yang dia pegang ke atas piring dengan kesal. Dia berdiri, lantas mematut diri di depan cermin. Tubuhnya sudah tak secantik dulu setelah perutnya mulai menggembung, lengan dan kakinya juga mulai membengkak. Benar-benar tidak sedap dipandang, menurutnya. Teringat tadi malam Aksa mengusirnya dari ruang baca dengan sangat kasar, hatinya pun menjadi sangat sedih. Dia mengira bahwa tubuhnya sudah tak menarik lagi hingga Aksa sudah tak terpikat dengan kecantikannya. Terlebih ketika ingat Ethan mengatakan bahwa Dahayu sudah ditemukan. Pikirannya pun semakin kesal membayangkan kemungkinan yang terjadi saat ini. Di kolam renang Dahayu memperlihatkan betapa indah tubuh ramping yang dia miliki beserta begitu banyak jejak cinta yang melukis tubuhnya di dekat area sensitif. Yesti mengira saat ini Dahayu pasti sedang menggoda Aksa dengan tubuh indah yang dia mili
"Tuan ...." Suara Ethan yang menyapa mengundang Aksa yang baru saja membuka mata perlahan menoleh. Asistennya juga tampak buruk, ada luka lembam yang menodai wajahnya. Ketika Aksa menunduk, perban sudah membalut dadanya yang tertembak. Tapi saat menilik ruangan asing ini. Dia menghela napas kasar dan mendongak pasrah di bantalnya yang empuk. "Nyonya baru saja pergi, Tuan." Seakan tahu apa yang dipikirkan Aksa, Ethan kembali bersuara. Namun, itu justru membuat Aksa tersenyum samar. Dia tahu Dahayu tak bisa membencinya meski hatinya tersakiti. Terbukti wanita itu tak mampu menembaknya meski dia ingin. Jika bukan karena Satya, dadanya tak mungkin terluka seperti ini. Aksa tahu istri kecilnya ini mempunyai hati yang baik, dia hanya ingin hidup tenang dengan meninggalkan gelar pelakor yang selama ini terus merunjam dari segala arah. Dia lelah terus menyandang gelar menjijikkannya itu sepanjang waktu, meski bukan keinginan Dahayu untuk menjadi orang ketiga. Aksa semakin menyes
Sama seperti halnya Aksa di masa lampau, saat ini Dahayu sangat ingin menyakiti laki-laki itu, tapi ternyata justru malah menyakiti hatinya sendiri. Tangannya mengepal kuat acap kali tendangan terus menghantam tubuh tak berdaya di bawah sana, hatinya terasa penuh oleh sesuatu yang menusuk.Namun, membiarkan Aksa menikmati kemenangannya dengan mudah juga membuat Dahayu marah. Laki-laki itu harus merasakan apa yang dia rasakan saat itu.Membohongi dan membuatnya kedinginan sepanjang malam, setelah mendapatkan pukulan berkali-kali dari dua pelayan yang menyiksanya. Itu mana mungkin Dahayu lupakan."Apa yang terjadi?" tanya Satya pelan membuat Dahayu mengembuskan napas samar, meski dia enggan menjawab pertanyaan Satya.Melihat kebisuan Dahayu, hidung Satya mengembang menghirup udara dengan emosi yang kuat. "Dia juga memperlakukanmu seperti itu?"Dahayu masih membisu, matanya terus menatap laki-laki tak berdaya di bawah sana.
Lampu mercusuar berkelip kala helikopter terbang mengitari pulau dengan kastil kecil di tengahnya. Langit yang tadinya tampak kelabu kini pun menjatuhkan jutaan rintik hujan yang menghantam permukaan lautan.Sepatu boots hitam nan gagah jatuh menapak di pasir putih pada malam gelap bersama tiupan angin laut yang mencekam.Aksa bejalan cepat menembus hujan deras, langkahnya sama sekali tak terhenti ketika suara tembakan bergema di udara.Di kejauhan, dia melihat kastil kecil dengan benteng batu kokoh yang menonjol di atas bukit. Sekelompok orang dengan senjata api berjaga di sana, siap mempertahankan diri dari serangan.Suara tembakan terus berlanjut, mengiringi perjalanan Aksa yang semakin mendekat ke arah kastil.Aksa memaksa diri untuk bergerak meski basah kuyup, pikirannya hanya tertuju pada satu hal: Dahayu, istrinya yang hilang.Sejak awal dia sudah menebak bahwa Satya yang membawa Dahayu pergi, tapi tidak menyangka jika laki-laki itu akan menyembunyikan istrinya di pulau terpenc
Di tempat tidur yang sangat nyaman, perlahan Dahayu membuka mata dengan berat. Dia melihat cahaya terang yang jatuh menimpa retinanya yang belum siap, hingga mata itu kembali menyipit untuk menilik keadaan sekitar.Ruangan asing ini sudah pasti tidak dia kenal, selain itu aroma amis khas lautan tercium pekat pada indera penciumannya yang tajam. Seorang parfumer andal pasti tidak sulit untuk mengenali aroma ini.Kepalanya yang diperban masih sangat berat untuk bisa bergerak, tapi matanya mulai bisa menangkap dengan jelas beberapa wanita muda berseragam pelayan mendekat padanya."Nona sudah sadar?"Dahayu tak lantas menjawab, dia masih terlihat linglung menyesuaikan diri dengan keadaan asing ini.Tapi ingatannya tentang penyerangan mendadak itu, sedikit demi sedikit kembali pada otak Dahayu, hingga dia mulai bersikap waspada meski tubuhnya masih lemah."Cepat panggil dokter, beri tahu juga tuan muda, dia akan sangat senang melihat nona muda sudah bangun."Alis Dahayu mengernyit. 'Nona m