Maggie membawa Clara ke tempat Dave tepat pukul sembilan pagi. Dia hendak melakukan introgasi setelah semalam Maggie mendengar Clara yang kelepasan bicara.
Saat ini mereka sudah duduk di sofa ruang tamu Dave. Clara terlihat seperti se-ekor kucing yang menciut karena ketahuan mencuri ikan. Sementara Dave mengangkat sebelah kakinya dan menumpukannya di lutut satunya. Sambil bersedekap dada menatap Maggie yang menatapnya curiga.
"Jelaskan Dave. Apa yang terjadi malam itu?!" sergah Maggie.
Dave mengalihkan tatapannya kepada Clara. Menghela napas, lalu membuangnya kasar.
"Hah... Apa dia tak menjelaskan apapun?!" tanya Dave.
"Sudah. Tapi aku ingin mendengar versi ceritamu." Maggie semakin memicingkan matanya. Menyelidiki tatapan mata Dave agar tak bersekongkol dengan Clara.
"Aku rasa itu tak penting, Mag. Intinya aku tak melakukan apapun yang merugikannya. Salahnya sendiri yang tertidur di kamar mandi. Dan salahmu juga yang tak mengatakan kebiasaa
Dave memasuki mobil sport putihnya. Lalu seseorang membuka pintu sampingnya dan masuk begitu saja. Duduk dengan napas terengah-engah seperti habis lari marathon.Dave mengerutkan keningnya. Menatap Clara hingga wanita itu mampu menormalkan napasnya kembali."Hah... Kenapa kau selalu meninggalkanku! Apa kau tahu... Berlari menggunakanheelsitu sungguh menyusahkan!" sergah Clara."Jelas aku tak tahu dan tak akan tahu! Lagipula Aku tak memintamu untuk mengikutiku! Aku menyuruhmu untuk pergi dengannya... Karena memang sejak kemarin pria itu terlihat begitu tertarik denganmu!" tukas Dave."Kalau kau menyuruhku pergi, kenapa kau sempat menahanku dulu? Bahkan berbohong bahwa aku sudah berjanji padamu untuk mentraktirmu makan siang," balas Clara.Dave diam sejenak tak bisa menjawab. "A-aku... Tadi tiba-tiba lapar, dan teringat bahwa kau behutang traktiran makan. Setelah kemarin kau meminta ini dan itu padaku, kau harus mentraktirku maka
Dave melepas ciumannya. Dan membiarkan Clara menormalkan keadaannya. Dave memberikan tatapan mengintimidasi kepada manik mata abu Clara yang masih terkejut."Apa kau masih ingin ikut mobil pria itu?!" tanya Dave. Dengan tatapan yang begitu tajam.Clara tersadar dan dia mengangguk sebagai jawabannya. "Ya. Aku akan tetap ikut dengan Matheus!" tukas Clara. Wanita ini sungguh keras kepala. Dia bahkan berpaling dari Dave dan hendak melangkah menuju ke arah dimana Matheus berdiri.Dave memperhatikan dan tersenyum menampilkan deret giginya. Senyum mencurigakan seperti biasa. Yang akan berakhir dengan hal yang diluar pemikiran Clara."Kau ini sungguh keras kepala!" tukas Dave.Lalu dengan cekatan dia mengangkat Clara ke pundaknya. Dia membopong Clara seperti karung beras yang dengan mudahnya diletakkan di punggungnya.Wanita itu memekik terkejut sekaligus malu. Clara tak terima diperlakukan sedemikian rupa oleh Dave di depan Matheus."Argh! M
Tatapan mata Dave yang mengeker dari balik kamera membuat Clara gagal fokus. Dia merasa salah tingkah hingga terus mengulang beberapa sesi hanya untuk satu kostum. Entah kenapa Clara merasa tatapan Dave begitu mengintimidasinya untuk tak bergaya terlalu sensual.Padahal dirinya harus berpose dengan gaya yang mencerminkan harum dari parfum yang menjadi produk yang dia iklankan kali ini.Dikarenakan tiga hari yang lalu setelah makan malam yang menentukan perjanjian kontrak kerjasamanya dengan Matheus. Dave secara tiba-tiba terlihat acuh kepadanya. Bahkan saat bertemu wajah di koridor apartemen. Dave bahkan tak meliriknya sedikitpun.Harusnya Clara merasa senang karena tak ada lagi pria sombong yang sering mengganggunya dengan segala macam cara.Namun sikap diamnya Dave malah membuatnyauring-uringandan tak jarang Clara sering mengajak boneka mouse-nya berbicara. Mengadukan tingkah Dave yang selama t
Clara meringis menatap Dave yang diam di sepanjang perjalanan. Wajah Dave terlihat dua kali lebih menyeramkan dari sebelumnya.Dalam hati... Clara terus meruntuki Maggie yang harus pergi ke rumah calon mertuanya. Clara berpikir jika saja ada Maggie di situ. Dia pasti tak akan secanggung ini.Dan sekarang... Rasanya Clara ingin bumi menelannya hidup-hidup. Bagaimana bisa dia bicara baik-baik dengan Dave saat ini. Jika kejadian di klub tadi sungguh membuatnya ingin menyumpal mulut Matheus dengan heels kesayangannya."Kenapa kau mengucapkan mousie lagi? Apa kau sungguh mengkhawatirkan hamstermu itu?" tanya Matheus."Hamster?" tanya Dave mengerutkan keningnya semakin bingung. “Ya. Selama bicara denganku, Clara selalu mengingat Hamsternya yang bernama mousie. Dia takut mousienya merajuk jika dia lupa memberikan makan. Apa kau tahu seperti apa hamsternya? Aku sunggu
Seiring berjalannya waktu... Clara tetap melanjutkan kontraknya dengan Matheus. Karena tak dapat dipungkiri... nama Clara kian terkenal dan diakui sebagai model terbaik di dunia dengan penghasilan yang cukup tinggi. Berkat produkbrandeddari perusahaan Matheus, hingga membuat Clara dapat melebarkan sayapnya.Begitu juga dengan Matheus yang mendapat keuntungan besar dari penjualan yang diiklankan oleh Clara. Dia semakin banyak mengeluarkan produk baru hingga merekrut model-model lain untuk membantu memasarkan produknya.Dan entah sebuah kebetulan atau seperti sesuatu yang disengaja. Matheus merekrut Diego Castiel sebagai pasangan model Clara di produk terbarunya berupa pakaian musim panas.Pria asal Argentina yang dulu sempat menggoda Clara dengan tujuan mendapatkan job besar bersama. Akhirnya mendapat kepercayaan dari perusahaan Matheus untuk menjadi pendamping Clara.Sementara hubungan Clara dan Dave selama beberapa bulan terakh
"Ya... Tapi kau juga tahu, Mag. Bahwa aku tak mudah menyerah," ujar Matheus kembali mengarahkan tatapannya kepada Clara."Ahm... Jangan terlalu serius bicara. Lebih baik kita minum dulu," ujar Clara mencoba mengalihkan pembicaraan agar tak menjadi tegang.Dia menuangkan minuman ke dalam dua gelas. Lalu meminumnya langsung dari gelas Maggie, dan kembali menuangkan dan meminumnya lagi."Cla... Hentikan. Kau tak bisa minum terlalu banyak!" peringat Maggie. Saat Clara hendak menuangkan gelas ketiganya.Matheus meraih tangannya dan menghentikan niat Clara yang hendak kembali menuangkan minuman ke dalam gelas."Hentikan Cla... Jangan terlalu memikirkan ucapanku," cegah Matheus."Maaf... Aku... aku hanya...." Clara menjadi bingung ingin menjawab apa. Dia hanya tak siap mengetahui ada pria yang siap menjalin hubungan serius dengannya.Dia tak ingin kejadian seperti dengan Jacob kembali terulang."Ehm... Aku akan ke toilet sebentar," uj
Matheus dan Maggie terlarut dalam perbincangan. Seputar bisnis dan hal lain yang kiranya bisa dibicarakan secara umum. Hingga setengah jam lamanya sudah berlalu Clara belum juga kembali."Ini sudah cukup lama untuk seorang wanita pergi ke kamar mandi, Mag. Kau yakin Clara bisa menghabiskan waktu selama itu?" tanya Matheus memastikan.Dia sudah menanyakan hal yang sama saat lima belas menit yang lalu. Namun Maggie yang memang sudah mengetahui kebiasaan Clara, merasa itu biasa saja jika Clara berlama-lama di depan cermin toilet."Hm... Baiklah, aku akan mengecek keadaannya," ujar Maggie berdiri dari duduknya. Dirinya baru hendak melangkah.Namun secara kebetulan dua orang wanita melintas dan terdengar pembicaraan mereka."Toilet khusus wanita tadi sempat diperbaiki. Namun hanya lima menit, mereka sudah membukanya. Sungguh menyebalkan!""Ya.. Kau benar. Barusan aku harus kembali ke kamar hanya untuk merapikan make up. Jika ha
Dave mengambil bantal yang dilemparkan Clara. Lalu memeluk bantal itu dan membelakangi Clara dengan berbaring di sofa."Good nite, Cattie... Semoga kau bisa nyenyak, tidur tanpa bantal," ujar Dave.Matanya terpejam namun bibirnya masih melengkung ke atas memikirkan wanita yang sedang duduk di atas ranjangnya."Mousie... Kembalikan bantalnya," pinta Clara."Kau 'kan sudah memberikannya padaku. Untuk apa diminta lagi?" tanya Dave."Aku tidak memberikannya, aku melemparkannya untuk membalas perbuatanmu!" balas Clara."Kalau begitu ambillah...," perintah Dave.Senyumnya terlihat mencurigakan seperti memikirkan sesuatu untuk menjahili Clara.Clara turun dari ranjang. Walau dia mencebik kesal menatap Dave dengan tajam.Dave mengulurkan tangannya menyodorkan bantal yang sempat dilemparkan oleh Clara.Namun saat Clara hendak meraihnya Dave menarik kembali tangannya dan mendekap bantal di atas dadanya. Namun dia tak memper
Clara merasakan kehangatan dari pelukan yang diberikan Dave. Sentuhan halus dan pelan memberikan rasa nyaman tersendiri bagi Clara. Dia berbalik dari posisi membelakangi Dave, hingga menghadap Dave. Mata mereka bertemu dan saling memancarkan cinta dan luka secara bersamaan. Rasa takut kehilangan menyelimuti tatapan tersebut. Namun di balik itu semua… Dave sangat ingin Clara kembali merasa nyaman. Menganggap semuanya tak pernah terjadi, walau dia tahu itu sangat sulit dilakukan. Dia mengusap pipi Clara sambil memberikan senyuman yang menyejukkan hati Clara. "Boleh-kah aku menghapus jejak si berengsek itu? Aku bukan hanya ingin menghapus jejaknya ditubuhmu melainkan diingatanmu, dan aku sangat ingin menggantikan semua itu dengan hal manis yang bisa selalu kau
—THE END—Marvin berjalan menuju ke arah Dave. Memeluk anaknya yang tampak kacau seolah tak memiliki gairah hidup."Hah... Ya ampun bagaimana bisa anak kebanggaanku menjadi kacau seperti ini?!" Marvin bertanya sambil melepaskan pelukan dan menatap wajah kusut Dave.Menepuk pipi Dave pelan, seolah memberikan semangat bagi pria itu."Ceritakan apa yang terjadi? Aku akan berusaha membantumu," pinta Marvin.Dave menggeleng dan tersenyum miris. Berjalan menuju sofa, melemparkan bokongnya dengan kasar, memerosotkan dirinya duduk malas bersandar hingga mendonggakkan kepala."Tak ada yang perlu diceritakan lagi, Dad. Semua berakhir dan aku... Tak ingin menceritakan kisah yang tak enak untuk didengar," ujar Dave.Marvin menatap Celine, wanita itu mengedikkan kedua bahunya."Jangan ceritakan kebodohanku pada Ayahku, Celine!" tukas Dave dengan mata yang terpejam.Marvin terkekeh melihat Dave memijat pel
Celine menghela napasnya kasar, merasa pusing, menghadapi sifat keras kepala yang dimiliki Dave. Dia mengambil ponsel Dave yang diletakkan di meja yang tersedia sofa di sisinya."Jangan gunakan ponselku. Gunakan ponselmu," pinta Dave."Kau sungguh banyak maunya! Memerintahku sesukamu!" Celine berdesis dengan tatapan tajam."Kau memaksaku melakukannya karena kau harus membuktikan ucapanmu barusan," sergah Dave.Celine menggelengkan kepala dan memutar bola matanya karena jengah."Berapa nomornya?!" tanya Celine ketus.Dave menyebutkan deret angka yang tersusun menjadi nomor telepon Clara.Menyambungkannya kepada Dave dan langsung dijawab oleh Clara.-Sementara itu... Clara dan Maggie memilih mampir ke tempat makan di rest area diperjalanan menuju ke tempat yang ditunjukkan oleh Celine.Clara menatap layar ponsel yang menampakkan foto Dave diwallpaperponselnya. Foto yang diambil diam-diam saat p
Keesokan harinya.Clara yang terlalu lelah karena kejadian semalam, baru terbangun siang hari dan tak mendapati Dave di sampingnya.Lantas dia beranjak dari ranjang dan keluar dari kamar. Dia melihat Maggie yang sibuk menyiapkan sesuatu ke dalam tasnya."Kau sedang apa, Mag? Dimana Dave?" tanya Clara."Cla... Kau sudah bangun. Bagaimana keadaanmu? Apa ada yang sakit?" tanya Maggie mendekat."Aku tak apa-apa, kenapa kau tergesa? Dimana Dave? Kau belum menjawabnya," ujar Clara."Kau makanlah dulu sarapanmu, setelah itu aku akan membawamu kepadanya," ujar Maggie mengulurkan susu dan roti yang dibuat Dave pagi tadi."Jawab saja pertanyaanku Maggie... Dimana Dave?" tanya Clara berkeras."Makanlah dulu, Cla. Dave membuatnya untukmu... Kau harus habiskan... Begitu pesannya tadi," tutur Maggie berbohong mengenai pesan tersebut.Clara mengambil susu dan roti yang disodorkan Maggie. Namun bukan untuk dimakan, melainkan dilemparkan
Suara pekikan Clara memanggilnya masih terdengar walau samar. Lampu menyala dan memperlihatkan Clara yang ditarik paksa dan didudukkan dikursi kayu, lalu tangan dan kakinya diikat serta mulutnya disumpal kain yang diikat ke belakang kepalanya.Suara kekehan seorang pria samar-samar masih terdengar oleh Dave yang masih berusaha untuk tetap sadar. Namun dirinya terlalu pusing untuk bangun. Hingga gelap menghampirinya.-"Erhmmmm!!!" erangan Clara terdengar sejak dia di hadapkan dengan dua orang yang dia sayangi.Seorang pria yang sejak dulu dikenal sebagai pelindungnya, sekarang berubah menjadi iblis karena dendam yang membuat pria itu hancur."Ada apa Clara sayang? Kau sudah bisa memilih siapa yang ingin kuhilangkan lebih dulu nyawanya? Hm?"Mata Clara membengkak akibat dia tak berhenti menangis. Melihat Dave yang tak sadarkan diri karena mendapatkan pukulan dikepalanya dan Maggie di punggung.Bahkan darah yang keluar dari kepala Dave
Seorang pria melepaskan seragam pengantar pizza di sebuah tangga darurat. Lalu pergi dengan seringaian puas. Dia bergegas menuju mobilnya dan hendak memikirkan cara lain untuk melanjutkan aksi kejahatannya lagi.Dia berhenti sejenak dan menatap ke lantai kamar tempat Dave.Pria itu berdecak, "ck! Kau tak akan bahagia, Cla... Tak akan kubiarkan... Setelah kau membuatku hancur!" tukas pria tersebut.-Dave menatap wajah Clara yang akhirnya terlelap, walau jelas terlihat raut wajahnya yang tak tenang. Dia mengecup kening Clara. Dan merapatkan selimutnya hingga ke leher.Dave beranjak mematikan lampu dan menutup pintu kamar dengan rapat.Dia menghampiri Celine yang kembali setelah mendapat telepon dari Dave tentang insiden pizza tadi."Jadi bagaimana menurutmu? Mungkinkah ini pekerjaan Matheus atau Diego?" tanya Dave."Aku sempat berpapasan dengan pengantar pizzamu di lift. Wajahnya memang tak begitu jelas terlihat karena menggunak
Dave mengelus punggung polos Clara, ini sudah ketiga kalinya di hari yang sama, setelah mereka makan siang. Lalu tidur karena lelah dan terbangun, hingga mereka bosan dan kembali bercumbu lalu melakukan kegiatan panas di atas ranjang.Dave tersenyum melihat Clara yang berbalik lalu mengelus rahangnya. Mereka terus bersentuhan dan tersenyum tanpa mengucapkan apapun. Bahkan tak ada yang memulai untuk bicara.Hanya tatapan centil dan senyuman nakal yang mereka pancarkan. Seakan semua itu sudah menjadi sebuah percakapan atas apa yang mereka rasakan.Dave kembali mengecup kening Clara, kedua tangannya menakup sisi wajah dan mengelusnya dengan ibu jari."Ayo kita mandi, setelah itu kita makan malam keluar," ajak Dave.Clara tersenyum dan mengangguk patuh. Mereka bangun dari ranjang dan menuju kamar mandi. Kegiatan baru mereka yang akan menjadi hoby baru juga. Yaitu saling memandikan, bermesraan di dalam bathup atau di bawah kucuran air shower, menciptaka
Dave memasuki lobby hotel tempat Celine menginap. Dia menunggu Celine turun dari kamarnya lalu membahas masalah Matheus.Namun bukan Celine yang turun ke lobby hotel. Melainkan seorang wanita yang mirip dengan Celine."Hai... Kau Dave?" tanya wanita cantik dengan rambut lurus berwarna coklat hazelnut.Dave mengerutkan keningnya. Wanita itu tersenyum, begitu cantik dan manis."Ya... Kau siapa?" tanya Dave dingin."Kenalkan... Aku Sheryl Calla Wilfred. -Adik Celine-. Aku disuruh menunggumu untuk sekalian naik ke kamar kakakku," jelas Sheryl.Dave tak menjawab. Dia beranjak dari duduknya dan berjalan menuju lift.Sheryl mengikuti sambil membatin,hah... Ya ampun. Pria macam apa dia ini?! Tak ada bicara namun langsung bergerak. Jika aku menjadi kekasihnya... Mulutku bisa berbusa karena hanya aku yang bicara!Dave dan Sheryl memasuki lift. Dave menatap Sheryl yang diam di sampingnya tanpa menekan angka yang berderet di
Dave merasa lebih segar setelah mandi. Dia lalu keluar dari kamar dan melihat Clara yang sudah duduk di sofa sambil menonton berita klarifikasi tentang dirinya.Dave mengusap kepala Clara dari belakang lalu memeluk dan mencium puncak kepala Clara."Sudah... Jangan dilihat. Aku tak ingin kau mengingat kejadian waktu itu," bisik Dave.Saat itu tayangannya memang sedang memperlihatkan rekamancctv."Ayo... Temani aku makan," ajak Dave.Clara mengangguk dan beranjak dari sofa. Mereka saling menatap mengalihkan penglihatannya dari layar televisi yang jika dengan jelas memperhatikan akan terlihat seseorang yang mereka kenal tersorot kamera."Makananmu pasti sudah dingin, Mousie... Kau harus memanaskannya dulu," usul Clara."Ya aku tahu, sayang...." Dave mulai kembali menggoda Clara.Clara menepuk dada Dave. "Berhenti menggodaku, Mousie!" protes Clara."Aku tak menggodamu. Aku memang sayang padamu. Jadi..