Seiring berjalannya waktu... Clara tetap melanjutkan kontraknya dengan Matheus. Karena tak dapat dipungkiri... nama Clara kian terkenal dan diakui sebagai model terbaik di dunia dengan penghasilan yang cukup tinggi. Berkat produk branded dari perusahaan Matheus, hingga membuat Clara dapat melebarkan sayapnya.
Begitu juga dengan Matheus yang mendapat keuntungan besar dari penjualan yang diiklankan oleh Clara. Dia semakin banyak mengeluarkan produk baru hingga merekrut model-model lain untuk membantu memasarkan produknya.
Dan entah sebuah kebetulan atau seperti sesuatu yang disengaja. Matheus merekrut Diego Castiel sebagai pasangan model Clara di produk terbarunya berupa pakaian musim panas.
Pria asal Argentina yang dulu sempat menggoda Clara dengan tujuan mendapatkan job besar bersama. Akhirnya mendapat kepercayaan dari perusahaan Matheus untuk menjadi pendamping Clara.
Sementara hubungan Clara dan Dave selama beberapa bulan terakh
"Ya... Tapi kau juga tahu, Mag. Bahwa aku tak mudah menyerah," ujar Matheus kembali mengarahkan tatapannya kepada Clara."Ahm... Jangan terlalu serius bicara. Lebih baik kita minum dulu," ujar Clara mencoba mengalihkan pembicaraan agar tak menjadi tegang.Dia menuangkan minuman ke dalam dua gelas. Lalu meminumnya langsung dari gelas Maggie, dan kembali menuangkan dan meminumnya lagi."Cla... Hentikan. Kau tak bisa minum terlalu banyak!" peringat Maggie. Saat Clara hendak menuangkan gelas ketiganya.Matheus meraih tangannya dan menghentikan niat Clara yang hendak kembali menuangkan minuman ke dalam gelas."Hentikan Cla... Jangan terlalu memikirkan ucapanku," cegah Matheus."Maaf... Aku... aku hanya...." Clara menjadi bingung ingin menjawab apa. Dia hanya tak siap mengetahui ada pria yang siap menjalin hubungan serius dengannya.Dia tak ingin kejadian seperti dengan Jacob kembali terulang."Ehm... Aku akan ke toilet sebentar," uj
Matheus dan Maggie terlarut dalam perbincangan. Seputar bisnis dan hal lain yang kiranya bisa dibicarakan secara umum. Hingga setengah jam lamanya sudah berlalu Clara belum juga kembali."Ini sudah cukup lama untuk seorang wanita pergi ke kamar mandi, Mag. Kau yakin Clara bisa menghabiskan waktu selama itu?" tanya Matheus memastikan.Dia sudah menanyakan hal yang sama saat lima belas menit yang lalu. Namun Maggie yang memang sudah mengetahui kebiasaan Clara, merasa itu biasa saja jika Clara berlama-lama di depan cermin toilet."Hm... Baiklah, aku akan mengecek keadaannya," ujar Maggie berdiri dari duduknya. Dirinya baru hendak melangkah.Namun secara kebetulan dua orang wanita melintas dan terdengar pembicaraan mereka."Toilet khusus wanita tadi sempat diperbaiki. Namun hanya lima menit, mereka sudah membukanya. Sungguh menyebalkan!""Ya.. Kau benar. Barusan aku harus kembali ke kamar hanya untuk merapikan make up. Jika ha
Dave mengambil bantal yang dilemparkan Clara. Lalu memeluk bantal itu dan membelakangi Clara dengan berbaring di sofa."Good nite, Cattie... Semoga kau bisa nyenyak, tidur tanpa bantal," ujar Dave.Matanya terpejam namun bibirnya masih melengkung ke atas memikirkan wanita yang sedang duduk di atas ranjangnya."Mousie... Kembalikan bantalnya," pinta Clara."Kau 'kan sudah memberikannya padaku. Untuk apa diminta lagi?" tanya Dave."Aku tidak memberikannya, aku melemparkannya untuk membalas perbuatanmu!" balas Clara."Kalau begitu ambillah...," perintah Dave.Senyumnya terlihat mencurigakan seperti memikirkan sesuatu untuk menjahili Clara.Clara turun dari ranjang. Walau dia mencebik kesal menatap Dave dengan tajam.Dave mengulurkan tangannya menyodorkan bantal yang sempat dilemparkan oleh Clara.Namun saat Clara hendak meraihnya Dave menarik kembali tangannya dan mendekap bantal di atas dadanya. Namun dia tak memper
Maggie menatap tajam Dave yang mengabaikan ketegangan yang terjadi pada Matheus. Dave seolah tak memedulikan karier Clara yang mungkin saja bisa diputus kontrak jika Matheus mau."Clara! Kau ini bodoh atau apa? Mengucapkan sesuatu yang mungkin akan membuatmu kehilangan pekerjaan!" sergah Maggie."Mag... Jangan memarahinya. Bukankah sudah kukatakan sebelumnya? Matheus tak akan berani memutus kontrak Clara. Jika itu yang terjadi... Aku yang akan bertanggung jawab," ujar Dave membela Clara."Hah... Kau pikir Clara mendapatkan semua ini dengan cara yang mudah seperti yang kau ucapkan?" tanya Maggie. Merasa ucapan Dave begitu ringan dan menyepelekan."Kau akan tahu sesuatu tentangnya, Mag. Sudah kukatakan juga... Jangan mudah memercayai seseorang untuk menjaga Clara. Bahkan dirimu sendiri! Aku tak perlu mengingatkan kejadian semalam bukan?!" sergah Dave.Tatapan matanya terlihat tajam karena kesal dengan Maggie. Lalu dia mengalihkan tatapannya kepada Cl
Dave melaju menjauh dari resort meninggalkan Clara bersama Maggie dan Matheus untuk sementara waktu. Dia sudah bertekad akan menjaga Clara dari orang yang selalu ingin memanfaatkannya.Mengingat kisah Clara sejak dulu yang didengarnya langsung dari Clara saat menaiki bianglala. Dia yakin tanpa disadari Clara... bahwa Maggie juga mengambil keuntungan dari usaha Clara untuk menjadi terkenal.Dave merasa Maggie juga mendapatkan imbas dari ketenaran yang dicapai Clara saat ini. Membawa nama perusahaan ayahnya untuk dikenal dan mendapatkan banyak pengusaha yang mau bekerja sama.Dan Matheus... Sejak awal Dave sudah merasa curiga dengan pria itu. Dari sekian banyak model cantik dan berusia lebih muda danfresh.Kenapa Matheus bisa memilih Clara?Semua pertanyaan itu terus muncul di dalam kepala Dave. Seakan ada sesuatu yang aneh dari Matheus. Dan cara Matheus mendekati Clara terlihat seolah memiliki niat terselubung.Matheus
Dave berniat ke tempat Clara pada malam harinya untuk mengajaknya makan ice cream di kedai ujung jalan dari apartemennya. Dave merasa bersalah saat kembali memikirkan sikap dinginnya siang tadi saat di restoran, membuatnya tak tenang.Dave yang sudah mengenal Clara... Wanita yang akan memikirkan segala masalah hingga berlarut-larut. Dia takut jika Clara merajuk dan menjadi murung karena sikap dinginnya tersebut.Dave merasa mungkin ucapan Celine benar. Dia sudah melakukan banyak hal luar biasa yang membuatnya tak sadar telah menjadi orang lain. Seolah dirinya sungguh terjebak oleh model bernama Clara yang begitu melekat dipikirannya. Hingga merasuki jiwanya untuk terus memikirkan Clara dan masa lalunya yang kelam.Membuat dirinya berubah menjadi lebih baik. Menjadi lebih peduli dengan wanita itu. Bahkan dengan sekitarnya jika memang sungguh ada yang membutuhkan bantuannya.Dave menatap dirinya dipantulan cermin. Sambil melakukanselfie
Clara menatap punggung Dave yang menghilang di balik pintu kaca restoran tersebut. Lalu matanya teralihkan kembali kepada Matheus karena merasakan tangannya digenggam lembut oleh pria di hadapannya."Maaf untuk makanan pembukanya, Cla. Aku sungguh tak tahu. Tapi aku yakin kau akan menyukai hidangan utama—""Ehm... Math. Maaf menyela ucapanmu. Maafkan aku juga yang...." Clara memotong ucapan Matheus lalu bingung bagaimana cara mengatakan bahwa dia ingin segera menyusul Dave.Matheus menunggu kelanjutan ucapan Clara yang terhenti. Masih tetap menggenggam tangan Clara. Membuat wanita lugu itu menatap genggaman tangan Matheus. Lalu melepaskannya secara perlahan."Maafkan aku, Math. Aku sungguh harus pergi... Bukannya aku tak menghargaimu. Aku... Aku tak bisa mengabaikan pria yang kucintai. Aku... Entahlah. Aku hanya tak ingin membuatnya kecewa. Sekali lagi... Maafkan aku," ungkap Clara dengan penyesalan yang begitu dalam.Dia beranjak dari dudukn
"Apa kau mencintai—"Blitzlampu kamera dari luar dinding kaca menghentikan ucapan Dave.Clara dan Dave menoleh mengerutkan keningnya."Sial! Mereka lebih cepat!" runtuk Dave dalam hati."Mousie, sebenarnya ada apa?" tanya Clara."Kau ikut saja denganku. Kita ke tempat Bradley," ujar Dave.Menarik Clara keluar dengan paksa menerobos kerumumanpaparazziyang sudah bergerumun di depan pintu kedai ice. Memanggil-manggil Clara, untuk meminta penjelasan tentang kabar beritanya yang sedangtrending.Namun Dave menarik Clara begitu saja tanpa mau berhenti ataupun berbicara. Mereka memasuki mobil dan melajukannya menuju ke tempat Bradley.Karena Dave tahu... Di apartemen pasti sudah banyak wartawan yang ingin mendengar penjelasan Clara mengenai berita yang saat ini sedang disebarkan oleh Diego.Perihal bahwa; Clara menuduh Diego yang hendak memperkosanya. Dieg
Clara merasakan kehangatan dari pelukan yang diberikan Dave. Sentuhan halus dan pelan memberikan rasa nyaman tersendiri bagi Clara. Dia berbalik dari posisi membelakangi Dave, hingga menghadap Dave. Mata mereka bertemu dan saling memancarkan cinta dan luka secara bersamaan. Rasa takut kehilangan menyelimuti tatapan tersebut. Namun di balik itu semua… Dave sangat ingin Clara kembali merasa nyaman. Menganggap semuanya tak pernah terjadi, walau dia tahu itu sangat sulit dilakukan. Dia mengusap pipi Clara sambil memberikan senyuman yang menyejukkan hati Clara. "Boleh-kah aku menghapus jejak si berengsek itu? Aku bukan hanya ingin menghapus jejaknya ditubuhmu melainkan diingatanmu, dan aku sangat ingin menggantikan semua itu dengan hal manis yang bisa selalu kau
—THE END—Marvin berjalan menuju ke arah Dave. Memeluk anaknya yang tampak kacau seolah tak memiliki gairah hidup."Hah... Ya ampun bagaimana bisa anak kebanggaanku menjadi kacau seperti ini?!" Marvin bertanya sambil melepaskan pelukan dan menatap wajah kusut Dave.Menepuk pipi Dave pelan, seolah memberikan semangat bagi pria itu."Ceritakan apa yang terjadi? Aku akan berusaha membantumu," pinta Marvin.Dave menggeleng dan tersenyum miris. Berjalan menuju sofa, melemparkan bokongnya dengan kasar, memerosotkan dirinya duduk malas bersandar hingga mendonggakkan kepala."Tak ada yang perlu diceritakan lagi, Dad. Semua berakhir dan aku... Tak ingin menceritakan kisah yang tak enak untuk didengar," ujar Dave.Marvin menatap Celine, wanita itu mengedikkan kedua bahunya."Jangan ceritakan kebodohanku pada Ayahku, Celine!" tukas Dave dengan mata yang terpejam.Marvin terkekeh melihat Dave memijat pel
Celine menghela napasnya kasar, merasa pusing, menghadapi sifat keras kepala yang dimiliki Dave. Dia mengambil ponsel Dave yang diletakkan di meja yang tersedia sofa di sisinya."Jangan gunakan ponselku. Gunakan ponselmu," pinta Dave."Kau sungguh banyak maunya! Memerintahku sesukamu!" Celine berdesis dengan tatapan tajam."Kau memaksaku melakukannya karena kau harus membuktikan ucapanmu barusan," sergah Dave.Celine menggelengkan kepala dan memutar bola matanya karena jengah."Berapa nomornya?!" tanya Celine ketus.Dave menyebutkan deret angka yang tersusun menjadi nomor telepon Clara.Menyambungkannya kepada Dave dan langsung dijawab oleh Clara.-Sementara itu... Clara dan Maggie memilih mampir ke tempat makan di rest area diperjalanan menuju ke tempat yang ditunjukkan oleh Celine.Clara menatap layar ponsel yang menampakkan foto Dave diwallpaperponselnya. Foto yang diambil diam-diam saat p
Keesokan harinya.Clara yang terlalu lelah karena kejadian semalam, baru terbangun siang hari dan tak mendapati Dave di sampingnya.Lantas dia beranjak dari ranjang dan keluar dari kamar. Dia melihat Maggie yang sibuk menyiapkan sesuatu ke dalam tasnya."Kau sedang apa, Mag? Dimana Dave?" tanya Clara."Cla... Kau sudah bangun. Bagaimana keadaanmu? Apa ada yang sakit?" tanya Maggie mendekat."Aku tak apa-apa, kenapa kau tergesa? Dimana Dave? Kau belum menjawabnya," ujar Clara."Kau makanlah dulu sarapanmu, setelah itu aku akan membawamu kepadanya," ujar Maggie mengulurkan susu dan roti yang dibuat Dave pagi tadi."Jawab saja pertanyaanku Maggie... Dimana Dave?" tanya Clara berkeras."Makanlah dulu, Cla. Dave membuatnya untukmu... Kau harus habiskan... Begitu pesannya tadi," tutur Maggie berbohong mengenai pesan tersebut.Clara mengambil susu dan roti yang disodorkan Maggie. Namun bukan untuk dimakan, melainkan dilemparkan
Suara pekikan Clara memanggilnya masih terdengar walau samar. Lampu menyala dan memperlihatkan Clara yang ditarik paksa dan didudukkan dikursi kayu, lalu tangan dan kakinya diikat serta mulutnya disumpal kain yang diikat ke belakang kepalanya.Suara kekehan seorang pria samar-samar masih terdengar oleh Dave yang masih berusaha untuk tetap sadar. Namun dirinya terlalu pusing untuk bangun. Hingga gelap menghampirinya.-"Erhmmmm!!!" erangan Clara terdengar sejak dia di hadapkan dengan dua orang yang dia sayangi.Seorang pria yang sejak dulu dikenal sebagai pelindungnya, sekarang berubah menjadi iblis karena dendam yang membuat pria itu hancur."Ada apa Clara sayang? Kau sudah bisa memilih siapa yang ingin kuhilangkan lebih dulu nyawanya? Hm?"Mata Clara membengkak akibat dia tak berhenti menangis. Melihat Dave yang tak sadarkan diri karena mendapatkan pukulan dikepalanya dan Maggie di punggung.Bahkan darah yang keluar dari kepala Dave
Seorang pria melepaskan seragam pengantar pizza di sebuah tangga darurat. Lalu pergi dengan seringaian puas. Dia bergegas menuju mobilnya dan hendak memikirkan cara lain untuk melanjutkan aksi kejahatannya lagi.Dia berhenti sejenak dan menatap ke lantai kamar tempat Dave.Pria itu berdecak, "ck! Kau tak akan bahagia, Cla... Tak akan kubiarkan... Setelah kau membuatku hancur!" tukas pria tersebut.-Dave menatap wajah Clara yang akhirnya terlelap, walau jelas terlihat raut wajahnya yang tak tenang. Dia mengecup kening Clara. Dan merapatkan selimutnya hingga ke leher.Dave beranjak mematikan lampu dan menutup pintu kamar dengan rapat.Dia menghampiri Celine yang kembali setelah mendapat telepon dari Dave tentang insiden pizza tadi."Jadi bagaimana menurutmu? Mungkinkah ini pekerjaan Matheus atau Diego?" tanya Dave."Aku sempat berpapasan dengan pengantar pizzamu di lift. Wajahnya memang tak begitu jelas terlihat karena menggunak
Dave mengelus punggung polos Clara, ini sudah ketiga kalinya di hari yang sama, setelah mereka makan siang. Lalu tidur karena lelah dan terbangun, hingga mereka bosan dan kembali bercumbu lalu melakukan kegiatan panas di atas ranjang.Dave tersenyum melihat Clara yang berbalik lalu mengelus rahangnya. Mereka terus bersentuhan dan tersenyum tanpa mengucapkan apapun. Bahkan tak ada yang memulai untuk bicara.Hanya tatapan centil dan senyuman nakal yang mereka pancarkan. Seakan semua itu sudah menjadi sebuah percakapan atas apa yang mereka rasakan.Dave kembali mengecup kening Clara, kedua tangannya menakup sisi wajah dan mengelusnya dengan ibu jari."Ayo kita mandi, setelah itu kita makan malam keluar," ajak Dave.Clara tersenyum dan mengangguk patuh. Mereka bangun dari ranjang dan menuju kamar mandi. Kegiatan baru mereka yang akan menjadi hoby baru juga. Yaitu saling memandikan, bermesraan di dalam bathup atau di bawah kucuran air shower, menciptaka
Dave memasuki lobby hotel tempat Celine menginap. Dia menunggu Celine turun dari kamarnya lalu membahas masalah Matheus.Namun bukan Celine yang turun ke lobby hotel. Melainkan seorang wanita yang mirip dengan Celine."Hai... Kau Dave?" tanya wanita cantik dengan rambut lurus berwarna coklat hazelnut.Dave mengerutkan keningnya. Wanita itu tersenyum, begitu cantik dan manis."Ya... Kau siapa?" tanya Dave dingin."Kenalkan... Aku Sheryl Calla Wilfred. -Adik Celine-. Aku disuruh menunggumu untuk sekalian naik ke kamar kakakku," jelas Sheryl.Dave tak menjawab. Dia beranjak dari duduknya dan berjalan menuju lift.Sheryl mengikuti sambil membatin,hah... Ya ampun. Pria macam apa dia ini?! Tak ada bicara namun langsung bergerak. Jika aku menjadi kekasihnya... Mulutku bisa berbusa karena hanya aku yang bicara!Dave dan Sheryl memasuki lift. Dave menatap Sheryl yang diam di sampingnya tanpa menekan angka yang berderet di
Dave merasa lebih segar setelah mandi. Dia lalu keluar dari kamar dan melihat Clara yang sudah duduk di sofa sambil menonton berita klarifikasi tentang dirinya.Dave mengusap kepala Clara dari belakang lalu memeluk dan mencium puncak kepala Clara."Sudah... Jangan dilihat. Aku tak ingin kau mengingat kejadian waktu itu," bisik Dave.Saat itu tayangannya memang sedang memperlihatkan rekamancctv."Ayo... Temani aku makan," ajak Dave.Clara mengangguk dan beranjak dari sofa. Mereka saling menatap mengalihkan penglihatannya dari layar televisi yang jika dengan jelas memperhatikan akan terlihat seseorang yang mereka kenal tersorot kamera."Makananmu pasti sudah dingin, Mousie... Kau harus memanaskannya dulu," usul Clara."Ya aku tahu, sayang...." Dave mulai kembali menggoda Clara.Clara menepuk dada Dave. "Berhenti menggodaku, Mousie!" protes Clara."Aku tak menggodamu. Aku memang sayang padamu. Jadi..