Share

Kewajiban istri

"Pembunuh ini adalah istrimu, Ares. Aku tidak butuh alasan untuk menetap mendampingi suamiku bukan?" Athena tersenyum mengangkat tangan dan memamerkan cincin pernikahan mereka di jari manisnya.




"Aku tidak pernah menganggapmu sebagai istriku."




"Tidak masalah aku akan menetap di sini sampai kau menerimaku lagi." Athena berjalan mengitari kamarnya, ia kemudian duduk di atas ranjang yang dihiasi oleh permata merah warna kesukaan Athena.




"Ares?"




Panggilan itu membuat keduanya menoleh. Athena mengernyitkan kening, seorang gadis cantik terlihat anggun berjalan mendekati Ares. Aura gadis itu dipenuhi oleh kedamaian, mendengarnya menyebut nama Ares dengan bebas, Athena yakin bahwa gadis itu adalah madunya. Istri kedua Ares.




Athena berjalan ke samping Ares mendahului Eirene, "kau pasti istri baru Ares bukan? Kau tau aku? Aku Athena, istri pertama Ares. Dan yah, ini adalah kamar pemberian Ares di hari pernikahan kami." Athena tersenyum ramah pada Eirene. Gadis itu merangkul lengan Ares mempertegas bahwa Ares hanya miliknya.




"Siapa bilang kamar ini masih milikmu?"



***

"Sial!"

Athena mengelus dada, tidak masalah walaupun kamar itu diberikan pada Eirene setidaknya Ares tidak mengusirnya dari istana.

Dan meskipun tidur di kamar pelayan dengan sepuluh orang di dalamnya, Athena tidak keberatan. Ini masih permulaan, ia akan merebut Ares beserta harta tahtanya, yah Athena harus bertahan demi hal itu.

Afiara merupakan pelayan pribadi Athena di kehidupan sebelumnya. Gadis berkulit sawo matang itu sangat bahagia ketika melihat kedatangan Athena, ia bahkan menangis sesegukan sembari memeluknya.

Tapi kini ia menekuk wajah malu setelah mendengar perbincangan Athena dan teman-temannya.

"Kalian harus mencobanya, jangan sampai kalian jadi perawan tua! Bukankah disini banyak penjaga? Mereka memiliki tubuh yang kekar, seret saja mereka, jika tidak mau katakan mereka akan dihukum jika berani menolak seorang wanita!"

Athena dengan bangga memberikan pelajaran berharga bagi teman-teman kamarnya.

Awalnya mereka takut saat mendengar kedatangan Athena, namun setelah berjam-jam gadis itu berbicara dan bercanda, Athena berhasil membuat mereka merasa nyaman dengan keberadaannya.

Lagi pula saat ini Athena tidak memiliki kekuatan yang bisa membunuh bukan.

"Aku tidak berani tapi aku juga ingin menyatakan perasaanku dan membawanya ke atas ranjang," Selly menyematkan kepalan tangannya.

"Kau harus berani! Ingat hidup hanya sekali-"

Rose memotong, "tapi kau hidup dua kali."

Athena berdecak pinggang, "itu beda cerita. Kalian benar-benar bodoh, membawa laki-laki ke ranjang saja tidak berani! Kalian tau? Aku sering membawa suami orang ke atas ranjang! Ayolah gunakan daya tarik kalian, goda saja sampai tegang! Kalian hanya perlu mengangkang,"

"Athena, tidak baik membicarakan hal seperti itu." Alisa mengecilkan suara.

Athena meminta mereka untuk memanggilnya dengan nama saja lagi pula mereka juga teman sekamar. Yah walaupun awalnya mareka sedikit ragu.

"Ini bukan zaman purba lagi! Berhubungan intim adalah kebutuhan setiap makhluk hidup."

Afiara memijit pelipisnya, sedari tadi ia hanya menjadi pendengar. Rasanya sangat memalukan jika ia sampai ikut membicarakan hal jorok seperti itu.

"Baiklah sekarang sudah waktunya bekerja, siapkan makan malam. Jangan sampai kalian terlambat karena membicarakan hal seperti itu."

Athena mengangguk, ini waktunya menarik pelatuk. Malam ini Athena akan membuat makanan spesial untuk Ares, Athena sangat pandai memasak makanan luar negeri dan untuk kali ini sepertinya ia akan membuat pizza.

Setelah beres dengan masakannya Athena diberengi beberapa pelayan lainnya membawa makanan itu ke ruang makan.

Afiara menolak ide yang diberikan Athena, ia tidak mau Ares tersinggung karena makanan aneh yang dihidangkan Athena. Namun ia tidak punya kuasa untuk menentang keinginan gadis itu.

Sepanjang perjalanan Athena selalu takjub melihat kemewahan istana itu. Ia semakin tidak sabaran untuk segera menguasai tempat ini.

Ares dan Eirene duduk berhadapan di meja makan berlapis kristal, Eirene tersenyum hangat menatap Athena.

Sedangkan pria itu tak acuh dengan keberadaan Athena yang menghidangkan makan malam untuknya. Tidak ada raut keberatan di wajah gadis itu, dia seakan senang menjalani perannya sebagai pelayan.

"Makanan apa ini?" Tanya Ares, ia menatap Afiara, kepala pelayan istana.

"Itu pizza, makanan di daerahku. Coba saja kau pasti suka." Athena tersenyum manis, menjadi istri yang baik ternyata tidak sesulit yang ia pikirkan.

Prankk

Senyum Athena luntur ketika Ares dengan sengaja menjatuhkan pizza yang ia buat. Athena meremas pakaiannya menatap Ares tajam. Ia membenci orang-orang yang membuang makanan seperti itu, apalagi makanan yang ia buat dengan susah payah.

"Bereskan, lain kali jangan membuat makanan yang tidak ku sukai." Tatapan Ares beralih pada Athena, ia menatap bola mata gadis itu sembari membisikkan sesuatu di dalam hati.

Athena berusaha sabar, ia berjongkok memungut pizza yang dibuang Ares. Namun sebelum ia menyentuhnya Ares lebih dulu menendang piring pizza itu.

Athena sontak berdiri, kesabaran setipis tisu miliknya tak bisa ia kendalikan lagi. Athena lantas menggebrak meja lalu menumpah segelas air pada makanan yang disiapkan koki istana.

"Aku susah payah membuatnya lalu dengan entengnya kau menginjak makanan yang telah kubuat? Kau pikir dirimu Raja?!" Athena merapikan bajunya merasa salah bicara.

Athena berusaha menetralkan emosinya. "Kau memang Raja, tapi kau pun tidak pantas merendahkanku!" Athena memandang para pelayan yang kebingungan menatapnya. "Apa kalian sudah terbiasa di tindas oleh Raja bajingan ini? Dasar brengsek! Ku tantang kau di ranjang!"

Athena berbalik kemudian berjalan meninggalkan ruang makan. Tidak perduli dengan tatapan aneh penghuni istana, ia memilih untuk pergi daripada kelepasan menampar adik kecil milik Ares.

Namun langkahnya dihentikan oleh panggilan Ares.

"Kau tidak boleh pergi sebelum diperintahkan." Ares yang sedari tadi hanya mendengar ocehan Athena sembari memakan pizza membuka suara.

Athena berdecak kesal, "aku memang pelayan tapi tugasku hanya untuk melayanimu di atas ranjang!" Athena kembali melangkah dengan bibir yang terus mengoceh di sepanjang perjalanan.

Suara Athena menggema di ruangan. Mereka yang mendengarnya sontak menganga syok dan malu.

Penyihir dingin dengan beribu martabat membicarakan hal intim di depan banyak orang.

Eirene menatap Ares. "Apa yang terjadi dengan Athena?" Tanya gadis itu kebingungan namun tetap anggun dengan mahkota permata merah di kepalanya.

"Aku memberinya sedikit ilusi," pangkas Ares tak ingin memberi penjelasan lebih.

Eirene mengangguk paham. "Sepertinya Athena memang tidak mengingat apapun, dia bahkan tidak bisa membedakan ilusi. Padahal dia sendiri yang menciptakan dunia ilusi saat kedua orang tuanya meninggal."

Ares tak merespon, ia menghabiskan pizza Athena hingga tak tersisa.

Ares tidak ingin membaginya dengan siapapun begitu pula dengan bagian pizza yang gosong, Ares memakan semuanya bak sedang kelaparan. Setelah selesai Ares keluar dari ruang makan menuju tempat pribadinya.

Athena sudah jauh berbeda, di kehidupan sebelumnya gadis itu tidak pernah membuka suara dan mengeluarkan emosinya kecuali saat sedang membaca mantra maupun saat membahas sihir ciptaannya tapi kini ia bahkan tidak bisa membedakan ilusi sekecil itu.

Athena menyelimuti diri dari ujung kaki hingga ujung kepala.

Dari tadi gadis itu mendumel karena emosi yang tak kunjung mereda, padahal seharusnya saat ini Athena menjalankan rencananya untuk naik ke ranjang Ares dan membuat adik kesayangannya mengeras sekalian mencairkan hati iblis yang sudah menghina pizza buatannya.

Athena membuang selimutnya sembarangan membuat para pelayan lain sontak memasang kuda-kuda takut Athena mengeluarkan sihirnya.

"Sial! Aku tidak bisa tidur di atas ranjang buluk, lapuk tak terurus seperti ini!" Geram Athena membuat yang lain menutup telinga karena suara cempreng Athena hampir menghancurkan gendang telinga.

Athena menatap pelayan pribadinya. "Afiara! Bisakah kau mengantarku ke kamar Ares? Aku akan membuatnya mendesah hingga seluruh penjuru istana mendengarnya."

"Tentu saja," jawab Afiara dengan segera, ia tidak ingin Athena mengatakan hal yang lebih vulgar lagi. Bisa-bisa teman kamarnya akan terkena virus mesum.

Afiara menarik lengan Athena keluar dari kamar. Sungguh ia tak tahan mendengar perkataan Athea. Jangan sampai harga dirinya sebagai pelayan pribadi hancur karena majikannya sendiri.

Afiara mengantar Athena ke lorong kamar Ares. Para pelayan mengatakan bahwa hubungan Ares dan Eirene hanya sebuah formalitas. Selama ini mereka sekedar menjalankan peran sebagai Raja dan Ratu.

Jarak kamar mereka terpisah jauh. Bahkan penghuni istana jarang mendengar mereka berbincang satu sama lain. Apalagi Ares sibuk memperkuat elemen dan sihirnya hingga mereka benar-benar terlihat seperti orang asing yang tinggal dalam satu rumah.

"Sebaiknya-"

"Ssttt! Nanti Ares mendengar ucapanmu, dia punya sihir bukan? Telinganya pasti bisa membesar seperti gajah dan mendengar ucapan mesummu." Athena berbisik kecil berencana untuk mengagetkan pria itu.

"Bukannya kau yang-"

"Diamlah Afiara, tinggalkan aku." Afiara tersenyum pasrah, ia meninggalkan Athena yang masih berdiri di depan pintu kamar Ares. Lain kali ia tidak akan menasehati Athena lagi.

"Tunngu. Bukankah mengangkang adalah tugas seorang istri?" batin Athena.

Sebuah ide muncul di kepalanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status