Share

Bab 58: Dokter yang Menghilang

Penulis: Geanna Kim
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-25 23:53:59

Jake Menghilang di Rumah Sakit

Teo mendengarkan laporan Aarav dengan hati-hati di dalam mobil yang mengikuti ambulans Jake. "Ambulans menuju rumah sakit terdekat," kata Aarav melalui sambungan telepon. "Aku sudah menghubungi pihak rumah sakit untuk memastikan keamanan."

Nick, yang duduk di sebelah Teo, memotong. "Aku punya firasat buruk tentang ini. Jika Jake punya koneksi di rumah sakit, dia pasti akan memanfaatkan situasi ini."

Teo mengangguk, merasa gelisah. "Jake tidak pernah melakukan sesuatu tanpa rencana. Kita harus siap menghadapi apa pun."

Mereka mengikuti ambulans dengan jarak yang cukup agar tidak mencurigakan. Namun, tak lama setelah ambulans tiba di rumah sakit, Nick memperhatikan sesuatu yang aneh. "Lihat itu," katanya, menunjuk ke arah ambulans yang keluar dari area rumah sakit hanya beberapa menit setelah Jake diantarkan ke UGD.

Nick langsung membuka pintu mobil. "Aku akan memeriksa ke UGD. Tunggu di sini, Teo."

Kekacauan di UGD

Nick berlari ke UGD dengan cepat, menyib
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia   Bab 59: Vila yang Identik

    Nick mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi, menyalip kendaraan lain di jalanan yang penuh lalu lintas. Di kursi penumpang, Teo menggenggam erat gagang pintu, perasaan kacau melanda pikirannya. "Kita seharusnya berada di vila Viper sekarang. Kita sudah kehilangan momentum," gumamnya, frustasi.Aarav, yang duduk di kursi belakang, menepuk pundaknya dengan tenang. "Tenang, Teo. Aku sudah mengirim pasukan elit polisi ke vila Viper. Mereka akan menangani itu. Fokus kita sekarang adalah mengejar dokter ini. Jika dia ada hubungannya dengan Viper, dia mungkin kunci untuk membuka informasi lebih besar."Teo mengangguk, mencoba menenangkan dirinya meskipun kegelisahan masih menyelimuti hatinya.Berbekal data dari tim polisi yang melacak ponsel dokter itu, mereka akhirnya mendapatkan lokasi pasti: dokter tersebut sedang dalam perjalanan menuju vila yang diketahui sebagai salah satu tempat persembunyian Viper."Dia menuju vila Viper?" Nick menatap Aarav dengan ekspresi terkejut. "Apa ini keb

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia   Bab 60: Petunjuk yang Ditinggalkan Tarwin

    Aarav berdiri di depan pintu rahasia yang baru ditemukan di vila kedua, ekspresinya tegang. Anggota tim polisi elit sedang sibuk menyisir lorong gelap yang berakhir di area luar vila, dikelilingi pepohonan lebat.“Dia pasti kabur lewat sini,” Aarav bergumam sambil mengamati bekas jejak ban di tanah basah. “Kejar dia! Cari apa pun yang dia tinggalkan,” perintahnya dengan nada tegas.Tim bergerak cepat, menyisir setiap inci area sekitar. Nick dan Teo berdiri di dekat Aarav, mencoba membaca situasi. Nick mengamati jejak ban yang terlihat baru.“Dia tidak jauh. Jejaknya masih segar,” ujar Nick sambil menunjuk pola ban yang khas.Teo mengangguk. “Tapi dia terlalu licik untuk hanya meninggalkan ini. Kita butuh petunjuk lebih konkret.”Tak lama, salah satu anggota tim memanggil Aarav. “Pak, kami menemukan sesuatu.”Di tangannya, terlihat sebuah saputangan kecil yang tampak sengaja dijatuhkan. Aarav mengambilnya dengan hati-hati, membuka lipatannya, dan menemukan sebuah suntikan kecil berisi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia   Bab 61: Teo Menguasai Eldar & Co

    Aarav duduk di depan Viper di ruang interogasi, matanya tajam memandang pria yang selama ini menjadi bayang-bayang kejahatan yang tak tersentuh. Viper, yang awalnya keras kepala, mulai menyerah di bawah tekanan Aarav. Setelah beberapa jam yang melelahkan, ia akhirnya membuka mulut.“Gideon,” gumam Viper dengan nada lelah. “Dia datang ke vila. Dia bicara soal dendamnya pada Teo. Dia bilang ingin menghancurkan dia, perlahan.”Aarav mengerutkan kening. “Apa yang Gideon rencanakan?”Viper tersenyum tipis, seperti menikmati ironi situasinya. “Dia bilang dia akan menggunakan apa pun yang dia punya untuk menghancurkan Teo, termasuk... perusahaan itu, Eldar & Co.”Aarav melaporkan informasi itu kepada Teo. Mendengar nama Gideon dan Eldar & Co, Teo hanya mendesah panjang, wajahnya datar namun penuh tekad. “Sudah waktunya aku mengakhiri ini,” katanya sambil melangkah keluar ruangan, telepon di tangannya siap menghubungi penasihat keuangannya.Eldar & Co adalah perusahaan keluarga Gideon yang ki

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia   Bab 62: Penyamaran Teo di Solar Eclipse

    Ketika Gideon duduk berhadapan dengan Bara dan Eric di lounge eksklusif sebuah hotel bintang lima, suasana tegang menyelimuti ruangan itu. Bara, seorang pengusaha sukses yang memiliki pengaruh besar di dunia hiburan, mengangkat alisnya penuh tanya. Gideon tersenyum tipis, memanfaatkan momen hening untuk menyusun kata-kata yang akan memicu reaksi besar."Kalian tahu, Teo bukan sekadar pemain biasa di dunia klub malam ini," Gideon memulai dengan nada tenang namun penuh tipu muslihat. "Dia punya rencana besar, dan sayangnya, rencana itu tidak melibatkan kalian."Bara menyilangkan tangannya, sorot matanya tajam. "Apa maksudmu? Teo sudah berkomitmen untuk investasi ini. Aku sudah melihat angka-angkanya, dan semuanya terlihat menguntungkan."Gideon menyeringai licik. "Angka-angka memang tidak pernah berbohong. Tapi bagaimana jika aku katakan bahwa di balik itu semua, dia berencana untuk mengambil alih? Klub, aset kalian, bahkan... reputasi kalian."Eric, yang duduk di sebelah Bara, mencondon

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia   Bab 63: Jaringan di Fidoria

    Clara mengetuk pintu apartemen sewaan Teo dan Nick dengan tangan gemetar. Wajahnya pucat, jelas terguncang. Saat pintu terbuka, Teo langsung memperhatikan kantong hitam besar yang ia bawa serta ekspresi cemas yang tak bisa ia sembunyikan."Clara?" Teo mengerutkan kening, suaranya dipenuhi kekhawatiran. "Kamu baik-baik saja?"Clara menatap Teo dengan mata yang hampir berkaca-kaca sebelum menggelengkan kepalanya. "Tidak, Teo. Aku tidak baik-baik saja. Seseorang mencoba membobol apartemenku malam ini."Nick muncul dari dalam, berhenti sejenak untuk mendengarkan. "Apa? Apa yang terjadi?"Clara menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. "Aku melihat pria berpakaian serba hitam mengintai di dekat apartemenku selama dua hari terakhir. Awalnya kupikir dia hanya orang yang lewat, tapi tadi malam... dia mencoba masuk. Aku mendengar suara pintu digedor dan akhirnya, kunci pintu jebol. Untung aku sudah lari sebelum mereka berhasil masuk."Teo mengepalkan tangan. "Bara pasti sudah mulai b

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia   Bab 64: Benih Cinta yang Mekar

    Teo mengetuk pintu kamar rumah sakit dengan hati-hati, memastikan dirinya tidak mengejutkan Julia yang sedang berjuang melawan trauma. Suasana di ruangan itu sunyi, hanya terdengar suara monitor detak jantung yang sesekali berbunyi. Julia duduk di tepi ranjang, memeluk lututnya dengan tatapan kosong mengarah ke jendela."Julia," panggil Teo pelan, langkahnya mendekat dengan penuh kehati-hatian. "Ini aku, Teo."Julia menoleh perlahan. Mata cokelatnya dipenuhi ketakutan dan kelelahan. "Teo..." suaranya nyaris tak terdengar, seperti bisikan yang nyaris hilang dalam udara.Teo menarik kursi ke samping ranjang dan duduk, memastikan posisinya setara dengan Julia agar ia merasa lebih nyaman. "Aku dengar kau sedang mengalami masa sulit. Aku di sini untuk membantu. Apa kau mau bercerita?"Julia menggigit bibirnya, ragu-ragu. Pandangannya sesekali beralih ke pintu, seperti khawatir seseorang akan mendengarkan mereka. Setelah beberapa saat, ia akhirnya membuka suara. "Aku merasa diawasi, Teo. Se

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia   Bab 65: Misi di Fidoria

    Malam di Fidoria terasa mencekam. Langit gelap tanpa bintang menggantung di atas kota, sementara Tarwin, Nick, dan Rhea berdiri di sudut jalan yang sepi. Rhea, dengan raut wajah penuh tekad, menunjuk ke arah bangunan tua yang tampak tak terurus di ujung gang sempit."Itu tempatnya," bisik Rhea. "Ruang bawah tanah ada di bawah gudang itu. Victor sering membawa gadis-gadis ke sana sebelum mereka dipindahkan ke lokasi berikutnya."Nick menatap bangunan itu dengan penuh perhatian, mencari kamera pengawas atau tanda-tanda pengamanan lainnya. "Ada sistem keamanan di sini? Penjaga?"Rhea mengangguk. "Ada beberapa pria bersenjata yang berjaga, tapi mereka sering lengah saat pergantian shift. Jika kita bergerak cepat, kita bisa masuk tanpa ketahuan."Tarwin mengecek kembali perlengkapan mereka—radio komunikasi kecil, senter, dan alat pembuka kunci elektronik. "Kita harus memastikan ini berhasil," katanya tegas. "Victor adalah kunci untuk menjatuhkan jaringan Bara di Fidoria. Jika kita menangka

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-27
  • Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia   Bab 66: Gudang Pendingin yang Mencekam

    Rhea berdiri terpaku di lorong gelap ketika suara langkah penjaga mendekat semakin dekat. Dengan napas tercekat, ia mengintip dari balik tembok. Dua pria berbadan besar memegang senter, mengarahkan cahaya ke setiap sudut."Hei, aku yakin tadi aku mendengar suara dari sini," kata salah satu dari mereka.Rhea menggigit bibirnya, jantungnya berpacu. Tidak ada waktu untuk berpikir panjang. Ia berlari secepat mungkin ke lorong lain, tubuhnya hampir tak terlihat di bawah bayangan. Melihat pintu terbuka di ujung lorong, ia meluncur masuk tanpa ragu dan menutup pintunya.Namun, begitu pintu tertutup, terdengar suara mekanis: klik. Lampu di atasnya menyala biru, menandakan sistem pengunci otomatis telah aktif. Rhea menoleh ke belakang, menemukan dirinya di dalam sebuah gudang pendingin besar, dipenuhi dengan rak-rak berisi kotak-kotak kayu.Ia mencoba membuka pintu, namun sia-sia. "Tidak! Tidak sekarang..." gumamnya, panik.Udara dingin mulai menusuk kulitnya. Rhea memeluk tubuhnya, berusaha t

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-27

Bab terbaru

  • Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia   Bab 87: Teo Akhirnya Pulih

    Di ruang interogasi yang sunyi, Samuel duduk terdiam, tangan diborgol ke meja besi yang dingin. Ia merasa seluruh tubuhnya berat, seolah dunia ini sudah jatuh padanya. Wajahnya penuh kecemasan, pikirannya kacau. Tidak ada lagi Jake yang bisa diandalkan, tidak ada lagi jalan keluar yang jelas.Pintu ruang interogasi terbuka, dan Aarav masuk dengan wajah serius. Tanpa berkata apa-apa, ia duduk di seberang Samuel, memandangnya tajam. Samuel menatapnya, mencoba membaca ekspresi di wajah pria itu. Tapi Aarav hanya diam, menyusun kata-kata."Aku tahu kau merasa terjebak, Samuel," akhirnya Aarav berkata, suara tenang namun penuh penekanan. "Tapi ini adalah kesempatan terakhirmu untuk menghindari hukuman yang lebih berat."Samuel menggigit bibir bawahnya, tak tahu harus berkata apa. Selama ini, ia selalu berusaha untuk bisa mengontrol segalanya, tapi kini ia berada dalam situasi yang benar-benar di luar kendalinya.Aarav melanjutkan, "Kau tahu bahwa Jake bukan orang yang bisa kau percayai. Ka

  • Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia   Bab 86: Penyelamatan Tak Terduga

    Samuel merasakan udara dingin yang menusuk tulang ketika mobil yang membawanya berhenti di depan sebuah vila mewah di tengah hutan. Kepalanya masih pening setelah melarikan diri dari kantor polisi, dan pikirannya dipenuhi tanda tanya. Bagaimana mungkin ia berhasil kabur secepat ini? Siapa yang mengatur semua ini?Pintu mobil terbuka, dan seorang pria bertubuh kekar menariknya keluar. "Masuk," perintah pria itu dengan suara berat.Samuel mengatur napasnya dan melangkah ke dalam vila. Interiornya mewah, dengan dinding kayu berukir dan lampu gantung kristal yang menerangi ruangan dengan cahaya keemasan. Namun, semua kemewahan itu tak mengalihkan perhatiannya dari sosok pria yang duduk dengan santai di kursi kulit berwarna hitam di tengah ruangan.Jake Arthur.Samuel terbelalak. "Jake?!"Jake tersenyum kecil. "Senang melihatmu lagi, Sam. Sudah lama sekali, ya?"Samuel tetap berdiri kaku, matanya tak lepas dari pria yang seharusnya masih berada di balik jeruji besi. "Bagaimana... bagaimana

  • Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia   Bab 85: Melarikan Diri

    Samuel duduk di kursi interogasi dengan tangan terborgol di depan meja baja dingin. Wajahnya tegang, keringat mulai mengalir di pelipisnya. Aarav dan Nick berdiri di hadapannya, menatapnya tajam. Pengacara Samuel duduk di sampingnya, sesekali berbisik dan menyuruhnya diam."Samuel, kita tahu semua permainanmu," Aarav memulai, suaranya penuh tekanan. "Kami sudah melacak rekeningmu, melihat transaksi mencurigakan, dan menghubungkan semua titik. Uang yang kamu dapatkan dari eksploitasi artis itu? Kami akan mengembalikannya ke pemiliknya."Samuel menggertakkan giginya, jelas tidak senang dengan kenyataan itu. "Kamu tidak bisa begitu saja menyita uangku! Aku bekerja keras untuk itu!"Nick tertawa sinis. "Kerja keras? Maksudmu, memanfaatkan orang lain, memperlakukan mereka seperti barang dagangan, dan meraup keuntungan dari penderitaan mereka? Itu bukan kerja keras, itu kejahatan."Samuel menatap Nick dengan penuh kebencian. "Kau pikir kau lebih baik dariku, Rayson? Aku tahu siapa kau. Mant

  • Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia   Bab 84: Interogasi yang Rumit

    Aarav duduk di seberang Samuel di ruang interogasi yang remang-remang. Tangannya bertaut di atas meja, ekspresi wajahnya dingin namun penuh kewaspadaan. Di sampingnya, seorang petugas mencatat setiap kata yang diucapkan. Sementara itu, Samuel duduk dengan santai, menyandarkan tubuhnya ke kursi, seolah-olah ia tidak merasa terancam sama sekali."Samuel," Aarav memulai dengan suara tenang namun penuh tekanan, "Kami sudah punya cukup bukti yang mengarah kepadamu dalam kasus percobaan pembunuhan Teo. Mobil yang digunakan dalam tabrakan itu ditemukan di rumahmu. Jejak lumpur di mobilmu sama persis dengan lumpur di lokasi kecelakaan. Apa kau masih mau menyangkal?"Samuel mengangkat bahunya dengan santai. "Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan. Mobil itu memang ada di rumahku, tapi siapa pun bisa menggunakannya. Bisa saja ada orang lain yang mengambilnya tanpa sepengetahuanku."Aarav terkekeh sinis. "Itu alasan yang buruk. Kami juga menemukan rekaman CCTV di kafe tempat kau mampir sebelum ke

  • Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia   Bab 83: Bantuan dari Julia

    Julia duduk di tepi tempat tidur rumah sakit Teo, tangannya masih gemetar setelah mendengar kabar buruk itu. Nick berdiri di dekat jendela, matanya mengamati langit yang mulai gelap. Aarav, yang baru kembali dari penyelidikannya, melangkah masuk dengan ekspresi serius.“Samuel bukan orang baik, Aarav,” kata Julia tiba-tiba, suaranya nyaris berbisik.Aarav mengalihkan perhatiannya kepadanya. “Apa maksudmu?”Julia menghela napas, menatap Teo yang masih terbaring lemah di tempat tidur. “Dia terlibat dalam eksploitasi artis. Aku tahu karena aku hampir menjadi korbannya.”Nick dan Aarav saling bertukar pandang. Nick akhirnya mendekat dan bertanya, “Apa yang sebenarnya terjadi, Julia?”Julia menelan ludah, mengingat kembali pengalaman buruk itu. “Dulu, sebelum aku mencapai puncak karierku, ada satu masa ketika aku diajak menghadiri acara eksklusif yang diselenggarakan oleh orang-orang berpengaruh di industri hiburan. Aku diberi tahu bahwa acara itu bisa membantuku mendapatkan lebih banyak p

  • Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia   Bab 82: Tersangka Utama

    Julia bergegas memasuki rumah sakit dengan wajah panik. Napasnya tersengal-sengal setelah berlari dari tempat parkir. Ia hampir tidak bisa percaya ketika Nick menelepon dan memberitahunya bahwa Teo mengalami kecelakaan parah dan harus menjalani operasi akibat pendarahan di otak. Julia menggenggam erat ponselnya, tangannya gemetar saat mencoba mencari tahu di mana Teo dirawat.Nick yang sudah menunggunya di lobi segera menghampiri Julia."Julia... akhirnya kamu datang," kata Nick dengan suara lembut, berusaha menenangkan.Julia menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Teo... bagaimana kondisinya? Apa dia baik-baik saja?"Nick menghela napas panjang. "Dokter bilang operasinya berjalan lancar, tapi dia masih belum sadar. Kita hanya bisa menunggu."Julia merasa jantungnya mencelos. Ia menutup mulutnya dengan tangan, berusaha menahan tangis. Ia kemudian berjalan menuju ruang ICU di mana Teo dirawat. Melihat Teo terbaring dengan wajah pucat, selang infus menancap di lengannya, dan alat bantu m

  • Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia   Bab 81: Penahanan Samuel

    Aarav berdiri di tengah jalan yang sepi, tatapannya tajam menyapu setiap detail yang ada di sekitar TKP. Udara malam terasa dingin, tetapi otaknya terus bekerja dengan panas, menyusun potongan-potongan teka-teki yang baru saja ia temukan. Lampu-lampu jalan remang-remang, memberikan penerangan yang nyaris tidak berguna. Senter di tangannya menjadi satu-satunya alat yang bisa membantunya menemukan jejak lebih lanjut.Ia berjongkok dan kembali mengamati bekas ban di aspal. Hanya ada satu jejak pengereman, jelas berasal dari mobil Teo yang berusaha menghindari tabrakan. Namun, tidak ada tanda-tanda bahwa mobil pelaku mencoba mengerem sebelum benturan terjadi. Ini semakin menguatkan dugaannya bahwa kejadian ini bukan kecelakaan biasa.Aarav berdiri dan mengamati lebih jauh. Tidak ada kamera CCTV di sekitar, yang berarti pelaku sudah memperhitungkan lokasi ini sebagai tempat yang aman untuk melakukan aksinya. Ia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Tarwin.“Tarwin, aku di TKP sekarang. In

  • Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia   Bab 80: Penyelidikan Detektif Aarav

    Aarav berdiri di tengah jalan yang sepi, tatapannya tajam menyapu setiap detail yang ada di sekitar TKP. Udara malam terasa dingin, tetapi otaknya terus bekerja dengan panas, menyusun potongan-potongan teka-teki yang baru saja ia temukan. Lampu-lampu jalan remang-remang, memberikan penerangan yang nyaris tidak berguna. Senter di tangannya menjadi satu-satunya alat yang bisa membantunya menemukan jejak lebih lanjut.Ia berjongkok dan kembali mengamati bekas ban di aspal. Hanya ada satu jejak pengereman, jelas berasal dari mobil Teo yang berusaha menghindari tabrakan. Namun, tidak ada tanda-tanda bahwa mobil pelaku mencoba mengerem sebelum benturan terjadi. Ini semakin menguatkan dugaannya bahwa kejadian ini bukan kecelakaan biasa.Aarav berdiri dan mengamati lebih jauh. Tidak ada kamera CCTV di sekitar, yang berarti pelaku sudah memperhitungkan lokasi ini sebagai tempat yang aman untuk melakukan aksinya. Ia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Tarwin.“Tarwin, aku di TKP sekarang. In

  • Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia   Bab 79: Kecelakaan yang Mengubah Segalanya

    Mobil Teo melaju dengan kecepatan stabil di jalanan Eldorisia yang masih basah oleh hujan semalam. Di kursi belakang, Nick duduk diam, wajahnya muram memandangi layar ponselnya yang dipenuhi notifikasi dari berbagai media yang memberitakan tentang dirinya. Di sampingnya, Aarav memeriksa beberapa dokumen yang akan mereka diskusikan dengan tim hukum dari Firma Hukum Eden. Situasi semakin rumit, dan satu-satunya cara untuk menyelamatkan Nick adalah dengan strategi hukum yang tepat.Namun, di tengah perjalanan menuju kantor polisi, tiba-tiba sebuah mobil hitam melaju kencang dari arah berlawanan dan berhenti mendadak di depan mobil Teo. Pengemudi mobil Teo menginjak rem dengan keras, membuat mobil berhenti mendadak. Belum sempat mereka menyadari apa yang terjadi, pintu mobil bagian Teo terbuka dengan kasar, dan seseorang menariknya keluar."Teo!" seru Nick dan Aarav hampir bersamaan.Teo tersentak ketika melihat siapa yang menyerangnya—Samuel. Manajernya berdiri di depannya dengan wajah m

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status