“Natalie Arnie tewas?” Kinan malah teralihkan dengan berita kematian Natalie.Rupanya Kinan juga tidak mendengarkan berita. Sama seperti Teo, ia juga sibuk mencari jalan lain untuk menemukan Julia. Teo sudah kembali tenang dan mampu mengatur napasnya.“Jangan teralihkan dengan berita Natalie,” kata Teo yang kini sudah duduk di kursi kerjanya. “Aku butuh tim forensik datang ke ruang penyimpanan wine di studioku. Kurasa inilah TKP penyekapan dan penyiksaan Julia.”“Penyiksaan?” Kinan makin panik. “Apakah Tuan menemukan tanda-tanda penyiksaan?”Teo makin meradang ketika ia kembali teringat dengan ruang rahasia itu. Bercak darah yang Teo temukan di bawah pintu memperjelas kecurigaan Teo bahwa Julia disiksa.“Ini dugaanku, tapi aku cukup yakin,” jawab Teo sembari menghela napas. “Tadi aku menemukan bercak darah di bawah pintu TKP itu. Aku tidak yakin apakah itu darah Julia atau bukan, tapi—”“Aku mengerti. Tenang diri saja, Tuan. Aku akan datang bersama detektif.” Kinan berusaha tetap tena
“Apa yang kau tahu?” tanya Jake dengan nada gamang.Teo hampir tidak bisa menahan tawanya membuncah. Ia mengeratkan jari-jarinya di kerah kemeja Jake. Pria itu tidak berkutik, terutama saat Teok tersenyum dan menunjukkan gigi-giginya yang saling beradu seolah menaham amarah.“Kau dan Gideon adalah dalang di balik kematian Natalie.”Tepat setelah Teo mengatakan hal itu, Jake mengembuskan napas yang sedari tadi ditahannya. Ia pun melepaskan cengkeraman Teo dengan kasar.“Sial! Kupikir apa,” sahut Jake seraya meminum kembali alkoholnya. “Kupikir kau curiga kalau aku mengambil banyak wanita di klub tanpa persetujuanmu.”Teo makin ingin tertawa keras-keras karena Jake tidak mengakui rahasia kejinya. Padahal Teo hampir berhasil menelanjangi wajah asli Jake. Harus ia akui kalau Jake memang aktor yang sangat berbakat dan alami. Alih-alih gugup, pria itu bisa mencari alibi lain dalam waktu singkat.“Ambil saja,” kata Jake seraya duduk di sofa depan Jake. “Aku tidak tertarik pada wanita selain
Peringatan terakhir yang Teo lemparkan ke wajah Jake sukses membuat iblis itu terkesiap. Jake bahkan berlari mengikutinya yang berjalan keluar dari ruangan VIP. Namun, Nick sudah datang dan Jake tidak bisa berkutik. Jake tidak bisa menyerang Teo dengan kata-kata makian saat Nick ada di sebelah tuannya.“Kau datang tepat waktu, Nick. Tadinya aku mau menyuruhmu mengurus orang ini.”Teo melirik Jake yang hanya bisa berdiri kaku di ambang pintu yang terbuka lebar. Nick, pria kekar yang merupakan lulusan dari akademi tentara itu memfokuskan atensinya ke dalam ruangan VIP yang berantakan. Aroma alkohol menguar begitu kuat dan Nick langsung mematang tatapan tajam.“Jangan sampai terluka, Tuan. Nona Julia belum kembali. Tuan harus kuat di saat seperti ini,” kata Nick memecah hening dan ia pun mengikuti Teo keluar dari lorong gelap itu menuju area utama.Jake masih tak bersuara. Dengan rahang yang mengeras, Jake terpaksa melepas Teo pergi dengan sejuta pertanyaan yang tertinggal di benaknya.“A
“Tuan tampak sangat kecewa. Bukankah Tuan bilang tidak ingin berurusan lagi dengan klub Solar Eclipse.” Teo menyindir dan kini memberanikan diri melangkah ke sisi Gideon. “Apakah Tuan masih ingin terlibat dalam urusan klub, tapi berniat cuci tangan dari kasus Natalie Arnie?”Sindiran Teo bagaikan tamparan keras yang membuat Gideon tersudutkan. Dirinya hanya diam dan mematung sembari mendengarkan Teo membicarakan barang-barang terlarang yang diimpor dari Taiwan.Tidak ada kata lain yang terlintak dalam benar Gideon selain satu kata ini: kerugian.“Kau benar-benar tidak ingin mempertimbangkan tawaranmu lagi?” Gideon bernegosiasi karena ia yakin akan menderita kerugian besar.Teo sengaja mengulur waktu dengan membaca dokumen rahasia Eldar & Co dan memasang wajah pucat. Gideon menelan ludah lamat-lamat. Tadi ia sudah menghitung gambaran besar dari kerugian yang akan diterimanya jika menerima tawaran Teo. Barang-barang terlarang dari Solar Eclipses tidak mudah didapatkan dari klub lain. Gi
Teo menyapa Nick Rayson, pengawal pribadinya yang sangat setia. Di tengah jadwal Nick yang padat karena harus mencari kelemahan dan dokumen rahasia Eldar & Co, pria itu masih sempat menemaninya. Nick yang selalu memakai kacamata hitam seperti agen FBI itu kini nyaris tertidur di dalam mobil SUV-nya. Teo mengetuk kaca mobil dan memberikan kabar bahagia.“Gideon menerima tawaranku.” Teo menyapa Nick dengan satu kalimat.Meski hanya satu kalimat, tapi Nick langsung bergairah. Teo belum pernah melihat Nick yang selalu bertingkah agak kaku tiba-tiba tersenyum secerah itu.“Itu kabar yang sangat luar biasa. Sekarang apa yang akan Tuan lakukan?” tanya Nick saat Teo duduk di sebelahnya.“Aku ingin memakai Gideon dan Eldar & Co sebagai bonekaku,” kata Teo tegas. “Aku hanya ingin menghentikan semua kejahatan di klub.”Nick terdiam cukup lama. Matanya yang terbiasa mengamati wajah para penjahat di penjara bawah tanah itu langsung menatap Teo dalam-dalam. Teo Andersen yang ia kenal tidak seperti
Teo memberikan selembar foto itu kepada Nick yang masih menatapnya dengan tatapan penuh tanya. Foto itu membingkai sosok pria berusia 36 tahun yang tersenyum cerah. Berbeda dengan senyumnya yang terlihat jenaka, ada kejeniusan yang bersembunyi di balik parasnya yang menawan. Sorot matanya memperlihatkan sinar ketegasan dan begitu kontras dengan kacamata bergaya sederhana yang dipakainya.Pria itu adalah Profesor Agasa Bahran, ahli hukum jenius yang akan memangku jabatan menteri di masa depan.“Terus terang, aku tidak tahu siapa dia,” gumam Nick yang masih memandangi foto pemberian Teo. “Apa dia orang yang berharga untuk Tuan?”“Bisa dibilang begitu,” kata Teo menanggapi dengan malu-malu. “Orang ini sangat jujur dan tegas dengan prinsip hukum. Ia adalah sosok yang dapat dipercaya dan diandalkan saat situasi bertambah sulit.”Nick masih bingung dengan pernyataan Teo. Pria di dalam foto tidak tampak seperti mata-mata atau agen rahasia seperti dirinya. Pria itu memakai kemeja putih yang t
“Lima belas menit lagi aku akan berangkat ke Fidoria,” kata Nick di ujung telepon.“Penerbangan pukul sepuluh pagi dan kemungkinan memakan waktu hingga 14 jam. Tuan tidak perlu mencemaskan misiku di sana. Fokus saja pada Nona Julia dan penyelidikan lanjutan bersama detektif itu,” sambung Nick yang justru terdengar lebih cemas dari Teo.“Tentu saja, aku percaya padamu,” sahut Teo yang saat ini tengah mengangkut senjata api dari rak dan memindahkanya ke sebuah peti.“Aku sudah ahli dalam hal ini, bahkan rasanya memuaskan saat akhirnya menyamar kembali setelah belasan tahun menjadi pengawal pribadi.” Nick melanjutkan sembari terkekeh-kekeh.Namun, suara Nick terdengar agak samar karena pria itu tengah berada di area tunggu bandara. Kebisingan yang tak terhindarkan hampir menginterupsi percakapan mereka. Suara roda trolley yang didorong sekuat tenaga, ketukan langkah kaki, pembicaraan yang penuh tawa, hingga alunan musik dari radio. Teo rasanya ingin melarikan diri ke sana dan berhenti te
“Kau yakin?” tanya Dokter Bram yang seakan tak percaya mendengar Detektif Aarav menyebut nama Jake Arthur.“Pelakunya adalah orang yang dekat dengan Tuan Teo dan Nona Julia,” lanjut Aarav sembari berjalan menyisir area TKP. “Pelakunya mengenal ruangan rahasia ini dan menjadikannya tempat penyekapan. Tentu saja, pelaku sangat mengenal Tuan Teo. Namun, pelaku tidak akan langsung dicurigai karena alibi yang sempurna dan kedekatannya dengan Tuan Teo.”“Lantas, apa yang membuatmu curiga?” Dokter Bram mengajukan pertanyaan sembari melepas tudung APD dan mengamati Aarav yang mondar-mandir.“Tidak ada alibi yang sempurna,” kata Aarav sembari menyunggikan senyum. “Seperti kata Anda, pelakunya memang cerdik. Ia sengaja memakai topeng dan berpura-pura mendukung Tuan Teo. Alhasil, ia bisa bolak-balik masuk ke rumah ini dan mungkin saja menyusup ke ruangan ini.”“Hipotesis yang masuk akal,” puji Dokter Bram. “Aku tahu kau detektif berbakat dari unit polisi divisi kejahatan berat.”“Benar, aku Aara
Di ruang interogasi yang sunyi, Samuel duduk terdiam, tangan diborgol ke meja besi yang dingin. Ia merasa seluruh tubuhnya berat, seolah dunia ini sudah jatuh padanya. Wajahnya penuh kecemasan, pikirannya kacau. Tidak ada lagi Jake yang bisa diandalkan, tidak ada lagi jalan keluar yang jelas.Pintu ruang interogasi terbuka, dan Aarav masuk dengan wajah serius. Tanpa berkata apa-apa, ia duduk di seberang Samuel, memandangnya tajam. Samuel menatapnya, mencoba membaca ekspresi di wajah pria itu. Tapi Aarav hanya diam, menyusun kata-kata."Aku tahu kau merasa terjebak, Samuel," akhirnya Aarav berkata, suara tenang namun penuh penekanan. "Tapi ini adalah kesempatan terakhirmu untuk menghindari hukuman yang lebih berat."Samuel menggigit bibir bawahnya, tak tahu harus berkata apa. Selama ini, ia selalu berusaha untuk bisa mengontrol segalanya, tapi kini ia berada dalam situasi yang benar-benar di luar kendalinya.Aarav melanjutkan, "Kau tahu bahwa Jake bukan orang yang bisa kau percayai. Ka
Samuel merasakan udara dingin yang menusuk tulang ketika mobil yang membawanya berhenti di depan sebuah vila mewah di tengah hutan. Kepalanya masih pening setelah melarikan diri dari kantor polisi, dan pikirannya dipenuhi tanda tanya. Bagaimana mungkin ia berhasil kabur secepat ini? Siapa yang mengatur semua ini?Pintu mobil terbuka, dan seorang pria bertubuh kekar menariknya keluar. "Masuk," perintah pria itu dengan suara berat.Samuel mengatur napasnya dan melangkah ke dalam vila. Interiornya mewah, dengan dinding kayu berukir dan lampu gantung kristal yang menerangi ruangan dengan cahaya keemasan. Namun, semua kemewahan itu tak mengalihkan perhatiannya dari sosok pria yang duduk dengan santai di kursi kulit berwarna hitam di tengah ruangan.Jake Arthur.Samuel terbelalak. "Jake?!"Jake tersenyum kecil. "Senang melihatmu lagi, Sam. Sudah lama sekali, ya?"Samuel tetap berdiri kaku, matanya tak lepas dari pria yang seharusnya masih berada di balik jeruji besi. "Bagaimana... bagaimana
Samuel duduk di kursi interogasi dengan tangan terborgol di depan meja baja dingin. Wajahnya tegang, keringat mulai mengalir di pelipisnya. Aarav dan Nick berdiri di hadapannya, menatapnya tajam. Pengacara Samuel duduk di sampingnya, sesekali berbisik dan menyuruhnya diam."Samuel, kita tahu semua permainanmu," Aarav memulai, suaranya penuh tekanan. "Kami sudah melacak rekeningmu, melihat transaksi mencurigakan, dan menghubungkan semua titik. Uang yang kamu dapatkan dari eksploitasi artis itu? Kami akan mengembalikannya ke pemiliknya."Samuel menggertakkan giginya, jelas tidak senang dengan kenyataan itu. "Kamu tidak bisa begitu saja menyita uangku! Aku bekerja keras untuk itu!"Nick tertawa sinis. "Kerja keras? Maksudmu, memanfaatkan orang lain, memperlakukan mereka seperti barang dagangan, dan meraup keuntungan dari penderitaan mereka? Itu bukan kerja keras, itu kejahatan."Samuel menatap Nick dengan penuh kebencian. "Kau pikir kau lebih baik dariku, Rayson? Aku tahu siapa kau. Mant
Aarav duduk di seberang Samuel di ruang interogasi yang remang-remang. Tangannya bertaut di atas meja, ekspresi wajahnya dingin namun penuh kewaspadaan. Di sampingnya, seorang petugas mencatat setiap kata yang diucapkan. Sementara itu, Samuel duduk dengan santai, menyandarkan tubuhnya ke kursi, seolah-olah ia tidak merasa terancam sama sekali."Samuel," Aarav memulai dengan suara tenang namun penuh tekanan, "Kami sudah punya cukup bukti yang mengarah kepadamu dalam kasus percobaan pembunuhan Teo. Mobil yang digunakan dalam tabrakan itu ditemukan di rumahmu. Jejak lumpur di mobilmu sama persis dengan lumpur di lokasi kecelakaan. Apa kau masih mau menyangkal?"Samuel mengangkat bahunya dengan santai. "Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan. Mobil itu memang ada di rumahku, tapi siapa pun bisa menggunakannya. Bisa saja ada orang lain yang mengambilnya tanpa sepengetahuanku."Aarav terkekeh sinis. "Itu alasan yang buruk. Kami juga menemukan rekaman CCTV di kafe tempat kau mampir sebelum ke
Julia duduk di tepi tempat tidur rumah sakit Teo, tangannya masih gemetar setelah mendengar kabar buruk itu. Nick berdiri di dekat jendela, matanya mengamati langit yang mulai gelap. Aarav, yang baru kembali dari penyelidikannya, melangkah masuk dengan ekspresi serius.“Samuel bukan orang baik, Aarav,” kata Julia tiba-tiba, suaranya nyaris berbisik.Aarav mengalihkan perhatiannya kepadanya. “Apa maksudmu?”Julia menghela napas, menatap Teo yang masih terbaring lemah di tempat tidur. “Dia terlibat dalam eksploitasi artis. Aku tahu karena aku hampir menjadi korbannya.”Nick dan Aarav saling bertukar pandang. Nick akhirnya mendekat dan bertanya, “Apa yang sebenarnya terjadi, Julia?”Julia menelan ludah, mengingat kembali pengalaman buruk itu. “Dulu, sebelum aku mencapai puncak karierku, ada satu masa ketika aku diajak menghadiri acara eksklusif yang diselenggarakan oleh orang-orang berpengaruh di industri hiburan. Aku diberi tahu bahwa acara itu bisa membantuku mendapatkan lebih banyak p
Julia bergegas memasuki rumah sakit dengan wajah panik. Napasnya tersengal-sengal setelah berlari dari tempat parkir. Ia hampir tidak bisa percaya ketika Nick menelepon dan memberitahunya bahwa Teo mengalami kecelakaan parah dan harus menjalani operasi akibat pendarahan di otak. Julia menggenggam erat ponselnya, tangannya gemetar saat mencoba mencari tahu di mana Teo dirawat.Nick yang sudah menunggunya di lobi segera menghampiri Julia."Julia... akhirnya kamu datang," kata Nick dengan suara lembut, berusaha menenangkan.Julia menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Teo... bagaimana kondisinya? Apa dia baik-baik saja?"Nick menghela napas panjang. "Dokter bilang operasinya berjalan lancar, tapi dia masih belum sadar. Kita hanya bisa menunggu."Julia merasa jantungnya mencelos. Ia menutup mulutnya dengan tangan, berusaha menahan tangis. Ia kemudian berjalan menuju ruang ICU di mana Teo dirawat. Melihat Teo terbaring dengan wajah pucat, selang infus menancap di lengannya, dan alat bantu m
Aarav berdiri di tengah jalan yang sepi, tatapannya tajam menyapu setiap detail yang ada di sekitar TKP. Udara malam terasa dingin, tetapi otaknya terus bekerja dengan panas, menyusun potongan-potongan teka-teki yang baru saja ia temukan. Lampu-lampu jalan remang-remang, memberikan penerangan yang nyaris tidak berguna. Senter di tangannya menjadi satu-satunya alat yang bisa membantunya menemukan jejak lebih lanjut.Ia berjongkok dan kembali mengamati bekas ban di aspal. Hanya ada satu jejak pengereman, jelas berasal dari mobil Teo yang berusaha menghindari tabrakan. Namun, tidak ada tanda-tanda bahwa mobil pelaku mencoba mengerem sebelum benturan terjadi. Ini semakin menguatkan dugaannya bahwa kejadian ini bukan kecelakaan biasa.Aarav berdiri dan mengamati lebih jauh. Tidak ada kamera CCTV di sekitar, yang berarti pelaku sudah memperhitungkan lokasi ini sebagai tempat yang aman untuk melakukan aksinya. Ia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Tarwin.“Tarwin, aku di TKP sekarang. In
Aarav berdiri di tengah jalan yang sepi, tatapannya tajam menyapu setiap detail yang ada di sekitar TKP. Udara malam terasa dingin, tetapi otaknya terus bekerja dengan panas, menyusun potongan-potongan teka-teki yang baru saja ia temukan. Lampu-lampu jalan remang-remang, memberikan penerangan yang nyaris tidak berguna. Senter di tangannya menjadi satu-satunya alat yang bisa membantunya menemukan jejak lebih lanjut.Ia berjongkok dan kembali mengamati bekas ban di aspal. Hanya ada satu jejak pengereman, jelas berasal dari mobil Teo yang berusaha menghindari tabrakan. Namun, tidak ada tanda-tanda bahwa mobil pelaku mencoba mengerem sebelum benturan terjadi. Ini semakin menguatkan dugaannya bahwa kejadian ini bukan kecelakaan biasa.Aarav berdiri dan mengamati lebih jauh. Tidak ada kamera CCTV di sekitar, yang berarti pelaku sudah memperhitungkan lokasi ini sebagai tempat yang aman untuk melakukan aksinya. Ia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Tarwin.“Tarwin, aku di TKP sekarang. In
Mobil Teo melaju dengan kecepatan stabil di jalanan Eldorisia yang masih basah oleh hujan semalam. Di kursi belakang, Nick duduk diam, wajahnya muram memandangi layar ponselnya yang dipenuhi notifikasi dari berbagai media yang memberitakan tentang dirinya. Di sampingnya, Aarav memeriksa beberapa dokumen yang akan mereka diskusikan dengan tim hukum dari Firma Hukum Eden. Situasi semakin rumit, dan satu-satunya cara untuk menyelamatkan Nick adalah dengan strategi hukum yang tepat.Namun, di tengah perjalanan menuju kantor polisi, tiba-tiba sebuah mobil hitam melaju kencang dari arah berlawanan dan berhenti mendadak di depan mobil Teo. Pengemudi mobil Teo menginjak rem dengan keras, membuat mobil berhenti mendadak. Belum sempat mereka menyadari apa yang terjadi, pintu mobil bagian Teo terbuka dengan kasar, dan seseorang menariknya keluar."Teo!" seru Nick dan Aarav hampir bersamaan.Teo tersentak ketika melihat siapa yang menyerangnya—Samuel. Manajernya berdiri di depannya dengan wajah m