"Kamu lagi apa, Ken?" tanya Nilam yang baru saja ke dapur ingin mengambil minum untuk Cindy.Sang putra langsung menoleh sesaat, kemudian kembali dengan aktivitasnya."Aku membuat susu untuk Rania. Sepertinya dia lupa belum meminumnya," jawab Kendrick tenang.Nilam melirik dus susu khusus untuk diminum wanita hamil. Dia terdiam sejenak memerhatikan putranya itu.Seperti layaknya seorang suami, Kendrick begitu telaten memerhatikan kondisi Rania dan bayi dalam kandungannya. Nilam menyadari betapa besar cinta Kendrick untuk Rania yang bahkan dia sendiri tidak tahu bagaimana perasaan wanita itu terhadap putranya.Namun, Nilam selalu berdoa untuk kebahagiaan mereka dan berharap cinta putranya akan bersambut suatu hari nanti.Kendrick menoleh ke arah Nilam yang sedang melamun. "Loh, kok malah melamun? Mama mau apa ke dapur?" tanyanya. Nilam segera sadar dari lamunannya. Dia menggelengkan kepalanya pelan, lalu tersenyum tipis."Mama mau ambil air minum buat keponakanmu. Katanya dia haus tap
Keesokan paginya, Rania mengejapkan mata ketika merasakan kehangatan di wajahnya yang disebabkan silau cahaya matahari yang masuk melalui celah jendela. Dia mengucak mata dan merenggangkan otot-ototnya yang kaku. Setelah itu, dia beranjak bangun.Rania terdiam beberapa saat di atas tempat tidur mengingat peristiwa semalam. Refleks, dia menoleh ke samping, melihat tempat tidur di sebelahnya yang nampak sudah kosong. Tanpa sadar, kedua sudut bibir wanita itu tertarik melengkung ke atas mengulas senyum yang tipis.Dia melihat jam. Waktu menunjukkan sudah pukul delapan pagi. Rania bergegas turun dari ranjang dan berjalan keluar dari kamar. Dia ingin mencari keberadaan pria yang menemaninya tidur semalam.Wanita hamil itu lupa, pagi ini Kendrick harus kembali ke Jakarta karena dia tidak bisa meninggalkan pekerjaannya begitu saja."Tante," gumam Rania.Langkahnya terhenti sejenak di ambang pintu dapur saat melihat Nilam sedang membuat sesuatu di sana.Wanita paruh baya itu langsung menoleh
Satu tahun berlalu.Rania sudah kembali ke Jakarta dan dia sudah siap untuk berperang merebut kembali perusahaan dan semua miliknya yang telah dicuri oleh Farhan dan Dinar. Sekarang dia sudah bekerja di salah satu perusahaan terbesar yang bekerja sama dengan perusahaan Farhan sebagai direktur utama.Rania juga sudah melahirkan seorang anak yang sangat tampan bernama Noah Keanu Xavier. Nama itu sengaja diberikan oleh Kendrick untuk putranya sebagai tanda sayang.Setelah menjalani hari-hari yang sangat sulit, akhirnya Rania bersedia membuka hati dan memberi kesempatan kepada Kendrick untuk menjadi ayah sambung putranya. Ya, walau pun saat ini mereka belum terikat pernikahan karena Rania ingin fokus membalas dendam dulu kepada Farhan dan Dinar. "Sayang kamu sama Bibi Lala dulu, ya. Mama harus berangkat kerja sekarang," ucap Rania kepada putranya yang baru berusia enam bulan.Rania memberikan Noah kepada Lalita karena pagi ini dia harus segera berangkat ke kantor."Sini sini, Noah sama bi
Dua pasang mata saling berpandangan, menatap satu sama lain dengan sorot yang sulit di artikan. Sekilas, bayangan kenangan yang berbeda berputar dalam benak masing-masing bagaikan sebuah kaset film di bioskop. Membawa mereka kembali pada cerita masa lalu untuk beberapa menit.Rania menghela napas panjang, dia yang lebih dulu memutus pandangannya dari Farhan dengan melihat ke arah lain."Bisa tolong tunjukkan di mana ruanganku berada?" tanya Rania dengan nada yang sangat tenang.Wanita itu bersikap seperti tak pernah terjadi apa pun di masa lalu antara dia dengan sang mantan suami. Dan sikapnya itu membuat Farhan penasaran akan kehidupan Rania selepas bercerai darinya. "Ah, ya," sahut Farhan yang baru saja menarik diri dari lamunannya.Suasana seperti saat ini terasa aneh bagi pria itu. Setelah cukup lama tidak pernah bertemu dan tidak pernah mendengar kabar, tiba-tiba mantan istrinya datang dengan sifat yang berbeda, dan tentunya penampilan Rania pun terlihat sangat berubah. Dia menj
"Tidak bisa. Ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Dia tidak di sini saja sikap Farhan sangat dingin apa lagi sekarang dia sudah kembali."Jemari Dinar mengepal erat. Rahangnya mengeras, geram dengan kehadiran Ramia kembali.Setelah pergi dari ruangan Farhan, dia bergegas untuk menemui Rania untuk memberikannya peringatan agar dia tidak mencoba merayu suaminya kembali.Dinar menerobos masuk ke ruangan Rania tanpa permisi, sehingga membuat si pemilik ruangan yang saat itu sedang berbicara dengan asisten barunya pun terkejut dengan kedatangannya secara tiba-tiba.Kedua alis Rania mengernyit dalam seraya menatap Dinar dengan tatapan datar. Dia menghentikan aktivitasnya, menyimpan dokumen yang sedang dia diskusikan dengan sang asisten lalu meminta rekan kerjanya itu untuk pergi dari ruangannya. "Katakan apa yang sedang kau rencanakan sekarang?!" ujar Dinar dengan nada sinis dan penuh penekanan."Apa maksudmu? Aku tidak mengerti apa yang sedang kau bicarakan sekarang," sahut Rania datar d
"Sayang ...."Rania memanggil putranya yang sedang dipangku oleh Lalita. Dia langsung berjalan menghampiri mereka yang sudah menunggu di depan pintu.Di belakangnya, Kendrick mengikuti dengan membawa semua barang belanjaan yang tadi mereka beli di supermarket.Rania hendak mencium pipi gembul Noah yang sudah memakai bedak. Sepertinya Lalita baru saja memandikan bayi itu, sehingga wanginya tercium menyegarkan hidung Rania"Jangan sentuh!"Refleks, niat Rania tertahan begitu mendengar suara larangan yang diucapkan oleh Kendrick. Padahal, dia sudah tidak sabar ingin segera memangku dan mencium anaknya itu."Cuci tangan dulu sampai bersih sebelum menyentuhnya. Kau ini bagaimana? Bukankah aku sudah sering memberi tahun kalau kulit anak seusia Noah itu sangat sensitif," ucap Kendrick sembari melayangkan tatapan penuh peringatan kepada Rania selama beberapa detik. Sesaat kemudian, pria itu bergegas memasuki rumah dengan membawa barang belanjaannya yang langsung disambut oleh asisten rumah t
Farhan berdecak kesal setelah menerima telepon dari seseorang. Dia yang sedang meeting dengan klien pun terpaksa harus mengakhiri pertemuan itu sebelum waktunya karena dia harus buru-buru pergi."Maaf, sepertinya saya harus menyudahi meeting ini. Saya baru saja mendapat telepon, istri saya sedang sakit," ucap Farhan beralasan istrinya sakit agar dia bisa segera mengakhiri pertemuan dengan klien. "Apa kita bisa melanjutkan lagi besok?" tanyanya kemudian."Baiklah kalau begitu, tidak apa-apa kita lanjutkan besok saja. Kesehatan istrimu lebih penting. Pergilah!" ucap pria paruh baya, calon klien Farhan.Pria itu sudah berpengalaman dalam berumah tangga, sehingga dia dapat mengerti dengan keadaan Farhan saat ini. Itu sebabnya dia mengizinkannya pergi dan akan melanjutkan meeting besok.Setelah berpamitan, Farhan pun bergegas pergi langsung menyusul Dinar di alamat yang si penelepon tadi berikan kepadanya. Begitu sampai di tempat tujuan, dia langsung membawa istrinya yang sedang dalam kead
"Dada, Papa. Dada ...."Rania melambaikan tangan mungil Noah ke arah Kendrick yang baru saja berpamitan akan berangkat kerja.Seulas senyum tipis terukir di bibir pria itu melihat dua orang yang sangat berarti dalam hidupnya. Kendrick mengulurkan tangan, mencubit pelan pipi gembul Noah lantas menciumnya gemas."Kamu baik-baik di rumah ya, gantengnya papa," ucap Kendrick yang dibalas senyum polos Noah. Bahkan anak itu mengangkat kedua tangannya berharap akan digendong oleh papanya."Eits, mau digendong ya?" Kendrick menggoda Noah sambil mencolek pipi gembulnya lagi. "Gendongnya nanti kalau papa sudah pulang kerja ya. Sekarang gendongnya sama Mama saja ya, Ganteng," ucap Kendrick sembari tersenyum manis.Namun, Noah malah menangis. Anak itu tidak mau berpisah dengan papanya. Oleh karena itu, Kendrick pun terpaksa mengurungkan niatnya sejenak, untuk menggendong dan menenangkan Noah dulu. Pemandangan pagi ini nampak terlihat sangat romantis dan membuat jiwa jomblo Lalita meronta-tonta me
Setiap sudut dari ruangan di dekor dengan sedemikian rupa hingga menimbulkan kesan tersendiri di saat mata menatap. Untaian bunga serta ornamen yang menyatu memperindah ruangan yang besar nan megah ini. Beberapa orang berpakaian rapi dan bagus mondar-mandir ataupun bercengkerama di kursi yang telah di sediakan. Tidak ada aura kesedihan ataupun aura buruk lainnya. Semuanya bergembira, tertawa, serta bersenda gurau. Mereka ikut bahagia atas acara bahagia yang sedang berlangsung. Muti yang menjadi salah satu orang yang bertanggung jawab atas pernikahan besar ini terlihat kewalahan melayani tamu serta beberapa masalah kecil yang timbul."Bu, ada masalah." Seorang pria bertubuh tinggi memakai pakaian berwarna putih yang dipadukan dengan rompi hitam datang menghampiri Muti dengan wajah yang berkeringat dan napas ngos-ngosan. Muti mengerutkan kening dan menatap ke arahnya. "Ada masalah apa?" tanya Muti. Pria tersebut terlihat kesusahan untuk mengatur nafasnya. Muti membiarkannya untuk me
Farhan sudah mendekam di balik jeruji besi setelah apa yang sudah dilakukannya. Setelah kehebohan mengenai Farhan yang masuk ke dalam jeruji besi, kini Rania mendapatkan ketenangan yang sudah lama tidak didapatkannya.Rasa takut akan kehilangan Noah setelah ancaman yang diberikan Farhan padanya sudah lenyap. Pengadilan telah memutuskan bahwa Rania memilki hak sepenuhnya atas Noah. Kendrick tidak pernah membiarkan Rania sendirian melewati hari-harinya yang rumit. Dirinya selalu berada di sebelah Rania hingga saat ini. Rania dan Kendrick mendatangi tempat di mana Dinar ditahan. Ada sesuatu yang ingin dijelaskan Rania pada Dinar."Kamu yakin bicara berdua saja dengan Dinar?" tanya Kendrick memegang bahu Rania sambil menatap matanya cemas.Rania tersenyum hangat sambil mengelus lengan Kendrick. "Tidak perlu khawatir, aku sudah siap dengan segala kemungkinan yang ada. Dinar harus tahu kebenarannya jika tidak ia akan terus menyalahkan orang yang salah."Kendrick menganggukan kepala sambil
Rania membaca setiap kata yang tertulis di berkas yang dia cari selama ini. Data manipulasi yang dilakukan Farhan hingga bernilai milyaran rupiah masuk ke dalam rekeningnya pribadi yang terletak di Swiss. Selama beberapa waktu ini, mereka menguras habis dana perusahaan juga membuat project gaib guna mengambil keuntungan dari itu. “Wah, aku enggak menyangka, pria bajingan ini bisa melakukan hal mengejikan seperti ini,” gumam Rania emosi. Lantas, dia beralih kepada layar komputer yang menampilkan tabel-tabel pendapatan dan pengeluaran setahun terakhir yang sangat berbeda. Angka pengeluaran 40% lebih besar daripada jumlah keuntungan yang masuk. Walaupun begitu, perusahaan masih stabil berkat dukungan dari investor juga pemegang saham yang memberikan dukungan penuh terhadap Farhan dan Dinar. Hingga tak ada angin yang bisa menggoyangkan tempat mereka. Tok ... tok ... tok! Rania menormalkan ekspresi wajahnya lalu menutup berkas-berkas tersebut. “Masuk,” teriaknya kemudian. Sang sekreta
Kendrick bertukar posisi dengan Rania dan Muti lalu menyuruh mereka untuk kembali pulang. Kendrick mempunyai kesempatan untuk menyusul Rania dan juga Muti saat Farhan berhenti di rest area. Saat ini mobil Kendrick masih berada di belakang mobil Farhan. Dirinya tidak melewatkan kesempatan sedikit pun untuk mengejar mobil Farhan yang melaju cukup kencang. "Ken, hati-hati. Kamu belum ada istirahat tapi langsung ke luar kota."Ya, sepanjang jalan Rania tidak mematikan panggilan teleponnya sekedar memastikan Kendrick sampai dengan selamat. Dirinya juga tidak berhenti berbicara mengajak Kendrick mengobrol."Kamu tidak perlu khawatir, aku baik-baik saja dan masih punya kekuatan untuk menyetir ke luar kota.""Tetap aja kamu harus hati-hati kalau capek istirahat sebentar. Kamu masih di tol atau udah keluar tol?" Kendrik melihat ke kanan dan kirinya yang dipenuhi oleh hutan. Bila dirinya mengatakan saat ini Kendrick melewati jalanan yang cukup sepi dan dikelilingi oleh pepohonan yang rimbun
Muti masih menemani Rania hingga wanita itu mulai berdamai dengan apa yang terjadi. Dirinya pun ikut membantu menjaga Noah dengan mengajaknya bermain atau sesekali menyuapinya walaupun Rania kerap kali menolak tawaran Muti yang ingin menjaga Noah karena tidak mau merepotkan wanita tersebut.Noah saat ini sudah tidur dan inilah saatnya Rania duduk santai bersama Muti di teras rumah sambil memandangi pepohonan kecil yang berada di taman depan rumah Rania. "Ran, Dinar sudah tertangkap apakah kamu akan mencari bukti untuk Farhan juga?" tanya Muti mengawali pembicaraan setelah beberapa saat lalu mereka hanya saling diam. Rania menoleh sekilas ke arah mutih lalu fokus kembali ke depan sambil tersenyum getir. "Dinar dan Farhan adalah sepaket, mereka selalu melakukan sesuatu bersama tidak mungkin hanya Dinar yang akan mendapatkan hukuman sementara Farhan berada di luar sana bebas berkeliaran. Bukankah jika aku biarkan ini terjadi akan termasuk ketidakadilan?"Muti mengangguk-anggukkan kepal
Kabar mengenai Dinar yang sudah ditetapkan sebagai tersangka sudah tersebar ke mana-mana, termasuk di perusahaan semua karyawan sudah mengetahuinya dan sedang membicarakan mengenai Dinar. Farhan yang merasa dirinya tidak aman, memutuskan untuk tidak tampil di depan publik karena ia tahu akan mendapatkan ribuan pertanyaan dan juga tuduhan yang mengarah kepadanya. Sebenarnya Farhan juga terkejut setelah mengetahui bahwa ternyata selama ini tidak hanya memanfaatkannya saja. Ia tidak tahu bahwa yang dilakukan oleh dinas selama ini memiliki motif tersendiri bukan hanya ingin mengejar harta. Farhan yang tidak tahu apa-apa hanya mengikuti apa yang rencanakan oleh Dinar sehingga dirinya mempunyai kemungkinan untuk terseret bersama wanita itu. "Selama ini ternyata Dinar memiliki dendam tersendiri kepada papa Rania dan aku tidak tahu sama sekali. Aku seperti boneka yang sedang dimainkan oleh Dinar untuk melancarkan rencana yang sudah disusunnya." Farhan mengerang kesal sambil menendang barang
Rania terduduk sambil menatap ke arah Dinar yang berhadapan dengannya. Tatapan Dinar seakan ingin mencengkeram Rania dan melahapnya. Mereka berdua sama-sama saling bertatapan tajam. Dinar yang tidak suka melihat Rania karena telah lebih unggul darinya, merenggut kewarasan ibunya walaupun ia menduga papa Rania yang melakukannya di mana tidak ada sangkut pautnya dengan Rania, serta membuat Farhan terus memikirkannya."Sampai kapan kamu menatapku seakan ingin memakanku hidup-hidup. Bukankah di sini akulah yang harus marah kepadamu yang berusaha membunuhku serta kejahatanmu terbukti telah merencanakan kecelakaan papaku?" tanya Rania dengan alis terangkat sebelah. Wanita itu berusaha untuk senang dan tidak tetap provokasi ke dalam keadaan. Tanpa diduga Dinar secara tiba-tiba tertawa lalu matanya menatap Rania horor. "Apakah kamu tidak bosan bersikap seolah kamulah yang paling menderita di sini?" tanya Dinar dengan senyum miringnya. "Aku tidak merasa melakukannya untuk apa bosan? Bukankah
Kendrick berjalan terburu-buru setelah mengetahui apa yang terjadi pada Rania. Saat ini ia berada di kantor polisi setelah mengetahui perbuatan Dinar yang berusaha mencelakakan Rania. Dari kejauhan Kendrick melihat Rania yang duduk bersebelahan dengan Farhan. Farhan terlihat berupaya menghibur Rania yang sejak tadi terdiam sambil menatap lurus ke depan. "Ran, kamu minum dulu." Farhan memberikan sebotol air mineral yang dibelinya tadi. Rania tidak menjawab dan hanya diam karena masih syok akan kejadian yang baru saja menimpanya. Tidak terbayang olehnya bila Rania tidak berlari menjauh dari Dinar. Bayang-bayang dirinya masuk ke dalam rumah sakit bahkan harus meninggalkan dunia ini membuatnya langsung menggigil takut. Bukan kematian yang ditakutkannya, melainkan Noah yang akan kehilangan dirinya. Noah masih membutuhkannya."Aku tidak akan membiarkan Dinar bebas begitu saja setelah—""Orang yang membunuh orang lain demi kekayaan berbicara seakan-akan ingin melindungi orang lain." Kehad
Farhan tanggal sibuk menatap ke layar laptopnya untuk memeriksa beberapa pekerjaan yang sudah diselesaikannya sebagai tahap finishing sebelum melakukan rapat besok. Selain matanya yang sibuk menatap layar laptop telinganya pun terus mendengar sekretaris yang membacakan agenda besok pagi."Apakah meeting untuk besok pagi sudah dipersiapkan, saya tidak mau ada kekurangan dan membuat klien marah." Farhan tanpa menatap menunjuk ke arah sekretaris yang sambil menggoyangkan jari telunjuknya tersebut. "Sudah saya persiapkan semuanya."Farhan mengangguk. "Bagus. Kamu boleh pergi," titah Farhan.Sebelum sekretaris aku keluar dari ruangannya Farhan mampu menghentikannya. "Sebentar ada ingin saya tanyakan," panggil Farhan kepada sekretarisnya yang sudah berada di ambang pintu.Langsung saja sekretaris tersebut berjalan ke arah Farhan dan berdiri di hadapannya. "Apa yang ingin bapak tanyakan kepada saya?" Farhan membasahi bimbingan air liur berpikir dua kali untuk bertanya hingga pada akhirnya