Kevin merasa sedikit lega setelah mendapatkan kepastian bahwa Nora benar-benar hamil. Usia kandungannya baru beberapa minggu, dan Kevin tidak bisa menahan rasa cemas sekaligus tanggung jawab yang kini harus ia pikul. Ia memutuskan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke dokter kandungan, memastikan bahwa semuanya berjalan dengan baik. Di sisi lain, Nora tampak sangat senang dan antusias dengan perhatian Kevin yang tak terduga."Nora, bagaimana kalau kita makan di tempat biasa? Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu," ucap Kevin setelah mereka selesai di klinik.“Baiklah, Kevin. Aku bisa menunggu. Apa yang ingin kamu bicarakan?” jawab Nora dengan senyuman penuh arti.Mereka tiba di restoran yang biasa mereka kunjungi. Setelah memesan makanan, Kevin membuka percakapan dengan nada serius, "Aku akan menikahimu begitu aku pulang dari London."Nora terkejut mendengar pernyataan Kevin, tapi ia tetap tenang. "Terserah kamu, Kevin. Aku bisa menunggu. Lagipula, kandunganku masih sangat mud
Alexa merasakan ketegangan di ujung telepon. Suara Kevin terdengar tegas dan dingin, sesuatu yang sudah biasa dia dengar belakangan ini. "Alexa, ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu. Ini penting," kata Kevin dengan nada serius.Alexa menahan napas, mencoba menenangkan diri. “Baik, Kevin. Aku akan mendengarkan. Tapi tolong, tidak melalui telepon,” pintanya."Aku akan terbang ke London besok. Kita bisa membicarakannya secara langsung,” jawab Kevin, memotong pembicaraan dan langsung menutup telepon.Alexa terdiam sejenak, merenungkan perkataan Kevin. Nalurinya mengatakan ini pasti ada hubungannya dengan Nora, wanita yang selalu menjadi bayangan gelap dalam pernikahan mereka. "Sepertinya ini saatnya," gumamnya pada dirinya sendiri. "Lebih cepat aku bisa mengakhiri semuanya, lebih baik."Pagi berikutnya, Alexa tiba di hotel tempat dia menginap di London. Malam itu, suara ketukan pintu mengganggunya dari lamunan. Justin, sopir yang dikirim Kevin, sudah tiba. “Apa kamu sudah siap? Aku
Alesha merasa muak dan kecewa setelah mendengar kabar langsung dari Kevin bahwa suaminya itu hendak menikahi Nora, kekasih lamanya. Kevin yang selama ini keras kepala menolak untuk bercerai darinya, justru kini mengungkapkan rencana menikahi Nora dengan enteng. Keadaan ini membuat Alesha marah besar. Selama ini, Kevin tak pernah memberikan ruang baginya untuk pergi, terus mengikatnya dalam pernikahan yang penuh dengan kekecewaan dan sakit hati. Tapi sekarang, dia ingin menikahi wanita lain?Kemarahannya meluap-luap, dan malam itu, dia hanya bisa tidur dengan pikiran yang berputar-putar tanpa henti. Kevin, dengan arogansinya, masih bersikeras tinggal di kamar hotel yang bersebelahan dengan kamar Alesha, seolah-olah ingin menegaskan kehadirannya dan kekuasaannya. Alesha hanya bisa mendengus setiap kali mendengar suara langkah kaki Kevin di lorong, langkah yang membuatnya semakin muak. "Aku tidak akan terjebak lebih lama lagi," gumamnya dalam hati.Pagi harinya, tanpa berpikir panjang, A
Kevin merasa marah dan cemburu yang luar biasa ketika mendengar kabar bahwa Alexa sangat dekat dengan beberapa kolega bisnis pria yang ia kenal lewat dunia modeling. Pria-pria ini memang mengagumi kecantikan Alexa dan dengan mudah menawarkan kerja sama bisnis untuk membantu memperbesar perusahaan sang papa. Namun, bagi Kevin, ini adalah sebuah pengkhianatan. Meski Alexa menganggap pertemuan dan komunikasi dengan mereka hanyalah bagian dari bisnis, Kevin memandangnya dengan sudut pandang berbeda. Baginya, Alexa tidak seharusnya mendekati pria-pria lain, apalagi dengan sedemikian akrab.Kevin bukan pria yang sembarangan mempercayai siapapun, termasuk istrinya sendiri. Karena itulah, ia menaruh mata-mata untuk mengawasi gerak-gerik Alexa, tanpa sepengetahuannya. Melalui laporan mata-matanya, Kevin tahu bahwa Alexa bertemu dengan beberapa pria itu di kafe dan hotel mewah, membicarakan berbagai rencana kerja sama bisnis. Meski pembicaraan itu murni profesional, Kevin tidak bisa menerima. B
Alexa berdiri di ambang pintu kamar, tangannya sedikit gemetar saat menggenggam kenop pintu. Di dalam, Kevin sedang duduk di tepi tempat tidur, wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Tatapannya tajam dan seolah bisa menembus ke dalam hatinya. Alexa tahu bahwa malam ini akan menjadi malam yang panjang, seperti malam-malam sebelumnya. Ada sesuatu yang liar dalam sorot mata Kevin, sesuatu yang tak bisa ditolak oleh hati dan tubuhnya, meskipun sering kali membuatnya merasa seperti berada di tepi jurang. Kevin tidak menunggu Alexa untuk berbicara. Dia berdiri dan menghampirinya dengan langkah yang tenang namun tegas. Tanpa berkata-kata, dia menariknya ke dalam pelukan yang kuat, dan Alexa, meskipun sadar bahwa sering kali pelukan ini berujung pada sesuatu yang kasar, tidak bisa menolak. Ada sesuatu yang menenangkan dalam pelukan itu, sesuatu yang selalu membuatnya ingin kembali meskipun hatinya menjerit untuk pergi. Kevin menatap wajah Alexa dengan tajam, mengamati setiap lekuk waj
Sudah dua hari Alexa tidak melakukan pemotretan. Beberapa agensi modeling terus menelponnya, mengatakan bahwa ada beberapa pemotretan dan fashion show yang harus segera dia lakukan. Jika tidak, kontrak akan batal, dan Alexa akan mengalami kerugian besar. Alexa tidak mau rugi, apalagi kehilangan kontrak yang sudah dia bangun selama ini. Pagi itu, saat Kevin masih tertidur pulas, Alexa mengambil tindakan. Dengan hati-hati, ia mengendap-endap keluar dari tempat tidur dan menuju dapur kecil di suite hotel mereka. Alexa tahu betul kebiasaan Kevin yang tidak suka sarapan berat di pagi hari. Biasanya, ia hanya minum teh manis hangat dan makan roti tawar. Ia pun menyiapkan secangkir teh hangat dan beberapa potong roti tawar yang selalu ada di kulkas hotel, bilas Kevin menginap. Kevin menggeliat di tempat tidur saat Alexa kembali masuk ke kamar. "Teh dan rotimu sudah aku siapkan," kata Alexa lembut, berharap Kevin tidak mencurigai apa pun. Dengan mata masih setengah terpejam, Kevin hanya me
**Alur Cerita:**"Hari ini ikut aku pulang," ucap Kevin tegas."Tidak, aku tidak mau pulang!" balas Alexa, nada suaranya tajam. "Kontrak kerjaku untuk beberapa pemotretan dan modeling belum selesai di sini. Kalau aku tidak menyelesaikannya, aku akan terkena denda yang nilainya cukup menguras isi kantongku."Nada suara Alexa terdengar setajam nada bicara Kevin kepadanya. Kevin memandang Alexa dengan tatapan tajam, tak terbiasa dengan perlawanan seperti ini darinya."Kamu tidak perlu memikirkan denda itu. Berapa pun nilainya, aku akan bayar," balas Kevin dingin. "Aku ingin kamu pulang sekarang juga. Mamah baru saja menelepon, ingin main ke rumah. Dia ingin melihat calon cucunya, sudah seberapa besar perutmu. Dan aku harap kamu segera memakai perut ibu hamil palsu yang sudah kupesankan. Aku tidak ingin Mama curiga dan mengetahui bahwa kau telah lama keguguran. Bantu aku membuatnya percaya kalau kamu mulai tampak hamil. Begitu pula saat kau bekerja di kantor Papa-mu. Jika kau ingin meneru
Kevin dan Alexa tiba di Indonesia setelah menempuh penerbangan panjang dari London. Keduanya merasa lelah, tetapi ada tugas penting yang harus mereka selesaikan. Kevin tahu betul bahwa ibunya, Ny. Helena, sangat menantikan kehadiran mereka, terutama untuk melihat Alexa, sang menantu yang dia kira masih mengandung cucu pertamanya. Ny. Helena belum mengetahui kenyataan bahwa Alexa telah mengalami keguguran, dan Kevin ingin menjaga agar hal itu tetap tersembunyi, setidaknya untuk saat ini.Sebelum meninggalkan bandara, Kevin melirik Alexa dengan tatapan tegas. "Kita harus segera ke rumah sebelum Mama tiba. Mama tidak boleh tahu jika kita baru tiba dari London. Mama pasti akan kecewa karena saat ini Mama tau nya kamu sedang hamil." ucapnya. Alexa hanya mengangguk, hatinya berdebar. Dia tahu persis apa yang akan diminta Kevin. Setibanya di rumah, tanpa basa-basi, Kevin menarik Alexa ke kamar tidur mereka."Kamu harus pakai perut palsu ini," katanya sambil mengeluarkan perut hamil silikon d