Proses pemakaman Grandmamma baru saja selesai, namun Gabriel masih belum meninggalkan area makam itu. Perlahan, ia meletakkan bunga tulip putih di makam yang masih basah dan mengusapnya pelan. "Terima kasih, Nana..."Setelah berdoa dalam hatinya, pria muda itu bangkit dari posisinya dan berbalik. Kedua matanya melebar dan terkejut saat ia menyadari ada seseorang yang telah berdiri sedikit jauh di belakangnya.Di depannya, tampak sosok anak perempuan berambut cokelat kemerahan. Matanya yang amber memancar datar dan bibirnya tidak tersenyum. Tampak beberapa tangkai bunga tulit berwarna putih di tangan kirinya. Keduanya sejenak hanya saling menatap dalam diam, sebelum akhirnya anak itu memutus pandangannya dari Gabriel dan melangkah mendekati makam yang ada di depannya.Sedikit berjongkok, anak perempuan itu meletakkan tangkai-tangkai tulip itu di samping rangkaian bunga yang tadi diletakkan oleh Gabriel. Jari-jari mungilnya mengusap pelan tanah makam itu. Tampak kedua tangannya menangk
Dengan berdebar keesokan harinya, Gabriel mengetuk pintu kokoh yang ada di depannya. Ia menurunkan pandangannya dan mencoba menyusun kalimat yang akan dikatakannya nanti pada sang pemilik rumah.Pintu yang terbuka menampilkan sosok kecil yang berdiri di depannya. Tidak menyangka kalau Catherine langsung yang membuka pintunya, Gabriel sedikit gugup. Otaknya sejenak terasa kosong, dan ia belum mampu mengatakan apapun. Konsentrasinya baru kembali ketika terdengar suara lembut dari anak di depannya."Ada apa datang ke sini?""Kat, selamat siang. Paman dan bibi ada?"Kepala kecil itu menggeleng, dan ekor kudanya yang panjang melambai-lambai di belakangnya. Bibir kecilnya yang cemberut, membuat anak itu terlihat sangat imut dan menggemaskan. Dan lagi, terasa dorongan untuk mengusili anak ini tapi bukan untuk membuatnya menangis, melainkan marah. Gabriel ingin membuat anak ini marah dan meluapkan perasaannya.Iseng, bukannya mundur tapi Gabriel malah semakin melesekkan badannya ingin masuk
= Dua minggu sejak kepulangan Thunder ke Amerika ="Thunder Gabriel!"Seruan itu tidak menghentikan langkah-langkah kaki yang terdengar cepat di koridor yang telah sepi itu, karena jam yang telah menunjukkan angka 22.00."Thunder Gabriel! Berhenti kataku!"Selesai mengatakan itu, terasa tarikan yang sangat kuat di leher kerah kemeja Gabriel dari arah belakangnya. Dan hanya dalam waktu beberapa detik, tubuh pria itu telah melayang di udara. S*al!Terpaksa Gabriel mengambil alih tubuh Thunder dan membuatnya memiliki kemampuan untuk menghindari serangan yang sangat mematikan itu. Tubuhnya berputar di udara dan ia pun mendarat sangat mulus. Dengan segera, Gabriel mundur dan berusaha menjauhkan dirinya dari wanita mengerikan di depannya.Yang terjadi di depan matanya, membuat mata kelabu Nathalina membesar. Wanita itu sejenak membeku, baru kemudian ia menegakkan dirinya dan kepalanya meneleng ke kiri. "Thunder Gabriel. Sebenarnya kau ini apa?"Mulai jengkel dengan pertanyaan atasan dari k
"Kau sudah yakin dengan keputusanmu?""Ya, Nona Axelle. Saya sudah mantap.""Ny. Corentin, Thunder Gabriel. Sudah berkali-kali aku bilang, panggil aku dengan sebutan Nyonya Corentin saat kita sedang berdua saja.""Tapi apakah tidak apa-apa, No- Ny. Corentin? Karena saya pernah melihat pandangan suami Anda yang tajam dan menusuk, kalau saya terlihat terlalu akrab dengan Anda. Meski sebenarnya dengan panggilan itu, seharusnya suami Anda menghilangkan kecemburuannya pada saya. Tapi tetap saja..."Terdengar kekehan pelan dari bibir tebal Nathalina. "Biarkan saja. Dia baru mengalaminya selama 7 tahun ini sebagai suamiku tapi aku telah menahan perasaan kehilangannya, lebih dari 25 tahun masa hidupku. Dia telah ingkar janji selama 10 tahun, Thunder Gabriel. Kalian para pria harus ingat, kalau wanita adalah mahluk pendendam. Meski memaafkan kesalahan kalian, tapi akan ada saatnya kami ingin membalas perbuatan kalian yang telah menyakiti kami.""Begitukah?"Gabriel menelan ludahnya, kala ia te
Tepat jam 05.00 pagi, pesawat yang membawa Gabriel mendarat dengan mulus di bandara kota B, Jerman. Dan tidak sampai satu jam kemudian, ia telah sampai di pekarangan rumahnya sambil membawa sebuah koper dan juga ransel. Ia meletakkan barang bawaannya yang tidak terlalu banyak di teras rumahnya.Hari masih cukup gelap dan juga sepi. Tampak beberapa orang tetangganya yang mulai keluar untuk ber-jogging dan menikmati udara pagi yang segar juga dingin. Tampak pria itu semakin merapatkan jaketnya dan mengusap dahinya. Sedikit hangat. Badannya juga terasa menggigil. Sepertinya dirinya mengalami flu saat di Amerika karena selama dua hari sebelum kepergiannya, ia lembur dan tidak tidur untuk membereskan semua pekerjaannya yang masih tertinggal. Tubuhnya benar-benar butuh istirahat saat ini.Baru saja dia akan menekan bel rumahnya, tiba-tiba ia melihat sosok seorang anak remaja perempuan yang sedang berlari-lari melintasi jalan di depan pekarangannya. Tampak rambut panjangnya yang berwarna cok
Sementara itu di dalam kamarnya, tampak Catherine membersihkan hati-hati kedua mata Gabriel. Pria itu masih terdengar mengerang lirih saat ia mengusap kelopak matanya yang tertutup."Maafkan aku, Gabe. Aku tidak tahu kalau itu dirimu tadi. Masih perih? Coba kamu buka matamu."Terlihat anggukan pelan dari kepala Gabriel yang ada di pangkuan Catherine. Perlahan kelopak mata pria itu bergetar dan mulai mengerjap-ngerjap, dan akhirnya membuka. Pria itu terlihat menatap wajah gadis yang saat ini memandanginya dari atas. Keduanya tampak saling memandang dalam diam.Canggung, Catherine mengangkat kepala Gabriel yang berambut hitam dan membaringkannya hati-hati ke atas bantal. Terasa keringat yang membasahi rambut hitam legam pria itu. Keningnya masih terasa panas. Pria ini seperti sedang demam."Gabe? Kamu sedang sakit?"Baru saja tangan Catherine terangkat menjauh, salah satu tangan Gabriel mencengkeram pergelangannya dan memaksa gadis itu untuk memegang area bawah tubuhnya yang sedang terl
= Beberapa hari kemudian, setelah kejadian tendangan di pagi hari ="Kamu sudah sehat, Thunder? Sudah bisa datang ke kantor?"Tampak Gabriel yang berjas rapih tiga potong mengangguk pada ibunya. Ia juga mengecup pipi wanita itu."Aku baik-baik saja, mam. Hanya perlu istirahat beberapa hari kemarin."Ayahnya pun tampak keluar dari kamar tidurnya dan memegang dasinya yang belum terpasang. Pria baya itu menghampiri isterinya. "Sayang. Tolong pasangkan dasiku."Mengambil dasi itu, tampak Sharon memasangkan dasi suaminya dengan lihai. Pemandangan ini membuat Gabriel merasa iri. Dia juga ingin mendapatkan perlakuan yang serupa."Tadi mam tidak memasangkan dasi untukku."Kedua mata ayah dan ibunya membulat, sampai terdengar kekehan dari Stephen. "Aku tidak akan pernah mengizinkan Sharon untuk memasangkan dasi di lehermu, Thunder! Kalau kamu mau ada seseorang yang melakukannya, maka segeralah cari isteri sendiri untuk mengurusmu!"Terlihat raut Gabriel yang cemberut. Meski usianya hampir mema
"Maafkan aku, Thunder."Tampak Stephen tengah berada di ruangan kerja baru Gabriel. Pria baya itu duduk di depan anaknya dan rautnya sangat merasa bersalah."Pap. Apa papa tidak mau mempertimbangkan lagi keputusan ini? Ini baru satu orang, pap. Kita tidak tahu apakah akan muncul model-model orang seperti Gwen dan juga anaknya yang jelas-jelas liar itu. Belum ada 5 menit kita berkenalan, aku sudah dicecar banyak pertanyaan pribadi seperti itu. Kalau tidak ingat dia itu investor, mungkin aku sudah meninju hidung palsunya itu!""Thunder..."Mend*sah lelah, Gabriel memegang keningnya. "Pap. Aku sangat tahu alasan papa untuk menyembunyikan statusku, karena papa takut malu kalau aku tidak perform, kan?""Bukan seperti itu, Thunder!" Stephen terlihat sangat terkejut dengan tuduhan anaknya meski sebagian dari tuduhan itu diakuinya dalam hati, memang benar adanya.Kekehan pelan dari anaknya membuat Stephen cemberut. "Kamu menggodaku!""Apapun alasannya aku tidak masalah pap, karena mungkin aku