“Bukannya Mas nggak kepikiran buat nggak hubungin kamu. Mas selalu kepikiran kamu, tapi Mas nggak tahu kenapa rasanya nggak bisa hubungin kamu. Nggak bisa balas semua pesan yang kamu kirim …” Penjelasan Mas Gala terjeda.“Enggak, enggak. Udah Mas. Lara sama sekali nggak apa-apa kok. Kamu yang sakit, kamu yang hancur dan Lara nggak bisa melakukan apa-apa buat menolong kamu.” Bantah Lara.“Raa, nggak ada yang salah dalam diri kamu. Please jangan ngomong begitu,” Jawab Mas Gala.“Ya, udah Mas. Sekarang kamu lanjut nemenin Bapak, ya.” Ujar Lara.“Lara di sana jaga kesehatan ya, jaga diri kamu baut Ibu, buat Ayah dan buat Mas juga. Karena kami sangat menyayangi Lara.” Ucap Mas Gala dan terasa sangat menenangkan seolah semua rasa kesalnya pada Mas Gala tak pernah ada.Setelah telepon itu terputus, Lara segera mengusap air matanya. Tetapi Baham, Adrian Jul dan Bentara tiba-tiba turun dari atas dan melihat Lara di sisi anak tangga sedang mengusap-usap wajahnya.“Cup cup anak mama kangen
Keseharian Lara di desa itu mulai terasa menyenangkan, ini hal bagus karena bisa menetralisir kesetresannya akibat masalah-masalah yang ada pada hubungan percintaannya dengan Mas Gala. Semua rekan-rekannya yang perempuan sangat baik, mereka banyak bertukar saran dan pendapat, mulai dari cara memasak nasi yang pulen dan lezat sampai skincare yang cocok untuk berbagai tipe kulit mereka yang beragam. Selain itu mereka juga sering saling curhat mengenai kehidupan pribadi hingga kehidupan keluarga.Saat Lara sudah sangat dekat dengan kawan-kawannya itu dia baru tahu kisah hidup Bila yang ternyata menyedihkan. Bila dua puluh satu tahun lalu adalah seorang bayi malang yang entah apa masalahnya, sehingga dia dibuang oleh ibu kandungnya. Sungguh cerita yang menyayat hati, tetapi selain menggoreskan sejarah penuh luka itu, Tuhan juga sudah menggariskan takdir yang indah pada Bila. Ada sebuah keluarga baik yang mau dengan suka rela merawatnya. Mereka bukan hanya baik tetapi juga kaya raya dan y
Program pertama yang mereka kerjakan adalah pembenahan aliran air yang sempat tersumbat oleh lumpur karena desa Mandala sempat terkena longsoran bukit dua bulan lalu. Hari itu tidak ada lagi yang tidur pada pagi hari, mereka semua sudah bergegas untuk berangkat ke irigasi pada pukul 07.00 pagi.Mereka semua bersemangat karena itu adalah program kerja pertama dan paling penting. Jika proram itu tidak berhasil maka bisa dikatakan bahwa kegiatan relawan mereka tidak berhasil.“Agak deg-degan juga sih ngerjain ini,” Celutuk Baham saat baru tiba dan menyaksikan betapa parahnya keadaan irigasi di desa Mandala.“Jangan negatif thinking dulu bro, aku yakin kok kita pasti bisa.” Bentara menepuk pundak Baham.Mereka mulai turun keirigasi, dengan perlatan lengkap yang tentunya aman tanpa ragu mereka membersihkan sumbatan-sumbatan air pada saluran air itu. Beberapa warga desa kemudian datang membantu saat pagi mulai lenyap dan siang terik menyambut. Pekerjaan seberat apapun memang akan terasa
Hari itu mereka semua bangun dengan wajah yang menahan tawa. Tawa sedih tentunya, bagaimana tidak, kerja keras mereka kemarin harus sia-sia saja. Hujan semalam membawa lelongsoran lumpur kembali menutupi aliran irigasi. Sebenarnya hal itu mungkin tidak akan terjadi jika kemarin mereka menyelsaikan pekerjaan itu sebelum hujan mengguyur. Tetapi mereka hanya tetamu yang harus menghormati tuan rumah. Kata-kata sepepuh desa kembali terulang di kepala Baham lalu dia tersenyum getir.“Jadi gimana nih ketua?” Tanya Adrian pada Baham.Baham menelan ludah lalu melirik ke arah Jul.“Sepertinya kamu memang harus merebut Bu Marta, Jul.” Seloroh Baham.Mereka semua tertawa, Lara seperti digeletik perutnya saat membayangkan apa jadinya jika Jul benar-benar merebut Bu Marta dari Pak Sepuh.Tak lama kemudian Bu Marta naik ke lantai atas. Sepuluh mahasiswa yang sebagiannya masih tertawa itu sontak terperanjat. Mereka perlahan menghentikan tawanya dengan paksa, Lara menoleh ke arah Jul, wajah pemud
“Aku tahu kok kalian semua belum mandi, kan?” Ucap Baham.Pemuda itu kembali menarik tangan Aniya yang menudian juga diceburkan ke dalam sungai menyusul Bila yang teriak-teriak di dalam air.“Ayo, Ra. Nyebur juga?” Ajak Aulia pada Lara.“Hah?” Lara keheranan dan sempat tak percaya dengan apa yang didengarnya. Mana mungkin Aulia mau menyeburkan diri ke sungai di pagi yang dinginnya nyaris membuat manusia membeku itu.“Ayo kita nyebur juga, ngerain ini.” Ulang Aulia.“Ih, enggak-enggak ah. Gila dingin gini.” Tolak Lara.“Ya udah kalo gitu, aku sama Rachel mau nyebur.” Ucap Aulia.“Ih enggak-enggak!” Ternyata Rachel pun menolaknya.“Ayolah Chel.” Bujuk Aulia. “Toh kita juga belum mandi ini.” Lanjutnya.“Hmm ….” Rachel terlihat menimbang sejenak. “Iya deh, udah mulai siang juga kayaknya udah nggak terlalu dingin.” Lanjutnya lalu mereka berdua kemudian beranjak menuju ke tepi sungai itu. “Eh tunggu. Aku juga mau ikut.” Pekik Catherine yang menyusul dari belakang.Mereka bertiga bergabung
Lara tidak terlalu menggubris pembicaraan antara teman-temannya itu karena Lara memiliki rencana yang sengaja ingin dilakukan agar Catherine dan Bila berhenti cemburu padanya. Lara ingin menegaskan secara terseirat bahwa dirinya tidak memilki perasaan apapun terhadap Bentara dan tidak mungkin dirinya dan Bentara menjalin suatu hubungan. Lara berusaha menghubungi Mas Gala dan kali ini jika telepon itu benar-benar diangkat, Lara tidak akan menjauh dari teman-temannya saat mengobrol dengan Mas Gala seperti yang dia lakukan sebelumnya. Semua itu dilakukan agar Catherine dan Bila tahu bahwa Lara memilki kekasih dan Lara akan menunjukkan bahwa Lara menyanyangi kekasihnya itu. Meski ini sedikit memalukan dan Lara geli membayangkannya, tetapi ini harus dilakukan agar hubungannya dengan teman-temannya tetap baik-baik saja.Gadis itu meraih ponselnya, mencari kontak Mas Gala dan saat dia menyentuh nama itu, sederet pesannya dari dua hari yang lalu tak kunjung mendapatkan balasan. Hati Lara mema
Tak ada satupun ponsel dari ketiga pemuda itu yang dikenali oleh Lara. Wajar saja, selama ini Lara sangat jarang berkumpul dengan teman-teman prianya itu. Lara menekan tombol on untuk yang pertama pada ponsel yang berada di paling pinggir. Terlihat ponsel itu belum terisi bahkan seperempat persen. Lara kemudan mlengkah ke ponsel berikutnya, dia kembali menekan tombol on dan ponsel itu lebih parah dari ponsel sebelumnya. Lara melangkah ke ponsel ketiga, itu adalah ponsel yang paling lumayan dibandingkan dua ponsel berikutnya, namun Lara tak mungkin menjabutnya karena ponsel itu baru terisi setengah.“Huuufftt.” Lara menghela napas panjang, “Ini nih oleh-olehnya kalau orang kerjanya mabar sampai pagi.” Gerutunya.Lara kemudian melangkah ke ponsel keempat yang menjadi ponsel terakhir untuk dicek. Saat dia menekan tombol on. Layar pada ponsel tersebut langsung menampakkan deretan pesan masuk dari seseorang dengan nama kontak “By”, baru namanya saja yang dibaca oleh Lara, dia langsung paha
Suara tawa para lelaki itu saling bersahutan di luar, seiring dengan langkah kaki mereka yang saling beradu cepat menaiki anak tangga. Bersamaan dengan itu Bila ke luar dari kamar para gadis, saat dia berpapasan dengan para lelaki, Bila sama sekali tak menoleh ke arah mereka, padahal biasanya Bila sangat akrab dengan ke empat pemuda itu.“Eh, mau ke mana Bil, nyelonong aja.” Tanya Bentara.Tak ada jawaban, Bila meneruskan langkahnya dengan wajah tertekuk.Menyadari ada yang tidak beres dengan Bila, Bentara segera mengikutinya. Ternyata Bila berhenti dan duduk di teras lantai dua tempat mereka; Bentara dan Bila biasa bercengkrama dan bercanda hampir di setiap malam.“Kamu kenapa sih Bil, kok dari tadi sepertinya marah sama aku.” Tanya Bentara yang kemudian duduk di sebelah Bila.“Marah? Siapa yang marah.” Bila mengelak.“Kentara tahu, tuh ngaca makanya mukanya manyun mulu dari tadi ke aku.” Ujar Bentara.“Ih, kapan sih? Perasaan biasa aja tuh.” Jawab Bila.“Tadi siang pas pulan
Mungkin hanya Lara yang bisa merasakan patah hati dan jatuh cinta sekaligus. Sekali waktu dia bisa menangis sejadi-jadinya, bahkan di tempat umum sekalipun saat mengingat kembali Mas Gala. Mereka tidak pernah lagi saling mengirim pesan setelah memutuskan untuk berpisah, rasanya seperti hampir gila menjalani hari-hari tanpa orang yang bahkan sebelumnya pun keberadaannya seperti tak ada. Entah jenis cinta macam apa yang melanda Lara ini.Namun di waktu lain, Lara merasakan sangat dimabuk cinta dengan Bentara. Hampir setiap hari mereka menghabiskan malam-malam panjang dengan saling menc*mbu. Lara tak pernah merasakan kenikmatan seperti yang Bentara suguhkan pada tubuhnya, pada hatinya. Bahkan jika dibandingkan dengan Gaga, yang merupakan orang pertama yang menyentuh Lara, Bentara jauh lebih baik dari segi apapun."Ra?" Gumam Bentara, di atas dada Lara."Ya?""Udah bisa sayang aku?" Tanyanya."Aku udah sayang kamu sejak kita makan cookies." Jawab Lara lalu tergelak."Kenapa nggak kentara
"Mau pakai baju?" Tanya Bentara, namun beberapa detik setelah kalimat itu terucap Bentara mengutuk dirinya sendiri karena mengajukan pertanyaan bodoh semacam itu."Iya." Jawab Lara. Lalu hendak memakai bajunya namun Bentara menyadari hal yang janggal."Sorry." Ucap Bentara lalu menyentuh br* yang Lara gunakan, "Ini basah, Ra, nggak dicopot aja?" Lanjutnya.Lara sama sekali tak terlihat keberatan saat Bentara menyentuh bagian itu."Tapi aku nggak ada gantinya." Jawab Lara, saat ini gadis itu tanpa malu-malu menatap wajah Bentara."Nggak apa-apa, dilepas aja nanti bajunya di download pakai sweater jeans aku yang tebal jadi nggak kentara." Ucap Bentara, meski nampak salah tingkah dia berusaha menatap kembali wajah Lara yang merona merah. "Dilepas, ya?" Ucapnya dengan lembut lalu mengusap-usap permukaan kulit di sekitar br* itu."Iya." Jawab Lara sambil mengangguk, napasnya sudah tidak beraturan.Tangan Bentara bergerak, membuka kait br* di punggung Lara. Sesuatu yang tadinya merekat kenc
"Apakah aku sudah benar-benar jatuh cinta pada Bentara?""Tidak, tidak! Tidak mungkin!""Tapi kenapa aku membiarkannya mencium tanganku?"Semua pertanyaan-pertanyaan itu dikeluarkan Lara untuk dirinya sendiri. Dia membanting tubuhnya di atas kasur, pikirannya melayang ke saat di mana Bentara mencium tangannya. Jantungnya kembali berdegup kencang, rasa bahagia terasa meluap-luap di dadanya. Itu pasti karena dia sudah jatuh cinta, kenyataan itu tidak mungkin lagi terbantahkan."Oh, apa yang aku lakukan, apakah ini sudah termasuk berkhianat?" Gumamnya.Lara langsung meraih ponselnya, dia segera mengetikkan sesuatu untuk dikirim pada Mas Gala, tak peduli pesan-pesan lamanya tak dibalas."I miss you, Mas. Kamu sebenarnya di mana?" Pesan itu terkirim ke nomor Mas Gala, dengan perasaan yang tak menentu Lara tetap menunggu balasan pesan itu. Lalu dia bertanya pada dirinya apakah isi pesan itu memang benar karena dia rindu, ataukah hanya rasa bersalahnya pada Mas Gala karena Lara telah berken
"Oh iya, hati-hati, ya. Jangan terlalu malam diantar pulangnya." Jawab ibu Lara."Iyaa tante."."Bu, Lara jalan dulu, ya.""Iya sayang."Mereka berdua kemudian memasuki mobil Bentara, lalu beranjak pergi. Ibu Lara baru menutup pintu rumahnya saat Lara dan Bentara sudah pergi."Kenapa tiba-tiba ngajakin ke luar?" Tanya Lara."Nggak apa-apa sih, cuman belum biasa aja." Jawab Bentara dengan jawaban yang menggantung."Belum biasa?" Tanya Lara."Belum biasa lama-lama nggak ngeliat kamu."Lara tak tahu harus menjawab apa. Dia hanya diam dan memalingkan wajahnya ke luar jendela, berusaha menutupi pipinya yang memerah.Tak berselang lama akhirnya mereka tiba di kedai cookies yang dimaksud oleh Bentara."Yakin belum pernah ke sini?" Tanya Bentara saat mereka baru saja duduk di bangku pengunjung kedai itu."Belum." Lara menggelengkan kepalanya."Mau pesan apa dong?""Kamu aja yang pesenin, yang menurut kamu enak.""Siap, tunggu sini ya." Ucap Bentara lalu berdiri untuk memesan makanan.Tak lam
Bus itu mulai melaju, bergerak perlahan meninggalkan desa yang mengukir sejuta kenangan meski Lara hanya sejenak berada di sana. Lara selalu merasa bahwa ada sesuatu yang tertinggal meski sudah berkali-kali dia mengecek ulang barng-barangnya sebelum berangkat tadi, mungkin karena separuh hatinya sudah tertinggal dan menetap di desa itu selama-lamanya. Lara teringat akan seseorang yang membuatnya kemudian mengeluarkan ponsel dari sakunya dan mulai mengetik sesuatu.“Mas Gala, kamu apakabar? Hari ini Lara pulang, Mas, pengaadian Lara di desa itu sudah selesai. Lara udah maafin kamu dan maaf karena Lara udah abaikan chat kamu berhari-hari. Lara mau perbaiki semuanya. Semoga setelah Lara udah nggak program relewan lagi, masalah-masalah yang muncul di hubungan kita selama aku program bisa mereda. Lara masih sayang, sangat sayang sama Mas Gala, tak ada yang berubah seperti pertama kali Lara jatuh cinta sama kamu.” Pesan itu dikirimkan ke nomor Mas Gala.Bersamaan dengan terkirimnya pesan it
"Buat Rachel, menurut aku kamu nggak pernah nyebelin, selalu baik. Buat Baham, kamu juga baik dan keliatan banget peduli sama semua orang di regu ini. Kalau Adrian, aku nggak tahu hal apa yang positif di kamu, tapi itu nggak bikin aku benci sama kamu meskipun kita sering berantem. Buat Bentara, please ya, lain kali kalo negur nggak usah pakai bentak-bentak. Kalau buat Jul, kamu jangan terlalu baik sama cewek soalnya cewek itu gampang baper." Tutup Aniya."Gila ya, unek-unek terpendam banget kayaknya, semua keburukan terkuak di sini." Cibir Adrian, "Tapi nggak apa-apa sih, bagus malah, Aniya yang paling jujur. Bisa dicontoh nih " Lanjutnya."Adrian, kamu tahu nggak sih no interupsi? Ya udah kayaknya dari tadi udah mau ngomong kan, silakan sekarang giliran kamu." Ujar Lara."Kalau aku sih nggak akan banyak ngomong, cuma mau berterima kasih sama memohon maaf sebanyak-banyaknya sama kalian semua." Ujar Adrian."Yee sekali nggak disuruh ngomong nyerocos terus sekali di suruh ngomong pelit
Waktu ternyata benar-benar tak terasa jika kita terus bercakap-cakap sepanjang perjalanan. Akhirnya mereka semua tiba di rumah Pak Sepuh pada pukul sebelas malam. Di desa Mandala, orang-orang tidak perlu mengunci pintu rumahnya karena desa itu aman dari maling. Karena itulah mereka semua tidak perlu repot-repot harus membangunkan Pak Sepuh dan Bu Marta untuk bisa masuk ke dalam rumah.Mereka segera membersihkan diri, meskipun sudah mencoba sekuat tenaga untuk tidak berisik agar tak mengganggu Pak Sepuh dan Bu Marta tapi akhirnya mereka berisik juga apalagi saat Aniya bertemu dengan Adrian dan saling berebut untuk mendahului masuk ke kamar mandi.Semua lelah seakan sudah mencapai puncaknya saat itu, sehingga mereka semua jatuh tertidur tak lama setelah badannya tersentuh kasur.Lara yang sudah hampir tertidur melirik ke arah ponselnya yang bergetar dan itu adalah panggilan dari Mas Gala. Dalam keadaan setengah sadar Lara mengambil ponselnya dan menyentuh tombol reject, lalu jatuh terti
Itu adalah destinasi terakhir dalam trip perpisahan mereka. Sebenarnya Bila sudah mengusulkan untuk menambah satu hari lagi karena masih banyak destinasi wisata lain di tempat itu yang belum mereka kunjungi. Tetapi Lara tak bisa lagi, tubuhnya sudah tidak kuat untuk menambah liburan yang melelahkan itu meskipun cuma satu hari.Akhirnya mereka memutuskan untuk pulang saat itu ke desa Mandala. Saat mereka mulai beranjak, malam baru saja jatuh sempurna di belahan bumi tempat mereka berpijak."Pelan-pelan aja, guys. Jangan ada yang ngebut ya. Yang penting kita bisa sampai tujuan dengan selamat." Baham memberi instruksi kepada teman-temannya sebelum mereka berangkat.Di perjalanan pulang itu, mereka tidak selalu berada dalam jarak berdekatan seperti saat pergi. Itu karena semuanya sudah hafal jalan pulang tidak seperti saat mereka berangkat.Performa Aniya dalam berkendara semakin menurun. Dia beberapa kali hampir celaka, untung tak ada teman-temannya yang lain yang melihat selain Lara yan
Sesampainya di sana, nenek Adrian ternyata tidak ada di rumahnya. Beruntung waktu itu tante Adrian yang rumahnya bersebelahan dengan neneknya sedang berada di rumah. Jadi, mereka beristirahat dan memasak makan siang mereka di sana.Mereka di sambut dengan anj*ng yang terus menggonggong saat hendak masuk ke dalam rumah itu. Lara yang memiliki trauma dengan hewan itu karena pernah dikejar hingga tersungkur waktu kecil, menjadi sangat takut saat hendak masuk ke rumah tante Adrian. Lara terus-menerus meremas baju Aulia dari belakang."Ra, ambilin charger aku dong di motorku." Celetuk Bentara dengan entengnya, tentu saja Bentara tahu Lara takut dengan anj*ng dan dia ingin menggodanya."Dih, kenapa jadi aku yang disuruh." Jawab Lara."Bukan nyuruh, Ra. Aku minta tolong." Ujar Bentara."Aku takut keluar, Ben. Hp aku aja low juga tapi aku tapi nggak apa-apa dari pada aku harus ketemu anj*ng itu." Jawab Lara.Bentara tertawa terbahak-bahak dan dengan gemas dia mengacak-acak rambut Lara. Bila d