Dimas duduk di hadapan Surya dengan perlahan, tatapannya pun terlihat sedikit curiga.Meskipun Surya tampak sedikit familier, Dimas tidak mengingat di mana dia pernah melihat Surya sebelumnya.Namun, hanya sekilas Surya telah mengenali Dimas. Sementara pikiran Dimas hanya fokus pada Nova dan Kezya. Oleh karena itu, saat itu dia tidak memedulikan Surya.Mendengar Surya berkata seperti itu, Dimas pun terlihat ragu-ragu.Namun, tidak masalah. Setelah Surya datang kemari, dia tidak akan bisa melarikan diri lagi. Anak buahnya yang berjumlah 20 lebih itu bukanlah para pecundang."Bocah, tubuhmu lumayan kuat. Apakah kamu tahu apa pekerjaanmu?" tanya Dimas sambil terkekeh.Surya menjawab sambil menggelengkan kepalanya, "Tidak tahu.""Kalau begitu, aku akan memberitahumu. Pekerjaanmu adalah bermain dengan para wanita. Gaji perbulanmu 20 juta. Menurutmu, apa pekerjaanmu sangat nyaman?""Ada pekerjaan senyaman ini?" kata Surya dengan ekspresi tidak percaya.Dimas menepuk pahanya, lalu berkata sam
Menakutkan sekali. Sebelum Dimas melihat dengan jelas apa yang terjadi, 20 lebih anak buahnya sudah dipukul hingga tersungkur di lantai.Dimas ketakutan sambil melihat anak buahnya yang tersungkur di lantai. Kondisi anak buahnya terluka parah hingga mengalami patah tulang. Mereka bahkan tidak bisa berdiri.Kemudian, Dimas menoleh ke arah Surya dengan kaku sambil berkata, "Kak, kita bicarakan baik-baik. Uang bukanlah masalah."Surya terkekeh sambil menarik bangku, kemudian duduk di hadapan Dimas. Setelah itu, dia mengeluarkan rokok dan korek api dari sakunya, menyalakan rokok itu, lalu mengisapnya dengan santai dan mengembuskan kepulan asap ke wajah Dimas."Aku juga suka dengan uang, tapi bagaimana aku bisa mengambil uang seperti itu?" tanya Surya.Setelah mendengarnya, Dimas berkata, "Kak, uang tetaplah uang. Selama kamu meminta, aku akan memberi sebanyak yang kamu mau. Kalau tidak, kita bisa bekerja sama. Kamu akan mendapatkan lebih banyak. Dengan perlindunganmu, kita tidak akan takut
"Ckck, ratusan miliar benar-benar banyak." Sejujurnya, ratusan miliar adalah godaan yang sangat besar. Siapa pun pasti akan mempertimbangkannya dengan serius.Namun, Surya memiliki banyak uang. Selain itu, dia sama sekali tidak tertarik dengan uang Dimas. Meskipun Surya menyukai uang, dia tetap akan mendapatkannya dengan cara yang pantas.Surya akan bertarung di medan perang untuk menghasilkan uang. Surya juga akan mengandalkan pikirannya yang cerdas untuk menghasilkan uang. Namun, uang yang diperoleh melalui cara licik seperti ini hanya akan membuatnya muak.Melihat hal ini, Dimas berkata sambil terisak, "Kak, semua yang aku katakan benar. Kamu beri tahu nomor rekeningmu, aku akan segera mentransfer uang padamu.""Benarkah?" tanya Surya sambil mengerutkan keningnya.Dimas segera berkata dengan tergesa-gesa, "Selama melepaskanku, aku akan segera mentransfer padamu.""Nih, nomor rekeningku." Surya memberikan nomor rekeningnya."Aku perlu mentransfer dari komputer," kata Dimas.Surya ber
Yenny menatap Surya yang memegang sebuah rokok sambil berkata dengan wajah cemberut, "Aku sudah datang dengan sangat cepat.""Bukankah kamu bilang akan melepaskanku? Kenapa kamu ingkar janji?" teriak Dimas sambil menatap Surya.Surya berkata sambil mengangkat bahunya, "Aku sudah melepaskanmu. Lihatlah dengan jelas, orang yang menangkapmu adalah kapten ini, bukan aku.""Sialan." Dimas yang diliputi amarah itu bahkan melupakan rasa takutnya hingga mulai mengutuk Surya.Ekspresi Surya berubah, kemudian dia langsung menendang wajah Dimas.Terdengar suara hantaman keras hingga leher Dimas pun hampir patah oleh tendangan Surya. Kemudian, Dimas memuntahkan beberapa gigi yang berlumuran darah."Memangnya kenapa kalau aku mempermainkanmu?" kata Surya sambil memandang Dimas.Dimas menatap Surya yang dipenuhi dengan niat membunuh. Akhirnya, dia teringat kembali akan ketakutannya hingga meringkuk sambil berkata, "Kamu mengambil 240 miliar dariku, jangan berpikir untuk mengambil semuanya sendiri."
Setelah mengantar Surya ke gerbang kompleks, Yenny segera berbalik dan pergi.Melihat mobil yang melaju pergi, Surya berkata sambil menggelengkan kepalanya, "Kenapa wanita ini marah-marah? Dasar, kelak siapa yang mau menikah dengannya? Hei!"Setelah kembali ke kediamannya, Surya duduk di sofa dengan malas. Surya tidak tahu apa yang harus dia lakukan.Setelah beberapa saat, Surya melirik arlojinya, lalu bangkit dan pergi ke dapur untuk memasak.Namun tidak lama kemudian, bel pintu tiba-tiba berbunyi. Surya mau tidak mau pergi untuk membuka pintu.Setelah membuka pintu, Surya melihat seorang pria paruh baya berusia lima puluhan berdiri di depan pintu, menatapnya dengan tatapan ragu dan sinis."Halo, kamu cari siapa?" tanya Surya dengan sopan.Pria paruh baya itu tidak berbicara seakan dia tidak melihat siapa pun. Kemudian, dia melangkah masuk dan duduk di sofa.Surya sedikit kebingungan. Bukankah sikap orang ini sangat sombong?Pada saat ini, pria paruh baya itu berkata, "Siapa kamu? Ken
Ketika Surya sedang memikirkan kenapa ayahnya Linda ini begitu mendominasi dan sombong, serta bagaimana Surya harus menjawab pertanyaannya, Surya melihat Linda berjalan masuk. Surya pun segera berkata, "Linda, ayahmu datang."Linda tercengang sejenak, kemudian berkata dengan sinis, "Untuk apa kamu kemari?""Aku datang untuk melihat putriku, apa aku salah?" kata Carlo dengan ekspresi masam.Surya tertegun dengan situasi di depannya. Tampaknya hubungan antara ayah dan anak ini tidak begitu akur.Linda berkata dengan nada dingin, "Aku baik-baik saja, kamu nggak perlu khawatir. jalani saja hidupmu dengan baik.""Apa maksudmu? Apa aku bersalah padamu?" tanya Carlo dengan marah.Linda berkata dengan kesal, "Menurutmu?"Melihat situasi ini, Surya segera menarik Linda untuk duduk sambil berkata, "Kalian bicarakan baik-baik."Surya tidak menyangka ayahnya Linda akan datang. Dia juga tidak menyangka begitu keduanya bertemu, situasi akan menjadi sangat menegangkan.Linda duduk, lalu membuang muka
"Eh, bagaimana aku menjelaskannya? Ada sedikit hubungannya. Tapi, aku nggak bisa memutuskan apa pun, jadi ..." kata Surya sambil menjelaskan dengan tidak masuk akal.Linda menghela napas, lalu berkata sambil tersenyum sedih, "Aku mengerti. Aku nggak akan mempersulitmu. Aku akan menyelesaikan masalahku sendiri.""Eh, Linda, apa pekerjaan ayahmu, kenapa dia sangat dominan?" Surya berminat untuk memahami situasinya.Linda berkata sambil tersenyum sinis, "Bos gangster di Kota Bumer, Provinsi Malaita. Dia mengandalkan wanita untuk mendapatkan kekuasaan seperti saat ini. Sekarang, dia berkomplot untuk melawanku.""Begitu, ya. Pantas saja," kata Surya sambil mengerutkan keningnya.Tiba-tiba Linda berkata sambil tersenyum, "Bos, kalau aku benar-benar menyetujui pernikahan ini. Menurutmu, apakah ini akan memengaruhi posisiku di Konsorsium Pelita?""Nggak akan," jawab Surya dengan cepat.Seketika, ekspresi Linda menjadi masam. Kemudian, dia diam-diam menghela napas.Surya segera berkata, "Aku ng
"Kenapa?" tanya Surya sambil mengerutkan keningnya ketika melihat Raka termenung di sana.Setelah beberapa saat, Raka berkata sambil menggelengkan kepalanya, "Kak, kamu benar-benar hebat. Pulau ini seharga miliaran. Bahkan dengan statusku, nggak ada satu pun orang yang memberiku hadiah berharga seperti ini.""Itu karena kamu nggak berani terima. Kalau kamu punya nyali, apakah ini masalah?" kata Surya sambil berjalan ke dalam.Setelah mendengarnya, Raka berkata sambil tersenyum, "Aku memang nggak punya nyali. Kalau aku berani mengambilnya, aku pasti akan dipenjara seumur hidup.""Kamu lebih paham dariku." Saat berbincang, mereka melewati alun-alun pulau di tengah danau, kemudian berjalan ke hutan bambu di belakang.Di dalam hutan bambu itu, terdapat puluhan kamar hotel menjulang dengan nuansa yang sangat elegan.Surya memilih sebuah kamar, lalu berjalan ke dalam.Di dalamnya kamar hotel itu terdapat ruang tamu seluas empat hingga lima puluh meter persegi, dekorasinya sangat elegan dan s