"Hyun Myungsuk!"
Keduanya menoleh secara bersamaan saat suara familiar itu terdengar jelas di antara deru angin malam. Myungsuk membulatkan matanya ketika menyadari Sunmi berdiri di sana dengan raut wajah yang sulit dijelaskan. Minuman kaleng yang menggelinding semakin mendekati tubuhnya, tapi gadis itu masih terdiam di tempatnya.
"Sunmi, minumannya-"
"Apa yang kau lakukan dengannya!?" Pekikan Sunmi terdengar makin keras, membuat Jihyun terperanjat. Ia sadar apa yang sedang Sunmi pikirkan. Sial, ia pasti akan kena masalah lagi karena pasangan aneh ini.
Jihyun berdecak saat Sunmi mulai melontarkan kalimat-kalimat penuh cacian yang ia tujukan untuk Myungsuk. Sayang sekali, si pemuda Daegu tak mampu membalas satupun perkataan pedas kekasihnya. Karena demi apa pun, Jihyun berani bertaruh r
"Sudah puas marahnya?"Dantae melirik Jihyun yang masih terdiam di sofa ruang tengah. Kekasih imutnya itu sama sekali belum mengajaknya bicara sejak insiden di hotel. Ini sudah bukan tentang Sunmi atau Myungsuk, tetapi mengenai rekan bisnisnya. Memang tidak ada yang salah, mereka berkata dengan sangat benar. Jihyun tidak nyaman dengan jamuan resmi, dan ia harus mengakuinya. Tapi sekarang, itu sudah tidak jadi masalah. Yang penting membuat Jihyun mau bicara lagi dengannya. Sungguh, hanya itu yang Dantae inginkan.Gadis itu menggeser tubuhnya saat Dantae ikut duduk di sebelahnya. Bibirnya cemberut, persis seperti anak kecil yang tidak dibelikan es krim oleh ibunya. Kalau dipikir-pikir, saat Jihyun merajuk begini, Dantae jadi kelihatan seperti ayahnya, bukan pacarnya."Sudahlah, Jihyun-ah. Jangan dengarkan mereka lagi." Kalau Dant
Seojin baru melihat berita di koran hari ini tepat pukul lima sore, dan matanya sukses membelalak. Itu sungguh diluar dugaan. Mantan kekasihnya terjerat kasus narkoba, walaupun masih dinyatakan sebagai saksi. Belum genap satu bulan putus hubungan, Seojin sudah tak pernah menerima kabar apapun lagi dari Jaehyun. Pernah sekali, pemuda itu mengirim pesan singkat padanya, meminta agar Seojin mengembalikan semua barang yang sudah ia belikan dulu. Jin Jaehyun dan segala sifat brengseknya."Sunmi-ya, mau ke mana?" Ia bertanya pada sang adik yang sibuk menggulung lengan jaketnya. Aroma parfum Sunmi bahkan tercium sampai ke tempatnya duduk."Pergi minum bersama Myungsuk-oppa dan Jihyun," ujarnya singkat, masih tak memedulikan keberadaan Seojin yang sibuk sendiri.Seojin mengernyit, kemudian meletakkan koran itu di meja. Kakinya melangka
"Brengsek! Apa yang mau kau lakukan, Hyun Myungsuk!?"Sebuah tamparan telak mendarat di pipi Myungsuk, membuat daging kenyal itu merasakan perih luar biasa karena kuatnya tamparan Sunmi. Tidak main-main, gadis Busan ini benar-benar sadis kalau sudah marah.Mau bagaimana lagi? Toh itu memang kesalahan Myungsuk. Selama ini Sunmi memang tidak pernah mengubris jika Myungsuk mulai melakukan skinship yang berlebihan. Sungguh, dia hanya-terlalu takut untuk itu semua, karena menurutnya sekarang bukan waktu yang tepat. Sunmi hanya minta sedikit waktu untuk memikirkannya, bukan dengan cara memaksa seperti ini. Dia tidak mau."Dasar pembohong! Kau bilang tidak akan memaksaku dalam hal apa pun, 'kan? Kenapa kau melakukan ini, Oppa!" Amarah Sunmi mencapai ubun-ubun, membuat suhu tubuhnya meningkat hingga panas menjalar di sekitar wajahnya. Deru nafasnya tersenggal-senggal, tubuhnya gemetaran luar biasa. Mata besarnya membulat sempurna,
Suara musik yang keras selalu terdengar di tempat ini setiap hari, walaupun dari luar tampak sunyi karena semua ruangannya kedap suara. Kalau saja Wooseok bukan pemilik studio ini, Sunmi mungkin tidak akan berani pergi ke tempat seperti ini lagi. Setahun yang lalu, harusnya ia merayakan keberhasilannya setelah ia lolos dalam audisi menyanyi, namun saat ia akan pulang ke Busan bersama Seojin, kecelakaan tragis itu terjadi hingga wajah dan hidungnya harus dioperasi. Pihak agensi yang saat itu telah menerimanya sebagai trainee memutuskan untuk mendiskualifikasi Sunmi dengan alasan kesehatannya. Padahal, ia tahu agensi itu hanya tak mau menunggu sampai ia sembuh karena mereka tahu bekas luka di belakang telinga Sunmi akan selalu ada dan membuat wajahnya menjadi tidak sempurna.Beruntung, studio musik tempat Wooseok bekerja itu tidak mengizinkan siapapun memasuki studio musik mereka secara sem
Musik underground yang diputar berulang kali memang hampir terdengar setiap malam di jalanan sepi. Hanya beberapa orang yang tertarik untuk menyaksikan penampilan orang-orang yang menunjukkan bakat mereka sembari memutar musik underground. Isinya hanya sekelompok pemuda seumuran anak SMA yang terkesan sangar dan berandalan. Jihyun sudah punya jadwal rutin mulai tahun ini. Ia rela pergi setiap bulan ke Daegu untuk menghadiri event tari. Kehidupan masa SMP membuatnya semakin sibuk.Tapi entah kenapa, sejak pertama kali menginjakkan kaki di stasiun Daegu, Jihyun merasa sedikit tertarik dengan kota ini. Apalagi setelah matanya menangkap gemerlap lampu jalanan dan musik mengalun keras di tengah kota. Para rapper underground memulai aksi mereka di malam hari, menyajikan pertunjukkan sederhana yang cukup memikat. Namun sayang, karena malam ini yang berlalu-lalang kebanyakan para ibu dan anak mereka, pertunjukkan itu tampak sepi.Jihyun masih berd
Pukul duabelas malam waktu Korea Selatan, Sunmi resmi debut dengan sebuah MV bertajuk Begin. Para remaja perempuan heboh di pagi hari, sadar bahwa beranda youtube mereka penuh dengan reaksi orang-orang terhadap MV milik Kim Sunmi. Semua orang tahu siapa itu Woody Seoul X, dan mendengar bahwa ia akan mendebutkan seorang juniornya, adalah sebuah kabar yang sangat bagus untuk para penggemar, dan juga sangat mengejutkan, mengingat proses panjang untuk debut di Korea Selatan adalah hal yang sulit. Sunmi sepertinya harus berterimakasih pada pemuda tinggi itu.Namun jauh dari perkiraannya, saat semua orang merayakan keberhasilan debutnya, hanya dalam hitungan jam semuanya akan berakhir."Kau sudah mencetak sesuai yang aku perintahkan?""Tenang saja, Bos. Ini tinggal dipublikasikan. Kapan kita akan memulainya?""Akan kita simpan untuk besok, jangan sampai gagal. Aku ingin mengungkap jati diri asli Dan T."
Pertemuan pertama Myungsuk dan Sunmi beberapa tahun yang lalu di musim dingin ....Stasiun kereta Busan selalu ramai setiap hari, menghidupkan atmosfirnya melalui langkah kaki orang-orang yang bersahutan. Dinginnya udara tidak pernah berhasil menghentikan para penumpang, mereka tetap datang dan pergi secara bergantian.Busan adalah kota yang ramai.Bruk."Ah, maaf!" Seorang remaja laki-laki berkacamata menghentikan langkahnya begitu mendengar bunyi benda jatuh di dekatnya. Ia menabrak seseorang hingga barang bawaannya berserakan.Remaja perempuan bermata besar yang ditabraknya hanya mengangguk kecil kemudian berjongkok, berusaha mengumpulkan kembali barang-barangnya yang jatuh. Si kacamata ikut berjongkok untuk membantunya. Dalam hitungan detik dahinya mengernyit begitu melihat benda-benda itu."Peralatan gambar, eh? Kau suka menggambar, ya?" Antusias te
"Seojin-noona, aku ingin kau mendengarkan ini." Hari itu Dantae bercerita dengan wajah berseri-seri di depan Seojin. Belum pernah ia melihat pria itu menatapnya dengan kedamaian. "Apa?" Ia menanggapinya pendek, tak lupa mematri senyum tipis yang membuat wajahnya terlihat makin cantik. Dantae mengedipkan sebelah matanya, lalu berkata, "Ini tentang seseorang yang berhasil menarik perhatianku sejak beberapa tahun ini." Oh, hal ini lagi. Seojin pernah diceritakan sebelumnya. Ia jelas bahagia karena Dantae akhirnya menemukan seseorang yang ia sukai. "Hm, pacarmu?" "Iya. Jangan khawatir, dia tahu soal penyakitku." Tak ada keraguan di wajahnya saat Dantae menjawab pertanyaan sederhana Seojin. Gantian wanita itu yang terlihat bingung, "Lalu?" Selanjutnya, ada jeda yang menahan jawaban lelaki di sebelahnya. Dantae tampak mengumpulkan keberaniannya sebelum me
Hokkaido selalu bersalju. Namun, dinginnya gumpalan putih itu tak sedingin perasaan Jihyun sekarang. Ia merasa cemas, sangat cemas hingga tubuhnya nyaris mati rasa. Sudah berjam-jam ia menunggu di koridor rumah sakit. Orang-orang berlalu-lalang untuk mengurus keluarga mereka, atau sekedar menjenguk kerabat yang sangat. Beberapa yang datang menangis karena syok keluarganya menjadi korban kecelakaan, atau yang lebih buruk lagi; mereka menerima informasi bahwa orang yang mereka sayangi telah pergi untuk selama-lamanya."Bagaimana, Jihyun-ah ... apa sudah ada kabar dari dokter?"Jihyun mematai seorang pria berkacamata yang berusia sekitar tiga puluh tahunan di dekatnya. Sosok familiar itu adalah Lee Yunsung, kakak Dantae satu-satunya. Semalam kondisi Dantae sangat drop dan ia dibawa ke rumah sakit. Beruntung, Yunsung tinggal di Jepang dan bisa menemani adiknya di sini."Belum ada, Oppa. Aku sangat cemas, kenapa sampai sekarang
MyunsukHyunTetaplah bersama selamanya. Aku hanya punya kau.#KimMyungsukDisini #AkuBersamaDenganTemanku #IniKembaranku #AkujugamencintaimuJihyunSunmi tersenyum saat melihat notif di ponselnya. Myungsuk mengunggah sebuah foto tautan tangannya bersama seseorang yang ia yakini tangan Jihyun. Oh, melodrama macam apa ini? Bukankah pertemanan mereka hanya berisi komik dan hal-hal konyol lainnya? Sunmi terkekeh melihat itu."Wow, kau bahkan tidak menunjukkan raut marah saat melihat postingan ini." Daehyun menekan-nekan jari telunjuk kirinya di atas layar ponsel Sunmi. Tangan kanannya sudah penuh membawa beberapa kantung makanan."Tidak apa-apa, Daehyun-ah. Sudah kubilang mereka tidak akan macam-macam. Kalau kau mau, kita juga bisa mengunggah foto tangan kita yang sedang bergandengan."Daehyun memutar bola matanya. "Iya, iya. Terserah kau saja Sunmi-ya. Maaf aku tidak tertarik menggenggam t
Dantae berjalan menuju parkiran tempat show di Busan untuk mengambil mobilnya. Artis tidak perlu ragu memarkir di sana. Terlalu ramai di salon membuatnya mau tidak mau mengalah. Ia menyuruh pegawai salon itu memarkirkan mobilnya tak jauh dari sana. Alhasil, karena ketiduran ia harus rela mengirim pesan pada Beomgyu kalau ia akan terlambat.Ia mengecek ponselnya berulang kali, memastikan bahwa Beomgyu tidak menghubunginya. Lantunan musik hiphop memenuhi area jalanan yang padat, namun tak sedikit orang yang memperhatikan layar besar itu. Poster dua rapper ternama terpampang besar di sana. Dantae memakai topi hitamnya, lalu menaikkan tudung mantel dan berjalan sambil tersenyum tipis. Konser awal tahunnya akan segera tiba.Terlalu mengabaikan sekeliling, Dantae terperanjat saat seseorang menabrak bahu kanannya. Ponsel yang dipegang sosok itu jatuh dan spontan Dantae menangkapnya. Ia bernafas lega."Maaf." Suara dingin Dantae t
"Wow, kau benar-benar menungguku di sini." Suara baritone yang sangat dikenalinya berhasil memecah lamunan mengenai kejadian yang ia alami beberapa jam yang lalu. Tentang hubungannya dan Jang Beomgyu yang sudah kandas. Jihyun tidak ingin menyalahkan siapapun lagi untuk semuanya, dia hanya—menyesal karena tidak mendengarkan ucapan Myungsuk waktu itu.Waktu menunjukkan pukul sembilan lebih dua puluh menit saat ia asik tenggelam dalam lamunannya sendiri. Melupakan bahwa kedatangannya di tempat ini bukan untuk melamun, tapi bertemu dengan teman baiknya. Myungsuk melambai dari jarak dua meter dan mulai mengayunkan sepatunya ke arah Jihyun. Kursi Taman yang ia duduki sendiri mulai terasa lebih berat saat Myungsuk ikut duduk di sebelahnya, mematai dari samping."Hitam. Sudah kuduga ini cocok denganmu." Tangan pemuda Daegu itu beralih untuk menyentuh surai temannya yang berubah warna. Merah muda ke hitam. Ini tentu membuat Jihyun harus mengg
Malam hari menyapa, masih dengan cuaca yang membeku. Jihyun duduk sendirian di taman, menunggu Myungsuk menemuinya sebentar lagi. Hampir satu hari ia habiskan untuk pergi ke suatu tempat hari ini setelah mengacaukan semuanya. Walaupun Jihyun bilang ia tidak suka mengacaukannya, sosok bernama Jang Beomgyu itu tetap pergi dengan senyuman dan berkata bahwa semua ini bukanlah salah Jihyun.Namun, tetap saja ia cemas. Sebagai manusia yang berperasaan dan tidak ingin menyakiti orang lain, Jihyun benar-benar merasa sangat bersalah atas apa yang terjadi di antara dirinya dan Kang Beomgyu."Seharusnya, dari awal aku mendengarkan Myungsuk. Harusnya aku tidak boleh memberi harapan pada Kang Beomgyu jika akhirnya aku melakukan itu untuk pelampiasan."Jihyun menunduk di bangku taman dengan perasaan gelisah yang memenuhi relung hatinya.****Beberapa jam sebelumnya.
"Oh, Wooseok?"Dantae membalas sapaan Wooseok lewat telepon pagi ini. Yang lebih muda menanyakan kenapa ia tidak mampir ke studio—walaupun ini tahun baru, dan tidak mengabarinya sejak kabur bersama Seojin semalam."Ah, Hyung. Kau di mana sekarang?" Dantae tahu saat kalimat itu terucap, Wooseok sudah menuduhnya yang tidak-tidak. Seperti; Dantae sedang bersama Seojin, Dantae sedang bermesraan dengan Seojin, Dantae dan Seojin punya hubungan gelap. Dan hal-hal tidak masuk akal lainnya yang berkaitan dengan Seojin."Aku sedang di Busan, mengganti warna rambutku. Kau pasti tahu alasannya. Omong-omong Seojin-noona sudah mengatakan semuanya."Sebuah pertanyaan kembali dilontarkan Wooseok setelah Dantae menyelesaikan kalimatnya."Kapan kau ke Busan? Kau bisa mati kalau berkeliaran siang-siang begini. Dan, a-apa? Seojin-noona cerita padamu tentang sesuatu, Hyung?""Ck, jangan
Jang Beomgyu memasukan ponselnya ke dalam saku mantel saat ia selesai menghubungi Jihyun. Ini pekerjaan penting, jadi harus cepat dilakukan. Walaupun Beomgyu sedikit tidak mengerti kenapa Jihyun mau keluar rumah di cuaca dingin begini, karena sudah terlanjur, dia hanya membiarkannya.Sepatunya menciptakan bunyi saat menapak di lorong. Lantai tiga nomor seratus sepuluh. Beomgyu mencari kamar yang dimaksud Jihyun dengan seksama. Belum sampai langkahnya di depan pintu, suara asing memekik cukup keras dari pintu sebelah."Hyungnim, apa kau mencari Jihyun-ssi?" Beomgyu spontan menoleh pada sosok itu. Anak laki-laki dengan postur tinggi sedang bersandar di depan pintu rumahnya.Pria itu menyunggingkan sebuah senyum manis sebelum menanggapi ucapannya. "Ah, iya. Aku pacarnya Jihyun. Dia menyuruhku masuk duluan dan mengambil kunci di bawah pot bunga."Anak laki-laki tinggi itu bergeming. Matanya membulat di detik b
Jihyun menikmati sekaleng softdrink yang Wooseok berikan. Meneguknya dengan cepat tanpa memedulikan tatap heran yang dihadiahi di rapper padanya. Bunyi klontang nyaring dari kaleng minuman kosong yang dibuang ke sudut tempat sampah menemani larutnya malam tahun baru. Kembang api perlahan-lahan makin menghilang. Redupnya buyar menemani langkah kaki orang-orang yang kembali ke rumah mereka. Di jam segini, adalah hal gila jika kau menyebutnya sedang hangout bersama seseorang. Wooseok lebih suka menganggapnya—kebetulan."Kau putus dengan Dantae-hyung?" Satu kalimat tanya yang meluncur dari Wooseok membuat Jihyun jengah. Decakan terdengar setelah suara baritone itu berhasil menyelesaikan kalimatnya. Jihyun menoleh, mendapati Wooseok tengah menatap tak biasa ke arahnya, ia meremas kuat kaleng di tangannya."Berhenti menatapku seperti itu, Oppa!" Jihyun tidak suka ini. K
"Kau ini kenapa sebenarnya?" Jihyun menatap nyalang pada Dantae. Dahinya berkerut, "bukankah kau sendiri yang bilang agar aku tak mencarimu lagi? Lalu kenapa justru kau yang datang padaku!?"Dantae terkekeh mendengar ucapan mantan kekasihnya. "Haha, kau benar. Memang aneh. Jika seandainya keadaan berbalik. Misalnya kau yang meninggalkanku ... lalu aku yang merasa rindu, setidaknya itu terdengar lucu. Tapi—""Kau yang meninggalkanku, dan kau yang merasa rindu. Itu terlalu menggelikan, Dantae-ssi.""Kau benar.""Sudahlah, jangan pernah membahas ini lagi. Aku akan pulang!""Tunggu, Jihyun—""Lepaskan aku, Dantae-ssi! Kau seharusnya malu melakukan ini pada orang yang sudah kau buang."Dantae terkekeh mendengar ucapan Jihyun. Benar. Dia memang hanya seorang pria brengsek yang dengan mudah membuang Jihyun begitu saja. Tidak tahu terima kasih. Sudah p