Di ruang tunggu, Cakra dan Luna masih duduk dengan tenang. Sekali-kali mereka melihat ke arah ruangan dimana Alena berada. "Lama sekali, gue takut kalau benar yang dikatakan dokter, gue akan merasa dunia gue hancur, tidak bisa gue bayangkan bagaimana nasib gue tanpa Alena," ucap Cakra dengan tatapan kosong. Luna masih diam, dia hanya mendengarkan apa yang dikatakan oleh Cakra padanya. Biarkan Cakra mengatakan apa yang ada dihatinya. "Gue harap semua hanya mimpi, gue ingin kembali seperti dulu, mengenang masa kebersamaan gue dan Alena. Gue dulu belum sempat mengenal Alena lebih dalam, malah gue hancurkan dia saat dia menjadi OB di perusahaan gue. Tapi, gue tanggung jawab karena saat itu gue merasa bersalah tapi lo tau tidak gue manusia paling bodoh yang tidak melihat dia dari awal, padahal dia dikantor gue kerja, kalau tau mungkin cerita tidak seperti ini," ucap Cakra yang bicara tentang masa lalu yang hanya didengar oleh Luna. "Dulu sekarang sama saja, you sudah bertanggung jawab
"Ada apa?" tanya Alena singkat dengan suara penuh tanda tanya. Cakra melepaskan pelukkannya dan menatap dengan lekat wajah wanita yang menemani dia selama ini. Dengan segala kekurangan dirinya dan wanita ini setia padanya. "Kenapa, bicara saja. Bukannya kita harus terbuka ya? Apa kamu sudah tidak mau bicara padaku lagi?" tanya Alena dengan lembut. Cakra menundukkan kepala, dia tidak sanggup melihat Alena, hatinya hancur dia saja yang mendengar sudah sehancur ini, apalagi istrinya pasti lebih hancur lagi dan sudah dipastikan kalau Alena tidak sanggup menanggung semuanya. Luna ikut menangis melihat apa yang terjadi dengan kedua sahabatnya ini. Luna juga tau berat untuk Cakra mengatakannya banyak hal yang dipikirkan oleh Cakra. "Aku sakit ya? Sakit apa? Hingga kamu tidak bisa mengatakannya padaku. Apakah separah itukah sakitku? Apakah sakitku ini akan membuat aku pergi dari sisimu?" tanya Alena dengan tatapan mata lembut namun suaranya bergetar. Cakra mendengar perkataan Alena seg
"You di sini? Bukannya you ikut Kenzo?" tanya Luna yang terkejut melihat Kiano datang dan berdiri di depannya. Luna juga melihat arwah yang dulu pernah membantunya. Mereka terlihat menggemaskan tapi menyebalkan. "Iya, aku di sini karena memikirkan Mommy, bagaimana dengan Mommy?" tanya Kiano yang duduk dan dirinya ingin tau bagaimana kondisi Mommy saat ini. Luna tidak tau harus berkata apa saat ini. Dia tidak mau terlalu mendalam dalam keluarga sahabatnya ini. "You masuk saja, tanyakan ke Mommy dan Daddy you yang di sana, siapa tau mereka mau mengatakannya. Kalau i hanya orang luar yang tidak pantas mengatakan apapun. Tapi, i harap you suport mommy you itu dan juga Daddy you. Karena keduanya butuh you bertiga, jangan tinggalkan mereka," jawab Luna. Perkataan dari Luna membuat Kiano penasaran dia ingin tau apa yang terjadi. "Baiklah, paman, aku masuk dulu. Aku penasaran apa yang terjadi dengan Momny dan Daddy," ungkap Kiano yang segera berdiri dan melangkahkan kakinya masuk ke da
Alex segera keluar dari lift karena dia sudah berada di mana dia menginap. Alex masih bingung kenapa dengan dirinya. Dia tidak pernah makan makanan yang membuat jantungnya bermasalah tapi tadi dia seperti ini. "Aku harus periksa ke dokter, kalau Mommy tau mana dirinya akan dimarahi oleh Mommy, semoga baik saja," ucap Alex yang akhirnya sampai di kamar hotelnya. Alex membuka pintu menggunakan kunci, pintu terbuka Alex masuk dan tidak lupa pintunya terkunci. Alex meletakkan amplop di depan meja, dia segera duduk dan membuka amplop yang anak buahnya berikan padanya. "Apa yang dia dapatkan, apakah dia mendapatkan data mereka, aku harap aku mendapatkan itu, jadi aku tau siapa yang membantu pembunuh ayahku itu," ucap Alex yang perlahan membuka amplop dan saat dikeluarkan isi amplop tersebut Alex menatap satu persatu foto tersebut dia tersenyum karena melihat foto yang dia dapatkan. Saat membuka lembaran yang dibawah, terdengar suara bel hingga membuat Alex terkejut dan menjatuhkan semu
Alex membolak balikkan benda tersebut. Sebuah bros yang berbentuk mawar dan bros tersebut tiba-tiba jatuh dan Alex tidak mengerti datang dari mana bros tersebut. "Benda ini punya siapa? Aku tidak pernah memiliki dan membelinya saja tidak. Apa ini punya gadis itu? Tapi, kenapa bisa benda ini bisa di jasku?" tanya Alex yang tidak mengerti kenapa bisa benda tersebut ada bersama dia. Alex mencoba untuk berpikir sejenak, dia mengingat bagaimana benda ini berada bersama dia. Dan setelah ingat Alex baru mengerti kenapa bisa benda ini bersama dia. "Pantas saja, di lift waktu tadi. Aku akan menyimpan benda ini kalau begitu, menyusahkan saja aku yakin dia pasti ingin bertemu dengan aku. Dasar wanita genit, nakal, dia benar-benar tidak punya harga dirinya," omel Alex yang tidak suka jika pemilik bros ini sengaja melakukannya. Sedangkan di tempat lain, Kiano yang masuk ke dalam ruang inap kedua orang tuanya menatap kedua orang tuanya yang saat ini sedang berpelukan. "Maaf, aku menganggu kalia
Kiano perlahan melepaskan tangan Alena dan berjalan pelan di dekat sudut ruangan yang memang Cakra pesan jika ada tamu yang datang atau anaknya mau menginap bisa di ruang lainnya. Satu kamar ada dua fungsi. "Apa yang mau Paman katakan?" tanya Kiano yang penasaran dengan apa yang akan dibicarakan oleh Luna. Luna duduk semakin mendekat dengan Kiano dia melihat ke sana ke mari takut jika ada yang melihat dirinya. Kiano yang melihat kelakuan dari Luna yang celingak celinguk juga ikut melakukan hal yang sama. "Paman, apa yang paman lihat? Daddy sedang di luar baru saja, tidak mungkin Daddy balik ke sini cepat. Masih ada yang Daddy akan lakukan, katakan apa yang terjadi, aku mau tau, jangan buat aku penasaran Paman," jawab Kiano yang sudah tidak sabar untuk mengetahui apa yang akan Luna katakan. "Jadi, begini, kalian cari nuklir itu bukan? Nah, sebenarnya nuklir itu ada di suatu tempat dan I rasa dia masih di sana," ucap Luna. Kiano mulai diam, dia masih belum ngeh dengan apa yang dik
Kiano dan Luna memandang ke arah sumber suara. Luna membolakan mata mendengar apa yang dikatakan oleh orang tersebut. Dirinya tidak percaya kalau mereka ada di sini lagi. "Paman, bukannya mereka hantu ya? Apa yang dikatakan Daddy itu benar kalau rumah sakit ada hantu di kantor juga, pantas saja kantor dinyalakan lampu yang cukup banyak," ucap Kiano yang bergeser ke arah Luna dan langsung memeluk Luna. "Hei, bukan hanya di rumah sakit, di rumah you juga ada dimana-mana juga ada, termasuk di perut you juga ada. Dasar penakut, hei kalian bukannya pulang malah ke sini. Mau apa lagi? Dan kenapa desek bisa lihat you semua?" tanya Luna yang sedikit kesulitan untuk bergerak karena Luna dipeluk cukup erat oleh Kiano yang ketakutan. "Ami alah amal, aat engal elen, atu adi ikut engal, uping aja idak engal ali lah, ami idak au napa iya ica iyat ami," jawab arwah Aluna yang membuat Luna menghela napas karena jawaban dari arwah tersebut. Kiano melihat interaksi dari Luna dan juga arwah yang sa
Kenzo saat ini berada di ruangan tersendiri, dia memikirkan keluarganya yang tidak datang menemani dirinya yang saat ini akan melakukan resepsi pernikahan. "Kenapa kamu sedih, apa karena paman dan bibi tidak ada di sini?" tanya Dio sepupu Kenzo yang saat ini menemaninya. Bukan hanya Dio saja yang menemani Kenzo di ruangan tersebut. Arvan, Kahfi, Han dan Mike juga menemani Kenzo dan menghibur sepupunya tersebut. "Aku hanya teringat Daddy, Mommy, Kiano dan juga Abangku itu Kenzi yang saat seperti ini dia harus terluka dan ibuku juga sakit. Aku tidak tahu bagaimana kondisinya. Apakah dia baik-baik saja atau tidak. Aku benar-benar khawatir dengan dirinya," ucap Kenzo yang memikirkan kondisi ibunya Alena. Arvan dan lainnya tidak bisa mengatakan apapun, mereka hanya diam saja. Dio menepuk pundak Kenzo dan tersenyum. "Kamu doakan saja mereka ya, aku yakin mereka akan baik saja," jawab Dio. Kenzo menganggukkan kepala pelan dan tersenyum kecil. Pintu terbuka, terlihat Beno muncul di dep
Sejak meninggalnya Alena membuat Cakra lebih banyak menghabiskan waktu ke pemakaman Alena dan dia hampir setiap hari ke sana membawakan bunga kesukaan Alena, perusahaan sudah diserahkannya semua kepada ketiga anaknya Kenzo, Kenzi dan Kiano. Mereka benar-benar menumpahkan semua rasa sayang mereka kepada Cakra dan mereka juga mengurus perusahaan yang diserahkan kepada mereka seluruhnya. Cakra sudah tidak lagi memikirkan perusahaan setiap hari dia selalu pulang pergi ke rumah dan pemakaman. Hari berlalu dengan cepat. Cakra sudah lebih menua. Tuan Rosario dan ibu Fatimah juga sudah pergi meninggalkan mereka keduanya yang sudah sepuh dan mereka mengikuti Alena. Ibu Fatimah dimakamkan di sebelah Alena. Sedangkan Tuan Rosario dimakamkan di samping istrinya. Saat ini, hari-hari Cakra hanya bisa bermain dengan 3 cucu kembarnya yang semuanya laki-laki anak dari Kenzi sedangkan Kenzo memiliki tiga kembar dan semuanya laki-laki juga sedangkan Kiano dua laki-laki dan 1 wanita dan saat ini cucu C
Cakra mendekati Ibu Fatimah, dia memeluk ibunya Alena dengan cukup erat. Wajah Ibu Fatimah itu mirip dengan Alena jadi dia merasa kalau Alena ada di dalam diri Ibu Fatimah. "Ibu sudah jangan menangis, Alena sudah pergi, dia tidak sakit lagi. Dia sekarang bahagia di sana bersama Mommyku. Ibu masih punya aku dan si kembar. Lagipula, cicit Ibu juga akan lahir. Aku harap Ibu bisa menjaga mereka menggantikan Alena ya, aku mohon jangan menangis. Kita harus ikhlas, Ibu," ucap Cakra yang membuat Ibu Fatimah terisak di pelukkan Cakra dan tentu saja itu membuat Cakra ikut menangis. Para menantu Alena memeluk nenek mereka, Ibu dari mertua mereka. Mika yang dekat dengan Ibu Fatimah menghapus air mata Ibu Fatimah. "Nenek cantik, jangan sedih ya, aku akan sedih jika nenek cantik sedih, Mommy akan sedih jika nenek cantik sedih, kita harus kuat dan selalu doakan Mommy ya, Nenek cantik," ujar Mika mencoba menenangkan Ibu dari mertuanya tersebut. Ibu Fatimah yang dipeluk oleh cucu menantunya menang
Tepat hari ini, Cakra menghadapi cobaan yang luar biasa, dia harus merasakan sakit yang teramat dalam. Wanita kesayangannya pergi dalam pelukkannya. "Katanya kamu nggak akan pergi, kenapa pergi juga, kenapa tinggalkan aku. Bukannya kita akan menua bersama, kamu kenapa berbohong kepadaku?" tanya Cakra yang masih memeluk Alena dan dia tidak mau membawa Alena pergi dari tempat tersebut. Kenzi, Kenzo, Kiano tidak tahan melihat separuh jiwa daddynya pergi dan belahan jiwa mereka pergi. Kiano menangis histeris dan tubuhnya bergetar saat ini. "Mommy, kenapa tega meninggalkan aku. Apa salah Mommyku Tuhan, aku tidak mau Mommyku pergi, kembalikan dia. Kembalikan dia aku mohon, kembalikan dia, Mommy kembali, jangan tinggalkan aku!" tangis Kiano membuat mereka semuanya menangis melihat keluarga Cakra mendapatkan cobaan yang cukup besar. "Bawa Ibu Fatimah ke mobil, sadarkan dia ya, tolong bantu dia kuat," ucap Tuan Rosario meminta kepada Hana dan Hani untuk membangunkan bibi mereka. "Baik, P
"Baiklah, Dokter. Saya permisi dulu. Saya harap semuanya akan lancar dan tidak ada kanker yang menyebar di seluruh tubuh istri saya, tapi rambut istri saya sudah gugur. Apakah itu berpengaruh karena sakitnya?" tanya Cakra yang akhirnya mengatakan kalau rambut Alena gugur.Mendengar pertanyaan dari Cakra, Dokter tersebut menganggukkan kepala. "Iya benar, itu adalah efeknya dan juga efek kemoterapi yang waktu itu tapi Anda jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja, semoga istri Anda bisa kuat dan dia bisa dioperasi dan juga kankernya tidak menyebar ke seluruh tubuhnya," jawab Dokter. Mendengar perkataan dari Dokter, Cakra menganggukkan kepala, itulah yang dia harapkan Alena sembuh. Apapun akan dia lakukan untuk sembuh. "Ya sudah, Dokter, terima kasih. Saya pergi dulu, saya ingin bertemu dengan istri saya," jawab Cakra yang dianggukan oleh dokter. Keduanya bersalaman dan tersenyum. Cakra keluar dari ruangan Dokter. Tubuhnya lemas kakinya bergetar dia merasakan ada sesuatu yang hi
Tuan Rosario tidak tau pasti dengan jawabannya. "Apakah Anda yakin besan?" tanya Ibu Fatimah."Aku tidak yakin dan tidak tahu kapan anak perempuanku itu akan bangun karena saat ini dia sepertinya masih enggan untuk melihat kita, dia masih betah dengan dunianya yang di alam mimpi. Aku tidak tahu apa yang dia inginkan, aku sudah melarangnya untuk tidak tertidur. Saat itu, tapi nyatanya dia tidur juga. Apakah aku bisa melarangnya jika anakku ingin tidur?" tanya Tuan Rosario yang akhirnya menumpahkan semua rasa kesedihannya dengan air matanya. Dia yang kuat dan dia yang menasehati semuanya untuk tidak menangis. Tapi, saat melihat anak perempuannya tidak juga bangun membuat dirinya sedih terlebih lagi sejak Alena muncul dalam kehidupan anaknya Cakra. Cakra sudah berubah menjadi pria yang dia inginkan dan sekarang jika Alena tidak ada, apakah Cakra akan kembali ke mode yang dulu. Luna dan ketiga sahabat Cakra juga dua sahabat Alena serta dua sepupu masing-masing memeluk suami mereka. Merr
Setiap hari Cakra terus membuat obrolan yang kalau orang mendengar pasti akan membosankan tapi tidak dengan Cakra, dia terus mengatakan semuanya hingga Cakra perlahan putus asa karena setiap hari obrolannya tidak direspon malah Alena semakin menutup matanya. "Sayang, Kiano ingin menikah, dia ingin kamu menyaksikannya. Apakah kamu tidak kasihan dengan Kiano. Dia menunggumu, Sayang, bangunlah aku ingin melihat kamu menyaksikan, anak semata wayangmu itu mau menikah. Ayo bangunlah, tidak maukah kamu melihatnya. Dia sangat membutuhkanmu, Sayang. Dia menunggumu, bangunlah, sudah sebulan lebih kamu tidak bangun dan kamu juga tidak meresponku, aku tidak masalah kamu tidak meresponku tapi mereka yang di luar menunggu kamu. Ibu, Dadddy, sahabatmu, sepupumu keponakanmu dan juga menantu serta anakmu. Dan aku menunggumu, bangunlah. Tidak maukah kamu bangun, Sayang. Apakah sesulit itu untuk membuka matamu, apa yang dokter berikan kepadamu sehingga kamu menutup mata, coba katakan biar aku menghabis
"Sakit?" tanya Alex yang menatap ke arah Nilam. "Iya, sakit. Apakah kamu sakit?" tanyanya kembali. Menurutmu, apakah aku sakit setelah semua yang terjadi kepadaku, Nilam? Aku sakit karena baru tahu selama ini Ibuku menderita, dia terlihat bahagia tapi nyatanya dia malah sedih apakah pantas jika aku tidak mengatakan aku sakit?" tanya Alex.Nilam menggelengkan kepala, dia tahu kalau saat ini pasti Alex sangat sakit dan dia juga mengerti kalau saat ini Alex merasakan sakit yang teramat dalam, kehilangan orang yang dicintai yang dia sayangi sedari dulu dan orang itu meninggal di tangannya. "Jika kamu sakit maka datangi dia, minta maaf lah kepadanya seperti apapun ibumu, dia tetaplah ibumu, dia tahu kamu tidak akan mau melakukan itu dan aku yakin dia pasti sudah memaafkanmu. Jauh sebelum kamu meminta maaf karena kamu tahu seorang ibu memaafkan anaknya walaupun anaknya sudah melakukan kesalahan sebesar apapun itu, dia pasti memaafkannya," ucap Nilam.Alex yang mendengar perkataan dari Ni
Orang yang membuat Alex kesal siapa lagi kalau bukan Kahfi. Kahfi datang menemui Alex dan dia bersama sepupunya untuk menjenguk Alex dan tentu saja itu membuat Alex kesal, bukan tidak suka jika mereka menjenguknya tapi dia menyindirnya bukankah itu menyebalkan? Ya, sangat menyebalkan. "Mau apa, kamu ke sini, hahh? Berani-beraninya kamu ke sini, pergi sana. Aku tidak membutuhkanmu," usir Alex kepada Kahfi. Namun, Kahfi tidak peduli dia masuk bersama dengan yang lainnya.Mereka duduk dan meletakkan buah-buahan yang sudah mereka bawa. "jangan terlalu perasaan, ingat semua sudah berakhi, lebih baik kamu tenang dan jangan memikirkan siapapun. Oh, ya bagaimana kondisimu. Apa sudah baikan?" tanya Mike kepada Alex. "Menurutmu, apakah aku sudah baik-baik saja? Jawabannya tentu tidak. Lihatlah, aku masih terbaring di sini. Kalian mau apa ke tempatku dan kalian bawa apa untukku? Hanya buah-buahan, ya? Aku tidak butuh buah-buahan yang aku butuhkan nuklir, mana dia serahkan cepat," jawab Alex ya
Alex mendengar suara Nilam yang terdengar khawatir ada perasaan hangat di hatinya karena saat ini ada yang mengkhawatirkan dirinya."Sudah jangan nangis aku tidak apa-apa, aku baik-baik saja kamu bisa datang ke rumah sakit ya minta sopir ke sini dan satu lagi bisa tidak kamu masakin aku makanan karena aku sangat menginginkan makanan darimu, makanan di sini tidak enak," pinta Alex yang bertingkah seperti anak kecil dan dia merengek kepada Nilam untuk membawakannya makanan.Nilam yang saat ini tengah mendengar rengekan dari Alex hanya tersenyum dia pun mengiyakan apa yang diminta oleh Alex. Keduanya saling bercanda satu sama lain sedangkan Rian saat ini tengah mengurus pemakaman dari Maria, dia menunggu di ruang kamar mayat karena saat ini pihak rumah sakit sedang memandikan Maria.Rian pun harus bolak-balik ke kamar mayat dan ke kasit untuk membayar semua administrasi yang dibutuhkan termasuk biaya pemakaman dan yang lainnya. Rian sudah mencari pemakaman yang benar-benar terbaik untuk