Kekacauan terjadi di rumah Malik, semua para tamu undangan menyelamatkan diri mereka dari ledakkan. Sebuah mobil yang tidak jauh dari rumah Malik tertawa hebat mereka tidak menyangka kalau mereka berhasil membuat rumah yang menjadi target mereka meledak. "Kalian benar-benar luar biasa dan kalian pasti tau apa yang akan kalian lakukan sekarang, cepat lakukan dan jangan menunggu lama. Sekarang, balas dendam dimulai. Sudah cukup lama aku menunggu waktu yang tepat dan tidak akan aku biarkan mereka berada di atas awan, mereka semua harus hancur sehancurnya," ucap pria yang saat ini menatap penuh kebencian kepada musuhnya. Ya, dia adalah anak dari Maria dan Edo bernama Alex tujuan dia satu yaitu untuk membalaskan dendam kepada Cakra yang sudah membunuh ayah kandungnya Edo. Maria mendoktrin anaknya untuk membalaskan dendam kepada Cakra dan sahabatnya tujuannya satu dia akan mengambil nuklir tersebut untuk dia kuasai sendiri. Padahal jelas, kalau yang membunuh Edo adalah dirinya atas bantu
Alex berhasil menabrak tubuh Kenzi yang menyamar dengan memakai topeng. Cakra tidak tau anaknya menyamar dengan memakai topeng. Jika tidak mendengar suara teriakkan dari Kiano."Kakak!" pekik Kiano yang melihat Kenzi terpelanting cukup kuat dan mobil yang menabrak Kenzi kabur dari hadapan mereka. Dio dan Arvan mengejar mobil tersebut namun tidak bisa karena mobil tersebut lebih dulu pergi. Mereka berlari mengejar Kenzi yang ditabrak oleh mobil yang tidak mereka kenali."Kakak, ya Tuhan, dia terluka, ayo kita bawa ke rumah sakit!" teriak Arvan yang ketakutan melihat Kenzi tidak sadarkan diri dan banyak mengeluarkan darah. Dio menganggukkan kepala, semua orang mendekati Kenzi, termasuk Kenzo yang ikut menyerang musuh dan sekarang mereka sudah memukul mundur musuh. "Siapa kalian?" tanya Beno yang terkejut melihat beberapa orang memakai topeng dan membantu mereka. "Aduh, Dad, tidak punya waktu lagi ini, kita harus bawa kakak ke rumah sakit. Hei, kalian cepat bawa kakak ke rumah sakit
Alena yang mendengar perkataan dari anak menantunya memandang ke arah Aluna dirinya menggelengkan kepala. "Tidak ada apa-apa, kamu jangan khawatir Mommy baik saja, kamu jangan khawatir ya," ucap Alena yang menutupi ketakutannya. Alena mempunyai firasat kalau anaknya mengikuti jejak dari Cakra dan mertuanya. Sesampainya, di rumah sakit mereka semuanya turun. Pengawalan super ketat dilihat oleh musuh mereka yang saat ini berada tidak jauh dari mereka. "Mereka dijaga ketat. Banyak para pengawal melindungi para wanita mafia itu. Apa tidak sebaiknya kita berpura-pura berteman dengan mereka, Tuan?" tanya anak buah pria yang saat ini nekat untuk mengikuti para istri sampai di rumah sakit. "Tidak perlu, kita jangan menjadi teman mereka, karena aku yakin mereka akan lebih berwaspada dari kita. Lebih baik, kita tidak perlu mendekati mereka, tunggu waktu yang tepat, sekarang ayo kita pergi, kita punya dua musuh sekarang, cepat atau lambat kita harus bisa menghabisi mereka semua," ucap pria
Kenzi yang sudah sadar menatap istrinya, dia tidak menyangka kalau dirinya selamat dari tabrakan tersebut dan dia juga sangat senang ada istrinya di sini bersama dia. "Kamu baik saja? Mana yang sakit?" tanya Aluna yang berdiri dan mendekati Kenzi. Kenzi tersenyum ke arah Aluna yang saat ini terlihat khawatir. Kenzi mengangkat tangannya dan dia mengusap pipi Aluna dengan lembut. "Jangan khawatir, aku baik saja hanya kakiku saja yang kram dan mereka kemana?" tanya Kenzi yang menatap wanita mungil tersebut. "Mereka diluar, kamu mau minum tidak?" tanya Aluna lagi. Kenzi menganggukkan kepala ke arah Aluna. Kenzi mencoba untuk bergerak, namun kakinya perih hingga Kenzi meringis kesakitan. Aluna yang melihat Kenzi meringis segera mendekati Kenzi dan memeriksa kaki Kenzi. "Mana yang sakit? Katakan padaku, biar aku lihat," ucap Aluna yang memeriksa Kenzi. "Di bawah itu, iya di sana," jawab Kenzi yang menunjuk ke arah dimana dia merasa sakit. Kenzi yang melihat perhatian Aluna senang k
Mendengar apa yang dikatakan dokter kepadanya membuat Cakra tidak bisa berkata-kata. Dia bingung harus percaya atau tidak. Selama ini Alena selalu dia jaga dan mereka ada cek rutin tapi kenapa tidak kelihatan sama sekali kalau Alena mengidap penyakit itu. "Dokter yakin istri saya mengidap penyakit itu?" tanya Cakra dengan suara bergetar dan matanya berkaca-kaca. Dokter tau saat ini Cakra pasti sedih, dia tidak bisa berbuat apapun. Dan pada akhirnya, Dokter yang memeriksa Alena angkat bicara. "Kita harus cek dulu. Saya sudah katakan kalau anda harus menandatangani surat untuk tersebut. Karena, dari sanalah kita tau ada atau tidak. Saya tidak bisa memutuskannya. Pemeriksaan darah tadi mengatakan hal itu, jadi lebih baik kita memastikan agar Anda tenang. Semoga saja, hasil tes darah tadi tidak benar dan ada kesalahan. Untuk itu, saya ingin memastikan lebih lanjut, semua keputusan ada di tangan Anda," jawab Dokter tersebut.Cakra lagi-lagi diam, dia tidak tau harus apa. Dia takut jika
Luna yang melihat Cakra berhenti ikut berhenti dan dia menoleh ke arah belakang. Luna heran kenapa Cakra berhenti dan meneh ke arah belakang. Ada apa sebenarnya. "You kenapa?" tanya Luna yang melangkahkan kaki ke arah Cakra. "Gue merasa ada yang mengikuti kita. Tapi, saat gue menoleh tidak ada sama sekali. Apa yang terjadi ya? Apa ada hantu di sini? Bukannya ini belum malam, masa hantu sudah keluar," jawab Cakra dengan wajah pucat.Cakra mengira itu hantu karena sedari dulu dia takut dengan arwah jadi dia memilih untuk menjauhi tempat yang angker. "Ya Tuhan, usia you sudah tidak muda lagi, kenapa you takut? Harusnya you tidak perlu takut, aneh you ini. Tidak ada siapa-siapa, hanya ada suster yang lewat, sudah jangan you pikirkan itu, ayo kita pergi sekarang!" ajak Luna yang berbalik ke arah lift. Cakra yang mendengar perkataan dari Luna menganggukkan kepala dan mengikuti Luna ke arah lift. Saat pintu lift terbuka, keduanya masuk dan berdiri tegak. Saat Luna ingin menekan tombol l
Luna tidak tau ada apa dengan Cakra kenapa dia mengatakan itu, dia tidak tau apapun yang di maksudkan oleh Cakra. "Gue hanya tanya kepada lo, apakah ada sesuatu yang akan lo katakan ke gue? Misal, kejadian hari ini, Kenzi dan anak-anak yang lain memakai topeng apakah mereka mafia juga?" tanya Cakra yang membuat Luna terdiam.Luna yang duduk di depan Cakra hanya diam dan dirinya tidak bisa mengatakan iya dan tidak bisa mengatakan tidak. Cakra yang melihat kalau Luna diam sudah dipastikan kalau dia menyembunyikan sesuatu. "Hah! Apakah ini karma untukku yang selama ini berbuat jahat, membunuh orang dan melakukan sesuatu diluar batas kewajaran. Apakah ini akibatnya, Luna?" tanya Cakra yang membuat Luna tidak berani menatap ke arah Cakra. Luna menundukkan kepala dan dirinya terdiam saat Cakra mengatakan karma. Kalau dia melakukan sesuatu apa kurangnya dengan dia. "You tau, ada pepatah buah jatuh tidak jauh dari pohonnya? Pepatah itulah yang keluarga lo rasakan. Apa yang you lakukan ki
"Buat apa kamu di sini?" tanya Maria yang kesal dengan pria yang muncul tiba-tiba di belakangnya. "Mami, kenapa di sini? Bukannya Mami ada di Italia? Kapan datang? Dan Mami sembunyi dari siapa?" tanya Alex yang muncul dan mengejutkan Maria. Maria yang mendengar pertanyaan dari anaknya itu mendengus kesal, dia hampir saja ketahuan tapi syukurnya dia tidak ketahuan oleh mereka. Maria berjalan meninggalkan Alex yang masih tetap di sana. Alex yang melihat Maria pergi menghela napas dan mengikuti ibunya itu. "Keterlaluan sekali kamu datang ke sini. Apa misimu sudah selesai? Apa tidak ada yang tau kamu ke sini?" tanya Maria yang masih kesal dengan anaknya ini. Alex yang mendengar pertanyaan ibunya hanya tertawa. Dia tidak mengerti kenapa ibunya ini marah padanya. "Mam, kenapa denganmu? Aku ini sedang kerja, musuhku masuk rumah sakit, aku tidak tau kalau dia dilindung dan orang itu masuk rumah sakit. Sampai saat ini, aku tidak tau siapa dia. Awalnya mau kembali nanti tapi aku pikir-pik
Sejak meninggalnya Alena membuat Cakra lebih banyak menghabiskan waktu ke pemakaman Alena dan dia hampir setiap hari ke sana membawakan bunga kesukaan Alena, perusahaan sudah diserahkannya semua kepada ketiga anaknya Kenzo, Kenzi dan Kiano. Mereka benar-benar menumpahkan semua rasa sayang mereka kepada Cakra dan mereka juga mengurus perusahaan yang diserahkan kepada mereka seluruhnya. Cakra sudah tidak lagi memikirkan perusahaan setiap hari dia selalu pulang pergi ke rumah dan pemakaman. Hari berlalu dengan cepat. Cakra sudah lebih menua. Tuan Rosario dan ibu Fatimah juga sudah pergi meninggalkan mereka keduanya yang sudah sepuh dan mereka mengikuti Alena. Ibu Fatimah dimakamkan di sebelah Alena. Sedangkan Tuan Rosario dimakamkan di samping istrinya. Saat ini, hari-hari Cakra hanya bisa bermain dengan 3 cucu kembarnya yang semuanya laki-laki anak dari Kenzi sedangkan Kenzo memiliki tiga kembar dan semuanya laki-laki juga sedangkan Kiano dua laki-laki dan 1 wanita dan saat ini cucu C
Cakra mendekati Ibu Fatimah, dia memeluk ibunya Alena dengan cukup erat. Wajah Ibu Fatimah itu mirip dengan Alena jadi dia merasa kalau Alena ada di dalam diri Ibu Fatimah. "Ibu sudah jangan menangis, Alena sudah pergi, dia tidak sakit lagi. Dia sekarang bahagia di sana bersama Mommyku. Ibu masih punya aku dan si kembar. Lagipula, cicit Ibu juga akan lahir. Aku harap Ibu bisa menjaga mereka menggantikan Alena ya, aku mohon jangan menangis. Kita harus ikhlas, Ibu," ucap Cakra yang membuat Ibu Fatimah terisak di pelukkan Cakra dan tentu saja itu membuat Cakra ikut menangis. Para menantu Alena memeluk nenek mereka, Ibu dari mertua mereka. Mika yang dekat dengan Ibu Fatimah menghapus air mata Ibu Fatimah. "Nenek cantik, jangan sedih ya, aku akan sedih jika nenek cantik sedih, Mommy akan sedih jika nenek cantik sedih, kita harus kuat dan selalu doakan Mommy ya, Nenek cantik," ujar Mika mencoba menenangkan Ibu dari mertuanya tersebut. Ibu Fatimah yang dipeluk oleh cucu menantunya menang
Tepat hari ini, Cakra menghadapi cobaan yang luar biasa, dia harus merasakan sakit yang teramat dalam. Wanita kesayangannya pergi dalam pelukkannya. "Katanya kamu nggak akan pergi, kenapa pergi juga, kenapa tinggalkan aku. Bukannya kita akan menua bersama, kamu kenapa berbohong kepadaku?" tanya Cakra yang masih memeluk Alena dan dia tidak mau membawa Alena pergi dari tempat tersebut. Kenzi, Kenzo, Kiano tidak tahan melihat separuh jiwa daddynya pergi dan belahan jiwa mereka pergi. Kiano menangis histeris dan tubuhnya bergetar saat ini. "Mommy, kenapa tega meninggalkan aku. Apa salah Mommyku Tuhan, aku tidak mau Mommyku pergi, kembalikan dia. Kembalikan dia aku mohon, kembalikan dia, Mommy kembali, jangan tinggalkan aku!" tangis Kiano membuat mereka semuanya menangis melihat keluarga Cakra mendapatkan cobaan yang cukup besar. "Bawa Ibu Fatimah ke mobil, sadarkan dia ya, tolong bantu dia kuat," ucap Tuan Rosario meminta kepada Hana dan Hani untuk membangunkan bibi mereka. "Baik, P
"Baiklah, Dokter. Saya permisi dulu. Saya harap semuanya akan lancar dan tidak ada kanker yang menyebar di seluruh tubuh istri saya, tapi rambut istri saya sudah gugur. Apakah itu berpengaruh karena sakitnya?" tanya Cakra yang akhirnya mengatakan kalau rambut Alena gugur.Mendengar pertanyaan dari Cakra, Dokter tersebut menganggukkan kepala. "Iya benar, itu adalah efeknya dan juga efek kemoterapi yang waktu itu tapi Anda jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja, semoga istri Anda bisa kuat dan dia bisa dioperasi dan juga kankernya tidak menyebar ke seluruh tubuhnya," jawab Dokter. Mendengar perkataan dari Dokter, Cakra menganggukkan kepala, itulah yang dia harapkan Alena sembuh. Apapun akan dia lakukan untuk sembuh. "Ya sudah, Dokter, terima kasih. Saya pergi dulu, saya ingin bertemu dengan istri saya," jawab Cakra yang dianggukan oleh dokter. Keduanya bersalaman dan tersenyum. Cakra keluar dari ruangan Dokter. Tubuhnya lemas kakinya bergetar dia merasakan ada sesuatu yang hi
Tuan Rosario tidak tau pasti dengan jawabannya. "Apakah Anda yakin besan?" tanya Ibu Fatimah."Aku tidak yakin dan tidak tahu kapan anak perempuanku itu akan bangun karena saat ini dia sepertinya masih enggan untuk melihat kita, dia masih betah dengan dunianya yang di alam mimpi. Aku tidak tahu apa yang dia inginkan, aku sudah melarangnya untuk tidak tertidur. Saat itu, tapi nyatanya dia tidur juga. Apakah aku bisa melarangnya jika anakku ingin tidur?" tanya Tuan Rosario yang akhirnya menumpahkan semua rasa kesedihannya dengan air matanya. Dia yang kuat dan dia yang menasehati semuanya untuk tidak menangis. Tapi, saat melihat anak perempuannya tidak juga bangun membuat dirinya sedih terlebih lagi sejak Alena muncul dalam kehidupan anaknya Cakra. Cakra sudah berubah menjadi pria yang dia inginkan dan sekarang jika Alena tidak ada, apakah Cakra akan kembali ke mode yang dulu. Luna dan ketiga sahabat Cakra juga dua sahabat Alena serta dua sepupu masing-masing memeluk suami mereka. Merr
Setiap hari Cakra terus membuat obrolan yang kalau orang mendengar pasti akan membosankan tapi tidak dengan Cakra, dia terus mengatakan semuanya hingga Cakra perlahan putus asa karena setiap hari obrolannya tidak direspon malah Alena semakin menutup matanya. "Sayang, Kiano ingin menikah, dia ingin kamu menyaksikannya. Apakah kamu tidak kasihan dengan Kiano. Dia menunggumu, Sayang, bangunlah aku ingin melihat kamu menyaksikan, anak semata wayangmu itu mau menikah. Ayo bangunlah, tidak maukah kamu melihatnya. Dia sangat membutuhkanmu, Sayang. Dia menunggumu, bangunlah, sudah sebulan lebih kamu tidak bangun dan kamu juga tidak meresponku, aku tidak masalah kamu tidak meresponku tapi mereka yang di luar menunggu kamu. Ibu, Dadddy, sahabatmu, sepupumu keponakanmu dan juga menantu serta anakmu. Dan aku menunggumu, bangunlah. Tidak maukah kamu bangun, Sayang. Apakah sesulit itu untuk membuka matamu, apa yang dokter berikan kepadamu sehingga kamu menutup mata, coba katakan biar aku menghabis
"Sakit?" tanya Alex yang menatap ke arah Nilam. "Iya, sakit. Apakah kamu sakit?" tanyanya kembali. Menurutmu, apakah aku sakit setelah semua yang terjadi kepadaku, Nilam? Aku sakit karena baru tahu selama ini Ibuku menderita, dia terlihat bahagia tapi nyatanya dia malah sedih apakah pantas jika aku tidak mengatakan aku sakit?" tanya Alex.Nilam menggelengkan kepala, dia tahu kalau saat ini pasti Alex sangat sakit dan dia juga mengerti kalau saat ini Alex merasakan sakit yang teramat dalam, kehilangan orang yang dicintai yang dia sayangi sedari dulu dan orang itu meninggal di tangannya. "Jika kamu sakit maka datangi dia, minta maaf lah kepadanya seperti apapun ibumu, dia tetaplah ibumu, dia tahu kamu tidak akan mau melakukan itu dan aku yakin dia pasti sudah memaafkanmu. Jauh sebelum kamu meminta maaf karena kamu tahu seorang ibu memaafkan anaknya walaupun anaknya sudah melakukan kesalahan sebesar apapun itu, dia pasti memaafkannya," ucap Nilam.Alex yang mendengar perkataan dari Ni
Orang yang membuat Alex kesal siapa lagi kalau bukan Kahfi. Kahfi datang menemui Alex dan dia bersama sepupunya untuk menjenguk Alex dan tentu saja itu membuat Alex kesal, bukan tidak suka jika mereka menjenguknya tapi dia menyindirnya bukankah itu menyebalkan? Ya, sangat menyebalkan. "Mau apa, kamu ke sini, hahh? Berani-beraninya kamu ke sini, pergi sana. Aku tidak membutuhkanmu," usir Alex kepada Kahfi. Namun, Kahfi tidak peduli dia masuk bersama dengan yang lainnya.Mereka duduk dan meletakkan buah-buahan yang sudah mereka bawa. "jangan terlalu perasaan, ingat semua sudah berakhi, lebih baik kamu tenang dan jangan memikirkan siapapun. Oh, ya bagaimana kondisimu. Apa sudah baikan?" tanya Mike kepada Alex. "Menurutmu, apakah aku sudah baik-baik saja? Jawabannya tentu tidak. Lihatlah, aku masih terbaring di sini. Kalian mau apa ke tempatku dan kalian bawa apa untukku? Hanya buah-buahan, ya? Aku tidak butuh buah-buahan yang aku butuhkan nuklir, mana dia serahkan cepat," jawab Alex ya
Alex mendengar suara Nilam yang terdengar khawatir ada perasaan hangat di hatinya karena saat ini ada yang mengkhawatirkan dirinya."Sudah jangan nangis aku tidak apa-apa, aku baik-baik saja kamu bisa datang ke rumah sakit ya minta sopir ke sini dan satu lagi bisa tidak kamu masakin aku makanan karena aku sangat menginginkan makanan darimu, makanan di sini tidak enak," pinta Alex yang bertingkah seperti anak kecil dan dia merengek kepada Nilam untuk membawakannya makanan.Nilam yang saat ini tengah mendengar rengekan dari Alex hanya tersenyum dia pun mengiyakan apa yang diminta oleh Alex. Keduanya saling bercanda satu sama lain sedangkan Rian saat ini tengah mengurus pemakaman dari Maria, dia menunggu di ruang kamar mayat karena saat ini pihak rumah sakit sedang memandikan Maria.Rian pun harus bolak-balik ke kamar mayat dan ke kasit untuk membayar semua administrasi yang dibutuhkan termasuk biaya pemakaman dan yang lainnya. Rian sudah mencari pemakaman yang benar-benar terbaik untuk