Beno dan Arvin mempersiapkan pernikahan mereka sendiri-sendiri sedangkan Cakra mempersiapkan acara untuk si kembar. "Sayang, sabtu ini semua sudah siap hampir 99% acara si kembar, namanya juga sudah ada. Ini dia, kamu suka tidak, kalau tidak kita ganti. Tapi, menurutku, ini sudah pas dan cocok dengan mereka. Aku suka dengan nama mereka," ucap Cakra yang memperlihatkan kertas berisi nama si kembar. Alena melihat satu persatu nama si kembar dari yang tertua sampai si bontot. Alena tersenyum karena anaknya memiliki nama yang sangat bagus. Alena menoleh ke arah Cakra yang saat ini tengah duduk sebelahnya. Mereka saat ini duduk di ranjang sambil membicarakan persiapan acara si kembar. Alena menyandarkan dirinya di lengan Cakra dan memeluknya. "Aku suka dengan namanya. Tidak perlu dirubah, ini sudah bagus. Jadi, ga sabar untuk acara sabtu esok. Undangan berapa orang, apa anak yatim sudah di undang juga?" tanya Alena kepada Cakra. "Sudah di undang anak yatimnya. Kalau untuk tamu hanya
"Tidak ada, suami you rese." Luna melirik ke arah Cakra yang saat ini terlihat kesal. Kenapa harus dia yang dikatakan rese. Alena menggelengkan kepala melihat keduanya. "Ayo sarapan dulu baru kalian berangkat kerja. Mulailah dengan sarapan agar kalian bisa fokus bekerja," ucap Alena mengajak Cakra dan Luna, Aa Arvin untuk makan. Mereka semua menikmati makanan yang sudah di sajikan. Tidak ada pembicaraan sama sekali. Arvin melirik ke arah Cakra dia ingin mengajak calonnya untuk pergi foto prewedding. Cakra yang tau lirikkan matanya Arvin berdehem. "Kalau ada urusan pergi saja, nanti saya pergi dengan pinky boy, urus dulu persiapan pernikahan kalian, nanti kalau sudah selesai ke kantor, tapi kalau tidak selesai juga ambil cuti satu hari saja," ucap Cakra mengatakan kepada Arvin untuk cuti satu hari. Arvin yang mendengarnya tersenyum, dia menganggukkan kepala karena senang bosnya mengizinkan dia untuk cuti hari ini. Selesai makan, Luna ikut dengan Cakra, sedangkan Arvin menunggu cal
Pasha yang berada di kantor tiba-tiba teringat dengan wanita yang tidak lain Inez sahabat Alena. Sejak bertemu dengan Inez dia semakin rindu. Sudah lama tidak bertemu sejak dia membelikan ponsel baru untuk Inez. Sejak itu dia tidak bertemu lagi. "Kok rindu gue dengan tuh cewek barbar, apa karena gue tidak bertemu. Kata orang harus bertemu baru bisa memupuk perasaan sayang, jika tidak ya percuma, rasa itu tidak ada. Lebih baik,gue ketemu dia, lumayan siapa tahu gue dikasih minum," ucap Pasha. Pasha pun membereskan pekerjaannya dan bergerak menuju keluar. Sampai di luar, Pasha berhenti di meja sekretaris dan menatap ke arah sekretarisnya yang saat ini terlihat sedang sibuk. "Nanti kalau Daddy datang, katakan saya ke kantor Tuan Cakra. Ada urusan dan asisten saya mana? Kenapa tidak kelihatan?" tanya Pasha. Sekretaris Pasha mengangkat kepala dan melihat bosnya yang tampan plus playboy. "Tono lagi rapat, bukannya Anda meminta dia menggantikan Anda rapat, Anda lupa ya?" tanya Sekretari
Cakra dan Luna sekarang berada di kantor tepatnya di ruangan kerja Cakra. Hari ini, Arvin tidak masuk karena urusan pernikahan. Cakra dibantu oleh sekretarisnya, beruntung semua hanya tinggal tanda tangan. "You, apa yang you lakukan?" tanya Luna yang menghentikan kegiatannya main ponsel. Dirinya sebenarnya tidak ingin bermalas-malasan, dia suka melakukan Pedicure dan sebagainya pokoknya berhubungan dengan salon, tapi ini dia harus duduk di depan gunung es yang dari awal tidak ada senyumnya sama sekali. Cakra mengangkat kepalanya, dia menyerngitkan keningnya melihat si pinky boy ini mulai protes lebih tepatnya bertanya. Apakah dia bosan pikir Cakra. "Kenapa? Kamu mau kerja juga, tuh hitungan burung yang terbang," ucap Cakra ngasal. Mendengar Cakra memintanya menghitung burung yang terbang membuat Luna mendengus kesal. Luna melirik ke arah jendela besar dan bening yang ada di sisi kirinya. Burung apa yang ada, dasar menyebalkan pikir Luna dengan wajah masam. Cakra ingin tertawa m
"Siapa you? Kenapa you ikut campur dengan urusan I dan si tampan ini. Apa you iri ga bisa peluk dia? Iiih, i yakin you pasti ingin peluk dia kan? Jangan harap, mimpi you, sudah sana pergi. Ayo suami gemoy i, kita bayar dulu," ucap Luna mewakili Cakra.Seseorang itu adalah Della dan pasangannya siapa lagi kalau buka ketua klan Minamoto yang menatap Cakra dengan tajam. Cakra yang ditatap tajam oleh pria yang didepannya ikut memandangnya dan jangan ditanya kalau Cakra curiga dengan pria di depannya ini. " Tuan Cakra, saya kenal Anda sangat baik sekali, Anda adalah seorang pengusaha hebat dan Anda juga seorang suami yang sayang istri juga anak, apa anak Anda baik?" tanya pria tersebut yang tidak lain Minahashiro. Cakra mengepalkan tangannya, dia tidak tau kenapa pria di depannya ini menanyakan anaknya. Apa dia tau kalau anaknya sudah lahir. Tapi, darimana dia tau. Berita mengenai kelahiran anaknya tidak terekspos dan pria di depannya ini tidak diundang, walaupun tau kalau dia pengusaha
Cakra dan sahabatnya, asistennya juga Luna sudah berkumpul mereka duduk di sofa dan saling memandang satu sama lain. Belum ada yang bicara sama sekali. "You mau diam aja? Kalau emang mau diam, i akan keluar nih. I mau berendam di kali agar I bisa mendapatkan ilham untuk pekerjaan besok," ucap Luna yang akhirnya membuka suara. "Ck, kali apa? Kali ciliwung? Ngadi-ngadi you. Apa yang mau lo katakan, Cak?" tanya Beno ke Cakra. "Tadi, gue ketemu wanita yang mau dijodohkan dengan gue dan dia bersama pria," jawab Cakra. "Jadi, lo cemburu dia dengan pria? Wah, gile bener lo. Ingat, anak tiga istri satu, masih baru juga tuh istri lo brojol. Eh, lo main cemburuan dengan wanita halu itu, parah lo!" Beno tidak menyangka jika Cakra cemburu dengan pria yang bersama wanita yang dulu dijodohkan dengannya. "Woi, dengarkan gue. Enak saja lo katakan gue suka dengan itu orang, gue hanya katakan kalau gue lihat dia dengan pria dan gue melihat pria itu sangat mencurigakan, belum gue selesai bacot lo
Cakra dan Alena pagi-pagi sudah turun sarapan, mereka makan dengan tenang, Luna melirik ke arah Cakra, tidak ada pembicaraan apapun. Sampai selesai, Cakra segera bergerak dan pamitan kepada anak dan istrinya juga mertua barulah dia pergi bersama dengan Luna dan Arvin. "Beno sudah telpon you? Apa kita akan pergi sekarang?" tanya Luna yang saat ini sudah duduk di depan bersama dengan Arvin. Luna sudah memakai pakaian yang dibeli oleh Cakra. Dia tidak memakai pakaian pink lagi, tapi tetap di lehernya ada syal pink menjadi ciri khasnya. "Sudah, ini dia kirim pesan, dia menunggu kita di tempat biasa. Arvin, apa urusan kantor aman? Karena semalam jadwal saya tidak ada meeting penting, apa hari ini ada meeting penting?" tanya Cakra kembali. "Tidak ada, semua aman. Untuk meeting penting nanti hari senin depan, investor dari Dubai datang untuk memperpanjang kontrak baru," jawab Arvin. Cakra menganggukkan kepala dengan pelan, dia mengerti jika investor dari Dubai tidak bisa di cancel ole
Anak buah dari klan Minamoto melihat ke arah dimana Luna jatuh, mereka saling memandang dan memberikan kode ke arah di mana Luna berada. "Kita lihat, siapa dia, kenapa bisa dia ada di sini. Ayo cepat, takutnya dia musuh bos," ujar anak buah klan Minamoto kepada rekannya. "Ya sudah, ayo kita lihat sekarang, sepertinya dia harus dikasih pelajaran jika benar dia musuh di bos," sahutnya kembali. Keduanya pergi melihat ke arah Luna sedangkan yang lainnya berjaga di sekeliling. Luna yang mendengar suara langkah kaki tersenyum penuh kemenangan, dia akan mulai akting. "I harus akting, agar desek percaya dengan i, kita lihat artis dari tanah air mulai beraksi," ucap Luna pelan dan mulai drama jika dia kesakitan. Sebenarnya sakit, tapi dia harus menambah lagi kesakitannya. Dua anak buah klan mafia memandang ke arah Luna yang duduk di pinggir jalan. Mereka memicingkan mata ke arah Luna yang menangis. "Hei, kenapa kau menangis, apa kau hantu atau manusia?" tanya pria bertubuh tegap. Mende
Sejak meninggalnya Alena membuat Cakra lebih banyak menghabiskan waktu ke pemakaman Alena dan dia hampir setiap hari ke sana membawakan bunga kesukaan Alena, perusahaan sudah diserahkannya semua kepada ketiga anaknya Kenzo, Kenzi dan Kiano. Mereka benar-benar menumpahkan semua rasa sayang mereka kepada Cakra dan mereka juga mengurus perusahaan yang diserahkan kepada mereka seluruhnya. Cakra sudah tidak lagi memikirkan perusahaan setiap hari dia selalu pulang pergi ke rumah dan pemakaman. Hari berlalu dengan cepat. Cakra sudah lebih menua. Tuan Rosario dan ibu Fatimah juga sudah pergi meninggalkan mereka keduanya yang sudah sepuh dan mereka mengikuti Alena. Ibu Fatimah dimakamkan di sebelah Alena. Sedangkan Tuan Rosario dimakamkan di samping istrinya. Saat ini, hari-hari Cakra hanya bisa bermain dengan 3 cucu kembarnya yang semuanya laki-laki anak dari Kenzi sedangkan Kenzo memiliki tiga kembar dan semuanya laki-laki juga sedangkan Kiano dua laki-laki dan 1 wanita dan saat ini cucu C
Cakra mendekati Ibu Fatimah, dia memeluk ibunya Alena dengan cukup erat. Wajah Ibu Fatimah itu mirip dengan Alena jadi dia merasa kalau Alena ada di dalam diri Ibu Fatimah. "Ibu sudah jangan menangis, Alena sudah pergi, dia tidak sakit lagi. Dia sekarang bahagia di sana bersama Mommyku. Ibu masih punya aku dan si kembar. Lagipula, cicit Ibu juga akan lahir. Aku harap Ibu bisa menjaga mereka menggantikan Alena ya, aku mohon jangan menangis. Kita harus ikhlas, Ibu," ucap Cakra yang membuat Ibu Fatimah terisak di pelukkan Cakra dan tentu saja itu membuat Cakra ikut menangis. Para menantu Alena memeluk nenek mereka, Ibu dari mertua mereka. Mika yang dekat dengan Ibu Fatimah menghapus air mata Ibu Fatimah. "Nenek cantik, jangan sedih ya, aku akan sedih jika nenek cantik sedih, Mommy akan sedih jika nenek cantik sedih, kita harus kuat dan selalu doakan Mommy ya, Nenek cantik," ujar Mika mencoba menenangkan Ibu dari mertuanya tersebut. Ibu Fatimah yang dipeluk oleh cucu menantunya menang
Tepat hari ini, Cakra menghadapi cobaan yang luar biasa, dia harus merasakan sakit yang teramat dalam. Wanita kesayangannya pergi dalam pelukkannya. "Katanya kamu nggak akan pergi, kenapa pergi juga, kenapa tinggalkan aku. Bukannya kita akan menua bersama, kamu kenapa berbohong kepadaku?" tanya Cakra yang masih memeluk Alena dan dia tidak mau membawa Alena pergi dari tempat tersebut. Kenzi, Kenzo, Kiano tidak tahan melihat separuh jiwa daddynya pergi dan belahan jiwa mereka pergi. Kiano menangis histeris dan tubuhnya bergetar saat ini. "Mommy, kenapa tega meninggalkan aku. Apa salah Mommyku Tuhan, aku tidak mau Mommyku pergi, kembalikan dia. Kembalikan dia aku mohon, kembalikan dia, Mommy kembali, jangan tinggalkan aku!" tangis Kiano membuat mereka semuanya menangis melihat keluarga Cakra mendapatkan cobaan yang cukup besar. "Bawa Ibu Fatimah ke mobil, sadarkan dia ya, tolong bantu dia kuat," ucap Tuan Rosario meminta kepada Hana dan Hani untuk membangunkan bibi mereka. "Baik, P
"Baiklah, Dokter. Saya permisi dulu. Saya harap semuanya akan lancar dan tidak ada kanker yang menyebar di seluruh tubuh istri saya, tapi rambut istri saya sudah gugur. Apakah itu berpengaruh karena sakitnya?" tanya Cakra yang akhirnya mengatakan kalau rambut Alena gugur.Mendengar pertanyaan dari Cakra, Dokter tersebut menganggukkan kepala. "Iya benar, itu adalah efeknya dan juga efek kemoterapi yang waktu itu tapi Anda jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja, semoga istri Anda bisa kuat dan dia bisa dioperasi dan juga kankernya tidak menyebar ke seluruh tubuhnya," jawab Dokter. Mendengar perkataan dari Dokter, Cakra menganggukkan kepala, itulah yang dia harapkan Alena sembuh. Apapun akan dia lakukan untuk sembuh. "Ya sudah, Dokter, terima kasih. Saya pergi dulu, saya ingin bertemu dengan istri saya," jawab Cakra yang dianggukan oleh dokter. Keduanya bersalaman dan tersenyum. Cakra keluar dari ruangan Dokter. Tubuhnya lemas kakinya bergetar dia merasakan ada sesuatu yang hi
Tuan Rosario tidak tau pasti dengan jawabannya. "Apakah Anda yakin besan?" tanya Ibu Fatimah."Aku tidak yakin dan tidak tahu kapan anak perempuanku itu akan bangun karena saat ini dia sepertinya masih enggan untuk melihat kita, dia masih betah dengan dunianya yang di alam mimpi. Aku tidak tahu apa yang dia inginkan, aku sudah melarangnya untuk tidak tertidur. Saat itu, tapi nyatanya dia tidur juga. Apakah aku bisa melarangnya jika anakku ingin tidur?" tanya Tuan Rosario yang akhirnya menumpahkan semua rasa kesedihannya dengan air matanya. Dia yang kuat dan dia yang menasehati semuanya untuk tidak menangis. Tapi, saat melihat anak perempuannya tidak juga bangun membuat dirinya sedih terlebih lagi sejak Alena muncul dalam kehidupan anaknya Cakra. Cakra sudah berubah menjadi pria yang dia inginkan dan sekarang jika Alena tidak ada, apakah Cakra akan kembali ke mode yang dulu. Luna dan ketiga sahabat Cakra juga dua sahabat Alena serta dua sepupu masing-masing memeluk suami mereka. Merr
Setiap hari Cakra terus membuat obrolan yang kalau orang mendengar pasti akan membosankan tapi tidak dengan Cakra, dia terus mengatakan semuanya hingga Cakra perlahan putus asa karena setiap hari obrolannya tidak direspon malah Alena semakin menutup matanya. "Sayang, Kiano ingin menikah, dia ingin kamu menyaksikannya. Apakah kamu tidak kasihan dengan Kiano. Dia menunggumu, Sayang, bangunlah aku ingin melihat kamu menyaksikan, anak semata wayangmu itu mau menikah. Ayo bangunlah, tidak maukah kamu melihatnya. Dia sangat membutuhkanmu, Sayang. Dia menunggumu, bangunlah, sudah sebulan lebih kamu tidak bangun dan kamu juga tidak meresponku, aku tidak masalah kamu tidak meresponku tapi mereka yang di luar menunggu kamu. Ibu, Dadddy, sahabatmu, sepupumu keponakanmu dan juga menantu serta anakmu. Dan aku menunggumu, bangunlah. Tidak maukah kamu bangun, Sayang. Apakah sesulit itu untuk membuka matamu, apa yang dokter berikan kepadamu sehingga kamu menutup mata, coba katakan biar aku menghabis
"Sakit?" tanya Alex yang menatap ke arah Nilam. "Iya, sakit. Apakah kamu sakit?" tanyanya kembali. Menurutmu, apakah aku sakit setelah semua yang terjadi kepadaku, Nilam? Aku sakit karena baru tahu selama ini Ibuku menderita, dia terlihat bahagia tapi nyatanya dia malah sedih apakah pantas jika aku tidak mengatakan aku sakit?" tanya Alex.Nilam menggelengkan kepala, dia tahu kalau saat ini pasti Alex sangat sakit dan dia juga mengerti kalau saat ini Alex merasakan sakit yang teramat dalam, kehilangan orang yang dicintai yang dia sayangi sedari dulu dan orang itu meninggal di tangannya. "Jika kamu sakit maka datangi dia, minta maaf lah kepadanya seperti apapun ibumu, dia tetaplah ibumu, dia tahu kamu tidak akan mau melakukan itu dan aku yakin dia pasti sudah memaafkanmu. Jauh sebelum kamu meminta maaf karena kamu tahu seorang ibu memaafkan anaknya walaupun anaknya sudah melakukan kesalahan sebesar apapun itu, dia pasti memaafkannya," ucap Nilam.Alex yang mendengar perkataan dari Ni
Orang yang membuat Alex kesal siapa lagi kalau bukan Kahfi. Kahfi datang menemui Alex dan dia bersama sepupunya untuk menjenguk Alex dan tentu saja itu membuat Alex kesal, bukan tidak suka jika mereka menjenguknya tapi dia menyindirnya bukankah itu menyebalkan? Ya, sangat menyebalkan. "Mau apa, kamu ke sini, hahh? Berani-beraninya kamu ke sini, pergi sana. Aku tidak membutuhkanmu," usir Alex kepada Kahfi. Namun, Kahfi tidak peduli dia masuk bersama dengan yang lainnya.Mereka duduk dan meletakkan buah-buahan yang sudah mereka bawa. "jangan terlalu perasaan, ingat semua sudah berakhi, lebih baik kamu tenang dan jangan memikirkan siapapun. Oh, ya bagaimana kondisimu. Apa sudah baikan?" tanya Mike kepada Alex. "Menurutmu, apakah aku sudah baik-baik saja? Jawabannya tentu tidak. Lihatlah, aku masih terbaring di sini. Kalian mau apa ke tempatku dan kalian bawa apa untukku? Hanya buah-buahan, ya? Aku tidak butuh buah-buahan yang aku butuhkan nuklir, mana dia serahkan cepat," jawab Alex ya
Alex mendengar suara Nilam yang terdengar khawatir ada perasaan hangat di hatinya karena saat ini ada yang mengkhawatirkan dirinya."Sudah jangan nangis aku tidak apa-apa, aku baik-baik saja kamu bisa datang ke rumah sakit ya minta sopir ke sini dan satu lagi bisa tidak kamu masakin aku makanan karena aku sangat menginginkan makanan darimu, makanan di sini tidak enak," pinta Alex yang bertingkah seperti anak kecil dan dia merengek kepada Nilam untuk membawakannya makanan.Nilam yang saat ini tengah mendengar rengekan dari Alex hanya tersenyum dia pun mengiyakan apa yang diminta oleh Alex. Keduanya saling bercanda satu sama lain sedangkan Rian saat ini tengah mengurus pemakaman dari Maria, dia menunggu di ruang kamar mayat karena saat ini pihak rumah sakit sedang memandikan Maria.Rian pun harus bolak-balik ke kamar mayat dan ke kasit untuk membayar semua administrasi yang dibutuhkan termasuk biaya pemakaman dan yang lainnya. Rian sudah mencari pemakaman yang benar-benar terbaik untuk