"Luna, kamu kenalin ini suamiku. Kamu ga datang waktu itu jadi belum kenalan. Yuk kenalan, ga kenal maka ga sayang," ucap Alena menunjukkan ke arah Cakra yang menatap tajam ke arah Luna. Cakra masih menunggu jawaban yang terpotong tadi. Dia tidak ada niat untuk berkenalan tanda ga sayang itu. Bukan termasuk dilist pertemanan Cakra. Masa bodo orang beranggapan dia jahat atau kejam. Luna si pria setengah wanita itu mendekati Cakra. Ya Luna yang nama aslinya Lukman mengulurkan tangannya. Cakra memandang tajam ke arah teman Alena. Melihat tidak ada respon dari Cakra membuat Alena geram. Dia menyikut suaminya hingga suaminya tersentak dan menoleh ke arahnya. "Apa, Sayang?" tanya Cakra dengan gigi yang dirapatkan. Alena menunjukkan lirikkan matanya ke arah tangan Luna. Cakra ikut melirik dan pasrah dia akhirnya mengulurkan tangannya ke arah Luna jika tidak maka Nyonya besar akan mengusir dia dari kamar. "Cakra, itu Beno, Malik, Pasha dan itu Daddyku. Salaman juga sama mereka karena ka
Beno melirik ke arah Luna dan sahabatnya yang lain. Luna tidak peduli dia masih melihat kukunya yang dicat berwarna pink dan ada gambar barbie. "Hei, you, dengar sini, i mau kasih keuntungan buat you. Apa you mau mendengarkan apa yang i katakan?" tanya Beno yang membuat Cakra menyerngitkan keningnya mendengar apa yang dikatakan oleh Beno. Luna menghentikan sejenak melihat kukunya dan dia memandang ke arah Beno yang mengatakan keuntungan. Luna mencondongkan tubuhnya ke arah Beno. Beno menaikkan alisnya ke atas, dia tau kalau pria di depannya ini penasaran. Luna menunggu Beno mengatakannya begitu juga dengan Cakra, Malik dan Pasha yang menatap ke arah Beno. "You, mau katakan apa? Penawaran seperti apa?" tanya Luna kembali. "Penawaran yang berbentuk kerja sama. Cakra akan membayarnya bagaimana, suka tidak?" tanya Beno dengan mengangkat kedua alisnya. Cakra mendengar jika dia akan membayar si Luna dan ada kata kerja sama mulai protes. "Ak .... " Cakra menghentikan ucapannya karena
Keesokan harinya, Cakra dan Alena sudah bangun mereka sedang memakaikan pakaian untuk si kembar, kerjasama yang apik untuk keduanya. Alena bagian memandikan dan Cakra memakai pakaian walaupun ada drama antara Cakra dan si kembar yang nomor dua. "Hei, boy, sudah cukup dramamu itu, Daddy ini sudah keringatan karena ulahmu, kenapa kamu ini selalu membuat Daddy emosi. Apa kamu mau Daddy ini terkena stroke, hmm?" tanya Cakra yang masih belum berhasil memakaikan baju ke si kembar. Sedangkan abang si kembar nomor dua tidak seperti dirinya. Anteng dan menurut tidak banyak drama. Berbeda dengan yang satu ini, membuat dirinya harus tegang urat leher. "Uuu!" si kembar nomor dua menatap ke arah Cakra tanpa rasa bersalah. Dia terus menggerakkan tangannya dan sekali-kali tangannya dipukul ke arah wajah Cakra. Cakra menahan dirinya untuk bersabar dia tidak mungkin marah atau mencubit si kembar bisa ditendang dia jauh dari sini. Cakra terus menurunkan emosinya agar tidak menjentil kuping si kemba
Alena, Cakra, Luna juga ibu Aminah serta dua sepupu Alena makan dengan lahap, tidak ada yang bicara sama sekali hanya suara dentingan yang terdengar. Selesai makan, Cakra bersiap akan pergi ke kantor. Arvin sudah datang dan menunggu di luar. Hana yang melihat Arvin datang tersenyum sedangkan Arvin hanya menatap calon istrinya dengan senyuman kecil itu tidak terlihat. "You mau nikah dengan balik es, kalau i ga mau, lihat senyum aja ga, sama mereka. I heran dengan you pada, suka dengan pria balok es, ga tau kapan cairnya. Mungkin di ranjang kali, ya," sindir Luna yang menatap ke arah Cakra dan juga Arvin. Kedua pria tersebut hanya memandang Luna dengan datar tanpa sedikitpun tersenyum. Entah kenapa mereka ingin mengarungi sahabat Alena yang satu ini. "Hei you, ayo ikut kita. Bukannya mau kerja?" tanya Beno yang tiba-tiba datang menyapa Luna tidak lupa dia menghampiri Hani yang saat ini berdiri dan tersenyum ke arah calonnya itu. Beno mendekati Hani dan menatapnya penuh cinta. Beno
"Gue ikut saja yang penting semua senang dan tidak ada masalah. Gue ga jamin jika si pinky boy ini kena hajar dan ditembak, karena gue bisa kasih saran pakai anti peluru, jika tidak ingin lo menjadi tamu malaikat maut," jawab Cakra setuju dengan apa yang dikatakan oleh sahabatnya. "You aja yang jadi tamu malaikat maut, jangan I, menyebalkan sekali, sejak kapan I jadi tamu malaikat maut, ogah I. Jadi, kapan nih I bisa bekerja. I tau siapa orangnya yang jadi ular, kalau you pada penasaran cari yang bertato gambar ikan dan buaya di lengannya," ucap Luna mengatakan ciri dari orang yang memata-matai klan Cakra. "Baik, kita pergi sekarang, Cakra lo ikut kita?" tanya Beno. "Gue, kerja lo pada ga kerja, mau jatuh miskin lo pada?" tanya Cakra kepada sahabatnya yang semangat untuk menangkap mata-mata tersebut. Pasha menepuk keningnya dan baru ingat kalau ada meeting. Dia segera berdiri dan meninggalkan ruangan tersebut. Begitu juga dengan Malik, tinggal Beno dan Luna. Keduanya saling meliri
Beno dan Arvin mempersiapkan pernikahan mereka sendiri-sendiri sedangkan Cakra mempersiapkan acara untuk si kembar. "Sayang, sabtu ini semua sudah siap hampir 99% acara si kembar, namanya juga sudah ada. Ini dia, kamu suka tidak, kalau tidak kita ganti. Tapi, menurutku, ini sudah pas dan cocok dengan mereka. Aku suka dengan nama mereka," ucap Cakra yang memperlihatkan kertas berisi nama si kembar. Alena melihat satu persatu nama si kembar dari yang tertua sampai si bontot. Alena tersenyum karena anaknya memiliki nama yang sangat bagus. Alena menoleh ke arah Cakra yang saat ini tengah duduk sebelahnya. Mereka saat ini duduk di ranjang sambil membicarakan persiapan acara si kembar. Alena menyandarkan dirinya di lengan Cakra dan memeluknya. "Aku suka dengan namanya. Tidak perlu dirubah, ini sudah bagus. Jadi, ga sabar untuk acara sabtu esok. Undangan berapa orang, apa anak yatim sudah di undang juga?" tanya Alena kepada Cakra. "Sudah di undang anak yatimnya. Kalau untuk tamu hanya
"Tidak ada, suami you rese." Luna melirik ke arah Cakra yang saat ini terlihat kesal. Kenapa harus dia yang dikatakan rese. Alena menggelengkan kepala melihat keduanya. "Ayo sarapan dulu baru kalian berangkat kerja. Mulailah dengan sarapan agar kalian bisa fokus bekerja," ucap Alena mengajak Cakra dan Luna, Aa Arvin untuk makan. Mereka semua menikmati makanan yang sudah di sajikan. Tidak ada pembicaraan sama sekali. Arvin melirik ke arah Cakra dia ingin mengajak calonnya untuk pergi foto prewedding. Cakra yang tau lirikkan matanya Arvin berdehem. "Kalau ada urusan pergi saja, nanti saya pergi dengan pinky boy, urus dulu persiapan pernikahan kalian, nanti kalau sudah selesai ke kantor, tapi kalau tidak selesai juga ambil cuti satu hari saja," ucap Cakra mengatakan kepada Arvin untuk cuti satu hari. Arvin yang mendengarnya tersenyum, dia menganggukkan kepala karena senang bosnya mengizinkan dia untuk cuti hari ini. Selesai makan, Luna ikut dengan Cakra, sedangkan Arvin menunggu cal
Pasha yang berada di kantor tiba-tiba teringat dengan wanita yang tidak lain Inez sahabat Alena. Sejak bertemu dengan Inez dia semakin rindu. Sudah lama tidak bertemu sejak dia membelikan ponsel baru untuk Inez. Sejak itu dia tidak bertemu lagi. "Kok rindu gue dengan tuh cewek barbar, apa karena gue tidak bertemu. Kata orang harus bertemu baru bisa memupuk perasaan sayang, jika tidak ya percuma, rasa itu tidak ada. Lebih baik,gue ketemu dia, lumayan siapa tahu gue dikasih minum," ucap Pasha. Pasha pun membereskan pekerjaannya dan bergerak menuju keluar. Sampai di luar, Pasha berhenti di meja sekretaris dan menatap ke arah sekretarisnya yang saat ini terlihat sedang sibuk. "Nanti kalau Daddy datang, katakan saya ke kantor Tuan Cakra. Ada urusan dan asisten saya mana? Kenapa tidak kelihatan?" tanya Pasha. Sekretaris Pasha mengangkat kepala dan melihat bosnya yang tampan plus playboy. "Tono lagi rapat, bukannya Anda meminta dia menggantikan Anda rapat, Anda lupa ya?" tanya Sekretari
Sejak meninggalnya Alena membuat Cakra lebih banyak menghabiskan waktu ke pemakaman Alena dan dia hampir setiap hari ke sana membawakan bunga kesukaan Alena, perusahaan sudah diserahkannya semua kepada ketiga anaknya Kenzo, Kenzi dan Kiano. Mereka benar-benar menumpahkan semua rasa sayang mereka kepada Cakra dan mereka juga mengurus perusahaan yang diserahkan kepada mereka seluruhnya. Cakra sudah tidak lagi memikirkan perusahaan setiap hari dia selalu pulang pergi ke rumah dan pemakaman. Hari berlalu dengan cepat. Cakra sudah lebih menua. Tuan Rosario dan ibu Fatimah juga sudah pergi meninggalkan mereka keduanya yang sudah sepuh dan mereka mengikuti Alena. Ibu Fatimah dimakamkan di sebelah Alena. Sedangkan Tuan Rosario dimakamkan di samping istrinya. Saat ini, hari-hari Cakra hanya bisa bermain dengan 3 cucu kembarnya yang semuanya laki-laki anak dari Kenzi sedangkan Kenzo memiliki tiga kembar dan semuanya laki-laki juga sedangkan Kiano dua laki-laki dan 1 wanita dan saat ini cucu C
Cakra mendekati Ibu Fatimah, dia memeluk ibunya Alena dengan cukup erat. Wajah Ibu Fatimah itu mirip dengan Alena jadi dia merasa kalau Alena ada di dalam diri Ibu Fatimah. "Ibu sudah jangan menangis, Alena sudah pergi, dia tidak sakit lagi. Dia sekarang bahagia di sana bersama Mommyku. Ibu masih punya aku dan si kembar. Lagipula, cicit Ibu juga akan lahir. Aku harap Ibu bisa menjaga mereka menggantikan Alena ya, aku mohon jangan menangis. Kita harus ikhlas, Ibu," ucap Cakra yang membuat Ibu Fatimah terisak di pelukkan Cakra dan tentu saja itu membuat Cakra ikut menangis. Para menantu Alena memeluk nenek mereka, Ibu dari mertua mereka. Mika yang dekat dengan Ibu Fatimah menghapus air mata Ibu Fatimah. "Nenek cantik, jangan sedih ya, aku akan sedih jika nenek cantik sedih, Mommy akan sedih jika nenek cantik sedih, kita harus kuat dan selalu doakan Mommy ya, Nenek cantik," ujar Mika mencoba menenangkan Ibu dari mertuanya tersebut. Ibu Fatimah yang dipeluk oleh cucu menantunya menang
Tepat hari ini, Cakra menghadapi cobaan yang luar biasa, dia harus merasakan sakit yang teramat dalam. Wanita kesayangannya pergi dalam pelukkannya. "Katanya kamu nggak akan pergi, kenapa pergi juga, kenapa tinggalkan aku. Bukannya kita akan menua bersama, kamu kenapa berbohong kepadaku?" tanya Cakra yang masih memeluk Alena dan dia tidak mau membawa Alena pergi dari tempat tersebut. Kenzi, Kenzo, Kiano tidak tahan melihat separuh jiwa daddynya pergi dan belahan jiwa mereka pergi. Kiano menangis histeris dan tubuhnya bergetar saat ini. "Mommy, kenapa tega meninggalkan aku. Apa salah Mommyku Tuhan, aku tidak mau Mommyku pergi, kembalikan dia. Kembalikan dia aku mohon, kembalikan dia, Mommy kembali, jangan tinggalkan aku!" tangis Kiano membuat mereka semuanya menangis melihat keluarga Cakra mendapatkan cobaan yang cukup besar. "Bawa Ibu Fatimah ke mobil, sadarkan dia ya, tolong bantu dia kuat," ucap Tuan Rosario meminta kepada Hana dan Hani untuk membangunkan bibi mereka. "Baik, P
"Baiklah, Dokter. Saya permisi dulu. Saya harap semuanya akan lancar dan tidak ada kanker yang menyebar di seluruh tubuh istri saya, tapi rambut istri saya sudah gugur. Apakah itu berpengaruh karena sakitnya?" tanya Cakra yang akhirnya mengatakan kalau rambut Alena gugur.Mendengar pertanyaan dari Cakra, Dokter tersebut menganggukkan kepala. "Iya benar, itu adalah efeknya dan juga efek kemoterapi yang waktu itu tapi Anda jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja, semoga istri Anda bisa kuat dan dia bisa dioperasi dan juga kankernya tidak menyebar ke seluruh tubuhnya," jawab Dokter. Mendengar perkataan dari Dokter, Cakra menganggukkan kepala, itulah yang dia harapkan Alena sembuh. Apapun akan dia lakukan untuk sembuh. "Ya sudah, Dokter, terima kasih. Saya pergi dulu, saya ingin bertemu dengan istri saya," jawab Cakra yang dianggukan oleh dokter. Keduanya bersalaman dan tersenyum. Cakra keluar dari ruangan Dokter. Tubuhnya lemas kakinya bergetar dia merasakan ada sesuatu yang hi
Tuan Rosario tidak tau pasti dengan jawabannya. "Apakah Anda yakin besan?" tanya Ibu Fatimah."Aku tidak yakin dan tidak tahu kapan anak perempuanku itu akan bangun karena saat ini dia sepertinya masih enggan untuk melihat kita, dia masih betah dengan dunianya yang di alam mimpi. Aku tidak tahu apa yang dia inginkan, aku sudah melarangnya untuk tidak tertidur. Saat itu, tapi nyatanya dia tidur juga. Apakah aku bisa melarangnya jika anakku ingin tidur?" tanya Tuan Rosario yang akhirnya menumpahkan semua rasa kesedihannya dengan air matanya. Dia yang kuat dan dia yang menasehati semuanya untuk tidak menangis. Tapi, saat melihat anak perempuannya tidak juga bangun membuat dirinya sedih terlebih lagi sejak Alena muncul dalam kehidupan anaknya Cakra. Cakra sudah berubah menjadi pria yang dia inginkan dan sekarang jika Alena tidak ada, apakah Cakra akan kembali ke mode yang dulu. Luna dan ketiga sahabat Cakra juga dua sahabat Alena serta dua sepupu masing-masing memeluk suami mereka. Merr
Setiap hari Cakra terus membuat obrolan yang kalau orang mendengar pasti akan membosankan tapi tidak dengan Cakra, dia terus mengatakan semuanya hingga Cakra perlahan putus asa karena setiap hari obrolannya tidak direspon malah Alena semakin menutup matanya. "Sayang, Kiano ingin menikah, dia ingin kamu menyaksikannya. Apakah kamu tidak kasihan dengan Kiano. Dia menunggumu, Sayang, bangunlah aku ingin melihat kamu menyaksikan, anak semata wayangmu itu mau menikah. Ayo bangunlah, tidak maukah kamu melihatnya. Dia sangat membutuhkanmu, Sayang. Dia menunggumu, bangunlah, sudah sebulan lebih kamu tidak bangun dan kamu juga tidak meresponku, aku tidak masalah kamu tidak meresponku tapi mereka yang di luar menunggu kamu. Ibu, Dadddy, sahabatmu, sepupumu keponakanmu dan juga menantu serta anakmu. Dan aku menunggumu, bangunlah. Tidak maukah kamu bangun, Sayang. Apakah sesulit itu untuk membuka matamu, apa yang dokter berikan kepadamu sehingga kamu menutup mata, coba katakan biar aku menghabis
"Sakit?" tanya Alex yang menatap ke arah Nilam. "Iya, sakit. Apakah kamu sakit?" tanyanya kembali. Menurutmu, apakah aku sakit setelah semua yang terjadi kepadaku, Nilam? Aku sakit karena baru tahu selama ini Ibuku menderita, dia terlihat bahagia tapi nyatanya dia malah sedih apakah pantas jika aku tidak mengatakan aku sakit?" tanya Alex.Nilam menggelengkan kepala, dia tahu kalau saat ini pasti Alex sangat sakit dan dia juga mengerti kalau saat ini Alex merasakan sakit yang teramat dalam, kehilangan orang yang dicintai yang dia sayangi sedari dulu dan orang itu meninggal di tangannya. "Jika kamu sakit maka datangi dia, minta maaf lah kepadanya seperti apapun ibumu, dia tetaplah ibumu, dia tahu kamu tidak akan mau melakukan itu dan aku yakin dia pasti sudah memaafkanmu. Jauh sebelum kamu meminta maaf karena kamu tahu seorang ibu memaafkan anaknya walaupun anaknya sudah melakukan kesalahan sebesar apapun itu, dia pasti memaafkannya," ucap Nilam.Alex yang mendengar perkataan dari Ni
Orang yang membuat Alex kesal siapa lagi kalau bukan Kahfi. Kahfi datang menemui Alex dan dia bersama sepupunya untuk menjenguk Alex dan tentu saja itu membuat Alex kesal, bukan tidak suka jika mereka menjenguknya tapi dia menyindirnya bukankah itu menyebalkan? Ya, sangat menyebalkan. "Mau apa, kamu ke sini, hahh? Berani-beraninya kamu ke sini, pergi sana. Aku tidak membutuhkanmu," usir Alex kepada Kahfi. Namun, Kahfi tidak peduli dia masuk bersama dengan yang lainnya.Mereka duduk dan meletakkan buah-buahan yang sudah mereka bawa. "jangan terlalu perasaan, ingat semua sudah berakhi, lebih baik kamu tenang dan jangan memikirkan siapapun. Oh, ya bagaimana kondisimu. Apa sudah baikan?" tanya Mike kepada Alex. "Menurutmu, apakah aku sudah baik-baik saja? Jawabannya tentu tidak. Lihatlah, aku masih terbaring di sini. Kalian mau apa ke tempatku dan kalian bawa apa untukku? Hanya buah-buahan, ya? Aku tidak butuh buah-buahan yang aku butuhkan nuklir, mana dia serahkan cepat," jawab Alex ya
Alex mendengar suara Nilam yang terdengar khawatir ada perasaan hangat di hatinya karena saat ini ada yang mengkhawatirkan dirinya."Sudah jangan nangis aku tidak apa-apa, aku baik-baik saja kamu bisa datang ke rumah sakit ya minta sopir ke sini dan satu lagi bisa tidak kamu masakin aku makanan karena aku sangat menginginkan makanan darimu, makanan di sini tidak enak," pinta Alex yang bertingkah seperti anak kecil dan dia merengek kepada Nilam untuk membawakannya makanan.Nilam yang saat ini tengah mendengar rengekan dari Alex hanya tersenyum dia pun mengiyakan apa yang diminta oleh Alex. Keduanya saling bercanda satu sama lain sedangkan Rian saat ini tengah mengurus pemakaman dari Maria, dia menunggu di ruang kamar mayat karena saat ini pihak rumah sakit sedang memandikan Maria.Rian pun harus bolak-balik ke kamar mayat dan ke kasit untuk membayar semua administrasi yang dibutuhkan termasuk biaya pemakaman dan yang lainnya. Rian sudah mencari pemakaman yang benar-benar terbaik untuk