Share

kabar gembira

Penulis: Ria Abdullah
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-19 11:23:31

Masih dalam pelukan hangatnya ketika hendak kubuka mata, bangkit dan menyambut hari yang ceria.

Embusan angin dan kicau burung di pagi hari, serta sesosok tubuh yang merengkuhku dalam jalinan suci ini, membuatku merasakan bahagia dan keharuan yang begitu sempurna.

"Sayang, aku mau bangun," ucapku lembut pada suamiku, berharap ia melepaskan pelukannya dan membiarkanku bangun.

"Hmmm ... Tumben menyebutku sayang," ujarnya.

"Iya ... Mas 'kan suamiku, kesayanganku," jawabku mencium keningnya, "ayo bangun, kita harus bersiap berangkat kerja."

"Baiklah, ayo."

Ketika akan berdiri tiba aku merasa darahku drop dan tubuh ini lemas, kepala pusing dan juga mual, aku tersungkur ke lantai da membuat Mas Rafiq langsung kaget dan menghampiriku.

"Ada apa, Jannah?"

"Gak tahu, Mas, mendadak pusing dan oleng," jawabku.

"Ayo aku bantu," ujarnya sambil mengangkat tubuh ini ke ranjang lalu mendudukkanku di sana.

"Kamu kenapa, apa akhir akhir ini sering banyak pikiran dan kurang istirahat??"

"Gak Mas, aku gak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tiba-Tiba Dimadu   kesal

    *"Hari ini bikinin sop ayam dong, Sayang kata suamiku yang tiba-tiba bergelayut manja di lenganku.""Kok tumben sih biasanya kan Mbok Ina yang bikinin semua makanan kesukaan Mas.""Nah tumben hari ini aku ngidam ingin makanan yang dibuatkan istri sendiri boleh kan?" katanya sambil menggenggam"Iya boleh tentu saja, tapi aku mau mandi dulu ya," kataku sambil menggosok pelan rambutnya.*Aku keluarkan bahan makanan dari kulkas berpintu dua di dapur mertua, mulai memotong worte, kentang, buncis dan bahan lainnya, kemudian menjerang kaldu dan cakwe ayam untuk menambahkan rasa lezat ke dalam kuah sop."Sayang ... bikin pisang goreng," teriaknya dari ruang tv.Suamiku yang saat itu sedang bermain game Nintendo dengan Raisa, mereka asyik tertawa dan terlihat kompak sekali."Iya Mas, nanti aku bikinin kebetulan ada nih pisangnya."Dua puluh menit kemudian pisang goreng panas sudah terhidang atau langsung kuantarkan kepada suami, anakku, ibu mertua yang duduk menyaksikan keseruhan anak dan

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-19
  • Tiba-Tiba Dimadu   benjol

    Awan hitam yang bergelayut di langit sana membuat cuaca hari ini menjadi agak redup rintik-rintik hujan mulai menetes membasahi kelopak tanaman yang tumbuh di pekarangan rumah mama mertua, kuperhatikan semua pemandangan itu sambil menyender di kursi dan mengelus calon bayi yang ada di dalam rahimku.Kulirik jam sudah menunjukan pukul 4 sore, aku heran karena Mas Rafiq belum juga kembali dari rumah sakit, sementara aku tadi memesan seporsi pecel lele dari tempat yang menjadi langgananku.Rasa lapar mendera, melilit membuat ulu hati terasa nyeri, aku bangkit untuk meraih toples biskuit lalu duduk kembali ke tempat semula dengan perasaan masygul dan sedikit khawatir.."Mungkin saat ini dia sedang sibuk atau ada pasien dadakan," batinku. [ Sayang kamu di mana sekarang? ] kirimku perhatikan masih centang abu-abuAku terus menatap layar ponsel dengan tatapan nanar berharap dia segera menjawab pertanyaanku, 15 menit kemudian pesan itu sudah centang biru lalu terlihat tanda typing. [ M

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-20
  • Tiba-Tiba Dimadu   tamu

    Siang ini,Mama mertua memanggilku dan menyuruh aku bersiap ia mengatakan bahwa kerabat jauhnya akan datang berkunjung untuk bertemu denganku karena mereka tidak sempat datang di acara pernikahan kami."Siapa Mereka Ma?" tanyaku kepada Mama mertua.Sepupu jauh Mama mereka berasal dari Semarang mereka akan datang ke sini untuk bersilaturahmi dan menginap beberapa hari Karena sekarang ada urusan pemeriksaan kesehatan ke rumah sakit besar."Begitu ya Ma, baik kalau begitu."Suruh mbak Ina untuk membuatkan masakan yang menurut kamu enak di disajikan kepada tamu, lalu berdandanlah yang cantik kenakan perhiasanmu Mama tidak ingin mereka menjadi menikahimu jelek sebagai menantu yang lusuh dan mereka akan salut karena memperoleh menantu sepertimu," ujar Mama sambil menepuk bahuku pelan."Ya mah Mama tenang aja." aku membalas senyuman tulus itu."Mama turun ke bawah dulu ya, mama tunggu kamu di bawah."**Pukul dua siang suara klakson mobil berulang kali terdengar dari dapur aku yang saat i

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-22
  • Tiba-Tiba Dimadu   bertemu mantan

    Sore hari pulang dari tempat kerjanya dan langsung menemuiku di kamar seperti biasa ia menyunggingkan senyum yang begitu manis lalu mencium keningku."Hai sayang selamat sore, selamat sore bayiku" ujarnya sambil mencium perutku."Selamat sore Ayah," jawabku lembut"Kayaknya ada tamu udah sayang?""Iya ada tamu tante Rosa, Om Hermawan, dan Angel,' jawabku, Rafiq yang mendengar nama Angel seketika tersentak dan bertanya,"Ada Angel di sini?""Iya Mas tadi siang mereka datang.""Ngapain?" Mas Rafiq mengernyitkan alisnya."Katanya om Hermawan mau periksa jantung di rumah sakit tempat kamu bekerja, mereka akan diam disini beberapa hari Mas."Mas rafiq terlihat tidak begitu suka dengan kabar yang kuberikan padanya."Tapi kan banyak hotel di sini kenapa harus ke rumah ini ya ?"gumamnya.Ya mungkin karena saudara mama sekalian juga silaturahmi kali mas.'"Tapi keberadaan .....""Mantan kekasih mu tidak akan berpengaruh apa-apa bagiku," potongku segera.'Kamu Yakin?""Kecuali jika Mas banya

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-23
  • Tiba-Tiba Dimadu   berani sekali

    Pukul dua malam aku terbangun karena merasa sangat kehausan ditambah kondisi perut yang mulai membuncit membuatku mudah kehausan.Kuraba kasur yang ada di dekatku sendiri mengerjapkan mata berusaha mencari-cari di mana suamiku tadi. Aku bolak-balikkan selimut dan ia tidak berada di sana."Mana Mas Rafiq ya," batinku.Tiba-tiba ada rasa yang terlintas sedikit mencurigakan di dalam dada. aku merasa seolah-olah ada sesuatu yang tidak baik yang akan terjadi sehingga kuputuskan untuk segera bangkit dan menyusul mencari Di mana keberadaan suamiku.Kususuri kususuri lantai 2 yang yang ruang keluarganya sangat luas dengan bentuk langit-langit seperti dome yang megah sedang lampu gantung bertengger menambah kemewahan rumah mertua.Aku semakin penasaran karena tak menemukan Mas Rafiq yang biasanya menonton tayangan bola di tengah malam.Dadaku berdegup kencang terlebih menyadari jika Angel ada di sini. Tiba tiba rasa khawatir menyeruak dalam dada.Aku menuruni tangga dan lamat-lamat kudengar

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-23
  • Tiba-Tiba Dimadu   lebam

    Ia mendelik dengan tatapan tidak terima sambil memegangi pipinya yang memerah bekas gambar tanganku."Aku sudah muak dengan yang namanya pelakor dan pengganggu, tidak akan kubiarkan satu ruang pun untuk orang akan mengusik rumah tanggaku."Ia mendengus sambil tersenyum sinis, ia menyilangkan kedua tangan di dada lalu berkata kepadaku,"Rafiq sangat mencintaiku, Aku yakin kau hanya pelampiasan, dia melarikan perasaannya karena kecewa putus denganku.""Aku menghargai kepercayaan dirimu," ucapku sambil kembali ke dapur lalu melanjutkan kegiatan memotong sayur lagi.Bukannya malah pergi, dia malah semakin mendekati dan membuat hati ini semakin panas. Menyeret kursi lalu duduk dihadapanku."Kamu hanya janda yang dibuang oleh suami dan kebetulan bertemu dengan Rafiq lalu Ia kasihan padamu.""Apapun itu sebutannya, aku tidak peduli, yang penting sejauh ini Mas rafik sangat mencintaiku dan melakukan apa saja untukku."Wanita itu tertawa seperti mengejekku, "Rafiq, selalu baik kepada semua

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-24
  • Tiba-Tiba Dimadu   mereka pergi

    Sore hari menjelang petang Mas Rafiq kembali dan menemuiku di kamar, ia meletakkan tas di meja, melonggarkan kancing bajunya, tapi ketika menatap padaku ia langsung heran mendapati mataku yang merah dan raut wajah yang sedih."Lho, Sayang, ada apa? Kok nangis?" Ia menghampiri dan langsung membawaku dalam pelukannya. Hari ini aku mendapatkan sedikit masalah Mas air mataku meleleh begitu sajaMasalah apa, coba ceritakan padaku ucapnya sambil membenahi anak rambut dan menyeka air mataku."Aku dan Angel bertengkar ...." kumenangis karena tak sanggup menahan kesedihan dan luapan emosi, mengingat kembali bagaimana Om Hermawan dan putrinya memperlakukanku dengan sinis."Kenapa?""A-angel, dia terus merasik dan mencari cara untuk untuk melemahkan dan melecehkanku. Ia merasa karena posisinya yang menjadi satu-satunya mantan yang lama kau cintai membuatnya merasa seolah memiliki seluruh hatimu.""Tapi itu tidak benar," gumam Mas Raffiq."A-aku tahu ... Ta-tapi karena dia terus-menerus mengga

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-26
  • Tiba-Tiba Dimadu   liontin

    Keesokan harinya Angel beserta ayah dan ibunya berangkat pagi-pagi untuk meninggalkan rumah mertuaku setelah sebelumnya mereka sarapan, kemudian Om Hermawan sekeluarga berpamitan untuk bersiap-siap pergi."Aku pergi ya Tante, Makasih ya udah mengizinkan kami untuk tinggal beberapa hari di rumah Tante," ucap Angel sambil menggenggam tangan mama."Aku juga minta maaf juga ya, kalau kalian tidak berkenan dengan apa yang terjadi di rumahku.""Terima kasih Mbak Ratna," ujar Om Hermawan sambil menyalami Mama,q aku yang berdiri di belakang mereka tidak diajak berbicara sepatah kata pun kecuali dan Tante Rossa yang menghampiri sambil tersenyum lalu menyalamiku."Kami pergi ya Jannah, baik-baik ya, jaga kesehatanmu.""Terimakasih Tante," balasku.Beberapa menit kemudian suamiku keluar dan langsung menghidupkan mobil, bersiap untuk mengantar Angel dan keluarganya sesuai dengan permintaan mereka kemarin."Tante, Angel jalan dulu." Ia mencium pipi Mama mertua lalu melambaikan tangan dan ma

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-27

Bab terbaru

  • Tiba-Tiba Dimadu   kabar buruk apa?

    "Kabar buruk apa?"tanyaku heran."Aku sudah berusaha untuk mengalihkan pikiran dan semua kerinduanku tapi tetap saja, perasaan bersalah dan rasa ingin memperbaiki keadaan timbul di dalam hatiku," ucapnya sambil memandang mataku dengan penuh makna."Aku tak paham ....""Aku masih berharap kita bersama lagi. Demi anak anak, demi aku, demi harapan yang pernah kita bangun.""apa kau lupa tentang perlakuanmu dan apa saja yang sudah terjadi dalam hidup kita masing masing.""Ya, aku bersalah menikahi angel secara diam diam, aku mengulangi kesalahan suamimu yang fatal. tapi ...""Sudah, jangan dilanjutkan," cegahku. "aku tak mau mengenang apapun tentang masa lalu.""Aku hampir kehilangan dirimu dan semangat hidupku saat kau bersama dengan wira. Tapi, setelah bertemu dengannya dan mengetahui hal sebenarnya harapanku tumbuh kembali. Aku harap kita bisa ....""apa?""rujuk lagi," jawabnya sambil menatap mataku."Jadi itu kabar buruknya?""ya, bahwa aku sulit move on dan hidup tanpamu. Maukah

  • Tiba-Tiba Dimadu   menerima

    "Sebaiknya segera tentukan pilihanmu Nak, Ibu juga tidak ingin kamu terus-menerus sendiri seperti itu, karena penilaian orang lain tentang status janda sangat merugikan posisimu," ujar Ibu ketika aku menelponnya."Iya Bu, aku tahu tapi aku belum menentukan pilihanku, aku belum siap untuk naik ke jenjang berikutnya.""Ada dua pria yang begitu tulus dan menyayangimu, Nduk, kamu tinggal memilihnya," ujar Ibu."Bagaimanapun itu adalah pilihan yang sulit, Bu," gumamku pelan."Raisa menyukai salah satu dari pria itu?" tanya Ibu lagi."Raisa ingin aku kembali kepada Mas Raffiq.""Bagaimana dengan perasaanmu sendiri?""Entahlah... masih bingung," jawab ku sambil menghela nafas pelan."Lalu apa yang terjadi tentang Soraya?""Dia masih ditahan di rumahnya, Bu, polisi belum memiliki cukup bukti untuk bisa menjebloskan dia ke penjaara.""Jelas-jelas dia yang menyerang wira dengan air keras," ujar Ibu sedikit ingin marah."Tapi keluarga dan pengacaranya memiliki pengaruh besar, Bu. Mereka mati-m

  • Tiba-Tiba Dimadu   pergilah

    "Jangan dipikirkan apa yang dikatakan Mama dia memang seperti itu," bisik Wira kepadaku ketika Mamanya ke kamar mandi."Aku tak mempermasalahkannya," jawabku pelan sambil menyuapinya."Mbak ... aku berterimakasih atas semua perhatianmu, tapi sebaiknya Mbak tidak usah menjengukku lagi." Aku mencoba menelisik maksud dari ucapannya, mengapa dia harus mengatakan hal semacam itu."Apa yang kau katakan, aku tidak mengerti," ujarku."Aku sudah ikhlas melepaskan Mbak Jannah dengan Mas Rafiq." Sorot matanya yang sendu membuatku terenyuh."Jangan melantur seperti ini sebaiknya kamu istirahat saja." Aku membenahi selimut yang menutupi tubuhnya."Aku sungguh-sungguh, Mbak. Aku sadar bahwa cinta tidak bisa dipaksakan. Aku tahu, meski kita berteman tidak serta merta membuat hal itu menjadi cinta untukmu aku menyadari semua itu dan aku menyesali sikap bodohku untuk memaksakan dirimu menikahiku, Mbak," ujarnya sambil tersenyum getir."Tidak masalah aku memahami perasaanmu, aku bisa memaklumi sem

  • Tiba-Tiba Dimadu   Wira dan dia

    Sejujurnya aku lelah dengan semua ini, dengan takdir berliku liku yang mewarnai hidupku. Andai bisa, aku ingin lari dan mengamankan diri ini dari dunia yang begitu kejam.Baru saja aku dan kedua anakku mengecap ketenangan, dan menikmati hidup kami, kini ujian menghantam silih berganti, membuatku sangat ingin menyerah dari semua ini, andai aku bisa, sejenak lepas dari semua kesulitan yang membelit ini. Sungguh, aku letih.Masih segar dalam ingatan, bagaimana ketika Wira merintih di ranjangnya, sementara keluarganya terus mendesakku agar mau menerima lamaran bankir kaya itu, tiba-tiba Mas Rafiq datang dan berteriak dengan tatapan melotot penuh amarah bahwa dia menolak semua cara mereka menekanku untuk menikahi anggota keluarga mereka."Apakah musibah ini akan kalian gunakan untuk menekan Jannah?""Hei, apa maksudmu! Anakku terluka gara-gara dia, tidak tahu apa yang akan terjadi kepada putraku kedepannya, apakah dia masih seperti semula atau malah cacat," ujar Jeng Zahrina sambil terdu

  • Tiba-Tiba Dimadu   kantor polisi

    Aku kembali ke rumah dengan tubuh dan pikiran yang sudah lelah kubuka pintu utama lalu menuju kursi tamu meletakkan tasku lalu membaringkan diri dengan lunglai di sana.Pikiranku melayang pada rentetan kejadian yang begitu mengejutkan hari ini, setelah didesak untuk "mau menerima" mengambil hati Wira, akhirnya Jeng Zahrina mau tenang dan menguatkan hatinya untuk tidak menangis lagi.Besok mereka akan melakukan operasi untuk memperbaiki kulit punggung dan wajah Wira yang rusak akibat siraman air keras. Ah, kembali pikiranku melayang kepada mantan maduku itu, entah di mana dia berada dan apa yang sedang dia lakukan, kemungkinan saat ini dia sedang bersembunyi di suatu tempat atau mungkin juga duduk santai di rumah orang tuanya.Tring ... Ponsel berbunyi.Kuraih benda itu dengan setengah lesu lalu membaca nama siapa yang sedang menelpon, dan ternyata itu adalah Rina."Halo Rin ada kabar terbaru?""Laporan sudah kami selesaikan, besok polisi akan menuju tempat kejadian untuk mengamankan

  • Tiba-Tiba Dimadu   menanggung kemarahan

    Sesegera mungkin aku meluncur membawa wira ke rumah sakit bersama kedua asistenku, tak lupa aku hubungi nomor Mama Wira yang memang sudah tersimpan di ponselku karena dia adalah pelanggan tetap toko kami."Halo assalamualaikum Jeng Zahrina," sapaku."Waalaikumsalam ada apa kamu menelpon saya," tanya Nyonya Zahrina dengan nada sedikit tidak suka."Maaf karena aku harus memberitahukan hal penting, tapi mohon tenangkan diri Jeng ya," ujarku."Katakan saja apa yang sedang terjadi?""Tadinya Wira datang ke tokoku dan duduk sebentar lalu pergi, namun tak lama kemudian Soraya datang dan berniat menyiramkan air keras kepadaku, namun tanpa diduga-duga Wira datang lagi dan terkena siraman air keras," tuturku hati-hati."Apa?!""Iya, saat ini aku dalam perjalanan membawanya ke rumah sakit.""Kalo terjadi apa-apa dengan anak saya kamu harus bertanggung jawab." Ucapan Mama Wira membuat pikiranku kacau."Kemana kamu akan membawa anakku!" pekiknya lagi."Ke Rumah Sakit Budi Kusuma Jeng," jawabku.

  • Tiba-Tiba Dimadu   musibah apa ini

    *Pemuda itu, datang lagi ke toko sore menjelang aku menutup gerai pakaian dan barang milikku itu.Ia melangkah santai lalu menarik kursi yang ada di depan meja kerja dan mendudukkan dirinya sambil tersenyum."Mbak Jannah, belum mau pulang?" tanyanya."Belum, masih sibuk," jawabku."Uhm, aku akan menunggu,", jawabnya."Kau sadar apa yang kau lakukan sekarang?"tanyaku dengan tatapan tajam. "Aku sudah cukup memberimu ruang, Wira.""Apa maksudnya Mbak, Mbak terlihat marah," ucapnya pelan."Aku sudah cukup baik kepadamu dengan tidak bersikap kasar dan frontal, aku harap kau mengerti kalau aku tidak nyaman dengan semua sikap ini.""Aku tidak tahu cara terbaik untuk bisa merebut hatimu Mbak," jawabnya pelan."Kamu tidak perlu bersusah payah karena aku belum membuka hati untuk siapapun Wira," ucapku dengan tetap menatap lekat padanya."Aku tahu kalau tidak denganku, Mbak Jannah pasti akan kembali lagi dengan dokter Rafiq, iya kan?" cecarnya sok tahu.Aku hanya tertawa getir mendengar ucapan

  • Tiba-Tiba Dimadu   aduh

    Ting tong ...Pagi pagi bel rumah sudah berdenting dan entah siapa berkunjung di pagi buta seperti ini. Sesaat aku sempat bertanya-tanya sekaligus kesal, denting yang terus menerus mengganggu telingaku."Siapa di luar?" tanyaku."Aku," jawab suara yang familiar kudengar itu."Kamu ngapain pagi-pagi gini, bahkan embun pun belum kering di pucuk daun," ujarku."Biarkan embun, yang penting aku menatapmu di awal hari sudah cukup membuatku seolah memiliki semua kebahagiaan.""Hentikan gombalan recehmu!" teriakku di pengeras suara yang tersambung ke gerbang."Jangan marah pagi-pagi aku datang ke sini membawa sesuatu untuk Raisa dan Rayan,". ujarnya santai."Tidak usah bawakan apapun anak-anakku baik-baik saja," jawabku ketus."Tapi Raisa menyukaiku kok. Buktinya ia senang menerima sepaket boneka LoL yang aku belikan," lanjutnya sambil tertawa kecil, " Raisa Sapa Bunda," suruhnya."Bunda ...." Tiba tiba suara anakku timbul dari depan gerbang sana."Raisa kamu ngapaian di gerbang pagi-pagi, k

  • Tiba-Tiba Dimadu   saingan

    "Ini makanan banyak banget siapa yang beli makanan sebanyak ini?""itu dari pemuda tampan yang pagi-pagi sudah datang ke sini dan membawa semobil makanan," jawab asistenku Rina."Apa? Siapa?""Teman Mbak, yang berondong itu lho," jawab Rina setengah berbisik."Ya ampun," desahku."Kenapa Mbak, kan bagus mbak dapat banyak perhatian," jawabnya sambil berkedip aneh."Ish ...mendapat perhatian dari orang yang kita suka itu bagus, tapi kalo gak suka, bikin ilfil kan?""Emangnya mbak sekarang lagi ilfil?" timpal Rudi supirku."Iya, karena aku gak mau didekati pria itu." Aku menghempas diri di sofa sambil melempar pandangan ke tumpukan kotak makanan di meja tamu.Kuhela napas berkali-kali untuk melegakan dadaku, namun kedua pegawaiku itu masih heran dengan sikapku itu. Mereka seperti menunggu adegan berikutnya."Apa lagi? Kenapa pada berdiri?""Makanan sebanyak itu Mbak Jannah bisa habiskan?""Siapa bilang aku akan memakannya?" jawabku sewot."Kasihan yang beli, Mbak," jawab Rina memelas."

DMCA.com Protection Status