Elle yang merasa malu, tanpa sadar mencebik, "Kamu begitu tampan, kaya raya, mempunyai kekuasaan dan kemampuan. Semua wanita pasti menyukaimu."
"Jadi, jika ada pria yang tampan, kaya, berkemampuan dan berkuasa kamu akan menyukainya juga?" Galant kembali bertanya.
Pipi Elle seketika berubah menjadi merah saat mendengar perkataan Galant tersebut. Galant sepenuhnya mengubah konsep. Jika dipikirkan secara logika semuanya itu benar.
Melihat diri Elle yang tercengang, Galant mencium puncak kepala Elle juga memberikan belaian lembut. "Kau tahu kenapa aku menyukaimu?"
Elle menggeleng. "Tidak."
"Apa kamu ingin mengetahuinya?" Galant mengelus lembut pipi Elle.
"Aku menyukaimu karena orang itu adalah kamu. Bukan Chloe juga bukan orang lain." Tatapan Galant tidak lepas menatap lekat manik mata Elle.
Elle terkejut sesaat. Perkataan Galant seperti hembusan angin yang meniup sis
"Galant, itu tidak perlu." Elle bersikeras. "Aku tahu kamu baik padaku, tetapi jika kamu semakin baik aku menjadi tidak nyaman." Elle merasa tidak dapat menikmati segala sesuatu yang diberikan oleh Galant dengan tenang. Mungkin karena ancaman yang telah diberikan oleh Julitte dan Chloe membuat Elle menjadi sedikit sensitif. "Listen to me, Eleonora. Aku ingin memberikan yang terbaik untukmu. Apa kamu mengerti?" Galant mengelus lembut pipi Elle. Elle sangat tersentuh oleh perkataan Galant hingga dia tidak sanggup berkata-kata. Elle hanya bisa mengulum senyuman. Galant menangkup kedua pipi Elle. Dua memberikan kecupan bertubi-tubi di bibir Elle. Sedangkan Elle terus tersenyum, dia memejamkan matanya ketika Galant tidak berhenti mencium bibirnya. "Kita tidur sekarang. Ini sudah malam." Galant berucap saat pagutannya terlepas. Elle kembali mengangguk. Kini dia dan Galan
Saat Galant tiba di ruang rawat Elle. Tatapannya menatap tubuh Elle yang terbaring lemah di ranjang dan wajah yang nampak begitu pucat. Dia mendekat dan langsung duduk di tepi ranjang. "Galant, apa aku akan menginap di sini? Apa aku tidak bisa pulang saja? Aku ingin istirahat di rumah. Aku tidak mau di rumah sakit." Elle berucap dengan nada yang sedikit manja. Merengek pada Galant untuk mengeluarkannya dari rumah sakit. "Lebih baik kau beristirahat di rumah sakit. Besok jika keadaanmu sudah jauh lebih baik, aku akan membawamu pulang," jawab Galant. Bibir Elle berkerut. Dia sedikit mendongak menatap iris mata cokelat Galant. "Aku sudah lebih baik, lihat saja aku sudah sadar. Aku tidak lemah, Galant." "Tidak bisa, aku baru mengizinkanmu keluar dari rumah sakit besok. Itu pun aku harus yakin kesehatanmu sudah pulih." Galant kembali menjawab dengan nada tegas dan tidak ingin dibantah sedikit pun. Ya, dia memang tidak akan mud
Keesokan hari saat pagi hari menyapa Elle tersenyum ketika dia baru saja mendapat kabar dari Bibi Anna bahwa Galant sudah mengizinkannya keluar dari rumah sakit. Jujur saja, Elle tidak betah tinggal terlalu lama di rumah sakit. Jika hanya kelelahan, dia lebih baik beristirahat di rumah. Sebenarnya Galant memang belum mengizinkan Elle untuk keluar dari rumah sakit. Namun, karena Elle yang terus merajuk meminta agar bisa keluar dari rumah sakit, akhirnya Galant mengizinkannya saat dokter mengatakan kondisi Elle memungkinkan untuk pulang ke rumah. "Nyonya Eleonora." Bibi Anna melangkah menghampiri Elle. "Ya? Ada apa, Bi?" Elle mengalihkan pandangannya, menatap Bibi Anna yang berdiri di hadapannya. "Nyonya, apa anda ingin makan sesuatu?" tanya Bibi Anna dengan sopan. "Tidak. Aku tidak lapar. Terima kasih," jawab Elle. "Oh, ya. Apa kau melihat Galant? Tadi aku hanya melihatnya sebentar,
"Galant," panggil Elle. "Ya," jawab Galant lembut. Elle tersenyum. "Terima kasih." Galant tersenyum misterius. Kemudian dia mendekatkan bibirnya ke bibir Elle. "Galant, kamu mau ap—" Perkataan Elle terpotong kala Galant tiba-tiba menarik tengkuknya dan mencium lembut bibirnya. Seketika tubuh Elle membatu, dia begitu terkejut saat Galant melumat bibirnya. Namun perlahan, bibir Galant telah mampu menghipnotis dirinya. Kini Elle mulai memejamkan matanya, dia membalas pagutan Galant. Mengikuti setiap lumatan yang diberikan pria itu. Ya, Elle menyadari tubuhnya begitu lemah ketika berada di hadapan Galant. *** Suara dering ponsel terdengar. Elle yang tengah tertidur pulas, dia langsung terbangun. Ketika dia sudah membuka matanya, dia sedikit terkejut melihat dirinya yang tertidur dalam dekapan Galant. Ya, dia baru saja ingat tadi malam Galant menemanin
"Kenapa kau selalu menghindar ketika aku membahas ini, hem?" Galant menarik dagu Elle, dia menatap manik mata biru Elle dan menatapnya dalam. "G-Galant, lebih baik kau siap-siap bekerja," ucap Elle gugup. "Aku bekerja di perusahaanku. Aku berhak mengaturnya sesuai yang aku inginkan." Galant mengecupi leher Elle dan tangannya meremas gundukan kembar di dada Elle hingga membuat Elle mendesah pelan. Tubuh Elle meremang bagai tersengar aliran listrik. Suara dering ponsel kembali terdengar, membuat Elle langsung menjauhkan sedikit tubuhnya dan mengalihkan pandangannya pada ponsel yang terus berdering itu. "Galant, jawablah teleponmu," ucap Elle memberitahu dengan suara pelan. Galant membuang napas kasar. "Tidak perlu. Biarkan saja." "Jangan seperti itu, Galant," ujar Elle mengingatkan. "Mungkin itu penting." Galant mengumpat dalam hati kala ada yang mengganggunya. Dengan kesal, dia men
"Siapa wanita ini? Apa hubungannya dengan Galant?" Elle berkata dalam hati yang sedang bergetar. "Kenapa wajahnya sangat mirip denganku?" Saat Elle masih bertanya-tanya dalam hati, tiba-tiba terdengar suara bariton nanti dingin memasuki ruangan. "Apa yang kamu lihat?" Prangg!! Karena terkejut dan tangan yang tengah memegang bingkai foto itu gemetar, Elle menjatuhkan bingkai foto tersebut hingga membuat kacanya berserakan di lantai. "Kenapa kamu sudah kembali? Bukankah tadi kamu bilang kalau tidak punya waktu untuk kembali jadi memintaku untuk mengambil dokumen kontrak dan menyerahkan ke supir agar mengantarkan dokumen itu ke perusahaan?" tanya Elle saat melihat Galant ada di hadapannya. Alih-alih menjawab pertanyaan Elle, Galant yang melihat bingkai foto tersebut terjatuh dan kacanya berserakan di mana-mana berjalan mendekat dengan cepat lalu membungkuk mengambil foto yang ada di lantai. Ekspresi
"GALANTT! Dasar brengsek!" Elle berteriak mengluapkan kekecewaannya. "Apakah karena itu Galant memilih untuk bersama aku? Siapa sebenarnya wanita itu? Apa hubungannya dengan Galant?" Begitu banyak pertanyaan yang ada di pikiran Elle sekarang dan yang bisa menjawab hanya Galant. Namun, kini Galant telah pergi dan tidak memberikan jawaban atau penjelasan sedikit pun. "Nyonya, apa yang terjadi padamu? Kenapa kamu menangis?" Bibi Anna yang mendengar teriakan Elle segera bergegas naik ke lantai atas dan menuju ke sumber teriakan. Setelah menemukan Elle yang tengah bersimpuh di ruang kerja Galant, Bibi Anna segera menghampiri dan dengan cepat menarik Elle agar segera berdiri. Namun, setelah melihat kekacauan yang ada di lantai, Bibi Anna mengerutkan keningnya lalu berkata pada Elle. "Berhati-hatilah dengan kaca." Air mata terus berlinang, membasahi pipi Elle. Bibi Anna berusaha dengan keras
Saat Elle mulai tenang, Elle yang tiba-tiba teringat sesuatu. Elle melepas pelukan Bibi Anna lalu bertanya kepadanya. "Bi, apakah kamu tahu siapa wanita itu?" Mendapatkan pertanyaan tersebut, Bibi Anna langsung terlihat cemas untuk membuka mulut. Elle mengajukan pertanyaan itu karena Elle teringat bahwa Bibi Anna pernah bercerita jika dia ikut keluarga Devereux sejak Galant masih kecil. Bibi Anna juga pernah berkata jika dia ikut merawat Galant semenjak dia masih kecil. Berdasarkan cerita Bibi Anna tersebut maka Elle berpikir jika dia pasti mengetahui tentang Galant. Namun, Bibi Anna hanya menatap Elle dengan tatapan yang dalam. Ekspresinya sangat rumit. Setelah beberapa saat Bibi Anna membuka bibirnya lalu berkata, "Nyonya, anda harus tenang terlebih dahulu. Tuan muda akan memberitahu anda mengenai hal ini." Setelah mendengar kata-kata Bibi Anna, Elle memejamkan matanya karena tiba-tiba kepalanya seperti 'men
"Oh iya Archie, apakah kamu ada mendengar sesuatu baru-baru ini? Apakah ... apakah sejak awal Galant sudah mencurigai rencana kita kemarin?" tanya Elle dengan suara yang bergetar. Dia membombardir Archie dengan pertanyaan bertubi-tubi."Galant sangatlah pintar. Pada awalnya ketika aku berpura-pura menggugurkan anak untuk menipunya dengan bantuan Archie, Galant menyakini semua kejadian itu adalah benar. Karena alasan Elle dengan tega menggugurkan anaknya itu Galant pun menjadi marah. Jika Galant sedang marah dan merasa ada yang janggal maka dia tidak akan menunda untuk menyelidikinya.Aku telah mengetahui kemampuannya dalam menyelidiki, aku benar-benar khawatir dia akan menemukan sesuatu."Archie menekan pundak Elle, mencegahnya agar tidak banyak bergerak. Archie menenangkan Elle dengan berkata, "Tidak ... jangan khawatir, dokter yang membantu operasimu sudah tidak berada di kota itu lagi, Galant tidak akan menemukannya.""Kalau begitu maksudmu
Pada awalnya Elle tidak ingin berpikir terlalu banyak. Waktu itu dia hanya berpikir tidak ingin menyikirkan anaknya dan segera pergi dari Galant. Namun, di saat sekarang anak-anak ini akan segera terlahir di dunia, entah kenapa Elle mulai khawatir. Hanya saja saat ini Elle tidak mempunyai banyak waktu untuk berpikir mengenai hal itu. "Akhh ...." Elle menjerit keras, tubuhnya gemetaran. Dia menarik napas yang dalam dan mengeluarkannya dari mulut. Dokter dan perawat masuk ke dalam ruang bersalin. Mereka mempersiapkan alat-alat medis. Kemudian, sang dokter memeriksa jalan lahir Elle. "Nyonya Eleonora, anda harus mendorong dengan kuat. Kepala bayi sudah terlihat, Nyonya," ucap sang dokter. Elle mengangguk lemah, kemudian dia mendorong sekuat mungkin. Archie mengusup ke samping Elle, dia terus memberikan kekuatan padanya. "Akkhhh-" Elle menjerit keras, dia menarik napas yang dalam dan mengeluarkannya dari mulut. Archie m
"Archie ... perutku sakitt!" Elle merintih kesakitan dengan wajah yang begitu pucat. Elle menghela nafas, dia tidak tahu apakah akan melahirkan lebih cepat dari perkiraan. Tiba-tiba Elle merasakan kakinya basah akan cairan yang mengalir sangat cepat. "Cairan ketuban! Seperti sudah pecah." "Kamu sedang di gerbang pintu perusahaan, 'kan? Jangan bergerak, aku akan segera ke sana." Archie berbicara dengan nada yang sangat cemas bahkan dari earphone Elle terdengar suara langkah kaki yang terburu-buru. Sempat terdengar juga Archie yang memerintahkan seseorang untuk menghubungi ambulans kemudian Elle mendengar suara mesin mobil yang dinyalakan. "Elle jangan takut ... apakah kamu mengingat tindakan yang telah kamu pelajari di kelas ibu hamil sebelumnya?" Kata-kata Archie yang masuk ke telinga tiba-tiba seperti sebuah petunjuk di kala pikiran Elle sedang panik. "Ingat!" kata Elle dengan yakin. Sebelumnya Archie mem
Elle seperti orang tenggelam yang akan mati, tetapi beruntung menemukan kayu apung untuk dirinya. Kayu apung itu adalah Archie. Archie adalah penyelamatnya. Maka dari itu, Elle hanya bisa menunggu hingga kondisi tubuhnya membaik lalu bekerja keras sebagai imbalan atas upaya Archie selama ini. Beruntung setelah seminggu kondisi Elle perlahan-lahan membaik. Di bawah bimbingan Archie, Elle mulai belajar tentang bisnis ekspor dan impor. Sejak Elle keluar dari tempat Celine hingga beberapa minggu berada di Berlin Elle belum pernah menghubungi Celine. Elle sedikit merasa tidak enak mengenai hal itu karena selama ini jika Elle berada dalam kesulitan, Celine lah yang mendampinginya. Maka hari ini Elle mencoba menghubungi Celine. Celine yang dihubungi oleh Elle merasa kaget sekaligus senang. Dalam pembicaraannya lewat sambungan telepon, Celine mengatakan jika dirinya terkejut ketika Galant memberitahu kalau Elle telah menggugurkan kandungannya.
Semua yang terjadi adalah rencana Archie. Elle tidak benar-benar menggugurkan anak dalam kandungannya. Dia hanya melakukan pembersihan rahim. Dokter yang melakukannya juga telah diatur oleh Archie. Archie juga mempunyai bisnis di kota ini. Relasi Archie juga bisa dikatakan banyak seperti Galant. Jadi dia juga bisa dengan mudah menemukan kenalan yang bisa membantunya. Elle memang diberi obat bius, tetapi dosis obat bius yang diberikan tidak terlalu besar sehingga hanya membuat dirinya terlihat lemah dan tidak membahayakan janin di perutnya. Sedangkan darah yang dilihat oleh Galant tadi adalah milik seorang gadis kecil yang baru saja menjalani operasi. Galant melihatnya sehingga dia berpikir seakan Elle sedang menjalankan operasi. Elle beristirahat sejenak di ruang operasi sedangkan Archie membawa dan akan menguburkan sesuatu yang mereka anggap 'janin' tersebut. 
Tanpa izin dan dengan berani Elle menatap Galant dan Galant pun membalas tatapan Elle. Mereka saling beradu pandang beberapa saat. Waktu terasa berhenti saat itu juga. Galant menggeretakkan giginya, otot-otot di wajahnya bergetar, tatapannya begitu tajam. Elle sedikit takut melihat Galant yang seperti itu. Elle mengepalkan tangan dengan erat. Rasa sakit akibat tancapan kuku di telapak tangan membuat Elle tetap sadar dan mengingatkan bahwa dirinya tidak bisa lagi jika mundur. Tiba-tiba Galant tersenyum, tetapi senyumnya tidak sampai mencapai matanya lebih tepatnya Galant tersenyum devil. "Eleonora, jika sekarang kamu menyingkirkan anak itu, aku ... Galant Devereux mulai hari ini juga tidak akan berhubungan denganmu." "Baik!" Elle berkata menekankan. Dia menelan ludah yang terasa pahit lalu tersenyum kecil pada Galant meskipun hatinya sakit dan tidak berhenti bergetar. Elle yang masih memanda
"Tidak boleh!" Elle berucap tegas dan menatap Archie dengan tatapan peringatan. "Ternyata rencananya adalah dia ingin menggugurkan anakku!" batin Elle. Elle yang sedang menatap Archie seketika menjadi takut. Seolah merasa jika Archie adalah orang yang akan mengambil nyawa anaknya dengan tangannya. Archie tertegun sesaat. Dia tidak menyangka jika Elle akan bereaksi seperti itu, tetapi keterkejutan di sorot matanya seolah hanya bersinar sebentar saja lalu kembali tenang. Hanya saja dari sorot matanya Elle dapat melihat pancaran sedikit rasa kecewa. "Maksudku bukan benar-benar menyuruhmu menggugurkan anak dalam perutmu itu," kata Archie. Elle tertegun dan mengerutkan keningnya, "Jadi maksudmu?" "Elle, aku bisa membantumu." Suara Archie terdengar berat. Matanya terus tertuju kepada Elle. Elle membalas tatapan Archie. Membuat jantungnya berdegup kencang la
Elle berbicara dengan nada yang tidak menyindir sedikit pun. "Kalau kamu tidak percaya kamu bisa pergi mencari tahu. Berdasarkan kemampuanmu, kamu ingin mencari tahu tentang apapun pasti akan mudah bagimu atau bahkan kamu sudah mencari tahu?" Saat kalimat tersebut keluar, Elle semakin yakin bahwa Galant sudah mencari tahu tentang Archie. Galant serba ingin tahu, serba ingin menggenggam segalanya dalam genggamannya. Proses perceraian mereka pun semua dibawah kendalinya. Tentu saja, kapan Elle bertemu dengan Archie, tidak mungkin Galant tidak tahu. "Tuan Kyne, pulanglah terlebih dahulu. Jika kamu pergi ke bandara sekarang kemungkinan masih sempat ...." Sebenarnya Elle juga tidak yakin akan pembicaraannya, tapi yang Elle tahu Archie harus berangkat ke luar negeri. Kalau Elle sampai menghambat pekerjaannya, dia akan merasa sangat tidak enak. Namun, Archie malah tersenyum dan melihat ke arah Galant. "Tuan Devereux, aku ingin ber
Melihat Elle yang histeris, Galant langsung memeluk Elle lalu berbisik di telinganya, "Tidak apa-apa, tidak akan ada apa-apa. Aku akan mencari dokter terbaik untukmu."Elle memberontak, ingin melepaskan diri dari dekapannya. Kata-kata Galant sedikitpun tidak membuat Elle merasa tenang, tetapi malah sebaliknya. Elle merasa Galant hanya ingin mempertahankan wajahnya.Elle mendengarkan Galant berbicara dengan dokter yang sedang mengobati dirinya agar mencari dokter bedah plastik yang terbaik dan paling hebat juga mendengar Galant yang menyuruhnya agar tidak takut, air mata Elle pun berhenti berlinang. Elle juga sudah tidak menangis.Hanya saja Elle merasa seperti kehilangan seluruh tenaganya. Berada di dalam pelukan Galant, Elle tidak menangis, tidak berisik, juga tidak bergerak meskipun jarum yang menusuk dagingnya memberi rasa sakit yang luar biasa. Namun, Elle lebih dapat merasakan rasa sakit di hatinya yang terasa sangat sakit.Do