Chapter 34
Pregnancy
Manusia merancang kehidupannya sendiri, tetapi bagaimana pun juga Tuhan yang menentukan hasil akhirnya. Chiaki menempatkan bidak catur dengan sempurna di atas papan, tetapi kemunculan Jack yang terlalu cepat, juga menyaksikan betapa bahagianya Crystal saat mendapatkan kembali seluruh harta peninggalan orang tuanya membuat semua yang telah ia rancang berubah menjadi kepingan-kepingan kecil yang tidak lagi tertata.
Rencananya ia ingin membangkrutkan perusahaan keluarga Winter hingga berada di titik nol lalu mengambil alih. Ia berencana memindahkan pabrik anggur ke Belgia dengan pertimbangan jarak tempuh yang lebih pendek. Ia hanya akan menyisakan perkebunan anggur dan peternakan di Jerman, juga mungkin rumah peninggalan keluarga Winter di sana.
Namun, semuanya hanya tinggal rencana saat Crystal dengan wajah yang polos menyerahkan semua urusan perusahaan kepadanya. Jika ia membiarkan perusahaan mil
Chapter 35StrangerCaren menyeruput kopi dari cangkir tanpa repot-repot mengangkat cangkir dari atas meja. "Kau tahu? Aku sangat ingin melakukan hal-hal konyol seperti ini bersama temanku."Crystal terkekeh oleh ucapan Caren. "Kau sering melakukannya?""Ini yang pertama." Ia menyeringai lebar, matanya tampak berkilat-kilat karena bahagia."Benarkah?"Caren mengangguk."Biar kutebak," ucap Crystal geli. "Kau menjaga imej di depan teman-temanmu?"Caren menyeringai lebar sambil menggelengkan kepalanya. "Sangat akurat.""Kenapa kau tidak melakukan di depanku?""Entahlah, yang jelas kurasa kau bukan orang yang mementingkan tata krama yang menyebalkan."Crystal tertawa. "Jadi, kau sedang mengataiku tidak mementingkan tata krama?""Kelihatannya ka
Chapter 36Hallucination"Kebetulan ada yang ingin aku sampaikan," ujar Chiaki. Ia menjauhkan punggungnya dari dinding yang ia sandari tanpa melepaskan tatapannya dari wajah Crystal.Kerongkongan Crystal terasa mengering dan jantungnya terasa mengentak-entak penuh dengan kekhawatiran. Ia balas menatap Chiaki meski ia merasa gamang.Chiaki justru terkekeh. "Tidak perlu terlalu tegang, ini justru berita baik untukmu."Namun, sepertinya tidak. Crystal bisa merasakan jika atmosfer di antara mereka berbeda, sangat berbeda. Ia menelan ludah. "Aku ingin mengedarkan berita baik itu."Chiaki meneguk hingga habis anggur di dalam gelas yang ia pegang lalu ia berjalan kembali ke meja untuk kembali mengisi gelasnya yang telah kosong. Pria itu menyandarkan pinggulnya dengan gerakan sangat santai, tatapan matanya melembut. "Crys, kurasa tidak bijaksana jika aku terus menahanmu di
Chapter 38Kill You"Kau bisa mati jika kau tidak tidur," ujar dokter Liem sambil mendengarkan bunyi detak jantung Chiaki melalui stetoskop-nya."Aku memerlukan obat penenang dalam dosis tinggi," ucap Chiaki dengan nada acuh.Dokter Liem mengernyit. Obat penenang yang ia berikan pada Chiaki memang dalam dosis rendah, tetapi Chiaki menelannya tanpa mematuhi aturan. Seharusnya obat itu bekerja, atau mungkin setidaknya Chiaki overdosis dan dilarikan ke rumah sakit. Nyatanya Chiaki masih hidup dengan cekungan mata yang tampak mengerikan."Kau hanya perlu melepaskan beban yang ada di pikiranmu dan kau pasti akan tertidur meski tidak menggunakan obat penenang." Dokter Liem memasukkan stetoskop ke dalam tempatnya lalu ia berdiri di susul Chiaki yang turun dari tempat tidur."Aku menanganimu selama lima tahun, tapi kau tidak pernah membiarkan aku untuk masuk ke dalam dirimu." Do
Chapter 38Maddie, I Can'tCrystal duduk di samping Maddie sambil mengoleskan salep anti pembengkakan di tulang pipi Maddie yang tampak mulai memar. "Kau bertengkar?""Tidak," sahut Maddie sambil melirik wajah Crystal, diam-diam ia mengamati kecantikan Crystal dimulai dari bulu matanya tebal menaungi matanya yang berwarna biru safir, bibirnya tampak memerah alami, dan bentuk rahangnya yang lembut namun tegas. Seharusnya tidak sepantasnya wanita secantik Crystal merasakan kepahitan berulang-ulang karena matanya terlalu indah untuk meneteskan air mata dan kulit pipinya terlalu berharga untuk dilewati aliaran air mata kepedihan."Lalu dari mana kau mendapatkan luka ini?" Crystal mengamati wajah Maddie, mencari-cari luka memar yang lain di wajah Maddie. "Ya Tuhan, lehermu... siapa yang melakukan ini?""Chiaki," ujar Maddie singkat.Gerakan Crystal terhenti, ia mematung beber
Chapter 39MistakeMemaafkan Jack adalah kesalahan fatal dalam hidup Crystal, Jack menuntunnya, membawa masuk ke kamar dengan dalih agar Crystal beristirahat setelah mereka berbicara tentang kehamilannya, tentang hubungannya dengan Chiaki. Ia baru saja menyadari kesalahannya saat Jack mengunci pintu kamar lalu berbalik ke arahnya.Demi Tuhan, Crystal tidak akan memaafkan Jack bahkan jika ia hidup seribu kali, maka ia akan membenci Jack seribu kali pula. Atau mungkin lebih.Jack mengikat kedua tangannya menggunakan syal milik Crystal yang kebetulan ada di atas tempat tidurnya lalu menyatukan tangan Crystal ke atas ranjang."Apa yang kauinginkan?" tanya Crystal kasar, tetapi jauh di dasar hatinya ia ketakutan.Jack menatap Crystal tajam, tatapan matanya penuh kecemburuan. "Yang kuinginkan?" Ia tertawa. "Kau tahu apa yang kuinginkan."&n
Chapter 40.I Love YouKetukan di pintu membuat Jack menghentikan cumbuannya di dada Crystal. "Oh, ada yang mengganggu rupanya," ujarnya disertai seringai masam."Tolong!" seru Crystal. Ia mengumpulkan sisa-sisa tenaganya untuk berteriak dan meronta-ronta.Jack membungkam mulut Crystal. "Diam! Tidak akan ada yang menolongmu!""Crystal, apa kau di dalam?"Suara di balik pintu itu adalah suara Chiaki. Crystal mengenalinya. Ada kehangatan menjalari dadanya, ia menemukan secercah harapan setelah beberapa detik yang lalu ia merasa nyaris tertelan kegelapan.Jack tersenyum miring. "Oh, jadi, Bajingan itu datang? Kita lihat saja, apa ia akan menerimamu lagi jika ia tahu kau telah aku cemari?"Jack menindih Crystal, menjejalkan tubuhnya yang keras bagai batu ke dalam tubuh Crystal secara paksa tanpa me
Beberapa menit setelah Maddie meninggalkan Chiaki, pria itu mematung memikirkan ucapan Maddie. Perasaannya dirundung penyesalan karena telah mengirim Crystal kembali ke Jerman, ia merasa sangat berdosa karena telah meragukan Crystal, juga Maddie.Tiga puluh menit kemudian Dokter Liem telah duduk di depan Chiaki, pria tua itu membolak-balik halaman tabloid di tangannya tanpa memedulikan Chiaki yang menunduk menatap jari-jari kakinya. Suasana tidak aneh, juga tidak canggung bagi Dokter Liem karena kebanyakan memang pasien yang ia tangani lebih banyak diam saat memulai konseling.Dokter Liem menutup tabloid di tangannya lalu meletakkannya ke atas meja, ia meraih tabloid yang lain. Tetapi, baru saja ia mengangkat benda itu suara Chiaki terdengar di telinganya.“Crystal,” gumam Chiaki membuat Dokter Liem menghentikan gerakannya.“Siapa dia?”“Crystal Winter,” ujar Chiaki pelan.Dokte
FragileCrystal tertegun mendengar ucapan Chiaki. Ia tidak ingin bermain-main lagi dengan hubungan mereka."Kontrak yang sesungguhnya, kontrak di depan Tuhan untuk seumur hidup kita."Tubuh Crystal menegang, meski ai sangat bahagia mendengar lamaran Chiaki, ia memutuskan tatapannya dari mata Chiaki. "Aku tidak bisa."Chiaki meraih dagu Crystal, mengarahkan wajah Crystal ke arahnya. "Kau mengatakan bersedia melakukan apa pun.""Kecuali menikahimu.""Beri aku alasan."Crystal menjilat bibirnya, ia memejamkan matanya. "Aku...." Ia hendak menjauhkan dirinya dari Chiaki tetapi pria itu menahannya."Kau belum menjawabku.""Kau tidak perlu merasa bersalah dan harus bertanggung jawab atas hidupku," ujar Crystal penuh rasa getir yang menyelimuti seluruh perasaannya. "Lagi pula aku...."
EpilogueEpilogueTian baru saja keluar dari sebuah sekolah anak-anak, ia baru saja selesai mengajar anak-anak bermain piano di sana. Secara tidak sengaja ia melihat Crystal menuntun anak kecil, ia segera mengejar Crystal."Crys," sapanya sambil mengendurkan dasinya."Hei, Tian. Kau di sini? Apa kau mengajar?""Ya," jawab tian sembari melirik anak kecil yang dituntun oleh Crystal. "Siapa dia?Crystal menatap Nicky. "Sayang, dia teman Mommy."Nicky mengangguk, sedangkan Tian ternganga. "Mommy? Maksudmu?"Crystal tersenyum lebar, pipinya tampak merona. "Aku telah menikah dan dia... kau mengerti... maksudku...." Ia tidak ingin mengatakan di depan Nicky jika ia bukanlah ibu kandung Nicky yang sejak pertemuan pertama mereka Nicky yang malang mengira Crystal asalah ibunya."Oh, aku mengerti, selam
EndCrystal mencumbui bibir Chiaki, setelah mendengarkan pengakuan suaminya, ia merasakan dorongan kuat, menggebu-gebu, ia merasa jika cintanya kepada Chiaki tidak terbendung lagi. Ia tergila-gila pada suaminya.Crystal masih duduk di atas pangkuan suaminya dengan posisi mengangkanginya. Entah sudah berapa lama bibir mereka bertaut seolah hanya ciuman yang bisa menggambarkan besarnya perasaan di dada masing-masing, mereka seolah enggan untuk menyudahinya hingga bibir mereka nyaris bengkak, hanya sesekali bibir mereka terlepas, sejenak meraup oksigen dengan terburu-buru."Suamiku, aku menginginkanmu," erang Crystal terdengar mendamba di sela ciuman mereka.Chiaki menangkup pipi Crystal, menatap wajah cantik istrinya yang memerah, pasrah oleh gairah. "Aku juga menginginkanmu, sayangku."Crystal kembali mengecup bibir Chiaki, lembut menggoda meski hanya sekilas.
The Only OneKarina, lima tahun yang lalu gadis itu duduk di bangku sekolah menengah atas. Gadis itu belum diadopsi hingga usianya enam belas tahun, anak itu sangat pendiam, juga pemalu. Karina lebih memilih menghabiskan waktunya dengan membaca buku dibandingkan dengan bergaul dengan teman-teman seusianya.Karina mengikuti perlombaan ilmu sains antar sekolah. Crystal berjanji akan membawakan guru les privat untuk Karina, tetapi hingga perlombaan itu tinggal beberapa Minggu lagi ia belum menemukan guru ilmu sains yang cocok sesuai kriteria yang ia inginkan, ia beberapa kali datang ke agen penyedia guru les, tetapi ia selaku menemukan kendala yang membuatnya tidak bisa mendapatkan guru les.Hingga saat ia keluar dari sebuah gedung, karena pikirannya kacau ia menabrak seorang pria menyebabkan buku-buku yang dipegang oleh pria itu berjatuhan ke lantai. Di sanalah ia berpikir jika takdir menuntunnya, buku-buku yang dipegang o
Mrs. StormTiga buah mobil beriringan melaju dengan kecepatan sedang menyusuri jalanan berkelok-kelok, menanjak, dan menurun. Di dalam Land Rover Discovery, Crystal meringkuk di dalam pelukan suaminya sambil menonton acara televisi yang terpasang di dalam mobil tersebut. Sesekali mereka tertawa karena acara yang mereka tonton adalah acara drama komedi yang sangat menghibur.Sesekali bibir keduanya bertaut, bercumbu, dan saling menggoda. Tetapi, ketika gairah mereka mulai menuntut lebih, keduanya memilih berhenti. Chiaki tahu jika istrinya juga menginginkannya, tetapi ia tidak akan memulainya kecuali Crystal yang memulai karena ia tahu bagaimana rasanya memiliki trauma yang masih segar di dalam ingatan. Seperti dirinya yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk kembali memperbaiki kondisi mentalnya yang nyaris tumbang.“Kita akan segera tiba,” ucap Crystal saat mobil melintasi petunjuk arah yang berada di tepi jalan.
Shine After the DarkCrystal dan Chiaki baru saja menikah di sebuah kapel, hanya pernikahan sederhana yang dihadiri oleh kedua orang tua Chiaki dan Edgar, juga Maddie. Tetapi, acara berjalan khidmat juga penuh kebahagiaan yang menaungi mereka.Crystal berdiri di depan cermin, menatap bayangan dirinya yang masih berbalut gaun pengantin. Dulu ia sangat mendambakan bisa menjadi salah satu musisi di Storm Studios, sekarang Tuhan justru berkehendak lain, ia resmi menjadi istri pemilik Storm Studios.Perasaannya nyaris sulit digambarkan, sangat bahagia, seperti pengantin wanita yang lain. Tetapi, ada kabut di benaknya yang masih belum sepenuhnya memudar meski ia menepisnya."Apa yang kau pikirkan, sayangku?" Chiaki mengalungkan kedua lengannya di pinggang Crystal.Crystal tersenyum, telapak tangannya mengelus kulit tangan suaminya, dan matanya menatap bayangan wajah suaminya yang terlihat bers
Treat Each OtherCrystal memasuki rumah dan langsung menuju ke dapur, ia merasa sangat lapar hingga mungkin akan segera pingsan. Sebenarnya mereka bisa saja berhenti di restoran yang mereka lewati, tetapi berhubung keduanya tidak membawa dompet maupun ponsel, Crystal harus bersabar menahan lapar hingga mereka tiba di rumah."Nona, sarapan telah disiapkan," ucap salah satu pelayan saat mendapati Crystal memasuki dapur."Aku tidak ingin memakan Muesli." Crystal menarik hendel pintu lemari pendingin makanan untuk mendapatkan bahan-bahan yang ia inginkan."Nona, biar saya yang melakukannya," ujar pelayan yang tampaknya ketakutan karena mendapati Chiaki memasuki dapur. "Apa yang ingin Anda makan?""Ma Chére, apa yang kau lakukan?" Suara Chiaki tidak kasar, tidak juga lembut, tetapi terdengar tidak menyukai tindakan Crystal.Crystal mengacuhkan Chiaki, ia mengeluar
Our SonChiaki menuntun Crystal ke garasi mobil, mengambil sebuah kunci Ferrari SUV lalu memberikannya pada Crystal. "Aku ingin menikmati duduk di samping pengemudi tercantik di dunia."Crystal menyeringai. "Kau akan terkesima, aku sangat ahli dalam hal balapan liar di jalanan.""Kalau begitu tunjukkan padaku." Chiaki menarik pintu mobil dan segera duduk di bangku samping pengemudi.Crystal menyeringai senang, ia mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi seolah-olah jalanan benar-benar hanya miliknya, apa lagi jalanan itu tidak asing baginya ditambah lagi saat itu masih pukul empat dini hari. Dipastikan hanya ada beberapa mobil yang melintas di jalanan terlebih lagi mereka menuju area pedesaan.Setelah mengendarai mobil hampir satu jam, mereka tiba di pegunungan. Di sana terdapat danau yang airnya tampak masih hitam karena matahari belum muncul, hanya permukaannya yang terli
Speak Through the ToneDua hari telah berlalu, seperti dugaan Chiaki, Crystal memang berpura-pura kuat. Tengah malam ia mendengar sayup-sayup Crystal terisak. Ia membuka matanya dan mendapati Crystal meringkuk di tepi tempat tidur dengan posisi membelakanginya. Ia yakin jika Crystal sering menangis diam-diam di rumah sakit saat ia tertidur pulas di bawah pengaruh obat.Chiaki merasa jika dadanya terasa sangat sakit, lebih sakit dari pada saat ia memangku jasad Chika yang berlumuran darah. Ia tahu rasanya memendam kesakitan sendiri tanpa bisa mengungkapkan kepada orang lain, bahkan kepada orang terdekat.Chiaki beringsut, ia mengalungkan lengannya di pinggang Crystal tanpa mengatakan apa-apa dan memeluk tubuh Crystal erat-erat. Berulang kali ia mendaratkan bibirnya di puncak kepala Crystal berharap bisa menenangkan calon istrinya.Setelah beberapa puluh menit berlalu dan Crystal tidak lagi terisak, Chiaki perl
“Sepertinya aku harus merapikan ini.” Crystal menyentuh jambang Chiaki yang mulai tumbuh. “Kenapa bagian ini cepat sekali tumbuh?” Ia mengalihkan tatapannya ke kepala Chiaki yang kini berubah penampilan, kepala Chiaki bersih tanpa rambut.“Karena mereka suka kau merawatnya, jadi mereka tumbuh dengan cepat,” ujar Chiaki.Ia tersenyum bahagia karena setiap pagi Crystal mencukur bulu yang tumbuh di wajahnya. Tetapi, bukan berarti ia senang dengan penampilan barunya, rambut di kepalanya benar-benar tidak ada karena tim medis memotong dengan asal-asalan saat menjahit luka di kepalanya mengakibatkan ia terpaksa mencukur habis rambutnya dibandingkan harus membiarkan tatanan rambutnya tidak beraturan.“Kurasa setelah rambutmu tumbuh nanti, kau tidak perlu memanjangkannya lagi.”“Kau tidak menyukai rambut panjangku?”Crystal mengecup pipi Chiaki. “Aku menyukai rambutmu yang lembut, tapi aku lebi