Bahu Ayu merosot lemah, sedikit kekecewaan merasuki hatinya. Ia yang ingin belajar mandiri di negeri orang masih juga terusik dengan kejadian tidak terduga seperti ini. Lelah pasti, rasanya otak dan batinnya sudah tidak mampu diajak bekerja sama.
Karma apa yang sedangku tanggung Tuhan, banyak sekali orang jahat di sekelilingku.
Ayu jelas tidak akan membantah ucapan seorang penegak hukum seperti Jonas. Jika sampai ia yang menghubungi Ayu, alih-alih Kian. Sudah pasti masalahnya tidak
Kian segera mencari keberadaan Ayu di dapur namun tidak menemukan gadis itu di sana. Ia segera menemui sang bunda yang sedang bersantai menikmati acara kesayangannya.“Bunda, Ayu mana?”“Di rumahnya.”“Kok gitu?”
Ayu mematikan mesin cuci dan segera menjemur di halaman belakang, tak di sengaja tatapan matanya tanpa sengaja bertemu dengan Guteres yang mengendarai seekor kuda gagah berwarna coklat terang. Ayu mengerutkan dahinya, ia keheranan dengan apa yang dilakukan Guteres di sana. Setahu dirinya penggembala ternak tidak pernah membawa kuda sampai wilayah tersebut.“Apa yang kamu lakukan di sana?” Ayu memberanikan diri bertanya.
Mereka berempat telah di sambut oleh Fransesco yang tersenyum lebar seraya merentangkan tangannya menyambut Budi ke dalam pelukannya.“Selamat Budi, pada akhirnya kita akan seutuhnya menjadi satu keluarga,” bisik Fransesco seraya mendekap Budi.
Ayu yang merasa terganggu tidurnya karena kecupan Kian akhirnya terbangun. "Engghh … aku bukan putri tidur,” protesnya seraya menggeliat. Ayu bangkit mengecup pipi Kian sekilas kemudian masuk ke kamar mandi disusul oleh Kian dengan menyeringai, suka dengan keberanian Ayu yang menciumnya terlebih dahulu.Kian menahan daun pintu kamar mandi yang akan ditutup oleh Ayu. Pandangan keduanya bertemu, tampak sinar kerinduan berc
Guteres melempar kapak yang dipegangnya dan mata kapak itu menancap dengan sukses pada batang pohon yang berjarak empat meter darinya berdiri. Saat ini dirinya sedang berada di sebuah pondok yang terletak di kaki bukit.Nafasnya tak beraturan namun ia harus melampiaskan rasa frustasinya saat teringat dengan perkataan Ayu tentang pernikahan dengan Kian kemudian antusias para rekan kerjanya
Kian kembali dari San Antonio dengan wajah yang murung, tatapannya datar tetapi semua orang yang melihat dan mengenalnya paham betul jika pria ini sedang menyimpan amarah.Stefany mendekati sang putra mencegatnya di ujung tangga saat putranya akan menemui sang ayah di ruang kerjanya.
Ayu menatap Guteres bingung, pasalnya arah ke San Antonio bukan lewat jalur ini setahunya."Guterres sepertinya kita salah jalan,” ujar Ayu gugup.
Jonas kemudian memerintahkan anak buahnya, semuanya mulai bergerak menyusuri lembah dan ngarai di timur untuk mencari Guteres dan Ayu.Kian dan keluarganya tak tinggal diam. Kian mengajak serta beberapa pekerjanya yang hafal daerah tersebut, dan ternyata mereka juga tahu di mana letak pondok Guteres.
Seorang pria gagah berdiri bersisian dengan seorang wanita anggun, menatap gedung perkantoran milik Edgar Berto sang putra. Ia kemudian bergandengan tangan dengan sang wanita masuk ke dalam gedung tersebut dan segera menaiki lift ke lantai tempat ruang kerja Edgar berada.Dave asisten Edgar sedang berada bersamanya di dalam ruangan. Mereka sedang membahas kasus yang menimpa orangtua Ayu.
"Jadi Aslye kapan kamu akan meresmikan hubunganmu dengan sang pujaan hati?" tanya Fransesco dengan mimik jahil kepada putri semata wayangnya.Saat ini keluarga Prawira dan Dario sedang makan siang bersama di taman belakang rumah utama.Aslye berdecak dengan sekilas pandang melirik kearah Dion yang tetap fokus dengan piring makanannya. Hari ini mereka makan siang dengan menu ayam cabe hijau, tumis bayam, balado telur dan kentang.
Evan mondar mandir di kamar apartemennya gelisah menunggu kabar dari Guteres. Ia tak menyangka jika nasib baik bersamanya. Ada Guteres yang bisa mengawasi Ayu di sana. Kebetulan bukan? Guteres adalah kenalannya saat berlibur ke Amerika Selatan beberapa tahun yang lalu dan pada akhirnya mereka menjalin persahabatan. Lalu Evan enceritakan masalahnya dan ternyata Guteres berada di tempat yang sama dan mengenal Ayu. Evan tidak perlu jauh-jauh pergi ke benua seberang untuk memata-matai Ayu. Ia terpaksa memutuskan Ayu dulu karena desakan orangtuanya. Sungguh bajin*** ia dengan sengaja memeluk perempuan lain di depan Ayu.
"Apa yang kau pikirkan Sayang?" tanya Kian sembari berjongkok di depan Ayu. Kedua tangannya terulur merengkuh pinggang Ayu.Ayu menghela nafas dan menatap Kian.
Guteres mendengar derap langkah kuda dan deru kendaraan roda empat ia segera memacu kendaraannya menuju perbatasan.Sudah tak dihiraukannya keberadaan Ayu, yang terpenting baginya sekarang para Sherif tak bisa menangkapnya. Penyamarannya bisa berantakan, dengan geram dia memukul-mukul setir dengan kedua kepalan tangannya. Bagaimana bisa urusannya dengan keluarga Dario bisa bersamaan dengan kepentingan Evan.
Jaylen kembali ke motel tempat tinggalnya, sekali lagi dirinya menolak untuk tinggal di rumah sepupunya Mario. Jaylen kecewa dengan kenyataan bahwa Mario ternyata ikut ambil bagian dalam mengkhianati Kian, sahabatnya sendiri. Memang cinta kadang bisa membutakan. Terlebih jika sampai mengindahkan larangan hati nurani dan menceburkan diri dalam api asmara terlarang. Jaylen sejujurnya tidak ingin berkata kasar terhadap Mario tetapi perbuatan pria itu sungguh membuatnya kecewa.
Setelah keluarganya kembali ke rumah sebelah, Ayu membersihkan diri. Saat ia keluar dari kamar mandi, ia terkejut mendapati Kian sudah bertelanjang bulat sedang mengurut naik turun bukti gairahnya dengan kaki lurus sedikit mengangkang dengan setengah tubuh bagian atasnya bersandar di kepala ranjang."Apa yang kau lakukan?!" tanya Ayu dengan mulut ternganga.
Kian membimbing Ayu yang tampak kelelahan dan kembali berbaring ditemani oleh Budi dan Fitri. Kelegaan meliputi mereka setelah mendapatkan berita terkini dari Jonas. Mereka kemudian memutuskan untuk menunggu kedatangan Dion di dalam kamar.Dion membuka pintu kamar Ayu setelah berpelukan dengan Aslye dan menenangkan gadis cantik itu. Ia melangkah ke dalam kamar dan ikut memeluk keluarga kecilnya. Adik kecilnya sudah kembali, hatinya y
Stefany terpaku menatap pintu depan dan mendapati sang putri semata wayangnya berlinang air mata.“Ada Apa?” tanya Stefany seraya mengerutkan dahinya khawatir.Aslye menggigit bibir bawahnya, meragu mengungkapkan kekhawatirannya. Ia masih ingin menyimpan rahasia ini sampai acara pernikahan sang kakak sulung selesai diadakan.