Beranda / Romansa / The Sugar Baby of Uncle Blue / Bab 2: Kucing Seksi dan Liar

Share

Bab 2: Kucing Seksi dan Liar

Penulis: Miss.EA
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-27 16:30:21

“Sir, berdasarkan informasi yang saya dapatkan, malam ini Nona Emely sedang berada di Azure Nightclub. Dia menghadiri pesta ulang tahun salah satu teman kampusnya,” lapor Porter, pria berusia 31 tahun dengan penampilan rapi dan wajah yang mencerminkan profesionalisme. Porter adalah asisten pribadi yang setia sekaligus orang kepercayaan pria dewasa yang kini tengah duduk di balik meja kerjanya.

Ruangan itu dipenuhi nuansa maskulin—dinding kayu mahoni, rak buku penuh koleksi literatur klasik, dan cahaya temaram lampu kuningan yang memantulkan bayangan lembut di lantai marmer hitam. Di tengah ruangan, pria itu duduk tegak di kursi kulit hitam yang megah. Usianya mendekati 40 tahun, tetapi pesonanya tak memudar. Wajahnya tegas dengan rahang kokoh dan sorot matanya tajam seolah-olah mampu membaca pikiran siapapun yang berani menantangnya.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul delapan, tetapi ia masih sibuk di kantornya. Di mejanya, tumpukan dokumen belum tersentuh sepenuhnya. Layar laptop pun masih menyala, menampilkan data-data penting yang membutuhkan keputusannya. Pria itu memilih untuk lembur, seperti biasa, tenggelam dalam pekerjaannya yang sering kali tak mengenal waktu.

Sesaat ia terdiam, kedua tangannya yang besar dan berotot terlipat di depan dada. Ia menatap Porter dengan pandangan penuh pertimbangan. “Azure Nightclub,” gumamnya, seolah-olah mencatat informasi itu dalam pikirannya.

Ia menghela napas lalu membawa tangan ke atas meja. Sebuah ketukan ringan terdengar di permukaan meja. “Dan, bagaimana situasi di sana? Apakah ada sesuatu yang perlu aku tahu?” tanyanya dengan nada datar.

“Saat ini, suasana masih terkendali, Sir. Tim keamanan saya sudah memantau dari kejauhan. Jika Anda membutuhkan tindakan lebih lanjut, saya siap mengatur,” jawab Porter dengan nada penuh keyakinan.

Pria itu mengangguk pelan. Matanya yang tajam kini tertuju pada satu titik di kejauhan. Dalam pikirannya, ia mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang dapat terjadi. Azure Nightclub adalah tempat mewah yang sering menjadi pusat perhatian para penikmat dunia malam yang penuh kebebasan. Faktanya, Emely ada di sana malam ini.

Ruangan kantor itu hening sejenak, hanya terdengar detak jam dinding yang mengiringi percakapan di dalamnya. Pria dewasa itu menghela napas pendek, menyesap udara dengan kesabaran yang hampir habis. Ia memandang Porter dengan mata tajam.

“Apakah para pengawal tahu kalau Emely berada di sana?” tanyanya serius.

Porter, yang sudah terbiasa menghadapi pertanyaan seperti ini, tetap berdiri tegap. “Saya rasa mereka tidak mengetahuinya, Sir. Saya tidak melihat tanda-tanda kehadiran mereka di sana,” jawabnya penuh keyakinan.. Namun, dalam hati ia pun bertanya-tanya, mengapa Emely begitu suka menantang bahaya?

Pria itu mengangguk samar. Rahangnya mengencang sejenak sebelum ia menoleh ke jendela besar di belakang meja kerjanya. Kota New York membentang dengan kilauan lampu-lampu gedung pencakar langit, tetapi pikirannya terfokus pada satu hal: Emely Erlania William’s.

Semakin lama kau semakin nakal dan liar, Emely. Kucing liar ini memang perlu diberi tahu siapa yang berkuasa, batinnya. Bibirnya melengkung tipis dalam senyum yang penuh arti. Pikiran itu membuatnya makin mantap dengan keputusan yang sudah ia buat.

Ia berbalik menghadap Porter, sorot matanya yang dingin kini penuh dengan ketegasan. “Aku akan pergi ke sana. Tolong bereskan semua ini, dan setelah itu kau boleh istirahat. Aku akan menangani Emely sendirian.”

Porter sedikit ragu, tetapi ia tahu lebih baik tidak menentang tuannya. Meski begitu, ia tetap memberanikan diri untuk berkata, “Maaf, Sir. Lalu, bagaimana dengan Nona Amara? Dia pasti sedang menunggu Anda di rumah.”

Pria itu melirik sekilas pada Porter. “Aku akan memberi pengertian padanya,” jawabnya mantap. Tak ada yang lebih penting saat ini selain memastikan Emely, si kucing seksi dan liar, mengerti batasannya.

Porter mengangguk kecil, tahu bahwa diskusi ini telah berakhir. Tanpa berkata lagi, ia mundur perlahan, memberi ruang kepada sang tuan yang kini tengah bersiap.

Pria itu berdiri, sosoknya menjulang tinggi dengan bahu lebar yang kokoh. Ia meraih jas mahalnya dan mengenakannya dengan gerakan tegas. Setiap detail tubuh atletisnya terpancar sempurna di balik pakaian formal itu.

Ia menyisir rambut hitamnya dengan jari, memastikan penampilannya tetap rapi. Dengan langkah panjang dan percaya diri, ia keluar dari ruangannya, meninggalkan tempat yang masih memancarkan jejak kehadirannya yang dominan. Tujuannya jelas: Azure Nightclub.

Blue Sinclair, seorang pria berusia 38 tahun, kini memegang dua posisi penting di Sinclair Ocean Technologies—sebuah perusahaan global terkemuka yang bergerak di bidang teknologi kelautan. Sebagai CEO sekaligus Direktur Utama, Blue mengelola arah perusahaan dengan visi yang progresif dan ambisius. Ia menggantikan peran ayahnya yang memilih untuk mundur dan menikmati masa pensiunnya di rumah setelah bertahun-tahun memimpin perusahaan tersebut.

Perusahaan itu dikenal sebagai salah satu yang terbaik di New York, memimpin inovasi di sektor eksplorasi bawah laut dan solusi lingkungan untuk industri perkapalan. Kekayaannya, kekuasaannya, dan reputasinya membuat Sinclair dihormati sekaligus ditakuti.

Namun, malam ini, bukan bisnis atau rapat penting yang menyita pikirannya. Emely Erlania William’s, wanita muda berusia 21 tahun yang selalu berhasil memancing emosinya, adalah fokus utamanya. Tak peduli apa yang terjadi, ia akan menyusul si kucing seksi dan liar itu. Bukan untuk sekadar menemui, melainkan untuk memastikan wanita itu tahu siapa yang benar-benar memegang kendali.

***

Bab terkait

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 3: Menyelamatkan Kucing Seksi dan Liar! 1

    Emely melangkah tergesa-gesa di sepanjang lorong sempit. Sepatu hak rendahnya mengeluarkan bunyi berdebum lembut di lantai. Langkahnya goyah, hampir seperti orang mabuk. Namun, ia tahu betul bahwa ini bukan efek alkohol. Sesekali ia berhenti mendadak, tubuhnya membungkuk dengan kening berkerut. Kedua tangannya mencengkeram erat dinding di sisinya, sementara pahanya merapat dengan kuat seolah-olah mencoba menahan sesuatu yang mendesak dari dalam tubuhnya. “Apa yang terjadi ...?” gumamnya panik. Sebuah denyutan asing menjalar dari pangkal pahanya, menggelitik sekaligus menyakitkan. Rasa itu tidak wajar, seperti sesuatu yang mendidih di dalam tubuhnya. Tubuhnya memanas, nyaris terbakar. Emely ingin berteriak, tetapi napasnya terhenti di tenggorokan, menghilang menjadi rintihan pendek.Panas itu merambat cepat. Jantungnya berdegup kencang, mengguncang dada. Ia mencoba bernapas lebih dalam, tetapi setiap helaan napas terasa seperti api yang menyusup masuk dan membuat paru-parunya berdenyu

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27
  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 4: Menyelamatkan Kucing Seksi dan Liar! 2

    Napas Emely terdengar jelas di telinganya. Cepat, tersengal, dan tidak teratur. Begitu dekatnya Delon kini hingga ia bisa merasakan udara panas yang terpancar dari tubuh Emely.“Emely ...,” panggil Delon akhirnya. Suaranya parau, hampir seperti bisikan yang disengaja untuk memancing reaksi.Emely tersentak. Tubuhnya tegang seketika, matanya terbelalak, sebelum akhirnya ia menoleh ke sumber suara. Raut wajahnya berubah, keningnya mengerut tajam, menampilkan ekspresi penuh ketidaksukaan. Pandangannya menusuk, sinis, meski tubuhnya terlihat goyah.“Mau apa kamu di sini?” tanya Emely. Suaranya lirih, tetapi nadanya tetap tajam.Delon tersenyum tipis, mengabaikan nada ketus itu, seakan-akan tak berpengaruh padanya. “Aku menyusulmu ke sini,” jawabnya santai. Seolah-olah ia adalah pahlawan yang datang untuk menyelamatkan sang tuan putri. “Aku khawatir padamu.”Delon mengambil selangkah lebih dekat. Namun, Emely seperti sebuah reaksi otomatis, langsung bergerak menjauh. Punggungnya makin mene

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27
  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 5: Menyelamatkan Kucing Seksi dan Liar! 3

    Wanita itu jelas mengenalnya. Blue adalah pengunjung tetap di tempat ini, meskipun ia selalu datang dengan alasan yang berbeda dari kebanyakan pria lainnya.Blue menepis tangan wanita itu dengan gerakan cepat dan tegas. Matanya menatap tajam, memberi pesan yang tak terbantahkan. “Jangan ganggu aku. Aku di sini untuk urusan penting.” Suaranya dingin dan menusuk.Wanita itu langsung mundur dengan wajah tersipu, menyadari bahwa Blue tak sedang dalam mood untuk bermain-main. Ia mundur ke kerumunan tanpa sepatah kata lagi, sementara Blue melanjutkan langkahnya.Dengan tubuh tegap, Blue makin jauh masuk ke dalam club. Matanya yang tajam memindai seluruh ruangan sekali lagi. Kali ini, pandangannya terhenti pada sebuah meja di sudut ruangan. Ia melihat sosok wanita muda yang cukup familier. Rambutnya panjang bergelombang, dengan wajah ceria yang sulit dilupakan. Itu adalah Arwen, salah satu sahabat Emely.Blue segera melangkah cepat menuju meja itu.“Hai, Uncle Blue!” sapa Arwen dengan nada c

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27
  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 6: Membawa Kucing Liar Pulang 1

    Blue menggenggam tangan Emely dengan erat, seolah-olah tak ingin melepaskannya. Seakan-akan tangan itu adalah satu-satunya hal yang bisa menyelamatkannya dari dunia yang begitu penuh kecaman. Di sebelahnya, Emely, yang kini seperti kucing liar yang terluka, hanya mengikuti langkah Blue dengan lemah. Langkah pria itu begitu mantap dan lebar. Setiap gerakannya memancarkan ketegasan yang begitu kuat, seolah-olah tak ada yang berani menghalanginya. Matanya menatap tajam, penuh amarah yang terpendam. Rahangnya pun makin mengetat, menahan gejolak yang hampir tak bisa terkendali. Wajahnya dingin, penuh dominasi—jauh dari sosok Blue yang biasa terlihat ramah.Setiap orang yang melirik tak mampu bertahan lama, seakan-akan aura intimidasi yang begitu kuat keluar dari tubuh Blue. Memaksa mereka untuk menunduk atau menjauh, menghindari tatapan yang bisa membekukan mereka di tempat.Ketika Blue sampai di meja tempat sebelumnya Emely duduk bersama teman-temannya, ia berhenti sejenak. Di sana, Arwe

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27
  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 7: Membawa Kucing Liar Pulang 2

    Emely hanya melirik pria itu dengan penuh kebingungan, perasaan yang sangat sulit dijelaskan mulai membekapnya. Keinginan untuk marah, untuk membentak pria itu, bahkan melontarkan kata-kata yang keras, bergolak begitu hebat dalam dirinya. Namun, tubuhnya terasa seperti terkunci, seakan-akan ada kekuatan tak terlihat yang membuatnya diam, menahan segala amarah yang hendak ia luapkan. Kenapa aku diam saja? pikirnya dengan frustrasi.Panas itu kian merayap dari dalam tubuhnya, lebih intens daripada sebelumnya, menyelimuti setiap inci kulitnya. Wajahnya yang semula merah pun makin memerah, kali ini lebih karena perasaan yang sangat berbeda. Lebih rumit dan kacau. Matanya liar dan penuh kebingungan, menyusuri setiap detail wajah Blue tanpa bisa menghentikannya.Tatapannya bertemu dengan mata Blue. Lalu, tanpa bisa ia tahan, pandangannya meluncur turun ke hidung mancung pria itu yang terlihat begitu sempurna di bawah cahaya mobil. Emely tak bisa mengalihkan pandangannya begitu saja, seolah

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27
  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 8: Ancaman Uncle Blue 1

    SUV hitam mewah milik Blue meluncur mulus menembus gerbang perumahan elite yang tinggi dan kokoh. Gerbangnya dengan mudah terbuka setelah penjaga menekan tombol remote control. Dengan deru mesin yang halus, mobil itu melaju melewati jalan setapak berlapis batu yang diterangi cahaya lembut dari lampu-lampu taman. Ketika akhirnya mobil berhenti tepat di depan teras rumah yang luas dan elegan, Blue melirik sekilas ke arah Emely, si Kucing Liar yang duduk gelisah di kursi penumpang sampingnya. Emely terlihat makin tidak tenang, wajahnya memerah, dan tubuhnya menggigil. Blue bisa melihat dengan jelas bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan wanita itu. Dengan suara berat dan sedikit serak, Blue bertanya, “Apa yang sudah kau minum, Emely?” Suaranya menggema dalam kesunyian malam yang mencekam. Emely berbalik menatap Blue, matanya sedikit kosong dan bingung, tetapi ada kegelisahan yang jelas terpantul di sana. Wajahnya kini kian memerah, seakan-akan tubuhnya terbakar oleh sesuatu yang l

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27
  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 9: Ancaman Uncle Blue 2

    Mendengar itu, alis Blue terangkat. Wajahnya memperlihatkan ekspresi yang seperti meremehkan. Dia mengubah posisinya, tubuhnya kini menghadap penuh ke arah Emely; satu tangannya bertumpu di pinggang. “Setelah semua yang aku lakukan untukmu, kau masih bertanya kenapa aku membawamu ke sini?” balasnya dengan suara yang terdengar dingin. Matanya menatap tajam, seakan-akan mencari celah untuk memahami pikiran wanita itu. Namun, Emely hanya mendengkus, membuang pandangannya ke arah lain.Blue menarik napas panjang, berusaha menahan rasa frustrasinya. “Pertanyaan bodoh macam apa itu, Emely?” Suaranya kali ini mengandung geraman halus.“Aku punya tempat tinggal sendiri, Blue!” balas Emely dengan nada tinggi. Emosinya mulai terpancing. “Seharusnya kamu mengantarku ke sana, bukan malah membawaku ke rumahmu!”Perkataan Emely membuat Blue terperangah. Kali ini, alisnya terangkat lebih tinggi. Matanya pun menyipit tajam, seolah-olah menilai wanita di depannya dengan penuh keheranan. “Blue? Heh?” b

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27
  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 10: Kenyal dan Lembut 1

    Emely melangkah masuk ke kamar yang luas dan tertata sempurna. Nuansa gelap mendominasi ruang itu, dengan dinding bercat abu-abu pekat yang dipadukan pencahayaan remang-remang dari lampu gantung berbentuk geometris. Lantai kayu mengilap memantulkan bayangan samar furnitur minimalis yang serbahitam dan cokelat tua. Sebuah tempat tidur berukuran besar dengan seprai hitam berada di tengah ruangan, dikelilingi oleh rak buku tinggi yang tertata penuh oleh buku-buku berjilid tebal.Ketika pintu di belakangnya tertutup, Emely kian terasa sesak. Matanya terus bergerak, menyapu setiap sudut ruangan dengan intens, seolah-olah mencari sesuatu yang tidak bisa dijelaskan. Kedua tangannya memegang erat pinggiran dress yang ia kenakan, meremas-remasnya seperti mencoba mengalihkan perhatian dari rasa yang mengaduk-aduk tubuhnya.Kakinya tidak bisa diam, melangkah tanpa arah, hanya untuk berhenti sejenak sebelum kembali bergerak. Bibirnya dikelupasi dengan gigi, tanda kegelisahan yang makin memuncak.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27

Bab terbaru

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 38: Ronan Sinclair 4

    “Kalau aku berkata jujur, bahwa aku tidak berminat, apakah kau akan peduli?” Ia balik bertanya. Blue tertawa pelan, tawanya terdengar rendah dan menggoda. “Tentu saja tidak,” jawabnya dengan nada santai. “Kau tahu, Emely, kau tidak punya pilihan untuk menolak apa pun yang aku inginkan.”Emely mendengkus kecil. Meski nada bicaranya menunjukkan ketidaksukaan, matanya tetap terkunci pada Blue. “Aku tahu itu. Justru karena itu, aku malas berkata tidak,” balasnya tajam tetapi setengah menyerah.Blue tersenyum tipis, sebuah senyuman yang sarat penuh kemenangan. Tanpa mengatakan apa-apa lagi, ia mendekatkan wajahnya ke Emely, menatap matanya dengan dalam sebelum bibirnya menyentuh bibir wanita itu. Ciumannya lembut tetapi menguasai, seolah-olah mengklaim sesuatu yang sudah menjadi haknya. Emely yang awalnya ragu, pada akhirnya terbuai oleh kehangatan dan kelembutan sentuhan Blue.Untuk beberapa saat, mereka tenggelam dalam ciuman yang terasa membakar birahi dan mengabaikan segala hal lain d

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 37: Ronan Sinclair 3

    Setelah menghabiskan waktu sekitar 20 menit di perjalanan, akhirnya Blue dan Emely tiba di Luxe Midtown Residences, sebuah gedung apartemen elite yang terletak di kawasan Manhattan, New York. Gedung itu terkenal dengan fasilitas mewah dan lokasinya yang strategis di pusat kota, menawarkan pemandangan indah Central Park dari lantai-lantai atasnya.Mobil SUV hitam milik Blue perlahan memasuki area basemen yang luas dan terorganisir dengan baik. Lampu-lampu parkir menerangi jalur dengan sempurna, memberikan suasana eksklusif khas gedung premium. Blue menghentikan mobilnya di salah satu slot parkir khusus tamu, mematikan mesin, dan melirik sekilas ke arah Emely sebelum keluar dari kendaraan.Emely membuka pintu penumpang dan melangkah ke luar. Udara dingin dari sistem ventilasi bawah tanah terasa menerpa singkat kulitnya. Blue berjalan mendahului, tetapi langkahnya cukup lambat agar Emely bisa mengikuti tanpa tergesa-gesa.“Unitmu di lantai berapa?” tanya Blue, pura-pura tidak tahu letak

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 36: Ronan Sinclair 2

    Selesai makan siang, Blue, Emely, dan Amara berpindah ke ruang TV untuk menghabiskan waktu bersama. Suasana terasa nyaman dan santai. Seorang pelayan masuk membawa dua cangkir teh hangat untuk Blue dan Emely, lalu meletakkannya di atas meja kecil di depan mereka.Sejak tadi, Amara tampak tak mau berjauhan dari Emely. Gadis kecil itu duduk di sampingnya, memeluk erat tubuhnya seolah-olah takut ditinggalkan. Tangan mungilnya menggenggam ujung baju wanita itu.Waktu berlalu hampir satu jam. Di sela tawa ringan dan obrolan santai, suara Amara perlahan menghilang. Emely yang menyadari keheningan itu, menundukkan kepalanya untuk melihat Amara. Ia mendapati gadis kecil itu sudah berbaring di sofa dengan kepala bersandar pada pahanya, tertidur lelap.“Dia tidur, Blue,” gumam Emely dengan suara nyaris seperti bisikan. Tatapannya beralih pada pria yang duduk di sebelahnya.Blue menarik pandangannya dari layar TV dan menoleh ke arah Emely, alisnya sedikit terangkat. Ia lalu menunduk untuk memast

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 35: Ronan Sinclair 1

    “Nanny, cantik, ya, Mommy aku?” tanya Amara sambil membalikkan badan, memunggungi Gina. Ia membiarkan wanita dewasa itu memasang ritsleting gaunnya yang cantik.Gina tersenyum lebar mendengar pertanyaan polos Amara. Sejak masuk kamar, bocah itu terus tersenyum. Wajahnya dipenuhi binar kebahagiaan.“Iya, mommy-nya Amara sangat cantik, sama seperti Amara,” jawabnya sambil memuji gadis kecil itu dengan lembut.Amara terkikik kecil, wajahnya memerah. “Ah, Nanny bisa saja memujiku,” katanya pelan dengan nada malu-malu. Ekspresi menggemaskan itu membuat Gina tak kuasa menahan tawa kecil.“Amara memang cantik, Sayang. Semua orang juga tahu itu,” sanjung Gina. Ia kemudian memegang kedua bahu mungil Amara dengan lembut dan memutar tubuh gadis kecil itu hingga menghadap ke arahnya. Kini Amara menatapnya dengan senyuman ceria.“Nanny, aku mirip Mommy tidak?” tanya Amara tiba-tiba. Suaranya terdengar penuh harapan.Gina yang sedang bersiap menyisir rambut panjang Amara pun berhenti sejenak. Tatapa

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 34: Anak Ketemu Gede? 3

    Emely menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Senyum lembut muncul di wajahnya meski hatinya terasa campur aduk. “Iya,” jawabnya singkat tetapi penuh arti.Amara menatap tanpa berkedip, seolah-olah ingin mendengar lebih banyak. Emely mengerjap, merasa gugup. Lidahnya terasa kelu. Ia tahu dirinya harus memilih kosa kata dengan hati-hati, tetapi emosi justru membuatnya sulit untuk berpikir jernih. “Aku ... eumm ... maksudku, Mommy adalah ibunya Amara,” jelasnya akhirnya, dengan satu tarikan napas panjang. Dalam hati, ia berharap pernyataan itu cukup untuk memuaskan hati kecil bocah tersebut.Amara tersenyum lebar, begitu lebar hingga matanya memicing. Dalam sekejap, kedua matanya berkaca-kaca. Tanpa menunggu lama, ia mendekat dan memeluk erat leher Emely. “Aku rindu sama Mommy,” katanya dengan suara yang tiba-tiba serak. Bibir mungilnya bergetar, berusaha menahan tangis.Blue menyaksikan adegan itu dalam diam. Matanya tiba-tiba memanas, dadanya terasa sesak mendengar nada rindu

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 33: Anak Ketemu Gede? 2

    Beberapa saat kemudian, Blue menyudahi ciumannya. Ia menjauhkan wajahnya sedikit, cukup untuk melihat wajah Emely yang memerah. Napasnya masih tersengal. Namun, momen itu tidak berlangsung lama. Tangan bebas Blue bergerak perlahan, menyusuri paha mulus Emely dari balik dress yang ia kenakan, menyentuh kulitnya dengan lembut tetapi penuh niat.“Serius, mulutku bau bangkai?” bisik Blue. Suaranya terdengar rendah di dekat telinga Emely.Tubuh Emely menggelinjang lembut. Sentuhan pria itu mulai menyusup ke area sensitifnya, membuatnya makin salah tingkah. Matanya melebar panik. Lalu, tanpa berpikir panjang, ia mencengkeram pergelangan tangan Blue dengan kuat.“Aku berbohong!” akunya cepat. Suaranya terdengar nyaris putus asa. Ia berusaha menyingkirkan tangan nakal Blue yang makin berani menjelajah area sensitifnya. “Blue, hentikan! Ish, cukup!” Dengan sekali sentakan tegas, ia berhasil menjauhkan tangan pria itu.Emely berdiri terpaku, napasnya tersengal. Ia merapatkan kedua paha, berusah

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 32: Anak Ketemu Gede? 1

    Blue berdiri dari kursinya, memastikan laci tempat dokumen-dokumen penting terkunci otomatis sebelum melangkah mengitari meja kerja. Dia berhenti tepat di depan Emely lalu menatap wanita itu dengan tatapan intens. “Ayo ke luar. Amara sudah pulang,” ajaknya singkat dengan nada tegas.Emely mendongak, menatap Blue dengan wajah tanpa ekspresi. Tanpa banyak bicara, dia bangkit dari duduknya, bersiap melangkah pergi. Namun, Blue lebih cepat. Dengan gerakan sigap, tangannya menangkap pergelangan Emely, lalu berpindah ke pinggang ramping wanita itu. Dalam satu tarikan, tubuh mereka bersentuhan erat.Blue menunduk, memperhatikan wajah Emely yang terlihat kesal. Dia mengangkat dagu wanita itu dengan ibu jari dan telunjuknya, memaksanya menatap langsung ke arahnya. “Tersenyumlah, Emely.” Suaranya pelan tetapi penuh perintah. “Jangan tunjukkan wajah seperti ini di depan Amara. Kau harus menyambutnya dengan senyum. Katakan kalau kau sangat merindukannya. Setelah itu, minta maaf karena baru bisa p

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 31: Rahasia Emely 3

    Emely meraih pulpen itu dengan tangan gemetar. Meski hatinya dipenuhi amarah dan rasa benci, ia membubuhkan tanda tangannya pada surat itu. Resmi menyerahkan diri sepenuhnya pada pria yang kini memegang kendali atas hidupnya, Blue Sinclair. Setelah selesai, Blue mengambil kembali dokumen itu. Matanya menatap tanda tangan Emely dengan ekspresi puas sebelum ia menyimpan kembali berkas itu ke dalam laci.Sementara itu, Emely meraih foto-foto yang berserakan di depannya. Dengan penuh emosi, ia merobek semua foto itu hingga tak berbentuk lagi, seolah-olah ingin menghapus jejak memalukan dirinya. Blue yang menyaksikan aksinya, hanya tertawa pelan.“Foto-foto itu hanya permukaan saja,” ujar Blue dengan nada mengejek. “Aku menyimpan banyak salinannya di tempat yang aman. Jadi, jangan terlalu percaya diri.”Emely berhenti sejenak, tubuhnya menegang. Namun, ia memilih untuk tidak merespons, hanya menatap Blue dengan sorot mata penuh kebencian yang tertahan.Blue menutup laci lalu mengalihkan p

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 30: Rahasia Emely 2

    Emely merasa seluruh tubuhnya membeku. Keringat dingin mulai mengalir di pelipisnya, apalagi ketika Blue menyebut nama ibunya. “Aku jadi penasaran,” lanjut pria itu dengan nada lebih rendah, hampir berbisik. “Bagaimana reaksi Lucia jika dia tahu semua ini?”Ketakutan tampak makin jelas di mata Emely ketika Blue dengan santainya membawa-bawa nama sang ibu dalam percakapan ini. Mom ..., batinnya dengan perasaan bergejolak. Emely tahu betul seperti apa rasa kecewa yang dirasakan oleh wanita yang paling ia sayangi itu jika semua ini terungkap. Itu adalah hal terakhir yang ingin ia lihat di dunia ini. Namun, apa daya, ia juga tak pernah berpikir jauh sebelum bertindak, hingga akhirnya terjerat dalam masalah-masalah seperti sekarang.Selama tinggal di New York, kehidupan Emely bisa dibilang sangat bebas. Hal itu karena ia selalu berhasil menghindar dari pengawasan ketat keluarganya di Italia. Di hadapan orang tuanya, Emely berhasil menciptakan citra wanita sempurna: seorang pelajar yang fo

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status