Home / Romansa / The Sugar Baby of Uncle Blue / Bab 2: Kucing Seksi dan Liar

Share

Bab 2: Kucing Seksi dan Liar

Author: Miss.EA
last update Huling Na-update: 2025-02-27 16:30:21

“Sir, berdasarkan informasi yang saya dapatkan, malam ini Nona Emely sedang berada di Azure Nightclub. Dia menghadiri pesta ulang tahun salah satu teman kampusnya,” lapor Porter, pria berusia 31 tahun dengan penampilan rapi dan wajah yang mencerminkan profesionalisme. Porter adalah asisten pribadi yang setia sekaligus orang kepercayaan pria dewasa yang kini tengah duduk di balik meja kerjanya.

Ruangan itu dipenuhi nuansa maskulin—dinding kayu mahoni, rak buku penuh koleksi literatur klasik, dan cahaya temaram lampu kuningan yang memantulkan bayangan lembut di lantai marmer hitam. Di tengah ruangan, pria itu duduk tegak di kursi kulit hitam yang megah. Usianya mendekati 40 tahun, tetapi pesonanya tak memudar. Wajahnya tegas dengan rahang kokoh dan sorot matanya tajam seolah-olah mampu membaca pikiran siapapun yang berani menantangnya.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul delapan, tetapi ia masih sibuk di kantornya. Di mejanya, tumpukan dokumen belum tersentuh sepenuhnya. Layar laptop pun masih menyala, menampilkan data-data penting yang membutuhkan keputusannya. Pria itu memilih untuk lembur, seperti biasa, tenggelam dalam pekerjaannya yang sering kali tak mengenal waktu.

Sesaat ia terdiam, kedua tangannya yang besar dan berotot terlipat di depan dada. Ia menatap Porter dengan pandangan penuh pertimbangan. “Azure Nightclub,” gumamnya, seolah-olah mencatat informasi itu dalam pikirannya.

Ia menghela napas lalu membawa tangan ke atas meja. Sebuah ketukan ringan terdengar di permukaan meja. “Dan, bagaimana situasi di sana? Apakah ada sesuatu yang perlu aku tahu?” tanyanya dengan nada datar.

“Saat ini, suasana masih terkendali, Sir. Tim keamanan saya sudah memantau dari kejauhan. Jika Anda membutuhkan tindakan lebih lanjut, saya siap mengatur,” jawab Porter dengan nada penuh keyakinan.

Pria itu mengangguk pelan. Matanya yang tajam kini tertuju pada satu titik di kejauhan. Dalam pikirannya, ia mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang dapat terjadi. Azure Nightclub adalah tempat mewah yang sering menjadi pusat perhatian para penikmat dunia malam yang penuh kebebasan. Faktanya, Emely ada di sana malam ini.

Ruangan kantor itu hening sejenak, hanya terdengar detak jam dinding yang mengiringi percakapan di dalamnya. Pria dewasa itu menghela napas pendek, menyesap udara dengan kesabaran yang hampir habis. Ia memandang Porter dengan mata tajam.

“Apakah para pengawal tahu kalau Emely berada di sana?” tanyanya serius.

Porter, yang sudah terbiasa menghadapi pertanyaan seperti ini, tetap berdiri tegap. “Saya rasa mereka tidak mengetahuinya, Sir. Saya tidak melihat tanda-tanda kehadiran mereka di sana,” jawabnya penuh keyakinan.. Namun, dalam hati ia pun bertanya-tanya, mengapa Emely begitu suka menantang bahaya?

Pria itu mengangguk samar. Rahangnya mengencang sejenak sebelum ia menoleh ke jendela besar di belakang meja kerjanya. Kota New York membentang dengan kilauan lampu-lampu gedung pencakar langit, tetapi pikirannya terfokus pada satu hal: Emely Erlania William’s.

Semakin lama kau semakin nakal dan liar, Emely. Kucing liar ini memang perlu diberi tahu siapa yang berkuasa, batinnya. Bibirnya melengkung tipis dalam senyum yang penuh arti. Pikiran itu membuatnya makin mantap dengan keputusan yang sudah ia buat.

Ia berbalik menghadap Porter, sorot matanya yang dingin kini penuh dengan ketegasan. “Aku akan pergi ke sana. Tolong bereskan semua ini, dan setelah itu kau boleh istirahat. Aku akan menangani Emely sendirian.”

Porter sedikit ragu, tetapi ia tahu lebih baik tidak menentang tuannya. Meski begitu, ia tetap memberanikan diri untuk berkata, “Maaf, Sir. Lalu, bagaimana dengan Nona Amara? Dia pasti sedang menunggu Anda di rumah.”

Pria itu melirik sekilas pada Porter. “Aku akan memberi pengertian padanya,” jawabnya mantap. Tak ada yang lebih penting saat ini selain memastikan Emely, si kucing seksi dan liar, mengerti batasannya.

Porter mengangguk kecil, tahu bahwa diskusi ini telah berakhir. Tanpa berkata lagi, ia mundur perlahan, memberi ruang kepada sang tuan yang kini tengah bersiap.

Pria itu berdiri, sosoknya menjulang tinggi dengan bahu lebar yang kokoh. Ia meraih jas mahalnya dan mengenakannya dengan gerakan tegas. Setiap detail tubuh atletisnya terpancar sempurna di balik pakaian formal itu.

Ia menyisir rambut hitamnya dengan jari, memastikan penampilannya tetap rapi. Dengan langkah panjang dan percaya diri, ia keluar dari ruangannya, meninggalkan tempat yang masih memancarkan jejak kehadirannya yang dominan. Tujuannya jelas: Azure Nightclub.

Blue Sinclair, seorang pria berusia 38 tahun, kini memegang dua posisi penting di Sinclair Ocean Technologies—sebuah perusahaan global terkemuka yang bergerak di bidang teknologi kelautan. Sebagai CEO sekaligus Direktur Utama, Blue mengelola arah perusahaan dengan visi yang progresif dan ambisius. Ia menggantikan peran ayahnya yang memilih untuk mundur dan menikmati masa pensiunnya di rumah setelah bertahun-tahun memimpin perusahaan tersebut.

Perusahaan itu dikenal sebagai salah satu yang terbaik di New York, memimpin inovasi di sektor eksplorasi bawah laut dan solusi lingkungan untuk industri perkapalan. Kekayaannya, kekuasaannya, dan reputasinya membuat Sinclair dihormati sekaligus ditakuti.

Namun, malam ini, bukan bisnis atau rapat penting yang menyita pikirannya. Emely Erlania William’s, wanita muda berusia 21 tahun yang selalu berhasil memancing emosinya, adalah fokus utamanya. Tak peduli apa yang terjadi, ia akan menyusul si kucing seksi dan liar itu. Bukan untuk sekadar menemui, melainkan untuk memastikan wanita itu tahu siapa yang benar-benar memegang kendali.

***

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
Yessy Susanti
hmmmm Amara it spa ny Blue Thor??
goodnovel comment avatar
Marisal Sherllyta
ohoho si uncle punya julukan yg manis buat si baby emely...
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 3: Menyelamatkan Kucing Seksi dan Liar! 1

    Emely melangkah tergesa-gesa di sepanjang lorong sempit. Sepatu hak rendahnya mengeluarkan bunyi berdebum lembut di lantai. Langkahnya goyah, hampir seperti orang mabuk. Namun, ia tahu betul bahwa ini bukan efek alkohol. Sesekali ia berhenti mendadak, tubuhnya membungkuk dengan kening berkerut. Kedua tangannya mencengkeram erat dinding di sisinya, sementara pahanya merapat dengan kuat seolah-olah mencoba menahan sesuatu yang mendesak dari dalam tubuhnya. “Apa yang terjadi ...?” gumamnya panik. Sebuah denyutan asing menjalar dari pangkal pahanya, menggelitik sekaligus menyakitkan. Rasa itu tidak wajar, seperti sesuatu yang mendidih di dalam tubuhnya. Tubuhnya memanas, nyaris terbakar. Emely ingin berteriak, tetapi napasnya terhenti di tenggorokan, menghilang menjadi rintihan pendek.Panas itu merambat cepat. Jantungnya berdegup kencang, mengguncang dada. Ia mencoba bernapas lebih dalam, tetapi setiap helaan napas terasa seperti api yang menyusup masuk dan membuat paru-parunya berdenyu

    Huling Na-update : 2025-02-27
  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 4: Menyelamatkan Kucing Seksi dan Liar! 2

    Napas Emely terdengar jelas di telinganya. Cepat, tersengal, dan tidak teratur. Begitu dekatnya Delon kini hingga ia bisa merasakan udara panas yang terpancar dari tubuh Emely.“Emely ...,” panggil Delon akhirnya. Suaranya parau, hampir seperti bisikan yang disengaja untuk memancing reaksi.Emely tersentak. Tubuhnya tegang seketika, matanya terbelalak, sebelum akhirnya ia menoleh ke sumber suara. Raut wajahnya berubah, keningnya mengerut tajam, menampilkan ekspresi penuh ketidaksukaan. Pandangannya menusuk, sinis, meski tubuhnya terlihat goyah.“Mau apa kamu di sini?” tanya Emely. Suaranya lirih, tetapi nadanya tetap tajam.Delon tersenyum tipis, mengabaikan nada ketus itu, seakan-akan tak berpengaruh padanya. “Aku menyusulmu ke sini,” jawabnya santai. Seolah-olah ia adalah pahlawan yang datang untuk menyelamatkan sang tuan putri. “Aku khawatir padamu.”Delon mengambil selangkah lebih dekat. Namun, Emely seperti sebuah reaksi otomatis, langsung bergerak menjauh. Punggungnya makin mene

    Huling Na-update : 2025-02-27
  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 5: Menyelamatkan Kucing Seksi dan Liar! 3

    Wanita itu jelas mengenalnya. Blue adalah pengunjung tetap di tempat ini, meskipun ia selalu datang dengan alasan yang berbeda dari kebanyakan pria lainnya.Blue menepis tangan wanita itu dengan gerakan cepat dan tegas. Matanya menatap tajam, memberi pesan yang tak terbantahkan. “Jangan ganggu aku. Aku di sini untuk urusan penting.” Suaranya dingin dan menusuk.Wanita itu langsung mundur dengan wajah tersipu, menyadari bahwa Blue tak sedang dalam mood untuk bermain-main. Ia mundur ke kerumunan tanpa sepatah kata lagi, sementara Blue melanjutkan langkahnya.Dengan tubuh tegap, Blue makin jauh masuk ke dalam club. Matanya yang tajam memindai seluruh ruangan sekali lagi. Kali ini, pandangannya terhenti pada sebuah meja di sudut ruangan. Ia melihat sosok wanita muda yang cukup familier. Rambutnya panjang bergelombang, dengan wajah ceria yang sulit dilupakan. Itu adalah Arwen, salah satu sahabat Emely.Blue segera melangkah cepat menuju meja itu.“Hai, Uncle Blue!” sapa Arwen dengan nada c

    Huling Na-update : 2025-02-27
  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 6: Membawa Kucing Liar Pulang 1

    Blue menggenggam tangan Emely dengan erat, seolah-olah tak ingin melepaskannya. Seakan-akan tangan itu adalah satu-satunya hal yang bisa menyelamatkannya dari dunia yang begitu penuh kecaman. Di sebelahnya, Emely, yang kini seperti kucing liar yang terluka, hanya mengikuti langkah Blue dengan lemah. Langkah pria itu begitu mantap dan lebar. Setiap gerakannya memancarkan ketegasan yang begitu kuat, seolah-olah tak ada yang berani menghalanginya. Matanya menatap tajam, penuh amarah yang terpendam. Rahangnya pun makin mengetat, menahan gejolak yang hampir tak bisa terkendali. Wajahnya dingin, penuh dominasi—jauh dari sosok Blue yang biasa terlihat ramah.Setiap orang yang melirik tak mampu bertahan lama, seakan-akan aura intimidasi yang begitu kuat keluar dari tubuh Blue. Memaksa mereka untuk menunduk atau menjauh, menghindari tatapan yang bisa membekukan mereka di tempat.Ketika Blue sampai di meja tempat sebelumnya Emely duduk bersama teman-temannya, ia berhenti sejenak. Di sana, Arwe

    Huling Na-update : 2025-02-27
  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 7: Membawa Kucing Liar Pulang 2

    Emely hanya melirik pria itu dengan penuh kebingungan, perasaan yang sangat sulit dijelaskan mulai membekapnya. Keinginan untuk marah, untuk membentak pria itu, bahkan melontarkan kata-kata yang keras, bergolak begitu hebat dalam dirinya. Namun, tubuhnya terasa seperti terkunci, seakan-akan ada kekuatan tak terlihat yang membuatnya diam, menahan segala amarah yang hendak ia luapkan. Kenapa aku diam saja? pikirnya dengan frustrasi.Panas itu kian merayap dari dalam tubuhnya, lebih intens daripada sebelumnya, menyelimuti setiap inci kulitnya. Wajahnya yang semula merah pun makin memerah, kali ini lebih karena perasaan yang sangat berbeda. Lebih rumit dan kacau. Matanya liar dan penuh kebingungan, menyusuri setiap detail wajah Blue tanpa bisa menghentikannya.Tatapannya bertemu dengan mata Blue. Lalu, tanpa bisa ia tahan, pandangannya meluncur turun ke hidung mancung pria itu yang terlihat begitu sempurna di bawah cahaya mobil. Emely tak bisa mengalihkan pandangannya begitu saja, seolah

    Huling Na-update : 2025-02-27
  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 8: Ancaman Uncle Blue 1

    SUV hitam mewah milik Blue meluncur mulus menembus gerbang perumahan elite yang tinggi dan kokoh. Gerbangnya dengan mudah terbuka setelah penjaga menekan tombol remote control. Dengan deru mesin yang halus, mobil itu melaju melewati jalan setapak berlapis batu yang diterangi cahaya lembut dari lampu-lampu taman. Ketika akhirnya mobil berhenti tepat di depan teras rumah yang luas dan elegan, Blue melirik sekilas ke arah Emely, si Kucing Liar yang duduk gelisah di kursi penumpang sampingnya. Emely terlihat makin tidak tenang, wajahnya memerah, dan tubuhnya menggigil. Blue bisa melihat dengan jelas bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan wanita itu. Dengan suara berat dan sedikit serak, Blue bertanya, “Apa yang sudah kau minum, Emely?” Suaranya menggema dalam kesunyian malam yang mencekam. Emely berbalik menatap Blue, matanya sedikit kosong dan bingung, tetapi ada kegelisahan yang jelas terpantul di sana. Wajahnya kini kian memerah, seakan-akan tubuhnya terbakar oleh sesuatu yang l

    Huling Na-update : 2025-02-27
  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 9: Ancaman Uncle Blue 2

    Mendengar itu, alis Blue terangkat. Wajahnya memperlihatkan ekspresi yang seperti meremehkan. Dia mengubah posisinya, tubuhnya kini menghadap penuh ke arah Emely; satu tangannya bertumpu di pinggang. “Setelah semua yang aku lakukan untukmu, kau masih bertanya kenapa aku membawamu ke sini?” balasnya dengan suara yang terdengar dingin. Matanya menatap tajam, seakan-akan mencari celah untuk memahami pikiran wanita itu. Namun, Emely hanya mendengkus, membuang pandangannya ke arah lain.Blue menarik napas panjang, berusaha menahan rasa frustrasinya. “Pertanyaan bodoh macam apa itu, Emely?” Suaranya kali ini mengandung geraman halus.“Aku punya tempat tinggal sendiri, Blue!” balas Emely dengan nada tinggi. Emosinya mulai terpancing. “Seharusnya kamu mengantarku ke sana, bukan malah membawaku ke rumahmu!”Perkataan Emely membuat Blue terperangah. Kali ini, alisnya terangkat lebih tinggi. Matanya pun menyipit tajam, seolah-olah menilai wanita di depannya dengan penuh keheranan. “Blue? Heh?” b

    Huling Na-update : 2025-02-27
  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 10: Kenyal dan Lembut 1

    Emely melangkah masuk ke kamar yang luas dan tertata sempurna. Nuansa gelap mendominasi ruang itu, dengan dinding bercat abu-abu pekat yang dipadukan pencahayaan remang-remang dari lampu gantung berbentuk geometris. Lantai kayu mengilap memantulkan bayangan samar furnitur minimalis yang serbahitam dan cokelat tua. Sebuah tempat tidur berukuran besar dengan seprai hitam berada di tengah ruangan, dikelilingi oleh rak buku tinggi yang tertata penuh oleh buku-buku berjilid tebal.Ketika pintu di belakangnya tertutup, Emely kian terasa sesak. Matanya terus bergerak, menyapu setiap sudut ruangan dengan intens, seolah-olah mencari sesuatu yang tidak bisa dijelaskan. Kedua tangannya memegang erat pinggiran dress yang ia kenakan, meremas-remasnya seperti mencoba mengalihkan perhatian dari rasa yang mengaduk-aduk tubuhnya.Kakinya tidak bisa diam, melangkah tanpa arah, hanya untuk berhenti sejenak sebelum kembali bergerak. Bibirnya dikelupasi dengan gigi, tanda kegelisahan yang makin memuncak.

    Huling Na-update : 2025-02-27

Pinakabagong kabanata

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 112: Kalah Telak 3

    Kalimat terakhir Emely seperti petir yang menyambar di tengah keheningan. Ronan terhenyak, tubuhnya menegang. Untuk pertama kalinya malam itu, pria itu kehilangan ketenangannya. Tatapan dinginnya goyah, dan sebersit rasa terpojok terlihat di matanya. Blue pun tak berkata apa-apa. Emosinya yang sempat terpercik kini perlahan-lahan padam, digantikan oleh kekaguman pada Emely. Gadis itu tak hanya mampu mempertahankan ketenangannya, tetapi juga berhasil memukul balik Ronan dengan cara yang elegan. “Baiklah, Uncle,” ucap Emely dengan senyum tenang, matanya menatap lurus ke arah Ronan. “Aku akan menjawab satu per satu pertanyaan yang tadi Uncle ajukan kepadaku.” Keheningan memenuhi ruangan. Ronan tetap duduk dengan ekspresi datar, namun tatapannya menunjukkan rasa penasaran yang samar. Di samping Emely, Blue hanya menatapnya dengan senyum kecil, sementara Zara terlihat sedikit tegang, mengantisipasi apa yang akan dikatakan gadis itu.

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 111: Kalah Telak 2

    Blue, yang duduk di samping Emely, hanya bisa menghela napas panjang. Ekspresinya menunjukkan rasa jenuh yang tak lagi bisa disembunyikan. Ia mulai muak dengan sikap ayahnya yang menurutnya tidak pada tempatnya.Berbeda dengan mereka, Emely justru merasa ini seperti permainan kecil yang menarik. Gadis itu terkekeh pelan dalam hati, tak terganggu sedikitpun oleh sikap dingin Ronan. Dengan tenang, ia menjawab, “Aku berkuliah, Uncle.” Suaranya begitu tenang.Ronan mengangguk pelan, namun sorot matanya jelas-jelas menunjukkan rasa meremehkan. Seolah jawaban Emely hanya memperkuat pandangan buruk yang telah ia simpulkan. “Di universitas mana kau berkuliah?” tanyanya, masih dengan nada datar.Tanpa ragu, Emely menjawab, “Di Columbia University. Aku adalah salah satu mahasiswa terbaik di sana.” Senyumnya mengembang, tapi tidak angkuh, lebih seperti seseorang yang tahu persis apa yang ia miliki. “Maaf, Uncle. Bukan bermaksud sombong, tapi kurasa tak ada salahnya m

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 110: Kalah Telak 1

    ***Beberapa menit setelah selesai menyantap makan malam, Zara mengajak semua orang untuk kembali ke ruang keluarga. Mereka berjalan perlahan menuju ruangan luas itu.Tak lama setelah mereka duduk, dua pelayan datang dengan nampan perak, menyuguhkan minuman untuk semua orang. Jus apel segar, teh chamomile hangat, dan air mineral dengan irisan lemon tersaji di gelas-gelas kristal.Zara, sejak awal, tampak tak mau membiarkan suasana menjadi canggung. Wanita itu terus berusaha membuat Emely merasa nyaman di tengah sikap dingin Ronan yang kerap kali terasa seperti tembok tak tertembus. Dalam hati, Zara bertanya-tanya apakah Emely akan menjadi salah satu dari perempuan kebanyakan—lemah, mudah terintimidasi oleh tatapan dingin dan sikap tegas suaminya.Oh, tentu tidak. Emely jelas berbeda. Gadis itu tak semudah itu mundur. Bahkan dengan Blue, Emely tak segan melawan jika merasa diperlakukan tidak adil. Maka, menghadapi tatapan datar Ronan pun bukan

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 109: Makan Malam 2

    Blue yang memperhatikan dari samping hanya bisa tersenyum geli. Ia berusaha menahan tawa kecilnya, melihat betapa canggungnya Emely menghadapi Ibunya. Zara tampak sama sekali tidak terganggu dengan panggilan itu. Sebaliknya, ia tetap tersenyum lembut. “Justru kami yang berterima kasih, Nak, karena kamu sudah berkenan meluangkan waktu untuk datang ke kediaman kami,” ucapnya, membuat suasana menjadi lebih nyaman.Pertemuan pertama mereka tampak berjalan baik-baik saja, tanpa kendala atau suasana tegang yang Emely khawatirkan sebelumnya. Perlahan, Emely merasa lega. Kekhawatiran tentang calon mertua yang galak atau sulit diterima seolah sirna. Zara tidak seperti yang ia bayangkan—wanita itu terlihat hangat.Selanjutnya, Talia maju menyapa Emely dengan ramah, membuat suasana semakin cair.Zara lalu mengajak Emely dan Amara masuk ke dalam Mansion mewah. Langkah mereka menuju ruang keluarga, sebuah ruangan luas dengan dekorasi elegan.Zara sen

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 108: Makan Malam 1

    ***Dengan perasaan gugup yang sulit disembunyikan, Emely melangkah keluar dari mobil ketika Blue dengan sigap membuka pintu untuknya. Malam itu, ia mengenakan gaun elegan berwarna emerald green dengan potongan high-neck yang anggun. Gaun tersebut membalut tubuhnya dengan sempurna, memancarkan keanggunan yang tak terbantahkan, hingga berhenti tepat di lututnya.Di sisi lain, Amara, gadis kecil itu, tampak tak kalah memesona. Ia mengenakan gaun dusty pink dengan lengan puff yang manis, rok tutu bertingkat yang mengembang, dan dihiasi pita satin besar di pinggang. Rambutnya yang tergerai rapi dilengkapi bando mutiara, memberikan kesan seperti seorang putri kecil yang anggun dan menggemaskan.Amara memegang tangan kiri sang Ayah dengan erat, sementara tangan kanan pria itu membantu Emely turun dari mobil dengan lembut. Emely menarik napas dalam-dalam, mencoba mengusir kegugupan yang menyelimuti dirinya. Ia menatap pintu besar di depan

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 107: Bertemu Calon Mertua 3

    Beberapa hari kemudian…Setelah beberapa hari yang lalu, Emely akhirnya menyetujui permintaan Blue untuk bertemu dengan orang tua pria itu, terutama Ibunya. Kemudian, di hari itu Blue segera memberitahu Ibunya, Zara, yang menyambut kabar bahagia itu dengan antusiasme yang luar biasa.Malam ini adalah malam yang sangat dinanti oleh Zara. Setelah beberapa hari menunggu, malam ini akhirnya tiba juga, ketika putranya, Blue, akan datang ke Mansion untuk makan malam dan memperkenalkan kekasihnya. Zara semakin tidak sabar menunggu momen itu.Sejak siang, Zara dan Talia telah sibuk mempersiapkan menu makan malam yang akan menjadi hidangan untuk menyambut anggota baru dalam keluarga mereka. Semua persiapan dilakukan dengan penuh perhatian, memastikan segalanya berjalan sempurna. Dan kini, malam pun telah tiba. Semua persiapan telah selesai.Di ruang tengah Mansion Sinclair yang mewah, Zara duduk bersama suaminya, Ronan, dan putrinya, Talia. Mereka sedang m

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 106: Bertemu Calon Mertua 2

    “Hmm, dunia pun tahu itu. Makanya kamu sangat tergila-gila padaku,” balas Emely tanpa menoleh, nada suaranya datar namun jelas penuh percaya diri.Blue tertawa pelan. “Kau memang benar,” gumamnya pelan.Ia menegakkan tubuh dari sandarannya dan berjalan santai mendekati Emely, yang sedang fokus menuangkan minuman ke dalam gelas. Sesampainya di belakang Emely, Blue membawa kedua tangannya ke pinggang gadis itu, melingkarkannya dengan mesra.Emely sejenak membeku saat merasakan pelukan hangat pria itu, tetapi ia memilih untuk tak bereaksi.Blue menunduk sedikit, mengecup lembut pipi Emely. Bibirnya hanya menyentuh sekilas, namun sentuhan itu cukup untuk membuat Emely menarik napas dalam. “Aku tidak akan menyangkal,” bisik Blue dekat di telinganya. Suaranya rendah, hampir seperti gumaman, namun cukup jelas untuk membuat hati Emely sedikit bergetar. “Karena kenyataannya memang seperti itu. Aku tergila-gila padamu.”Dengan lembut, Blu

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 105: Bertemu Calon Mertua 1

    ***Emely berdiri di teras rumah, pandangannya tertuju pada sebuah mobil yang baru saja memasuki halaman. Mobil itu milik Arwen, sahabatnya. Ia mengamati saat mobil berhenti perlahan di samping kendaraan Blue yang terparkir rapi.Mesin mobil dimatikan, dan tak lama kemudian Arwen keluar dengan membawa laptop di lengannya. Dengan langkah santai, gadis itu mendekati Emely yang sudah menunggunya di teras.“Hay!” sapa Arwen ceria, mengulas senyum lebar.“Kamu terlambat dua menit,” sindir Emely, tangannya dilipat di dada.Arwen berhenti tepat di hadapan sahabatnya dan memutar bola matanya dengan malas. “Bersyukur aku masih mau nyamperin kamu ke sini!” balasnya ketus.Emely hanya tertawa kecil, menikmati reaksi Arwen yang khas.Namun, tawa itu terhenti saat suara langkah kaki terdengar dari dalam rumah. Arwen menoleh ke arah pintu dengan rasa penasaran. Beberapa detik kemudian, sosok Blue muncul, berjalan dengan tenang namun p

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 104: Siap Bertemu 4

    Emely tidak menjawab. Ia hanya menatap wajah Blue dengan sorot mata penuh kekaguman dan sedikit senyum di sudut bibirnya. Tangannya tetap bekerja, mengurut dengan lembut batang keperkasaan Blue, sesekali memberikan remasan kecil yang membuat pria itu menarik napas panjang. "Berapa lama kau ingin bermain?" tanya Blue, suaranya terdengar berat."Aku tidak bisa lama-lama," jawab Emely dengan nada parau, hampir berbisik. "Aku harus menyiapkan tugas kuliahku sebelum Arwen sampai."Blue mengangguk kecil. Kemudian, ia meraih pergelangan tangan Emely, menghentikan sentuhannya yang terus menggoda. Lalu, ia berpindah posisi, mengambil tempat di belakang tubuh ramping gadis itu. Sofa besar yang mereka duduki cukup luas, memungkinkan mereka berdua berbaring miring dengan nyaman.Emely mengerti tanpa perlu kata-kata. Ia meloloskan kain segitiga kecil yang membalut dirinya, lalu mengangkat gaun yang dikenakannya hingga cukup tinggi untuk memberi akses penuh pa

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status