Sosok jelmaan tua bangka menyeringai tajam. Serak geram menyatu dari rentetan tawanya yang panjang. Ia merangkak bangkit perlahan.__________"Ki Sanca!"Taja terjerembab ke tanah sembari menyebut nama sosok itu. Ternyata Ki Sanca, muncul secepat itu di hadapannya.Lelaki tua bungkuk tanpa basa basi, mengayunkan tongkat berbentuk kepala ular di ujungnya, dipukulkan ke tubuh Taja."Agh!" Taja tak sempat mengelak. Ki Sanca yang bungkuk tak disangka segesit itu serangan jurus tongkat aneh di tangannya."Rasakan! Apa kehebatanmu tanpa Pasvaati? Dasar Pencuri!" maki Ki Sanca. Tanpa jeda menghujam pangkal tongkat ke tubuh Taja bertubi-tubi."Hentikan!" teriak Lorr En, segera bertindak. Sekali lompatan besar, ia menubruk Ki Sanca tengah sibuk memukulkan tongkatnya. Tubuh bungkuk Ki Sanca terpelanting dan mendarat dengan sempoyongan."Bocah tak tahu diri!" umpat Ki Sanca kesal.Sementara di sisi lain, tubuh Ki Ratma berubah wujud manusia anjing, derap langkahnya mendekati Taja tergeletak."Rrr
"Siapa yang memberi perintah Pasukan Hijau? Mereka menjaga Tanapura semalaman dari ancaman apa?"__________Raojhin menunggu tak sabar di halaman Istana Emas. Dari tempat ia berdiri di atas tembok gerbang, panorama Tanapura terlihat dari segala penjuru. Bangunan-bangunan berjajar di bawah sana. Istana Emas, tempat paling tinggi di kawasan Tanapura.Raojhin lebih awal menginjakkan kaki di tempat itu, pandangan matanya terus mengawas ke bawah sana. Dengan harapan Taja dan Lorr En segera muncul. Namun dari tembok gerbang yang tampak, tidak ada tanda-tanda kemunculan mereka berdua.'Apakah mereka berdua dalam kesulitan?' pikir Raojhin. Baru kali ini tersadar, ia telah mempercayai seseorang yang disebut teman.Kembali Raojhin menegakkan Sang Gendewa di punggungnya. Meski beberapa kali membenahi, Sang Gendewa merosot lantaran terlalu berat.Suara-suara teriakan membahana ke langit-langit. Kedengarannya berasal dari bawah sana."Tangkap pencuri itu!!!"Tidak dari satu arah saja. Dari mana-man
"Tatapan mata mereka seperti lirikan pengantin yang menghipnotis."__________"Pasvaati ...!"Teriak lantang Taja memecah fajar, "Tunjukkan kekuatanmu untuk melawan Pasukan Hijau ...!" sembari kedua tangannya menggenggam pusaka itu terangkat ke angkasa. Banyak pasang mata menyaksikan aksi Taja yang membuat semua terheran-heran."Kalian pencuri! Tanapura akan menghukum kalian seberat-beratnya!" teriak salah seorang pemimpin dari Pasukan Hijau.Taja tak menghiraukan mereka. Tetap memusatkan konsentrasi pada Pasvaati yang sedang terangkat dan bercahaya.Cahaya Pasvaati memukau semua orang. Sejenak menghentikan langkah-langkah Pasukan Hijau terus-menerus berdatangan.Raojhin pun tak bergeming selama menyaksikan Pasvaati di tangan Taja. Sangat tak menyangka jika dilihatnya dengan mata kepala sendiri, Taja menggenggam benda pusaka yang selama ini hanya menjadi legenda. Bahkan Raojhin belum pernah bermimpi mampu melakukan itu.Terlebih-lebih lagi Lorr En, hanya mematung siaga paling belakang
Dua pusaka bersatu. Mengeluarkan sayap pelangi. Tujuh warna dalam lingkaran cahaya. Sekejap saja menampakkan wujud lain.__________Seorang pemuda keluar dari balik pintu utama Istana Emas. Wujudnya terselimuti cahaya biru berpendar lembut dari kulit dan pakaian putih yang dikenakan. Ia melangkah tegap menuju halaman istana, mendekati Taja bersama Raojhin dan Lorr En berkumpul. Suasana fajar menambah nuansa rona biru di tubuh pemuda itu makin berpendar cerah."Dia datang!"Teriak Taja menunjukkan bahwa ucapannya terwujud. Seseorang muncul dengan wajah yang dikenalnya, telah datang sesuai perkiraan. Taja berbinar. Rasa syukur dan lega sangat mendalam, sebanding dengan rasa lelah dan letih sakitnya."Dia. Radhittama!"Taja meneriakkan nama seseorang yang muncul. Saat itulah Raojhin terbelalak. Terkejut ia sehingga tak mampu mengucap sepatah kata pun. Sesosok pemuda bercahaya biru yang dilihatnya, sangat mencengangkan.Taja menyongsong ke arah Radhit berjalan menuju padanya. Radhittama, s
"Tidak ada daya dan upaya dari senjata apapun, kecuali dengan ijin Yang Maha Kuasa!"__________Taja tersadar dalam lingkaran cahaya formasi Pusaka Bersatu. Bersama Raojhin, Lorr En dan Radhit."Tidak ada daya dan upaya dari senjata apapun.""Kecuali dengan ijin Yang Maha Kuasa!"Mantera diucapkan Radhit ternyata sama persis seperti yang diucapkan Tuan Pasvaati. Seolah suara Tuan Pasvaati menjelma suara Radhit dalam waktu bersamaan."Sha ....""Ha ....""Da ...!"Kata terakhir terucap dari bibir Radhit. Refleks, Pasvaati melesat dari Sang Gendewa. Berikut ribuan panah dari busur Pemanah Gaib meluncur ke angkasa. Langit Tanapura bertaburan cahaya.Pasukan Hijau tengah sibuk menghadapi Serdadu Bidadari, seketika terhenti aksi mereka. Terpaku di tempat masing-masing. Masih dalam suasana fajar yang terang benderang di bawah gemerlap cahaya kubah di langit-langit Tanapura. Bersamaan dengan itu, Serdadu Bidadari menghilang ditelan cahaya-cahaya lebih terang.Pasvaati dan ribuan panah mencapa
"Padukaaa ...!!!"Teriak semua orang dengan histeris. Ruangan utama Istana Elang dipenuhi kepanikan."Padukaaa, sadarlah!!!" penjaga-penjaga menjerit. Namun tak sedikitpun Paduka Raghapati tergugah dari kesurupan yang tengah mengekang jiwanya."Heaaaargh ...!!!"Alih-alih Paduka Raghapati tersadar, justru semakin brutal. Tidak cukup puluhan penjaga mengendalikannya. Tubuhnya kaku tegang menghempas penjaga-penjaga yang memegangi tubuh Paduka dari berbagai sisi. Mereka terlempar ke segala arah. Ruangan Istana Elang berantakan."Paduka!" Ketua Sujinsha menyebut Paduka agar tersadar. Sejak awal mengetahui keadaan Paduka, dialah orang yang pertama menjaga Paduka sejak semalam.Situasi tidak terkendali lagi. Paduka beralih pada Ketua Sujinsha yang sekarang berada persis di hadapannya setelah penjaga-penjaga itu bergelimpangan tak berdaya."Paduka, sadarlah!" panggil Ketua. Namun Paduka dengan wajah pucat pasi, menarik leher Ketua Sujinsha dengan gerakan yang begitu cepat. Tenaga Paduka dalam
"Kembalilah ke cahaya, jiwa yang tenang! Sirnalah kejahatan dari dalam!"________Sing ...!Suara pedang terhunus di tangan Ketua Sujinsha. Pedang tipis itu terayun berkali-kali. Sementara nafasnya terengah-engah belum sempurna.Tak mampu berpikir banyak. Ketua Sujinsha melancarkan jurus pedang ke arah Paduka. Ujung pedangnya menusuk di satu titik terbuka di tengah dada."Heaaagh ...!" Lagi-lagi Paduka meraung lantang. Alih-alih pedang di tangan Ketua menembus kulit, justru tangan Paduka mencengkeram erat ujung pedang di depan dadanya. Dengan sekali hentakan, tubuh Ketua terpental. Pedangnya berpindah ke tangan Paduka. Sementara Ketua Sujinsha terlempar di sisi pilar ruangan. Belum sempat ia bangkit, Paduka berbalik melancarkan pedang ke arah Ketua Sujinsha."Aagh ...!!!"Pedang di tangan Paduka menembus jirah Ketua Sujinsha tepat di bagian dada."Ketua!!!"Orang-orang berteriak histeris. Tubuh Ketua Sujinsha ambruk seketika. Darah segar dari lukanya bersimbah ke lantai."Aaaagh ...!"
"Abdi-abdi terpercayaku ..., ternyata mata-mata dan pengkhianat!"__________Langit Tanapura dalam naungan kubah cahaya biru cerah, seperti terbit Sang Surya lebih awal dari waktunya.Paduka di ambang pintu Istana Elang, menatap ke arah langit, terpukau pandangannya selama menyadari hal itu."Jangan bangunkan aku jika ini hanya mimpi," Tanpa terasa terucap dari mulut Paduka Raghapati. Sementara Putri Alingga memeluk sebelah lengan kanan Paduka ayahandanya, sembari terisak haru setelah sekian lama merindukan kehangatan kasih sayang Sang Ayah.Ini pertama kali Paduka Raghapati tersadar setelah sekian lama di bawah pengaruh sakit yang membuatnya gila dan lupa semua orang serta keadaan."Pemuda, siapakah engkau?" Paduka melihat punggung seorang pemuda berpendar cahaya biru yang lembut. Pemuda itu hanya beberapa langkah di depan Paduka, menghadap langit yang sama dari tempatnya berada di tepi teras Istana Elang."Selamat menghirup udara bebas, Paduka," jawab pemuda itu tegas, belum usai pan
Jantungku adalah jantungmu! Jika aku menusuk jantungku. Itu pula yang terjadi pada jantungmu!" ________ "Aku menyerah!" Suara lantang memecah ketegangan. Samar-samar Ketua Sujinsha berjalan selangkah demi selangkah, memasuki area perkumpulan musuh. Jumlah mereka ratusan orang-orang pembantai, termasuk belasan pimpinan Lowak Ruyo. Senyum sungging Puan Ra menyambut lelaki itu datang. Ketua Sujinsha berhenti tepat di hadapan Puan Ra. Orang-orang pembantai mengelilingi dengan wajah-wajah beringas. Puan Ra berdiri di hadapan Ketua Sujinsha mengangkat kedua lengan pertanda menyerah. "Lepaskan praja itu! Sebagai gantinya kalian mendapatkan aku!" seru Ketua Sujinsha. Kedua tangan bersilang di belakang tengkuk. "Cuih! Akal bulus apa kiranya strategimu, Pengelana jalanan! Kau sama sekali tidak berguna!" Puan Ra menjawab sengit. "Tentu aku berguna jika menjadi tawananmu! Lepaskan praja itu!" seru Ketua Sujinsha lagi. Mata berbalas mata. Permusuhan lama antara pemimpin Para Pembant
Pagi menyingsing bersama embun menyelimuti. Sang Surya bersemu jingga, mengintip dari balik ufuk timur. Wajahnya malu-malu perlahan mulai tampak."Jangan libatkan mereka."Seseorang menyampaikan pesan itu dari mulut Lorr En, dan sekarang diucapkan kembali oleh seorang pemantau. Ia menuturkan laporannya pada Ketua Sujinsha."Dia bertekuk lutut. Kedua kaki dan tangan terikat. Kedua matanya tertutup kain. Ia mengatakan itu kepada pimpinan musuh sehingga melepaskan kami untuk menyampaikan hal ini kepada Tuan."Pemantau dari sekumpulan Pasukan Bayangan. Sekembalinya dari penyisiran sekitar perbatasan, sempat bertemu musuh. Ia ditangkap, kemudian sengaja dilepaskan untuk menyampaikan pesan itu kepada Ketua Sujinsha. Tujuannya agar Pasukan Bayangan menyerahkan diri dan mengembalikan Raojhin kepada pihak musuh.Pemantau itu melaporkan informasi sepenuhnya kepada Ketua Sujinsha tentang tertangkapnya Lorr En, tentu membuat cemas Pasukan Bayangan.Ketua Sujinsha tertegun sebentar. Tegang dalam p
Satu orang kembali. Justru satu lagi menghilang. Seakan hanya bertukar saja.________"Jaga gudang mayat!"Teriakan penjaga menjadi petunjuk tempat Raojhin disembunyikan. Orang-orang saling melempar tugas. Hiruk pikuk situasi di kawasan pangkalan Pasukan Pembantai. Masing-masing pemimpin sibuk mengumpulkan sejumlah pasukan untuk dikerahkan ke luar pangkalan.Sesosok makhluk dari tanah, tersembul ke permukaan dan meluncur dalam pusaran pasir. Kemudian gesit wujudnya menjelma gumpalan tanah pasir menggelinding."Hup!" tubuh itu menggelinding sampai ke sisi bayang-bayang tenda dan terhenti.Rupanya manusia yang meringkuk dari gumpalan tanah pasir. Tak lain adalah Taja. Selimut tanah pasir, luruh dari tubuhnya. Sembari kebas seluruh baju, Taja memasang waspada, tatap matanya sekeliling arah. Tampak lenggang keadaan sekitar.Di tengah-tengah situasi tak menentu, akibat makhluk pasir bekerja secara efektif. Berhasil mengalihkan seisi pangkalan pembantai dan mengacaukan suasana. Taja berhasi
Hantu Pasir. Penghuni gaib Perbatasan Tengkorak. Makhluk penghisap siapapun yang hidup di permukaan tanah.________Deru pasir debu menyatu.Langit malam kian larut. Kantuk mengendap dalam penat orang-orang sedang berjaga-jaga di setiap titik kawasan pangkalan. Sejengkal pun tidak ada yang luput dari pengawasan mata regu pemantau, sibuk mengawasi penjuru arah dari tiang-tiang tinggi.Pangkalan pembantai tak pernah mengenal tidur. Kawasan merah dengan rona kobaran api. Sejauh mata menangkap kegelapan, titik-titik bara bersumber api unggun. Udara menerbangkan abu pijar dari bara meredup.Barisan regu giliran jaga malam bertukar tugas. Pasukan Pembantai dalam naungan gelap malam, tampak lebih waspada dan sangar wajah mereka.Pemimpin-pemimpinnya memasang erat penutup kepala bertanduk. Gading-gading gajah dipasang tegak lurus ujung lancipnya menghadap ke atas. Pertanda pemimpin baling berkuasa sedang berada di antara pasukan berkumpul.Beberapa orang tampak lalu lalang, tergesa-gesa dalam
Makhluk pasir dan tanah? Apa sungguhan itu makhluk yang terbentuk dari pasir dan tanah?________"Lorr."Taja menepuk pundak Lorr En. Ia pun siap menyambut Taja memberikan perintah."Kerahkan Pasukan Tawon! Alihkan musuh!" Taja berapi-api, tersulut ambisi bersiap-siap penuh."Aku akan mengobrak-abrik sarang pembantai," kata Taja sembari bangkit tegap, menyingsingkan kepalan tangan erat-erat.Ketua Sujinsha ternganga. Kiranya manusia seperti apa yang memiliki keyakinan sebesar itu untuk menyerbu pangkalan musuh sekelas Pasukan Pembantai. Ia sendiri bahkan tidak terpikir strategi sejauh itu. Butuh keberanian dan kekuatan pasukan besar dan persiapan matang."Tuan, serahkan padaku! Malam ini, aku akan menyerbu Pangkalan Pasukan Pembantai," tegas dan penuh percaya diri, Taja mengatakannya."Malam ini?!" ujar Ketua Sujinsha terkaget-kaget. Tak segera mengambil keputusan. Ia dan semua orang bawahannya banyak terluka dan belum pulih dari letih kesakitan. Pertarungan sebelumnya, melawan Pasuka
"Tempat ini seperti tersembunyi? Seolah musuh tidak menyadari keberadaan kita?"________Malam berlarut.Tampak langit gelap dari celah-celah rongga bebatuan tempat persembunyian. Pertahanan magis energi Taja dan Lorr En bersatu, diperkirakan dapat bertahan sampai fajar menyingsing untuk melindungi diri bersama Pasukan Bayangan.Sementara itu, terdengar suara-suara meraung dari luar, pertanda banyak sekali orang-orang pembantai berdatangan sekitar tempat itu, melalui udara dan darat. Gonggongan anjing-anjing pelacak, menelusuri jalur lereng dan rongga-rongga sekitar. Kuat tajam penciuman anjing-anjing itu mengendus-endus setiap jengkal permukaan tanah dan batu. Mencari jejak Pasukan Bayangan yang sedang bersembunyi bersama Taja. Untuk sementara, mereka aman dari deteksi musuh."Perisai Alhirri hanya bertahan sebelum pagi menyingsing," kata Taja meresahkan hal itu. Kiranya sampai fajar, tetapi musuh masih patroli sekitar lokasi persembunyian."Aku akan mengalihkan perhatian mereka," uj
Gemuruh angin hitam mengiringi dua sosok berjalan. Kedatangannya disertai kerumunan angin hitam, ternyata koloni serangga. ________ "Siapa kalian?!" Orang-orang Pasukan Bayangan menghunus kembali pedang masing-masing. Mengantisipasi serangan yang mungkin datang dari dua sosok itu. "Apakah kalian baik-baik saja?!" suara lantang pemuda, seiring kemunculan dua sosok berjalan dari balik kabut malam di bawah cahaya purnama. Semua terdiam, menyambut penasaran siapa gerangan yang datang. Tampak samar-samar, dua sosok pemuda. Gemuruh angin hitam mereda, mengiringi dua sosok itu mendekat. Mundur penuh hati-hati, orang-orang Pasukan Bayangan, berkumpul dalam formasi barisan, memasang pagar diri seraya menghunuskan pedang masing-masing. Tampaklah dua wajah pemuda yang datang itu. Pasukan Bayangan, seketika menurunkan senjata dan bernafas lega. Dua pemuda yang datang itu, ternyata sangat dikenal dengan baik. Suara-suara riuh mendengung, rupanya berasal dari kerumunan serangga menyertai ked
Amukan badai angin hitam, ternyata koloni serangga tak terkira banyaknya. Menyerang sekelompok manusia jubah hitam beserta elang-elang tunggangannya.________Jerit raung manusia-manusia berjubah hitam, bersamaan elang-elang hitam meronta terbakar di tanah, bergumul debu kerikil. Teriakan manusia jubah mengamuk, namun masih hidup dalam kobaran api melahap tubuh.Tahu jenis apa elang Pembantai tak mati dalam api, harus dipenggal kepala, maka tak menyia-nyiakan kesempatan, segera regu Tameng Cakra dan Jerat Laba-laba, menebas kepala manusia berjubah dari tubuhnya. Juga elang tunggangannya. Hujan mulai berjatuhan ke tanah. Semakin deras membasahi tak terhitung tubuh-tubuh bergelimpangan. Regu Tameng Cakra dan Jerat Laba-laba tanpa henti mengayunkan jurus-jurus pedang, menghabisi siapapun musuh yang masih bergerak, elang hitam dan manusia berjubah hitam bersimbah darah bergelimpangan.Krrroaaagh!!!Tiba-tiba dari awan gelap, seekor elang hitam sangat besar, melintas sekejap mata dan meny
Batu menjerit dan bergerak. Wujud semula bongkahan, ternyata jubah kamuflase menyerupai batu, menyingkap sesuatu tersembunyi di baliknya.________Elang Pembantai.Jenis pasukan terbang pembantai. Semakin banyak jumlahnya, berdatangan ke tempat itu. Menggantikan pasukan pembantai berkuda yang sudah kalah telak.Hujan rantai besi sambar menyambar dari langit-langit gelap. Kemunculan Elang Pembantai memaksa Pasukan Bayangan sesegera mungkin bergerak mundur."Sembunyi!" pekik Ketua Sujinsha, diikuti sekawanan orang-orangnya bergerak cepat, menepi di antara celah-celah bebatuan. Namun belum semuanya bersembunyi, beberapa orang Tameng Cakra terkena sambaran rantai besi, tubuhnya ditarik dan terpelanting ke udara. "Aargh!!!" terbanting di sisi lereng berbatu. Anggota lainnya tak sempat memberikan pertolongan.Para pembantai dengan tunggangan elang hitam raksasa, beterbangan seiring riuh suara Terompet Raung mengangkasa. Tangan-tangan mereka sibuk melempar rantai-rantai besi. Penglihatan ta