Tiga hari setelah peristiwa itu, aku mulai mencari tahu diam-diam tentang keluarga Selenic. Berbagai kegiatan pengumpulan bukti, dan penyelidikan kulakukan demi menyelamatkan nyawa Eunoia. Mr. Robert mungkin termasuk sebagai pelaku utama. Di lain sisi, aku juga menaruh rasa curiga pada Nyonya Flora.Akan tetapi, semua itu masih tidak lebih dari asumsi belaka. Aku belum bisa menyimpulkan, siapa saja yang termasuk biang masalah di keluarga Selenic. Menyelidiki semuanya sendirian, memakan waktu yang cukup lama. Hasilnya juga belum tentu sesuai dengan harapan.Untuk saat itu, aku lebih memilih untuk fokus dalam tiga hal sekaligus. Pekerjaan multitasking yang kukerjakan tidaklah mudah. Waktuku habis untuk bekerja pada SSM, menyelidiki kasus Selenic, dan mencari keberadaan kristal phoenix. Ya, menjadi seseorang yang berguna memiliki konsekuensi tersendiri.Untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk, aku mulai menjaga jarak dengan Ayah Eunoia, serta anggota keluarga Selenic yang lainnya. Oran
Satu bulan setelahnya, aku disibukkan dengan penyelidikan, untuk mencari tahu tentang sisi gelap keluarga Selenic. Silsilah keluarga yang kutemukan pada album mereka menunjukkan bahwa, hampir tidak ada sosok "suami" di pohon keluarga. Cabang akar nenek moyang Selenic juga, hanya dipimpin oleh seorang wanita. Terkecuali Nyonya Jane—Tante Eunoia yang menghadiri pesta malam itu, dan Nyonya Flora yang memiliki pendamping hidup."Kenapa mereka tidak memiliki kakek moyang?" ucapku bertanya-tanya dalam hati.Eunoia tidak mungkin berbohong tentang sejarah, dan legenda di Scramble. Namun, itu tidak menutup kemungkinan bahwa, dia bisa saja melakukannya. Semakin lama, semuanya terasa semakin membingungkan. Hipotesis pertamaku menyatakan bahwa, keluarga Selenic adalah golongan penyihir hitam. Dalam legenda Sorcgard, pernah kutemukan sebuah fakta bahwa, mereka tidak bisa keluar di siang hari, dan sangat membenci lelaki. Namun, golongan magic tertinggi itu sudah lama punah, karena peperangan besar
Saat tiba di tempat itu, lampu yang mengarah pada jembatan terlihat sangat redup. Beberapa hari sebelumnya memang terdengar desas-desus, bahwa tempat itu dijadikan sebagai wadah pembuangan rakyat, yang memberontak pada pemerintah. Meskipun demikian, aku mencoba untuk tetap meyakinkan diri.Tidak jauh dari Jembatan Fires terdapat taman bunga mawar, dan semacam bangunan untuk berteduh bagi wisatawan. Ketika melangkahkan kaki menyusuri jembatan, aku tidak sengaja melihat seorang wanita, yang terbawa arus deras di bawah sana.Tanpa pikir panjang, aku langsung terjun dari atas jembatan, untuk menolong wanita bergaun merah darah itu. Karena tidak punya cara lain, aku mengeluarkan kekuatan magic pelindung, yang berhasil membawa kami ke pinggiran sungai. Rasa dingin mulai merasuk sampai ke tulang-tulang. Salju yang turun membuat tubuhku menggigil. Terkadang, aku menggosokkan telapak tangan untuk menghangatkan diri.Karena kekuatan yang belum sepenuhnya kembali, aku hanya bisa menggunakan mag
"Gak, gak mungkin. Ini pasti cuma mimpi buruk." Aku menjambak rambut dengan frustasi, setelah memporak-porandakan meja di depanku. Kata-kata yang diucapkan oleh Calvin begitu menyakitkan. Mataku rasanya memerah, saat itu. Kebohongan apa lagi yang disembunyikan dariku? Kupikir, apa yang diucapkan olehnya adalah sebuah kejujuran."Gue juga gak nyangka sama Profesor Edward, Bro." Pria berkacamata dengan rambut blonde-nya itu menunduk. Dia sepertinya merasakan kesedihan yang sama denganku."Semuanya adalah kebohongan yang dipercaya selama berabad-abad. Padahal, Profesor Edward selaku presiden, sudah sangat dipercayai oleh rakyat Scramble." Sera yang bersandar pada dinding—di samping Calvin, seakan menahan amarahnya. Pukul dua belas malam yang sangat menyakitkan. Hasil dari laboratorium menunjukkan bahwa, aku tidak dihapus sepenuhnya dari buku sejarah. Selama ini, Nona Lily mengetahui semua kebenarannya, dan tidak pernah angkat bicara di depan publik.Bug!Tinjuku menghantam dinding di b
Kami mengunjungi sebuah restoran bintang lima, di ujung Kota Riqueza. Kata orang-orang di sana, tempat itu sangat menarik, dan wajib dikunjungi oleh para wisatawan. Pemandangan alam di Kota Riqueza masih terlihat asri. Berbeda halnya dengan Scramble, semua sisi kota di sana, telah dipenuhi dengan mesin-mesin berteknologi mutakhir. Manusia memang tidak terlepas dengan yang namanya ketergantungan. Perkembangan zaman seakan tidak mempengaruhi pola pikir masyarakat, di Daerah Riqueza. Kebijakan pemerintah daerah di sana, sepertinya sangat berperan penting dalam pengelolaan lingkungan. Aku sangat mengagumi sosok walikota Riqueza, yang telah membuat kemajuan kota tanpa menghilangkan unsur alam. Tanpa membuang waktu, kami langsung masuk ke restoran itu. Restoran Aquacfoddy's nampak ramai dengan para pembeli. Ada banyak orang yang mengantri di depan sana. Ya, mulai dari pekerja kantoran, hingga kelas atas. Aku menghela napas panjang. Menghadapi keramaian bukanlah hal yang menyenangkan,
"Maaf, saya tidak bisa membiarkan kalian masuk ke dalam." Pria yang memakai setelan toxedo itu menghadang kami."Bukankah kami telah membayar uang masuknya, Tuan?" Sera yang memakai high heels, berbalutkan gaun merah memukau, tampak berkacak pinggang.Pria yang sepertinya bekerja sebagai pelayan itu, membungkuk 90°. "Maaf sekali lagi, kami memang tidak menerima tamu asing. Kalian tidak terdaftar di list khusus.""Berapa biaya tambahannya?" Calvin menyodorkan lima kartu blackcard limited edition miliknya. Rekanku itu memang mempunyai banyak uang, karena banyaknya saham yang dimilikinya. Di Scramble, Calvin adalah anak dari pemilik perusahaan pembuatan robot ternama. Dia sering bercerita tentang keluarganya padaku, saat menjelang tidur malam.Pelayan yang memiliki rambut dengan poni potongan koma itu, memberikan seulas senyum seakan puas, dengan sogokan yang Calvin berikan."Lima kartu blackcard Anda sudah bisa mendapatkan tiket VIP, Tuan." Pria bermata oranye itu mempersilahkan kami m
Wanita yang memakai gaun pengantin, dengan untaian bunga yang menghiasi kepalanya itu, tersenyum manis padaku. Ia meraih tangan, dan mengajakku untuk menaiki sebuah perahu kano kayu, di tepi danau merah muda."Aku akan selalu mencintaimu selamanya," ucap gadis itu dengan nada lembut. Suaranya begitu menenangkan pikiranku yang sedang kacau balau. Tidak akan kubiarkan wanita yang sangat kucintai itu, kehilangan senyumannya lagi."Aku lebih dari cinta, Nona." Aku membalas senyuman hangatnya.Tanpa terasa, aku telah mendayung sampai ke tengah danau. Aku melihat angsa-angsa putih yang menawan, serta kodok-kodok lucu di atas daun teratai. Mereka menari riang, beriringan dengan nyanyian indah milik Alea. Pujaan hatiku itu, ternyata tidak pernah berubah ... selalu menyukai musik.Saat kami hampir mencapai seberang, suara tabuhan gendang seperti di karnaval, dan suara grup vokal terdengar semakin mendekat. Lagu kebangsaan Middleside yang berjudul, "Eternate for our Beautiful Princess" dinyanyi
Apa itu definisi jatuh cinta? Apakah ketika melihat seorang wanita cantik, lalu menyukainya, itu dapat disebut dengan jatuh cinta? Ataukah perasaan bahagia, tatkala melihatnya tertawa, itu juga disebut dengan jatuh cinta?Aku mengalami perasaan, yang tidak dapat diukirkan dengan kata-kata. Entahlah, aku sendiri tidak dapat menyimpulkannya. Terkadang, aku sulit membedakan antara rasa cinta, dan rasa suka sesaat—sekedar singgah karena penasaran.Mendiang Nyonya Lily pernah berkata,"Tuan muda, cinta sejati itu tidak memandang apa pun, dan tidak memandang siapa pun. Semua orang bisa merasakannya, tetapi hanya beberapa orang saja yang beruntung. Tak peduli jika cinta itu terbalas, atau memilih terpendam selamanya di dasar hati. Ada kalanya, Tuan pasti merasakan hal itu nanti.""Aku tidak mau merasakan cinta, Nona Lily," kataku, saat itu."Tidak ada yang dapat menolak takdir, Pangeran. Sejak manusia dilahirkan, garis tangan sudah ditetapkan sebagai bagian dari alur kehidupan. Cinta itu mem
Aku tersenyum manis, terpesona pada keahlian memasaknya. "Bagaimana kalo kita jalan-jalan minggu depan?" tawarku pada wanita yang sibuk menghitung takaran gula, di depan sana."Tumben ngajak jalan." Eunoia–yang mengenakan daster merah muda, tampak sibuk menyiapkan secangkir kopi hangat untukku. Toples kopi terlihat berantakan karenanya. Ya, namanya juga baru belajar masak, makanya seperti itu. Aku cukup memaklumi kondisinya–latar belakang sebagai orang kaya membuatnya manja.Kami berada di dapur berukuran luas, berdesain ala-ala restoran mahal. Sepertinya arsitek yang kurental tidak lagi memikirkan desainnya. Mereka selalu membuat ruangan luas di rumahku, dan itu bukan yang pertama kalinya. Untunglah, aku hanya perlu membayar, dan menikmati hasilnya. Lagian, menasehati mereka hanya membuang tenaga."Kamu nggak sibuk, kan? Lagian, jalan-jalannya di hari Minggu kok. Apa iya, kamu nggak bisa juga?" Aku menghentikan suapan nasi ke mulut. "Refreshing dong sekali-sekali juga." "Iya, boleh
Sebuah meja makan yang di atasnya terdapat berbagai macam hidangan, tampak menggiurkan perut kosongku. Aku berdiri di antara orang-orang yang sibuk dengan santapannya. Memperhatikan mereka dengan tajam, sepertinya membuat Degree meningkatkan kewaspadaannya.Lampu kristal yang tergantung, di atas langit-langit ruangan interior klasik, terlihat begitu indah. Ada dua jenis kursi, yaitu sofa dengan bantalan empuk, dan kursi kayu berdesain batik. Lantai yang terbuat dari keramik mahal, membuat bibirku tak berhenti mengucapkan ketakjuban.Pandanganku berpindah ke sana kemari. Ya, ada seseorang yang ingin sekali kutemui. Sudah lama rasanya, semenjak peristiwa kehancuran alter ego. Rasa rindu ingin bertemu, dan bercengkerama memang ingin kulakukan, setelah lepas dari kesibukan menjadi seorang kepala negara.Masa jabatan yang baru setahun kujalani, dan masih terlalu cepat untuk lengser. Lagi pula, penduduk sudah memilih, dan mengembankan tugas penting itu padaku. Suatu amanah harus dilakukan,
Apa yang telah berlalu, dijadikan sebagai pelajaran berharga. Aku menghirup udara segar Kota Scramble. Seluruh penduduk telah dibuat amnesia tentang kejadian di masa lalu. Biarlah, apa yang menjadi rahasia dunia, tetap seperti itu.Aku melepaskan jas hitam formal. Kemudian, meletakkannya di dekat meja kerja. Dokumen yang telah menumpuk seperti gunung kecil, kubiarkan saja. Menjadi pekerja keras, dan pemimpin Negara Erreala sungguh berat.Secangkir teh hangat dengan daun pandan yang dibentuk segi empat, kuminum perlahan. Menyeruput segelas teh adalah ketenangan yang sangat kurindukan. Di balik kaca, para karyawan muda tampak berlalu-lalang. Beberapa di antaranya saling bertegur sapa. Menu sarapan di pagi hari itu adalah telur dadar buatan Eunoia. Makanan yang dia buat sudah mampu menyaingi chef ternama, tetapi tidak dengan Sera.Hidup dengan bayangan masa lalu tidak akan habisnya. Aku mencoba untuk menjalani semuanya, tanpa adanya Aoi lagi. Kebisingan di istana kepresidenan sudah menj
"ini demi kebaikan semua orang, dan untuk dunia yang akan kembali utuh. Tolong aku, Saudaraku! Aku berjanji akan memberikan peluang padamu." Aku berlari cepat ke arah Dewa Naga berkepala tujuh. "Tidak. Jangan lakukan hal sebodoh itu, Yang Mulia!"Pantulan bayangan hitam yang menyerupai Naga Neraka–dalam sejarah Sorcgard disebut alter ego negatif (kepribadian ganda bersifat jahat), mendekat, lalu melahap Dewa Ergonza. Aku gemetar, tetapi tetap melangkah maju.Pedang di tangan kanan, dan tameng pelindung di tangan kiri. Aku menendang cermin perjanjian itu dengan tendangan maut. Berharap akan menjadi lebih baik. Namun, malah sebaliknya. Ya, semuanya telah terlambat.Dinding kebaikan antara jiwa-jiwa orang hidup, dan mati tengah mengalami kehancuran. Semua catatan batas kematian berterbangan ke mana-mana. Bola-bola kristal kematian pecah. Kekacauan di ruangan tanpa atap itu membuat telingaku berdenging. Berisik sekali. Gendang telingaku rasanya ingin pecah. Di hadapan, Dewa Naga telah b
Sebuah kerajaan yang dibangun bertingkat-tingkat tampak berantakan. Semua pasukan Aksa–para ksatria titisan anak Dewa, berkumpul memadati api pengorbanan. Kejadian serupa pernah terjadi juga di masa lalu. Entah apa yang membuat mereka se-naif itu.Aku memerintahkan Nona Filia, untuk mendaratkan pesawat lima belas meter dari pusat istana. Mengingat kegentingan tengah terjadi, aku membagi tim menjadi dua kelompok.Satu kelompok terbagi menjadi lima anggota, kecuali tim dua. Ya, Harvey tidak mungkin berpisah denganku. Mereka–anggota Tim D yang lainnya, takut Harvey malah berkhianat di tengah jalan. Oleh karena itulah, aku selaku kapten memutuskan sendiri pembagian tim.Benteng besar dengan tumpukan bebatuan dari permata, menjulang tinggi bak gunung terbesar di Scramble–Gunung Zu. Pintu gerbang yang telah terbuka, memungkinkan kami masuk, tanpa harus memecahkan sandi.Peradaban kuno masih terikat dengan dinding-dinding Kerajaan Aksa. Tiga patung besar di masa Azo telah dihancurkan. Dulu,
"Ya, bisa dibilang, aku dapat berubah wujud menjadi apa saja, dan menyamarkan identitasku sebagai Dewi Phoenix."Kalimat itu memenuhi alam pikiranku. Setelah Degree memberitahukan segalanya padaku, barulah kesadaran mencintai dengan tulus itu timbul. Penyesalan memang selalu di akhir, itulah yang mereka katakan padaku.Dia yang sudah pergi meninggalkan, mungkinkah 'kan kembali? Dewi Phoenix ingin mewujudkan dunia yang adil, dan penuh dengan kebahagiaan. Namun, akulah yang menghanguskan segala asanya itu.Abu yang sudah tertiup angin, melayang entah ke mana. Aku kehilangan belahan jiwa, yang selama ini tidak pernah mengecap kata, "dihargai". Mencintainya adalah keterlambatan yang paling disesalkan.Kusandarkan kepala ke sebuah dinding beton–penghalang antara daratan dan lautan, yang ada di dekat tempat terakhir kepergiannya. Aku lelah menghadapi segala hal, yang sebenarnya tidak ingin kulakukan. Kewajiban yang telah kuambil, terucap sumpah, hingga jiwa menjadi saksinya, berat. Kejadia
Perjuanganku selama ini tidak ada gunanya lagi. Aku menghancurkan semua benda yang ada di sekitar sana. Kemarahanku sudah tak bisa ditampung. Dalam satu kali semburan api, aku membakar seluruh sisi lapangan.Harvey mencoba menghentikan, tetapi kekuatanku jauh lebih besar. Hanya menggunakan satu persen magis, anak Dewa Naga itu tak kuasa menahannya. Portal pelindung tingkat tinggi yang dia bangun, kuhancurkan dengan satu kali pukulan.Magis sempurnaku telah bangkit kembali. Kekuatan keseimbangan alam yang bercampur, dengan kristal phoenix telah menguasai seluruh universe. Jentikan jariku bisa mengalahkan siapa pun. Aku tidak takut tewas, karena keabadian telah menjadi milik.Kehancuran akibat magis tingkat tinggiku, menghantarkan Tim Treize ke lokasi. Aku menerbangkan diri menggunakan sayap guardian. Kemudian, memasang garis pembatas, agar mereka tidak terlibat.Degree bersama Bibi Naya mencoba untuk menghancurkan dinding tebal itu. Namun, tentu saja tidak akan bisa. Kekuatan rendahan
Kristal phoenix berhasil ditemukan. Nenek itu sangat baik hati, karena menyerahkan benda itu padaku. Aku bersama dengan Calvin berhasil mempersingkat kultivasi sempurna, hanya dalam dua hari. Kemajuan yang sangat luar biasa, bukan?Keberangkatan kami menuju Kota Linear membutuhkan waktu sekitar lima jam. Perjalanan termakan lama, lantaran macet di ibu kota. Setelah diceramahi oleh Calvin, aku kembali sadar tentang satu hal, yaitu bukan tentang bagaimana menjadi seorang guardian sejati, tetapi proses perjuangan selama ini.Aku membuka layar ponsel. Pesan di SC tampak menumpuk. Ada sekitar lima ribu chat dari gabungan grub, dan chatting personal. Tidak. Bukan itu yang kucari. Beberapa hari sebelumnya, sebuah nomor yang tidak dikenal memberikanku pesan bertuliskan,"Temui aku sendirian, Azo. Mari selesaikan ini tanpa menggunakan kekuatan sedikit pun. Aku berjanji tidak akan bertarung dengan curang. Kali ini, jika aku menang, maka kau harus bersumpah untuk membunuh dirimu sendiri. Tapi ji
Sudah tiga hari aku gelisah. Tubuhku panas dingin. Kepalaku ingin pecah dari tempurung tengkorak. Sebuah pedang yang menancap di atas televisi, tidak bisa ditarik. Berat."Sebenarnya, apa sih, isi kotak kayu itu? Kok pedangku nggak bisa menembusnya, ya?" gumamku seorang diri, sambil memutari televisi yang sudah gosong itu. Di malam sebelum kejadian itu, aku sibuk menonton acara kesayangan—film romantis. Film yang berjudul, "Onze hope for your enemy", karya sutradara terkenal di Linear, memang patut diberi rate seribu dari per sepuluh. Film yang bercerita tentang kehidupan asmara Ceyda–seorang gadis remaja broken home, menuai banyak respon positif dari fansnya. Pertemuan Ceyda dengan seorang pria dingin–Atan, adalah kisah paling unik sepanjang sejarah. Tisuku habis hanya untuk menyeka air mata yang jatuh, ketika menyaksikan film itu di layar televisi.Dua jam setelahnya, aku memutuskan untuk tidur. Lamaran pekerjaanku menjadi asisten lab telah disetujui Tuan Clay—kepala laboratorium