Beranda / Fantasi / The Seven Phoenix Shards / Selamat Tinggal, Pahlawan

Share

Selamat Tinggal, Pahlawan

Penulis: Nona_El
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Lo selama ini ke mana aja, Ar!? Lo pikir enak menjalankan misi tanpa seorang kapten?" Vano memukul perutku, menendangnya dengan mudah.

Aku mengambil sebotol anggur di atas meja. Kemudian, melemparnya hingga membentur dinding, di samping Vano. Pria yang mengenakan pakaian robot yang di desain sedemikian rupa, sehingga mirip toxedo itu, menghindar dengan cepat. Saat itulah, aku menarik lehernya, lalu memukulnya habis-habisan.

Tingkah laku berjalan beriringan dengan norma. Tidak ada sopan santun, berarti hidupnya dipenuhi dengan cacian. Ketika seseorang berilmu berhadapan dengan orang yang berakal, maka keduanya adalah perpaduan manusia yang sempurna. Namun, semakin majunya teknologi, nyatanya semakin menipis pula yang namanya etika.

Filter pikiran atau yang lebih dikenal dengan, berpikir dulu baru melakukan adalah kelebihan manusia. Otak diciptakan agar manusia bisa berpikir mana yang benar, dan mana yang salah. Terkadang, tak khayal banyak yang punya otak, tetapi tidak difungsikan den
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • The Seven Phoenix Shards    Monsta

    Kekuatan magis pada zaman masih berdirinya Kerajaan Aksa I ditujukan, untuk melindungi diri dari musuh abadi—iblis pure. Aturan-aturan dibuat agar para penyihir tidak menyimpang dari keseimbangan alam. Manusia itu ada empat jenis. Satu yang jahat, satu yang baik, satu yang tidak memihak keduanya, dan satu lagi yang memihak kedua-duanya. Aku menggunakan magic dasar untuk membuat sebuah perahu kecil. Melihat pohon kelapa sebagai tanda kepergian seorang pahlawan, membuat kalbuku sakit bak teriris-iris pisau. Ya, apa yang mereka bilang nyatanya benar, tidak ada yang lebih pedih daripada sebuah kehilangan.Vano terlihat ragu, saat aku mengajaknya untuk menjemput Sera. Harusnya aku sadar, saat itu, dia secara tidak langsung menunjukkan bahwa, dirinya phobia terhadap lautan. Menurut penuturan Eunoia, Vano sejak kecil memang tidak bisa berenang. Akrabnya perusahaan Ayah Vano dengan Mr. Robert, menjadikan hubungan mereka terjalin akrab. Kabarnya dulu, Eunoia sempat dijodohkan, tetapi ditolak.

  • The Seven Phoenix Shards    Kraken

    Argh!Aku jatuh menabrak dahan-dahan pepohonan liar. Pelatihan yang diberikan oleh kraken, terbilang sangat sulit, dan menguji adrenalin. Sejak menetap di pulau itu, kami berlatih kekuatan air dari Monsta, dan Kraken. Dunia yang kami tempati adalah dunia bawah alias dunia buangan.Kota Scramble bagian bawah hanyalah sebuah sampah, bagi orang-orang kaya. Di sana hanya tinggal manusia-manusia, yang menunggu ajal menjemput. Vano bohong, jika mengaku bahwa, dia hidup bahagia, di tengah-tengah populasi manusia lansia yang hampir mati.Keadilan hanya milik orang-orang yang selamat, dari batu meteor raksasa, dua belas tahun sebelumnya. Pembuatan planet lain yang mirip dengan bumi, atau yang disebut sebagai calon bumi ke-empat oleh presiden Edward, mengecam banyak hujatan. Pasalnya, apa yang dia lakukan, sudah melewati batas sebagai seorang manusia biasa.Kabut asap tebal berwarna putih di atas sana adalah lapisan ozon buatan, yang dikembangkan oleh salah satu perusahaan dunia—Svoz. Svoz didi

  • The Seven Phoenix Shards    Buronan Seluruh Negeri

    Aku mengumpulkan dedaunan kering, serta ilalang belukar. Malam itu, kami berlima berkumpul bersama menyanyikan lagu-lagu indah, untuk sang rembulan penuh. Kelelawar yang menggantung di bawah dahan besar, seakan ikut menyimak. Suara Monsta terdengar merdu, sedangkan, suara Kraken malah sebaliknya.Monsta dan Kraken mempunyai magic perubah bentuk. Katanya sih, sebagai adaptasi dengan lingkungan. Namun, entahlah, siapa tahu mereka punya alasan tersendiri; kemungkinan besar untuk menyamarkan identitas asli. Monsta berubah menjadi seorang lelaki kekar, tampan, dan berkulit sawo matang. Berbeda halnya dengan Monsta, Kraken memilih untuk menjadi seorang anak kecil laki-laki, yang berperawakan gemuk, pendek, dan buruk rupa. Dia bilang, untuk mengetes, apakah wanita tertarik karena hati, atau penampilan wajahnya. Aku membuat pematik api dari ujung jari telunjuk. Kobaran api yang tidak terlalu besar pun muncul. Syukurlah, dinginnya hawa malam, dapat diimbangi dengan kehangatan dari panasnya a

  • The Seven Phoenix Shards    Hadiah Perpisahan Terakhir

    Aku mengacungkan jempol tangan sambil menahan tawa. Melihat kado yang telah dipersiapkan oleh Eunoia, hampir membuatku lepas kendali. Perutku rasanya digelitik oleh banyak jari. Apa itu? Kenapa dia malah membangun toko, bukannya istana megah?"Bagus, kan? Aku membuat kerajaan pasir untuk perpisahan kita. Bagaimana menurutmu, Sera?" tanya Eunoia pada Sera.Gadis yang mengenakan pakaian tidur itu menggeleng. Duh, dia terlalu jujur! Gawat, Eunoia sudah berkacak pinggang. Aku harus cepat -cepat melarikan diri dari sana sejauh-jauhnya."Mau ke mana kamu, Ar?" Eunoia memasang dinding penghalang di depanku. Otomatis, kepalaku terbentur, karena tidak melihat magisnya. "Hei, jangan pakai magic-mu! Itu curang, tahu!" Aku menghancurkan magic air beku itu hanya dalam sekali pukulan.Sera melerai pertikaian kami berdua. Gadis yang baru bangun tidur itu berkata, "Sudahlah, daripada kamu ribut, dan mengacaukan Eunoia, mending bantuin aku buat kalung dari kerang." Sera memotong rambutnya menjadi pe

  • The Seven Phoenix Shards    NFC Yang Gugur

    Di dalam sebuah cerita, karakter utama pasti lebih memiliki kesempatan untuk hidup, dibandingkan dengan karakter sampingan. Ada kalanya sebuah cerita tampak berjalan hambar, tanpa adanya konflik. Villain yang menjadi penghalang di dalam sebuah cerita, biasanya lebih banyak disukai, daripada tokoh utama, jikalau masa lalunya lebih suram.Aku belajar banyak tentang cara-cara menulis novel dari Zay. Vampir dingin itu pandai menulis sebuah surat, ataupun novel panjang. Beberapa ceritanya pernah kubaca, dan itu sangatlah bagus. Bahkan, mungkin melebihi para authors di seluruh dunia. Aku masih mengingat dengan jelas, salah satu kutipan surat cinta untuk Felicia yang dia tulis, ketika aku sedang tertidur. Kala itu, misi pembongkaran dan penukaran cetak biru pemerintah sepertinya membuatku kelelahan. Di sana Zay menulis,"Aku tidak pernah merelakanmu bersama orang lain, Felicia. Pria mana yang tidak sakit hati, ketika wanitanya malah memilih sahabatnya sendiri? Aku belajar untuk ikhlas, teta

  • The Seven Phoenix Shards    Erreala Berdarah

    Angin sepoi-sepoi memberikan sensasi dingin. Rambutku yang kusisir rapi, kembali berantakan. Kehilangan mana lagi yang akan kurasakan? Aku sudah tidak memiliki tim yang utuh lagi. Kehilangan Vano, kematian Axel dan Darrel, seakan membuatku lelah untuk melakukan segalanya.Hidup itu tidak adil. Aku mengubah gaya rambutku menjadi potongan bowl cut, seperti gaya rambut milik Degree. Warna mataku yang tidak bisa berubah lagi menjadi abu-abu, membuatku kesulitan jika harus memakai lensa ketika berpergian. Penerbangan, pelabuhan, hingga rute jalan telah diblokade oleh pemerintah, dalam menyelamatkan acara pelantikan presiden baru. Kota Scramble atas banyak menuai pro dan kontra. Dari 100% penduduk, hanya 20% yang mendukung Harvey. Sungguh malang nasibnya. Kurasa perspektif beberapa orang menang benar. Ya, orang jahat tidak dapat dijadikan sebagai seorang pemimpin.Lebih baik aku memilih untuk berperang hingga kehabisan nyawa, daripada tunduk di kaki sang kaisar dari era kegelapan itu. Mend

  • The Seven Phoenix Shards    Pertengkaran Sera Dan Eunoia

    Aku menguap sambil terus menopang kepala Sera, agar tidak terbentur kaca. Ketika Eunoia yang menyetir, kenapa rasanya jalannya makin lambat? Penglihatanku setelahnya kabur, gelap.*Kamu, Achilio, selalu begitu, ketika di dekat Sera. Aku—Eunoia, merasa sangat cemburu. Ingin rasanya kuhancurkan bumi, agar kalian berdua tidak bahagia. Namun, aku masih punya hati nurani. Aku menyesali semua keputusanku. Kenapa aku tidak ikut bersama Degree saja, saat itu?Menjadi obat nyamuk bagi orang pacaran adalah hal yang paling memalukan, di sepanjang perjalanan hidupku. Aku tidak ingin menjadi yang kedua di hatimu, Achilio. Ya, segalanya memang sudah terlambat, kan? Andai saja aku tidak menyia-nyiakan kesempatan kedua. Andai saja aku tidak mementingkan balas dendam, di malam pertama turunnya salju, hari itu.Sungguh kusesali, karena aku lebih memilih Rion. Ya, aku pikir dia adalah lelaki yang sangat baik. Sebenarnya, tempo hari, aku sudah mengingat semua kejadian di masa reinkarnasi Alea. Aku senga

  • The Seven Phoenix Shards    Membangun Dunia Ke-empat

    Hembusan angin dan gersangnya terik matahari, menerpa luka memar pada beberapa bagian tubuh. Rasanya benar-benar pedih. Bahkan, lebih menyakitkan dari penolakan cewek yang kutaksir. Matahari yang tersenyum, pada lambaian nyiur kelapa, dan hamparan rumput ilalang, menjadi saksi bisu kekalahanku. Satu tahun telah berlalu. Peristiwa di hari itu, telah mengubah semuanya. Trauma membuatku membatasi komunikasi, tak ingin terulang kedua kalinya. Aku kehilangan kepercayaan diri. Sejak pertengkaran Sera dan Eunoia berakhir dengan kehancuran bumi ke-empat, aku jera menghalangi jalan wanita. Terserah apa maunya mereka, aku sudah angkat tangan.Aku terpaksa melanggar aturan magis, untuk membentuk dunia ke-empat. Memindahkan jiwa-jiwa para penduduk dari satu dimensi—bumi ketiga yang telah hancur, ke dimensi lain—bumi baru—cermin ke-empat. Sang Dewa Naga kepala tujuh menghampiriku di dalam mimpi, dan memarahiku tanpa jeda. Untunglah, aku masih bisa terbangun di dunia nyata.Aku tidak mencabut inga

Bab terbaru

  • The Seven Phoenix Shards    Semoga Bahagia!

    Aku tersenyum manis, terpesona pada keahlian memasaknya. "Bagaimana kalo kita jalan-jalan minggu depan?" tawarku pada wanita yang sibuk menghitung takaran gula, di depan sana."Tumben ngajak jalan." Eunoia–yang mengenakan daster merah muda, tampak sibuk menyiapkan secangkir kopi hangat untukku. Toples kopi terlihat berantakan karenanya. Ya, namanya juga baru belajar masak, makanya seperti itu. Aku cukup memaklumi kondisinya–latar belakang sebagai orang kaya membuatnya manja.Kami berada di dapur berukuran luas, berdesain ala-ala restoran mahal. Sepertinya arsitek yang kurental tidak lagi memikirkan desainnya. Mereka selalu membuat ruangan luas di rumahku, dan itu bukan yang pertama kalinya. Untunglah, aku hanya perlu membayar, dan menikmati hasilnya. Lagian, menasehati mereka hanya membuang tenaga."Kamu nggak sibuk, kan? Lagian, jalan-jalannya di hari Minggu kok. Apa iya, kamu nggak bisa juga?" Aku menghentikan suapan nasi ke mulut. "Refreshing dong sekali-sekali juga." "Iya, boleh

  • The Seven Phoenix Shards    Reuni Para Pahlawan

    Sebuah meja makan yang di atasnya terdapat berbagai macam hidangan, tampak menggiurkan perut kosongku. Aku berdiri di antara orang-orang yang sibuk dengan santapannya. Memperhatikan mereka dengan tajam, sepertinya membuat Degree meningkatkan kewaspadaannya.Lampu kristal yang tergantung, di atas langit-langit ruangan interior klasik, terlihat begitu indah. Ada dua jenis kursi, yaitu sofa dengan bantalan empuk, dan kursi kayu berdesain batik. Lantai yang terbuat dari keramik mahal, membuat bibirku tak berhenti mengucapkan ketakjuban.Pandanganku berpindah ke sana kemari. Ya, ada seseorang yang ingin sekali kutemui. Sudah lama rasanya, semenjak peristiwa kehancuran alter ego. Rasa rindu ingin bertemu, dan bercengkerama memang ingin kulakukan, setelah lepas dari kesibukan menjadi seorang kepala negara.Masa jabatan yang baru setahun kujalani, dan masih terlalu cepat untuk lengser. Lagi pula, penduduk sudah memilih, dan mengembankan tugas penting itu padaku. Suatu amanah harus dilakukan,

  • The Seven Phoenix Shards    Kembalinya Kedamaian

    Apa yang telah berlalu, dijadikan sebagai pelajaran berharga. Aku menghirup udara segar Kota Scramble. Seluruh penduduk telah dibuat amnesia tentang kejadian di masa lalu. Biarlah, apa yang menjadi rahasia dunia, tetap seperti itu.Aku melepaskan jas hitam formal. Kemudian, meletakkannya di dekat meja kerja. Dokumen yang telah menumpuk seperti gunung kecil, kubiarkan saja. Menjadi pekerja keras, dan pemimpin Negara Erreala sungguh berat.Secangkir teh hangat dengan daun pandan yang dibentuk segi empat, kuminum perlahan. Menyeruput segelas teh adalah ketenangan yang sangat kurindukan. Di balik kaca, para karyawan muda tampak berlalu-lalang. Beberapa di antaranya saling bertegur sapa. Menu sarapan di pagi hari itu adalah telur dadar buatan Eunoia. Makanan yang dia buat sudah mampu menyaingi chef ternama, tetapi tidak dengan Sera.Hidup dengan bayangan masa lalu tidak akan habisnya. Aku mencoba untuk menjalani semuanya, tanpa adanya Aoi lagi. Kebisingan di istana kepresidenan sudah menj

  • The Seven Phoenix Shards    Menghancurkan Alter Ego

    "ini demi kebaikan semua orang, dan untuk dunia yang akan kembali utuh. Tolong aku, Saudaraku! Aku berjanji akan memberikan peluang padamu." Aku berlari cepat ke arah Dewa Naga berkepala tujuh. "Tidak. Jangan lakukan hal sebodoh itu, Yang Mulia!"Pantulan bayangan hitam yang menyerupai Naga Neraka–dalam sejarah Sorcgard disebut alter ego negatif (kepribadian ganda bersifat jahat), mendekat, lalu melahap Dewa Ergonza. Aku gemetar, tetapi tetap melangkah maju.Pedang di tangan kanan, dan tameng pelindung di tangan kiri. Aku menendang cermin perjanjian itu dengan tendangan maut. Berharap akan menjadi lebih baik. Namun, malah sebaliknya. Ya, semuanya telah terlambat.Dinding kebaikan antara jiwa-jiwa orang hidup, dan mati tengah mengalami kehancuran. Semua catatan batas kematian berterbangan ke mana-mana. Bola-bola kristal kematian pecah. Kekacauan di ruangan tanpa atap itu membuat telingaku berdenging. Berisik sekali. Gendang telingaku rasanya ingin pecah. Di hadapan, Dewa Naga telah b

  • The Seven Phoenix Shards    Sebelas VS Satu Kekuatan OP

    Sebuah kerajaan yang dibangun bertingkat-tingkat tampak berantakan. Semua pasukan Aksa–para ksatria titisan anak Dewa, berkumpul memadati api pengorbanan. Kejadian serupa pernah terjadi juga di masa lalu. Entah apa yang membuat mereka se-naif itu.Aku memerintahkan Nona Filia, untuk mendaratkan pesawat lima belas meter dari pusat istana. Mengingat kegentingan tengah terjadi, aku membagi tim menjadi dua kelompok.Satu kelompok terbagi menjadi lima anggota, kecuali tim dua. Ya, Harvey tidak mungkin berpisah denganku. Mereka–anggota Tim D yang lainnya, takut Harvey malah berkhianat di tengah jalan. Oleh karena itulah, aku selaku kapten memutuskan sendiri pembagian tim.Benteng besar dengan tumpukan bebatuan dari permata, menjulang tinggi bak gunung terbesar di Scramble–Gunung Zu. Pintu gerbang yang telah terbuka, memungkinkan kami masuk, tanpa harus memecahkan sandi.Peradaban kuno masih terikat dengan dinding-dinding Kerajaan Aksa. Tiga patung besar di masa Azo telah dihancurkan. Dulu,

  • The Seven Phoenix Shards    Setelah Kepergiannya

    "Ya, bisa dibilang, aku dapat berubah wujud menjadi apa saja, dan menyamarkan identitasku sebagai Dewi Phoenix."Kalimat itu memenuhi alam pikiranku. Setelah Degree memberitahukan segalanya padaku, barulah kesadaran mencintai dengan tulus itu timbul. Penyesalan memang selalu di akhir, itulah yang mereka katakan padaku.Dia yang sudah pergi meninggalkan, mungkinkah 'kan kembali? Dewi Phoenix ingin mewujudkan dunia yang adil, dan penuh dengan kebahagiaan. Namun, akulah yang menghanguskan segala asanya itu.Abu yang sudah tertiup angin, melayang entah ke mana. Aku kehilangan belahan jiwa, yang selama ini tidak pernah mengecap kata, "dihargai". Mencintainya adalah keterlambatan yang paling disesalkan.Kusandarkan kepala ke sebuah dinding beton–penghalang antara daratan dan lautan, yang ada di dekat tempat terakhir kepergiannya. Aku lelah menghadapi segala hal, yang sebenarnya tidak ingin kulakukan. Kewajiban yang telah kuambil, terucap sumpah, hingga jiwa menjadi saksinya, berat. Kejadia

  • The Seven Phoenix Shards    Permintaan Terakhir Aoi

    Perjuanganku selama ini tidak ada gunanya lagi. Aku menghancurkan semua benda yang ada di sekitar sana. Kemarahanku sudah tak bisa ditampung. Dalam satu kali semburan api, aku membakar seluruh sisi lapangan.Harvey mencoba menghentikan, tetapi kekuatanku jauh lebih besar. Hanya menggunakan satu persen magis, anak Dewa Naga itu tak kuasa menahannya. Portal pelindung tingkat tinggi yang dia bangun, kuhancurkan dengan satu kali pukulan.Magis sempurnaku telah bangkit kembali. Kekuatan keseimbangan alam yang bercampur, dengan kristal phoenix telah menguasai seluruh universe. Jentikan jariku bisa mengalahkan siapa pun. Aku tidak takut tewas, karena keabadian telah menjadi milik.Kehancuran akibat magis tingkat tinggiku, menghantarkan Tim Treize ke lokasi. Aku menerbangkan diri menggunakan sayap guardian. Kemudian, memasang garis pembatas, agar mereka tidak terlibat.Degree bersama Bibi Naya mencoba untuk menghancurkan dinding tebal itu. Namun, tentu saja tidak akan bisa. Kekuatan rendahan

  • The Seven Phoenix Shards    Kristal Phoenix

    Kristal phoenix berhasil ditemukan. Nenek itu sangat baik hati, karena menyerahkan benda itu padaku. Aku bersama dengan Calvin berhasil mempersingkat kultivasi sempurna, hanya dalam dua hari. Kemajuan yang sangat luar biasa, bukan?Keberangkatan kami menuju Kota Linear membutuhkan waktu sekitar lima jam. Perjalanan termakan lama, lantaran macet di ibu kota. Setelah diceramahi oleh Calvin, aku kembali sadar tentang satu hal, yaitu bukan tentang bagaimana menjadi seorang guardian sejati, tetapi proses perjuangan selama ini.Aku membuka layar ponsel. Pesan di SC tampak menumpuk. Ada sekitar lima ribu chat dari gabungan grub, dan chatting personal. Tidak. Bukan itu yang kucari. Beberapa hari sebelumnya, sebuah nomor yang tidak dikenal memberikanku pesan bertuliskan,"Temui aku sendirian, Azo. Mari selesaikan ini tanpa menggunakan kekuatan sedikit pun. Aku berjanji tidak akan bertarung dengan curang. Kali ini, jika aku menang, maka kau harus bersumpah untuk membunuh dirimu sendiri. Tapi ji

  • The Seven Phoenix Shards    Salah Orang

    Sudah tiga hari aku gelisah. Tubuhku panas dingin. Kepalaku ingin pecah dari tempurung tengkorak. Sebuah pedang yang menancap di atas televisi, tidak bisa ditarik. Berat."Sebenarnya, apa sih, isi kotak kayu itu? Kok pedangku nggak bisa menembusnya, ya?" gumamku seorang diri, sambil memutari televisi yang sudah gosong itu. Di malam sebelum kejadian itu, aku sibuk menonton acara kesayangan—film romantis. Film yang berjudul, "Onze hope for your enemy", karya sutradara terkenal di Linear, memang patut diberi rate seribu dari per sepuluh. Film yang bercerita tentang kehidupan asmara Ceyda–seorang gadis remaja broken home, menuai banyak respon positif dari fansnya. Pertemuan Ceyda dengan seorang pria dingin–Atan, adalah kisah paling unik sepanjang sejarah. Tisuku habis hanya untuk menyeka air mata yang jatuh, ketika menyaksikan film itu di layar televisi.Dua jam setelahnya, aku memutuskan untuk tidur. Lamaran pekerjaanku menjadi asisten lab telah disetujui Tuan Clay—kepala laboratorium

DMCA.com Protection Status