Lamunan Viera buyar seketika saat mendengar pertanyaan dari pria yang menolongnya. Saat ini, ia tengah menatap sosok balita yang menjadi penguatnya dalam menjalani masa-masa sulit selama beberapa tahun.
"Apakah kamu sudah mengambil keputusan, Viera?" tanya Dedi yang dari tadi menunggu keputusan dari sosok wanita yang terlihat kosong pandangannya, seolah menjelaskan tengah kebingungan.
Mendadak ada ide yang muncul di kepalanya dan membuat Viera langsung mengungkapkan apa yang terlintas di benaknya. "Sepertinya aku akan mengajak Rafa ke Jakarta saja dan menitipkannya di preschool yang ada di dekat perusahaan karena belum siap untuk memberitahukan kenyataan ini pada orang tuaku."
Pasangan suami istri itu refleks saling ber-sitatap karena keputusan Viera sangat membuat mereka merasa bersalah.
"Jadi, setiap hari Rafa akan ikut pulang pergi ke Jakarta bersamamu? Apa kamu tidak kasihan pada anakmu, Viera? D
Viera yang saat ini tengah menggendong Rafa, sangat terkejut dan tidak pernah menyangka akan bertemu dengan pria yang terlihat sangat bahagia bersama anak dan istrinya. Refleks tangan kanannya mengepal dan ia berniat untuk segera pergi dari tempat itu. Namun, saat ia berniat untuk memalingkan wajah, tatapan Aliando yang terlihat sangat berbeda sudah kembali menatap ke arah bocah perempuan di gendongannya.Ia merasakan tatapan Aliando seolah menegaskan tidak pernah melihat dan mengenalnya karena hanya sekilas saja memandang dan tengah memegangi pelipisnya. Sama sekali tidak ada rasa shock ataupun terkejut seperti dirinya dan hal itu membuatnya merasa sangat aneh.Belum sempat Viera berpikir, suara dari wanita paruh baya yang merupakan kepala sekolah itu membuatnya merasa salah tinggal karena dari tadi berdiri terpaku tak jauh dari pintu masuk."Silakan duduk, Nyonya Viera."Viera yang saat ini sedang
Beberapa saat sebelum Viera masuk ke dalam restoran, terlihat sosok pria yang memakai setelan abu-abu lengkap dengan sepatu pantofel hitam mengkilat dan rambut berpomade rapi semakin menyempurnakan penampilannya. Sosok pria yang tidak lain adalah Faqih Mahendra, baru saja selesai meeting di private room bersama kliennya yang berasal dari Inggris. Sementara ia berjalan keluar dari ruangan pribadi di restoran dan berbicara dengan pria berkebangsaan asing tersebut, sekilas netra pekatnya melihat siluet sosok wanita yang baru saja mendaratkan tubuhnya di atas kursi. Begitu melihat wajah cantik sosok wanita yang masih sangat dihafalnya, degup jantungnya kini berdetak tidak karuan saat perasaan bersalah dan berdosa merebak memenuhi seluruh jiwanya. Ia merasa lega saat rekan bisnisnya berpamitan dan berlalu pergi meninggalkannya. Tentu saja ia buru-buru melangkahkan kaki panjangnya untuk mendekat dan juga menyapa wanita yang masih sangat dicintainya. Namun, takdir telah mem
🍃Lima tahun yang lalu🍃Setelah kejadian malam nahas yang membuat Aliando membuat kesalahan sangat fatal, yaitu membuatnya kehilangan wanita yang dicintainya. Selama seminggu ia menyuruh orang untuk mencari di mana keberadaan Viera, tetapi nihil. Tidak ada kabar dari wanita yang telah diperkosanya. Ia benar-benar sangat mencintai Viera dan ingin segera menikahinya setelah melakukan perbuatan bejat.Apalagi saat ini ia tengah bersaing dengan pria yang tidak lain adalah pewaris salah satu perusahaan konsultan terbesar di Jakarta. Aliando bertekad harus menemukan Viera sebelum Faqih menemukannya, sehingga melakukan berbagai macam cara. Bahkan ia pergi ke kampung halaman Viera untuk memastikan bahwa wanita yang sangat diinginkannya itu ada di sana atau tidak.Namun, lagi-lagi ia harus menelan pil pahit kekecewaan saat Viera tidak pulang ke kampung halamannya. Terpaksa ia menyembunyikan semuanya karena tidak ingin membuat orang tua Viera merasa khawatir.Alia
Viera sama sekali tidak berniat untuk menjawab pertanyaan dari Aliando karena berpikir harus menyembunyikan semua kenyataan sebenarnya dari pria yang menjadi penyebab semua kesialan yang dialami. Dahulu ia sangat membenci Faqih karena telah memperkosanya, tetapi hari ini ia menyadari bahwa pria itu tidak sepenuhnya bersalah. 'Aliando benar-benar sangat berengsek! Gara-gara ulahnya, dia telah membuatku berakhir menjadi sampah. Aku tidak akan mengungkapkan kebejatannya dulu demi Rafa,' gumam Viera di dalam hati. Merasa ingin menyelesaikan semuanya karena ia merasa sesak berada di dalam satu ruangan bersama dua pria penyebab hancur masa depannya, Viera kini menatap ke arah sosok pria dengan setelan tiga potong yang tidak lain adalah Faqih. "Faqih benar, kami saling mencintai dan kamu adalah pria bajingan yang telah membuat kami berpisah. Kamu memang mencintaiku, tetapi aku tidak pernah mencintaimu. Jadi, alasan itulah yang menjadi penyebab hidupku me
Aliando yang tadinya meringis menahan sakit di kepalanya, sebenarnya hendak mengejar sosok wanita yang berhasil membangkitkan sesuatu di otaknya. Ia merasa yakin bahwa hatinya tidak pernah salah saat merasakan ada sesuatu yang seolah menuntunnya untuk mengejar Viera sewaktu di sekolah keponakannya.Ia yang selama ini menjadi sosok ayah untuk putri dari sepupunya karena suami telah meninggal dunia satu tahun yang lalu akibat kecelakaan.Merasa iba pada nasib sepupunya yang memiliki anak masih kecil, membuatnya menggantikan peran ayah agar bocah perempuan itu tidak terlalu larut dalam kesedihan saat merindukan sosok ayah.Hari ini, ia sengaja masuk siang ke kantor karena ingin menemani keponakannya yang meminta merayakan hari ulang tahun di sekolah bersama teman-temannya.Namun, semuanya berbeda saat melihat Viera yang membuatnya pergi dari sana tanpa pamit. Saat Aliando masih memijat pelipisnya, ia mendengar suara dering ponselnya berbunyi. Mas
Satu bulan setelah Viera memutuskan untuk menerima Faqih, ia disambut dengan baik oleh mama dari pria yang sebenarnya adalah pewaris dari perusahaan konsultan terbesar di Jakarta.Bukan ... bukan karena ia ingin menggantungkan hidup pada Faqih yang notabene adalah anak tunggal dan akan menjadi satu-satunya pewaris tahta dari Fawaz grup. Akan tetapi, ia berpikir bahwa Faqih adalah sosok pria yang baik dan dipercayainya bisa menjadi ayah untuk Rafa.Satu hal yang utama adalah karena ia berpikir bahwa pria yang mempunyai sebuah kelemahan, tidak akan pernah menyakitinya dan juga putranya.Saat ini, Faqih beserta keluarga besarnya sedang dalam perjalanan ke Bogor untuk melamar Viera.Sementara itu, sebelumnya Viera menyuruh orang untuk menjemput kedua orang tuanya yang berada di kampung. Alasannya tidak ingin menikah di kampung karena menghindari gunjingan dari para tetangga yang m
Aliando berada di ruangan kerjanya dan terlihat ia tengah berkutat dengan beberapa dokumen di atas meja. Selama satu bulan ia mencari tahu tentang Viera, tetapi sama sekali tidak menemukan berita apapun mengenai wanita itu. Ia berpikir sosok wanita yang menjadi penyebab masa lalunya itu seolah menyembunyikan diri darinya.Bahkan ia bertanya pada kepala sekolah keponakannya, tetapi tidak ada informasi sama sekali saat mencari tahu alamat Viera. Apalagi Viera tidak datang ke sekolah lagi setelah hari itu. Tidak hanya itu saja, ia mencari tahu tentang kehidupan pribadi dari Faqih yang ternyata tidak berkaitan dengan Viera sama sekali."Jadi Faqih tidak menikahi Viera setelah memperkosanya dulu? Jika benar dia mencintai Viera, kenapa tidak menikahinya? Apa yang sebenarnya terjadi pada kami bertiga?"Aliando mencoba mengingat masa lalunya agar bisa memecahkan misteri di otaknya. Namun, yang terjadi hanya rasa nyeri yang kemba
"Bawa dia ke rumah sakit begitu tiba di Jakarta!" ucap Faqih yang kini menyuruh supirnya untuk membawa Aliando kembali ke ke Jakarta, karena tidak ingin acaranya sampai berantakan.Sementara itu, Viera yang tadinya hanya diam dan tidak tergerak hatinya untuk melihat keadaan Aliando, kini sudah ditarik oleh orang tuanya ke belakang rumah.Supriyan dan Siti Aminah yang tadinya melihat dari teras rumah interaksi dari putrinya dan sosok pria yang benar-benar sudah tidak mengingat apa-apa itu seperti sudah tidak mengenali Viera karena terlihat sangat dingin dan tidak punya hati.Kini, Viera hanya menatap ke arah ayah dan ibunya yang tadi langsung menyuruhnya ke belakang saat Faqih dan sepupunya sibuk memindahkan tubuh Aliando ke dalam mobil. "Ada apa Ayah dan Ibu menyuruhku ke sini?""Viera, Ayah seperti sudah tidak mengenalmu sekarang. Bagaimana mungkin putri Ayah yang dulunya sangat le
Aliando tadi menyuruh orang tua Viera untuk beristirahat di apartemennya dengan menyuruh asistennya menjemput calon mertuanya. Ia sudah menganggap orang tua Viera adalah mertuanya karena merasa yakin akan menikahi wanita yang selama 5 tahun ini sangat berarti di hatinya.Ia yang mengerti akan amnesia seperti dialami olehnya dulu, yaitu tidak sepenuhnya hilang ingatan, tetapi hanya ingatan beberapa tahun saja yang hilang. Jadi, ia ingin mengeceknya sendiri dengan menunggu hingga Viera tersadar. Dengan menyakini bahwa wanita itu mungkin hanya melupakan sesuatu yang menyakitkan, yaitu melupakan kejadian di mana ia memperkosa Viera.Beberapa jam berlalu, Aliando bahkan sudah tertidur di kursi yang berada di sebelah ranjang pesakitan Viera. Ia menggenggam erat telapak tangan dengan jemari lentik tersebut. Berharap akan mengetahui jika Viera sadar dari biusnya.Pukul dua dini hari, Viera perlahan membuka mata dan mengamati sua
Supriyan dan Siti Aminah, serta Aliando seketika menolehkan kepala untuk melihat ke arah sosok sumber suara. Tentu saja mereka bisa melihat raut wajah penuh kemarahan dari sosok wanita paruh baya dengan wajah sangat sembab dan sudah dipastikan dari tadi tidak berhenti menangis meratapi nasib sang putra yang sedang berjuang menghadapi masa kritisnya.Supriyan yang seketika mengepalkan kedua tangannya, sudah tidak bisa menahan diri lagi karena ia tidak terima dituduh hal yang sama sekali tidak pernah terpikirkan olehnya. Ia hanya memikirkan nasib cucunya, sehingga memutuskan untuk mengatakan semua kebenaran pada Aliando. Ia kini sudah menepis tuduhan dari wanita yang menjadi besannya tersebut."Jangan asal menuduh, Nyonya. Sama sekali tidak pernah terpikirkan bagi kami untuk mencari pengganti menantu di saat seperti ini. Kami hanya memikirkan keadaan putri dan cucu yang sangat malang. Apakah itu salah? Apakah salah jika seorang ayah meng
Begitu mendengar cerita dari ayah Viera, Aliando langsung mematikan sambungan telepon dan buru-buru bangkit dari ranjang king size yang menjadi saksi bisu kesedihannya hari ini. Setelah pulang dari rumah sakit, ia berdiam diri di apartemen untuk menenggelamkan dirinya dengan kesedihan. Ia sengaja tidak pulang ke rumah karena tidak ingin orang tuanya melihat dirinya yang berada di titik paling terendah dalam hidupnya.Ia yang dari tadi belum mengganti pakaiannya, memudahkannya untuk langsung pergi ke rumah sakit. Begitu mengambil kunci mobil miliknya, Aliando berjalan dengan terburu-buru hingga tanpa ia sadari, kakinya menabrak sudut lemari dan tidak dipedulikannya. Meskipun sebenarnya rasa sakit itu sangat terasa, tidak membuatnya ingin memeriksa kakinya karena ia fokus berjalan keluar dari apartemen.Begitu berada di luar pintu, ia berlari menuju ke arah lift dengan senyuman tidak berhenti terukir di bibirnya. Bahkan degup jantungnya
Pasangan suami istri yang tidak lain adalah orang tua Viera, merasa sangat shock dan sedih saat mendengar semua penjelasan panjang lebar dari dokter. Seolah saat ini dunia mereka seketika runtuh saat mengetahui bahwa putri satu-satunya mengalami amnesia dan kelumpuhan.Wajah keduanya terlihat sangat pucat saat melihat nasib malang cucunya yang mungkin dilupakan oleh sang ibu. Begitu melihat para perawat yang membawa putri dan menantunya keluar dari ruangan operasi menuju ke ruangan kamar, mereka berjalan mengikuti di belakang dengan perasaan yang tidak menentu.Tidak lupa bulir kesedihan menghiasi wajah mereka yang mewakili perasaan yang hancur. Hal itu semakin bertambah besar saat mendengar suara cucunya yang memanggil-manggil sang ibu."Mama ... Mama," ucap Rafa beberapa kali dengan melambai-lambai pada sang mama. Merasa panggilannya diabaikan dan juga sang mama tidak kunjung membuka mata, membuatnya menceb
Ani Mahendra melanjutkan perkataannya untuk mengungkapkan apa yang ditakutkannya saat ini. "Maaf, aku hanyalah seorang ibu yang takut kehilangan putra satu-satunya. Meskipun aku tahu bahwa jodoh, rezeki, maut sudah ditentukan oleh Tuhan, tetapi tidak bisa menghilangkan pikiran burukku yang menganggap bahwa semua ini terjadi karena Viera. Kalian boleh membenci dan marah padaku, tetapi satu-satunya yang kupikirkan hanyalah putraku."Supriyan yang merasa mendapatkan sebuah penghinaan yang sangat luar biasa hari ini, tidak bisa lagi menahan amarahnya. "Lakukan apapun sesuka Anda, Nyonya Mahendra. Namun, jangan pernah sekali-kali menyebut bahwa putri kami adalah wanita pembawa sial karena di dunia ini, semua manusia mendapatkan rahmat dari Tuhan secara adil.""Jadi, tidak ada anak yang dilahirkan pembawa sial. Saya sangat berterima kasih atas semua penghinaan ini karena mengetahui sifat Anda sebenarnya yang seperti tidak mengakui kebesaran dari T
Setelah selesai melakukan transfusi darah, Aliando sudah berjalan keluar dari ruang operasi. Sebenarnya, ia sangat ingin menunggu sampai proses operasi selesai. Namun, ia sudah memantapkan hatinya untuk tidak lagi memikirkan Viera. Ia memutuskan untuk melupakan wanita yang sangat berarti penting untuknya tersebut.Dengan langkah kaki panjangnya, ia berjalan menghampiri orang tua Viera yang sedang duduk di kursi. "Ayah, Ibu, saya pamit pulang dulu. Sepertinya proses operasi berjalanlancar dan Alhamdulilah Faqih pun bangkit dari kematian. Semua ini terjadi karena Allah telah memberikan mu'jizat untuk Viera dan Faqih."Supriyan kini bangkit dari posisinya dan langsung menepuk bahu kokoh pria yang lebih tinggi darinya tersebut. "Terima kasih, Nak Aliando. Semoga Viera segera sembuh dan bisa mengucapkan terima kasih padamu.""Apa kau tidak ingin menunggu hingga proses operasi selesai, Nak Aliando?" t
Semua orang yang berada di depan ruangan operasi terlihat sangat khawatir dan cemas menunggu penjelasan dari pria yang menggunakan seragam operasi tersebut. Tentu saja di dalam hati sedang sibuk merapal doa untuk keselamatan pasangan pengantin yang baru saja melangsungkan pernikahan tersebut.Sementara itu, sang dokter yang merasa sangat tidak enak untuk menyampaikan kabar pada keluarga pasien, menghela napas berat sebelum mengeluarkan suara. Apalagi ia melihat raut wajah keluarga pasien yang baru saja menghujaninya dengan beragam pertanyaan."Dengan sangat menyesal kami memberitahukan kabar duka ini. Bahwa pasien laki-laki baru saja mengembuskan napas terakhir pukul 21.35 WIB sebelum dilakukan proses operasi."Sontak saja suara teriakan histeris dari sosok wanita paruh baya yang tidak lain adalah mama dari Faqih sudah memenuhi area sekitar ruangan operasi tersebut."Tidaaak!"
Aliando benar-benar merasa shock begitu melihat wanita yang ada di dalam mobil dengan bersimbah darah itu adalah satu-satunya wanita yang lima tahun lalu sangat dicintainya. Dengan tubuh yang gemetar dan tangannya pun demikian, ia meminta bersama orang-orang berusaha untuk mengeluarkan dua insan yang saat ini masih memakai gaun pengantin tersebut.Kaca mobil yang sebagian sudah pecah, memudahkan Aliando untuk membuka pintu mobil. Meskipun harus mengorbankan tangannya tergores tajamnya kaca dan mengoyak kulitnya."Viera, bertahanlah. Tidak akan terjadi apa-apa padamu. Aku akan membawamu ke rumah sakit. Jangan tinggalkan aku, kamu tidak boleh mati. Ingatanku sudah kembali dan akan menebus segala dosa-dosaku padamu, Viera." Membuka pintu mobil dan mengeluarkan tubuh wanita yang sudah tidak sadarkan diri tersebut.Sementara itu, beberapa orang lainnya juga mencoba mengeluarkan pengantin pria yang masih sadar dan merintih.Faqih yang bisa melihat Aliando menge
Faqih hanya terkekeh menanggapi rengutan dari wanita yang menurutnya malah terlihat semakin menggemaskan karena mengetahui bahwa Viera merasa malu dan terlihat kikuk padanya. Ia pun mendekatkan wajahnya untuk berbisik pada daun telinga sang istri dengan senyuman menyeringai."Kenapa? Kamu malu aku membantumu mengganti pakaian? Padahal kita sudah sah menjadi suami istri dan aku bebas menelanjangimu sepuasnya malam ini."Refleks Viera langsung mengarahkan tangannya ke bibir pria yang membuatnya bergidik ngeri hingga bulu kuduknya seketika meremang. "Dasar otak udang! Jangan sampai ayah dan ibuku mendengarnya! Sangat memalukan."Viera menyembunyikan kegugupannya begitu berada di depan orang tua dan mertuanya yang sedang asyik berbincang. "Ibu, ayo kita pulang. Kasihan Rafa sudah kelelahan dan tidak nyaman tidur dalam posisi meringkuk seperti itu."Sebenarnya beberapa saat yang lalu, mama dari Faqi