Karena merasa sangat malu, Viera berniat untuk segera pergi setelah Rafli keluar dari ruangan kerja Aliando. Apalagi dia tidak ingin lama-lama berduaan dengan pria yang diketahuinya adalah raja wanita tersebut. Buru-buru ia merapikan bajunya yang sedikit kusut saat duduk.
"Aku harus segara pergi untuk bersiap untuk bekerja besok, Tuan." Dengan sangat kikuk Viera membungkuk hormat untuk mengucapkan terima kasih telah diberikan kesempatan untuk bekerja di perusahaan tersebut. Namun, raut wajah penuh kekecewaan terpancar dari wajahnya begitu mendengar perintah dari Aliando.
"Aku sudah memesan makanan untukmu, jadi makanlah terlebih dahulu sebelum kamu pergi. Sebentar, apa yang dikatakan Rafli tadi benar? Kamu belum makan dari tadi pagi?" Aliando menatap menelisik wajah sosok wanita yang memang baru disadarinya terlihat sangat pucat.
Karena tidak mendapatkan jawaban saat Viera hanya diam saja dan tidak mau menjaw
Viera sudah berjalan keluar dari perusahaan yang akan menjadi tempatnya mengais rezeki di Jakarta. Sebuah harapan baru untuknya dan ia menganggap besok adalah lembaran baru untuknya dalam merajut masa depan. Selain untuk menjadi seorang anak yang berbakti pada kedua orang tua, harapannya adalah bisa menabung untuk masa depan. Dengan wajah yang berbinar, ia berjalan menyusuri trotoar sekitar area perusahaan besar yang saat ini menjadi harapan terbesarnya. Untuk sesaat ia menghentikan langkahnya dan menatap tingginya bangunan perusahaan lantai sepuluh tersebut.“Hari ini adalah hari keberuntungan bagiku, karena bisa bertemu dengan pimpinan playboy itu. Hanya dengan berpura-pura menjadi kekasih di depan sepupunya, aku yang tadinya hanya seorang pengangguran, kini akan menjadi seperti seorang wanita karir lainnya. Mengenakan seragam kantor yang licin, rapi dan seharian duduk di depan komputer pada ruangan ber-AC. Aaah ... rasanya pasti akan sangat menyenangkan. Membayangkan
Aliando yang hanya terkekeh melihat wajah penuh kekesalan dari Viera, sama sekali tidak memperdulikannya. Karena saat ini, ia hanya mengedarkan pandangannya ke arah dalam, yaitu ruangan kos yang menjadi tempat tinggal wanita incarannya tersebut dan merasa sesak melihat ruangan sepetak yang mungkin hanya sebesar kamar mandinya."Astaga, kamu nggak sesak tinggal di sini?" Aliando beralih menatap ke arah wajah cantik Viera yang masih mengerucutkan bibir dan berwajah masam.Tanpa memperdulikan pertanyaan bernada ejekan dari Aliando, Viera berniat untuk menutup pintu setelah masuk ke dalam kamar. Karena ia tidak ingin capek mengomel, tetapi tidak ditanggapi oleh pria tersebut."Saya mengantuk, tolong Anda pergi dari sini. Oh ya, saya tidak jadi bekerja di perusahaan besok. Jadi, perjanjian yang tadi batal."Viera yang tadinya akan menutup pintu, tidak bisa melakukannya saat Aliando memasukkan kaki di anta
Setelah Viera selesai mengganti pakaiannya, ia berjalan keluar dari ruang ganti dan sudah disambut oleh dua wanita yang saat ini berdiri di hadapannya.“Anda bisa ikut saya, Nona. Saya dan teman saya yang akan merias Anda dengan cepat Karena tuan Aliando sudah menunggu di luar.” Wanita dengan kulit putih berusia 35 tahunan itu sudah mengarahkan tangannya ke arah kanan, di mana ruang yang akan digunakan untuk merias wanita tersebut.Viera yang kini mengerti telah dikerjai oleh Aliando dengan memilih kabur meninggalkannya, merasa sangat dongkol hatinya. “Awas saja nanti. Jika dia macam-macam di hadapan para sahabatnya, aku akan mempermalukannya saat berada di restoran.”Selesai mengumpat sambil berpura-pura menyunggingkan senyuman, Viera yang seperti kerbau dicucuk hidungnya, berjalan mengikuti dua wanita yang menurutnya sangat cantik dan elegan. Bukan seperti penampilannya yang kampungan beberapa saat yang lalu. Karena hanya memak
Viera menelan salivanya saat posisinya berada pada jarak sangat intim dengan pria yang saat ini hanya beberapa centi. Bahkan jantungnya berdegup kencang saat Aliando menatap dengan tatapan tajam, tak lupa senyuman menyeringai terbit dari bibirnya.“Tolong menjauh dari saya, Tuan Aliando! Harusnya Anda melampiaskan kemarahan pada wanita itu. Kenapa malah saya yang tidak tahu apa-apa menjadi pelampiasan kemarahan, Anda?” seru Viera dengan gugup karena untuk pertama kalinya ia berada pada posisi sangat intim dengan seorang pria.Sementara itu, Aliando yang masih tersenyum smirk merasa semakin senang saat melihat wajah penuh ketakutan tersebut. Akhirnya ia memilih untuk semakin mendekatkan wajahnya pada Viera yang refleks langsung menghindarinya dengan memalingkan wajah.“Tahukah kamu wanita manis, bahwa saat seorang pria marah, akan melampiaskan amarahnya kepada orang-orang di sekitarnya. Tidak perduli apakah orang yang berada di sekitarn
Aliando merasa kesal dan murka saat perbuatan tulusnya malah dianggap sebuah sandiwara semata dan membuatnya tidak bisa menahan amaraH. Dengan secepat kilat ia sudah mengungkung Viera dengan cara menahan tulang rusuknya sehingga mengikis jarak di antara mereka, bahkan kini tubuhnya sudah menghimpit tubuh Viera. Tidak hanya itu saja, Aliando sudah mendekati wajah yang terlihat sangat terkejut tersebut.Dengan posisi wajah saling bersentuhan, yaitu pada tulang hidung menempel, Aliando sebenarnya hendak meraup habis bibir kenyal berwarna merah jambu yang sangat menggodanya. Akan tetapi penolakan Viera, membuatnya tidak ingin menjadi seorang bajingan yang memaksa wanita.“Aku tadi sama sekali tidak bersandiwara, Viera!”Viera yang merasa sangat kebingungan saat tubuhnya sudah dikuasai oleh Aliando dengan posisi sangat intim, tentu saja membuatnya berusaha untuk melepaskan diri. Apalagi saat ini, jantungnya berdegup sangat kencang saat wajahnya saling men
Viera yang saat ini tengah mengunyah makanannya, hanya menatap tangan dengan buku-buku kuat yang menggantung di udara tersebut dengan tidak berniat untuk mengulurkan tangannya. "Lebih baik Anda menurunkan tangan, karena berteman tidak perlu harus berjabat tangan terlebih dahulu."Raut wajah sangat kecewa dari Aliando terlihat sangat jelas. Mau tidak mau dia terpaksa menurunkan tangannya yang dari tadi menggantung di udara. "Sepertinya kamu benar-benar merasa jijik padaku, Viera. Apakah kamu menganggap seorang playboy sepertiku tidak layak untuk berjabat tangan dengan wanita se-suci seperti dirimu?"Kalimat terakhir yang terdengar seperti tengah menyindirnya, refleks langsung membuat Viera tersedak makanan yang dikunyahnya. Bahkan wajahnya sudah memerah saat merasakan panas di tenggorokan akibat mie goreng yang pedas tersebut. Awalnya, dia berniat bangkit dari kursi untuk mengambil air minum karena tadi terburu-buru keluar dan lup
Pagi-pagi sekali Viera sudah bangun karena merasa sangat bersemangat di hari pertamanya bekerja. Sebenarnya dia semalam tidur larut karena sibuk memikirkan telfon dari Aliando yang mengatakan akan menjemputnya. Di hari pertama bekerja, dia tidak ingin terlibat skandal dengan bos perusahaan yang malah akan membuatnya merasa tidak nyaman saat bekerja. Apalagi jika harus berurusan dengan kaum hawa yang suka bergosip dan mungkin akan merugikan dirinya dengan menganggapnya wanita murahan.Akhirnya dia memilih untuk menghindar dan fokus bekerja demi bisa membantu membayar utang-utang keluarganya di kampung. Karena itulah dia menyalakan alarm pada ponsel dan berniat untuk naik ojek online ke perusahaan.Pukul tujuh pagi, Viera sudah berjalan keluar dari tempat kos karena ingin membeli sarapan dan makan di kantor saja demi menghindari Aliando yang mungkin sudah dalam perjalanan ke tempat kosnya. Banyaknya pedagang kaki lima yang sudah berderet menaw
Detik demi detik pun berlalu dan jam sudah menunjukkan waktu istirahat. Semua staf perusahaan menutup laptop mereka masing-masing dan bangkit dari kursi untuk pergi makan siang ke kantin perusahaan. Berbeda dengan Viera yang tidak mematikan laptop karena merasa malas untuk makan karena takut mendapatkan tatapan aneh dari semua staf perusahaan.Aisyah yang baru saja bangkit dari kursi, mengerutkan kening saat melihat Viera tidak kunjung bangkit dari tempatnya. "Viera, kamu tidak pergi makan ke kantin?"Dengan menggeleng perlahan, Viera yang merasa malas dan tidak bertenaga, menatap ke arah Aisyah di sebelah kirinya. "Aku sedang tidak berselera. Kamu pergi saja karena aku ingin mempelajari berkas-berkas ini dulu.""Kamu yakin tidak lapar? Atau ada kencan sama presdir di ruangannya? Pasti presdir sudah memesan makanan enak untukmu, ya kan?" tanya Aisyah dengan mengedipkan sebelah mata. "Baiklah, aku pergi dulu. Selamat bersenang-senang bersama presdir."
Aliando tadi menyuruh orang tua Viera untuk beristirahat di apartemennya dengan menyuruh asistennya menjemput calon mertuanya. Ia sudah menganggap orang tua Viera adalah mertuanya karena merasa yakin akan menikahi wanita yang selama 5 tahun ini sangat berarti di hatinya.Ia yang mengerti akan amnesia seperti dialami olehnya dulu, yaitu tidak sepenuhnya hilang ingatan, tetapi hanya ingatan beberapa tahun saja yang hilang. Jadi, ia ingin mengeceknya sendiri dengan menunggu hingga Viera tersadar. Dengan menyakini bahwa wanita itu mungkin hanya melupakan sesuatu yang menyakitkan, yaitu melupakan kejadian di mana ia memperkosa Viera.Beberapa jam berlalu, Aliando bahkan sudah tertidur di kursi yang berada di sebelah ranjang pesakitan Viera. Ia menggenggam erat telapak tangan dengan jemari lentik tersebut. Berharap akan mengetahui jika Viera sadar dari biusnya.Pukul dua dini hari, Viera perlahan membuka mata dan mengamati sua
Supriyan dan Siti Aminah, serta Aliando seketika menolehkan kepala untuk melihat ke arah sosok sumber suara. Tentu saja mereka bisa melihat raut wajah penuh kemarahan dari sosok wanita paruh baya dengan wajah sangat sembab dan sudah dipastikan dari tadi tidak berhenti menangis meratapi nasib sang putra yang sedang berjuang menghadapi masa kritisnya.Supriyan yang seketika mengepalkan kedua tangannya, sudah tidak bisa menahan diri lagi karena ia tidak terima dituduh hal yang sama sekali tidak pernah terpikirkan olehnya. Ia hanya memikirkan nasib cucunya, sehingga memutuskan untuk mengatakan semua kebenaran pada Aliando. Ia kini sudah menepis tuduhan dari wanita yang menjadi besannya tersebut."Jangan asal menuduh, Nyonya. Sama sekali tidak pernah terpikirkan bagi kami untuk mencari pengganti menantu di saat seperti ini. Kami hanya memikirkan keadaan putri dan cucu yang sangat malang. Apakah itu salah? Apakah salah jika seorang ayah meng
Begitu mendengar cerita dari ayah Viera, Aliando langsung mematikan sambungan telepon dan buru-buru bangkit dari ranjang king size yang menjadi saksi bisu kesedihannya hari ini. Setelah pulang dari rumah sakit, ia berdiam diri di apartemen untuk menenggelamkan dirinya dengan kesedihan. Ia sengaja tidak pulang ke rumah karena tidak ingin orang tuanya melihat dirinya yang berada di titik paling terendah dalam hidupnya.Ia yang dari tadi belum mengganti pakaiannya, memudahkannya untuk langsung pergi ke rumah sakit. Begitu mengambil kunci mobil miliknya, Aliando berjalan dengan terburu-buru hingga tanpa ia sadari, kakinya menabrak sudut lemari dan tidak dipedulikannya. Meskipun sebenarnya rasa sakit itu sangat terasa, tidak membuatnya ingin memeriksa kakinya karena ia fokus berjalan keluar dari apartemen.Begitu berada di luar pintu, ia berlari menuju ke arah lift dengan senyuman tidak berhenti terukir di bibirnya. Bahkan degup jantungnya
Pasangan suami istri yang tidak lain adalah orang tua Viera, merasa sangat shock dan sedih saat mendengar semua penjelasan panjang lebar dari dokter. Seolah saat ini dunia mereka seketika runtuh saat mengetahui bahwa putri satu-satunya mengalami amnesia dan kelumpuhan.Wajah keduanya terlihat sangat pucat saat melihat nasib malang cucunya yang mungkin dilupakan oleh sang ibu. Begitu melihat para perawat yang membawa putri dan menantunya keluar dari ruangan operasi menuju ke ruangan kamar, mereka berjalan mengikuti di belakang dengan perasaan yang tidak menentu.Tidak lupa bulir kesedihan menghiasi wajah mereka yang mewakili perasaan yang hancur. Hal itu semakin bertambah besar saat mendengar suara cucunya yang memanggil-manggil sang ibu."Mama ... Mama," ucap Rafa beberapa kali dengan melambai-lambai pada sang mama. Merasa panggilannya diabaikan dan juga sang mama tidak kunjung membuka mata, membuatnya menceb
Ani Mahendra melanjutkan perkataannya untuk mengungkapkan apa yang ditakutkannya saat ini. "Maaf, aku hanyalah seorang ibu yang takut kehilangan putra satu-satunya. Meskipun aku tahu bahwa jodoh, rezeki, maut sudah ditentukan oleh Tuhan, tetapi tidak bisa menghilangkan pikiran burukku yang menganggap bahwa semua ini terjadi karena Viera. Kalian boleh membenci dan marah padaku, tetapi satu-satunya yang kupikirkan hanyalah putraku."Supriyan yang merasa mendapatkan sebuah penghinaan yang sangat luar biasa hari ini, tidak bisa lagi menahan amarahnya. "Lakukan apapun sesuka Anda, Nyonya Mahendra. Namun, jangan pernah sekali-kali menyebut bahwa putri kami adalah wanita pembawa sial karena di dunia ini, semua manusia mendapatkan rahmat dari Tuhan secara adil.""Jadi, tidak ada anak yang dilahirkan pembawa sial. Saya sangat berterima kasih atas semua penghinaan ini karena mengetahui sifat Anda sebenarnya yang seperti tidak mengakui kebesaran dari T
Setelah selesai melakukan transfusi darah, Aliando sudah berjalan keluar dari ruang operasi. Sebenarnya, ia sangat ingin menunggu sampai proses operasi selesai. Namun, ia sudah memantapkan hatinya untuk tidak lagi memikirkan Viera. Ia memutuskan untuk melupakan wanita yang sangat berarti penting untuknya tersebut.Dengan langkah kaki panjangnya, ia berjalan menghampiri orang tua Viera yang sedang duduk di kursi. "Ayah, Ibu, saya pamit pulang dulu. Sepertinya proses operasi berjalanlancar dan Alhamdulilah Faqih pun bangkit dari kematian. Semua ini terjadi karena Allah telah memberikan mu'jizat untuk Viera dan Faqih."Supriyan kini bangkit dari posisinya dan langsung menepuk bahu kokoh pria yang lebih tinggi darinya tersebut. "Terima kasih, Nak Aliando. Semoga Viera segera sembuh dan bisa mengucapkan terima kasih padamu.""Apa kau tidak ingin menunggu hingga proses operasi selesai, Nak Aliando?" t
Semua orang yang berada di depan ruangan operasi terlihat sangat khawatir dan cemas menunggu penjelasan dari pria yang menggunakan seragam operasi tersebut. Tentu saja di dalam hati sedang sibuk merapal doa untuk keselamatan pasangan pengantin yang baru saja melangsungkan pernikahan tersebut.Sementara itu, sang dokter yang merasa sangat tidak enak untuk menyampaikan kabar pada keluarga pasien, menghela napas berat sebelum mengeluarkan suara. Apalagi ia melihat raut wajah keluarga pasien yang baru saja menghujaninya dengan beragam pertanyaan."Dengan sangat menyesal kami memberitahukan kabar duka ini. Bahwa pasien laki-laki baru saja mengembuskan napas terakhir pukul 21.35 WIB sebelum dilakukan proses operasi."Sontak saja suara teriakan histeris dari sosok wanita paruh baya yang tidak lain adalah mama dari Faqih sudah memenuhi area sekitar ruangan operasi tersebut."Tidaaak!"
Aliando benar-benar merasa shock begitu melihat wanita yang ada di dalam mobil dengan bersimbah darah itu adalah satu-satunya wanita yang lima tahun lalu sangat dicintainya. Dengan tubuh yang gemetar dan tangannya pun demikian, ia meminta bersama orang-orang berusaha untuk mengeluarkan dua insan yang saat ini masih memakai gaun pengantin tersebut.Kaca mobil yang sebagian sudah pecah, memudahkan Aliando untuk membuka pintu mobil. Meskipun harus mengorbankan tangannya tergores tajamnya kaca dan mengoyak kulitnya."Viera, bertahanlah. Tidak akan terjadi apa-apa padamu. Aku akan membawamu ke rumah sakit. Jangan tinggalkan aku, kamu tidak boleh mati. Ingatanku sudah kembali dan akan menebus segala dosa-dosaku padamu, Viera." Membuka pintu mobil dan mengeluarkan tubuh wanita yang sudah tidak sadarkan diri tersebut.Sementara itu, beberapa orang lainnya juga mencoba mengeluarkan pengantin pria yang masih sadar dan merintih.Faqih yang bisa melihat Aliando menge
Faqih hanya terkekeh menanggapi rengutan dari wanita yang menurutnya malah terlihat semakin menggemaskan karena mengetahui bahwa Viera merasa malu dan terlihat kikuk padanya. Ia pun mendekatkan wajahnya untuk berbisik pada daun telinga sang istri dengan senyuman menyeringai."Kenapa? Kamu malu aku membantumu mengganti pakaian? Padahal kita sudah sah menjadi suami istri dan aku bebas menelanjangimu sepuasnya malam ini."Refleks Viera langsung mengarahkan tangannya ke bibir pria yang membuatnya bergidik ngeri hingga bulu kuduknya seketika meremang. "Dasar otak udang! Jangan sampai ayah dan ibuku mendengarnya! Sangat memalukan."Viera menyembunyikan kegugupannya begitu berada di depan orang tua dan mertuanya yang sedang asyik berbincang. "Ibu, ayo kita pulang. Kasihan Rafa sudah kelelahan dan tidak nyaman tidur dalam posisi meringkuk seperti itu."Sebenarnya beberapa saat yang lalu, mama dari Faqi