Share

Menunggu Hasil

last update Last Updated: 2021-05-05 00:21:17

Hari ketiga di rumah sakit. Aku masih menunggu Hira di sini. Kemarin aku tidak bisa menemaninya. Hanya datang sebentar lalu pergi lagi dan baru datang dinihari ini tadi. Oom Gunawan dan Tante Ratih tampak lelah, karena Hira kembali histeris bila mengingat penglihatannya yang tidak lagi berfungsi. Lumrah, dan tidak bisa disalahkan. Kehilangan penglihatan secara mendadak. 

Aku duduk dengan memperhatikan wajah Hira yang tidak lagi pucat seperti tiga  hari yang lalu. Cantik, gumamku pelan sambil membenarkan letak selimut Hira. Aku duduk di samping tempat tidur Hira. 

Hari ini, Harun akan mengadakan beberapa tes untuk melihat berapa besar kemungkinan mata Hira dapat kembali sembuh. Meskipun kemungkinan untuk sembuh itu hanya ada beberapa persen saja, aku akan menyuruh Harun untuk mencarikan dokter terbaik yang bisa menyembuhkan Hira.

Sentuhan lembut di tanganku membuatku terjaga dari lelapku. Aku tanpa sadar membiarkan rohku menjelajah dunia lain karena k

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • The Secret Admire's Love   Sakit Di Sudut Terdalam

    Baru saja aku memasukkan satu suapan ke dalam mulutku, terdengar dering ponselku. Aku melihat nama pemanggil. Erick. "Halo," jawabku sambil berusaha menelan isi di dalam mulutku dengan sedikit tergesa. "Kalau tidak ada perubahan, hari ini pulang. Langsung saja ke kastil, lakukan semua persiapan. Mungkin Hira akan aku bawa kesana." Kumatikan ponsel itu, lalu kulanjutkan lagi makan siangku. Aku merasa Ibu terus mengawasiku. Beliau tampak tersenyum dalam sendu. Aku menghentikan suapanku, melangkah mendekat ke arahnya. "Ada apa,Bu?" Aku duduk bersimpuh di depannya. Dibelainya rambutku, sama seperti waktu aku kecil dulu, hal yang dilakukan Ibu bila tiba-tiba teringat Ayah. Aku tahu. Beliau sedang menangis dalam diam, sambil terus mengusap rambutku, berulang membenarkan letak rambutku. Aku hanya diam dan terus menikmati belaiannya. "Ayo cepat dihabiskan makannya. Nanti Hira kamu suapin juga." Titah Ibu menghentikan usapan di rambutku lal

    Last Updated : 2021-05-17
  • The Secret Admire's Love   Tempat Rahasia

    Aku menatap buku-buku jari tangan dokter muda dihadapanku, yang saling terkait satu dengan yang lain. Aku memang sudah mempersiapkan kemungkinan terburuk dari perkembangan penglihatan Hira. Namun, rasa kecewa tetap saja datang menghampiriku. Ingin rasanya membuang semua yang ada di depanku, tapi itupun tidak akan membawa perubahan pada Hira. "Tapi, Hira tetap bisa pulang hari ini kan?" tanyaku menatap laki-laki berkacamata di depanku. "Bisa, Tuan. Tapi kontrol dan pengawasan akan tetap saya lakukan dengan kunjungan setiap hari," jelasnya dengan nada penuh penekanan. "Karena saya ingin lebih cepat memperoleh kepastian pengobatan yang tepat untuk Nona Hira sebelum semuanya menjadi terlambat meski kemungkinannya hanya beberapa persen saja. Terkadang yang kecil persentasenya ini bisa mendatangkan keajaiban," sambungnya. "Lakukan yang terbaik dan secepat mungkin. Bila memerlukan sesuatu, katakan saja pada Erick." Aku bangkit dari dudukku dan beranjak

    Last Updated : 2021-05-20
  • The Secret Admire's Love   Mood Buruk

    Ivan berjalan dengan tertatih ke arahku. Tak tega melihatnya, aku langsung berjalan cepat menyongsongnya dan mengajaknya duduk di kursi yang ada di depan kamar Hira. Di belakangnya tampak Rony berjalan menyusul. "Mengapa kamu perbolehkan pria ini turun dari kasurnya?" tanyaku pada Alex yang baru saja sampai di dekat kursi yang barusan kami duduki. "Ah, Ivan bandel, Tuan Muda. Terus saja mengoceh ingin bertemu dengan Tuan,"Lapor Alex yang di sambut kekehan sumbang Ivan. "Kau ini. Lukamu belum sembuh benar. Jadi, jangan suka bandel. Nanti aku suruh bayar sendiri tagihan rumah sakitmu." Ancamku. Ivan langsung terdiam. "Ada apa menyusulku kemari? Jangan katakan kalau kau sudah merindukan diriku." Ivan terbatuk tapi kemudian menganggukkan kepalanya. "Aku ditelpon Beni tadi, katanya kau tidak akan kembali ke kastil gara-gara Mr. Smith membawa anak perempuannya. Aku hanya ingin minta ijin, boleh tidak aku menyelidiki modus perempuan itu

    Last Updated : 2021-05-22
  • The Secret Admire's Love   Pemandangan Indah

    Aku berjalan keluar dari mobil sambil menggendong tubuh Hira yang masih terlelap. Madam Catty sudah menungguku di pintu masuk dengan beberapa asistennya, serta pak Dar penjaga gerbang. Mereka semua menyambut kedatanganku karena ini adalah kali pertama aku datang setelah satu bulan vila ini selesai dibangun. Selama ini, pak Dar dan istrinya yang menjaga dan merawat vila ini, sesekali aku menyuruh Beni untuk datang mengecek keadaan di sekitar vila. Madam Catty berjalan di depanku menuju kamar yang akan di tempati Hira, yang memiliki satu pintu yang menyambung langsung dengan kamarku. Aku membaringkan tubuh Hira dengan hati-hati agar gadis itu tidak terbangun, menyelimutinya dengan selimut tebal, karena daerah ini akan menjadi semakin dingin ketika malam semakin larut hingga subuh menjelang. Aku mematikan lampu utama, menggantikannya dengan lampu tidur yang terletak di meja kecil tepat disamping tempat tidur Hira. Aku menatapnya lekat sebelum meninggalkannya menuju ke kam

    Last Updated : 2021-05-24
  • The Secret Admire's Love   Bertemu Mr. Smith

    Aku melangkah masuk ke dalam kamarku dan membiarkan pintu penghubung kamarku dan Hira tetap terbuka. Baru saja aku membaringkan badanku di atas ranjang besarku, terdengar suara ketukan di pintu kamar. "Masuk". Pintu hitam itu terbuka pelan, lalu masuklah Erick. Ia berjalan mendekati ranjang tempatku berbaring. "Tuan, Mr. Smith ingin bertemu dengan anda". Aku menghela nafasku. Tampaknya aku harus segera bertemu sahabat mendiang ayah. "Oke, kita berangkat ke kastil setelah kedatangan Ibu, jadi Hira tidak akan sendirian di sini". Erick mengangguk dan berjalan keluar dari kamar. "Kakak..." terdengar panggilan Hira dari kamar sebelah. Aku bergegas bangun dari rebahanku menuju ke kamar sebelah. "Sudah selesai?" Aku berjalan mendekati Hira yang sedang berusaha merapikan rambutnya dengan sisir di tangan kanannya. Aku mengambil sisir itu dan menyisir ulang rambut Hira yang panjangnya sebahu. H

    Last Updated : 2021-05-26
  • The Secret Admire's Love   Donna

    Mr. Smith diam di tempat duduknya. Aku sebenarnya tidak tega untuk berkata kasar kepadanya, bagaimanapun ia adalah sahabat ayah. Akan tetapi, aku benar-benar tidak bisa mentolerir keputusannya. Aku tidak suka orang melanggar privasiku kecuali dengan ijinku. Aku menghela nafasku. Tidak baik juga bila aku teruskan situasi ini. Aku memandang laki-laki paruh baya dihadapanku. Pertanyaan-pertanyaan yang kuajukan tidak juga ia jawab. "Apakah Mr. Smith berusaha untuk menjodohkanku dengan Donna?" Pertanyaanku sontak membuatnya terkejut. Aku bisa menangkap ada sesuatu yang berusaha ia sembunyikan. "Salahkah pertanyaan, Satya?" Pria itu masih diam namun kali ini duduknya tak lagi tenang seperti sebelumnya. Tebakanku kelihatannya tidak seratus persen salah. Aku terus menunggu jawabannya. Hening. Suara detak jarum jam dinding terdengar jelas, karena malam semakin kelam dan angin malam semakin dingin menusuk kulit hingg tembus ke tulang "Satya

    Last Updated : 2021-05-29
  • The Secret Admire's Love   What's On Your Mind?

    Beni mengambil kontak mobil yang tergeletak di atas meja kerjaku. Pada akhirnya aku memntanya untuk menjemput Ivan dari rumah sakit. Aku melangkah ke arah sofa besar yang ada di tengah ruangan, dan mulai membaringkan tubuhku yang seharian ini belum sempat kurebahkan.-0- Suara kicauan burung membangunkan ku dari tidurku yang singkat. Ya, akhirnya aku bisa mengistirahatkan tubuhku selama 4 jam. Waktu yang cukup untuk mengembalikan kekuatanku untuk melakukan pekerjaan hari ini, yang kurasa akan cukup menguras emosi dan pikiran. Belum tuntas permasalahanku dengan paman, kini bertambah Donna yang mulai menyita perhatianku.Aku bangun dari tidurku dan mulai merenggangkan otot-otot badanku, lalu beranjak ke kamar mandi melakukan ritual seperti biasa. Ketukan di pintu ruang kerja mengalihkan perhatianku. Aku berjalan lalu membuka pintu itu. Aku terkejut. Hira berdiri tepat di depanku. Bagaimana gadis itu tahu aku tidur di sini? Apakah semalam i

    Last Updated : 2021-06-02
  • The Secret Admire's Love   Permintaan Gila Donna

    Aku turun dari mobil dan mulai melangkah masuk ke teras kastil dan terus melangkah masuk ke dalam. Suara Mr. Smith terdengar nyaring ketika sepatu pantofelku menapak masuk ke dalam kastil. "What happened to you?" "Whats on your mind?" Suara derap pantofelku dan Erick serta Rony yang saling bersahutan, membuat Mr. Smith menurunkan kedua tanggannya dari lengan Donna. Lelaki paruh baya itu menghadapkan badannya ke arahku dan langsung menganggukkan kepalanya, memberi salam. Tampak guratan lelah hampir di seluruh wajahnya. "Oh, Hai..! We meet again Satya." Donna bangkit dari duduknya dan hendak menjabat tanganku, namun dirinya langsung ditarik duduk tepat di samping laki-laki paruh baya itu. Aku hanya diam dan mengambil duduk agak jauh dari tempat duduk Mr. Smith. Erick dan Rony, masing-masing duduk di samping kanan dan kiriku. Aku sepintas menatap ke arah Donna. Gadis itu duduk diam, dengan terpak

    Last Updated : 2021-06-04

Latest chapter

  • The Secret Admire's Love   End of The Journey 2 (End)

    Aku melangkah ke luar dari ruang kerjaku setelah hampir satu jam tertidur di atas kursi. Kepalaku terasa seperti dipukul puluhan kayu. Berjalan ke meja makan dan menuangkan segelas air putih ke dalam gelas yang memang selalu tersedia di atas meja. Aku meneguk perlahan air di dalam gelas setelah mendudukkan tubuhku di kursi makan. "Kamu kenapa, Sat?" Suara ibu tiba-tiba terdengar di belakangku. Aku mendongakkan kepalaku menghadap beliau yang kini sudah berdiri tepat di sampingku. "Sedikit pusing, Bu. Tadi agak terburu-buru bangun dari tidur." "Kamu tidur di kursi kerjamu?" "Iya, Bu. Ketiduran." "Nah, itu salah posisi tidurnya. Sekalian Ibu kerokin saja ya... Biar nggak jadi penyakit. Paling kamu kemarin juga masuk angin, tapi tidak kamu rasakan." ujar ibu berjalan ke lemari di dekat meja makan, membuka laci dan mengambil minyak gosok yang beraroma cengkeh. "Aduh, Bu. Pakai minyak yang lain saja, ya? Badan Satya t

  • The Secret Admire's Love   End of The Journey 1

    "What are you doing here?" tanyaku pada Richard yang sedang berdiri mengantar kepergian aparat yang satu persatu beranjak meninggalkan halaman kastilku. Pria itu membalikkan badannya, berjalan melewatiku dengan senyumnya yang penuh misteri. "I just wanna help you." Kata-kata yang diucapkannya membuatku curiga. "Instead you already have to go to the airport, right? Why are you still here?" Aku terus membuntutinya hingga langkah kakinya berhenti tepat di samping brankar Om Johan. Aunty Jenny menatap kehadiran Richard dengan tatapan penuh waspada. "Hello, Mr. Johan and Madam... Please cooperate by providing the information that you know regarding this murder case. I will try to get both of you reduced prison time," suara dalam Richard menyapa Om Johan dan Aunty Jenny. Pasangan suami istri itu memandang satu sama lain. "Do you mean we will also be arrested?" tanya Aunty Jenny dengan suara gugup. "Yes, Madam. Your arrest

  • The Secret Admire's Love   The Truth

    Semua orang di ruang tamu terdiam mendengar perkataanku. Oom Johan pun menunduk diam, sedangkan Jenny istri oom Johan mulai gelisah, sebentar-sebentar merubah posisi berdirinya. "No one knows about him?" tanyaku sekali lagi, menatap tidak percaya ke semua orang yang tengah menundukkan kepala mereka. "Wow! He must be very genius, doing all the crime without anyone help." Aku bertepuk tangan sendiri hingga menimbulkan gema yang memantul ke seluruh ruangan. Mereka tetap menunduk diam. Tidak ada lagi suara yang berusaha memancing keributan di kastilku, Beni membisikkan sesuatu, dan aku mengangguk setuju. Rony yang berada tepat di samping Beni, berjalan meninggalkan ruang tamu setelah menerima bisikan dari Beni. Aku menghela nafasku. Aku benar-benar harus memutar otak untuk mengungkap dalang sesungguhnya. Bukan untuk membalas dendam, hanya saja aku ingin tahu alasan apa yang membuat mereka tega merencanakan pembunuhan terhadap Ayah?

  • The Secret Admire's Love   Tell Me The Truth

    Pelukan dari perempuan yang aku panggil aunty itu begitu erat hingga membuat nafasku sesak. Pelukan itu berakhir setelah aku terbatuk, berusaha mencari udara. "Ohhooohooo... I'm sorry, Sweetie... " Ia melepaskan pelukan eratnya dari tubuhku. "Never mind, Aunty...." aku menggantungkan kalimatku, menanyakan namanya, sambil sesekali terbatuk. "I think you must have forgotten me...I am your aunty, Elizabeth, but just call me Betty." Ia berjalan mencari kursi yang ukurannya bisa menampung badan gendutnya. "I see." Aku mempersilahkan semua orang bule itu masuk. Tampak seorang perempuan dengan rambut pirang yang bergelombang masuk di urutan terakhir dengan gaya angkuhnya. Aku menebak dia pastilah perempuan yang dimaksud Richard. Ia tidak sudi menerima salamku dan membiarkan tangan kananku mengambang di udara untuk sesaat. Dengan sedikit rasa dongkol, aku menurunkan kembali tanganku dan duduk di kursi yang di belakangnya sudah b

  • The Secret Admire's Love   Here They Are

    Teleconference yang kujadwalkan bersama Erick kemarin berlangsung cukup lama. Begitu banyak pertanyaan yang mereka lontarkan sehingga membutuhkan penjelasan yang lebih rinci. Untungnya, hasil yang kudapat tidaklah sia-sia. Hampir sebagian besar mereka memilih untuk ikut bersamaku, mengembangkan perusahaan yang baru saja aku rintis satu tahun yang lalu. Aku sangat puas. Paling tidak harga mahal yang harus kubayarkan tidak akan sia-sia karena aku pun mendapat ganti yang lebih bernilai bahkan dapat berlipat di tahun-tahun yang akan datang. Jarum jam di ruang kerjaku menunjukkan jam sebelas lebih dua puluh menit. Aku mengistirahatkan mataku sejenak dengan berjalan ke taman samping rumah sembari melempar sedikit pakan untuk koleksi ikan koi ku. Ketukan di jendela dekat kursi membuatku menghentikan kegiatanku. Beni melangkah mendekat, mengingatkanku untuk menjenguk paman sekaligus sepupu jauhku. Aku mengangguk. Sebenarnya aku agak malas namun sekali lagi hanya alasa

  • The Secret Admire's Love   A Tough Decision

    Empat jam berlalu. Aku yang masih terbaring, mulai mengerjapkan mataku setelah berhasil terlelap. Dua jam, waktu yang cukup untuk memulihkan dan mencukupkan istirahatku dengan jarum infus yang masih terpasang di tanganku, yang mulai menetes lambat. Aku mulai bangun dari tidurku dan duduk bersandar di kasurku, mengumpulkan kesadaran yang belum begitu seratus persen terkumpul. Suara jarum jam seakan mengikuti irama detak jantungku. Pikiranku melayang ke ruang operasi Harun. Bagaimana operasinya? Berjalan lancarkah? Aku memainkan ponsel yang sedari tadi berada dalam genggamanku. Pikiranku bercabang, antara kamar operasi dan laporan dari Erick. Ya, Aku menantikan laporan dari Erick yang sejak kemarin sore sudah berangkat ke London, melakukan permintaanku, membawa pulang semua karyawan yang terpilih dan yang memilih untuk tetap bersama denganku. Keputusanku sudah bulat. Aku ingin memberikan apa yang mereka mau, perusahaan, tapi tidak diikuti dengan sumb

  • The Secret Admire's Love   Deep Condolences

    Selama satu hari penuh, aku berdiam diri di kamarku, mengembalikan kesehatanku yang menurun beberapa hari yang lalu. Masa kritisku sudah berhasil kulalui. Sekarang masa penyembuhan yang harus aku manfaatkan semaksimal mungkin dengan meminum habis semua resep Harun yang diberikan padaku, termasuk di dalamnya larangan agar aku beristirahat total tanpa melakukan aktifitas apapun, bahkan hanya sekedar membalas pesan saja. Pekerjaanku hanya tidur, makan, dan rebahan. Bagi sebagian orang mungkin ini menyenangkan tapi bagiku ini sungguh menyiksa lahir batin. Aku tidak bisa ke mana-mana dan melakukan hal yang aku suka, meski hanya berjalan ke taman menghirup udara pagi yang bebas polusi. Ketukan di pintu kamarku dan langkah kaki yang tegas datang menghampiriku. "Apa yang kau rasakan sekarang?" Harun mendekat dan menyentuh keningku, lalu menganggukkan kepalanya. "Lumayan, sudah mulai bertenaga," jawabku hendak duduk bersandar pada headboard kasurku. "Jan

  • The Secret Admire's Love   Sakit

    "Kau tidak takut jika suatu saat nanti aku menikungmu?" tanya Richard menatap netraku lekat. Aku mengulas senyumku dan dengan tenang aku membalik pertanyaannya. "Apakah kau berniat menikungku?" Richard terdiam. "I'm not. Why should I do that? You are like a brother to me." Richard menjawab tegas. "So, Why should I worry if one day you will play behind my back?" ujarku sambil tersenyum ke arah Richard. Aku segera menghubungi Harun agar segera mengirimkan berkas yang harus ditandatangani Richard. Sambil menunggu berkas dari Harun, aku dan Richard membahas tempat tinggal sementara untuk Hira, sekaligus kemunginan terburuk yang akan terjadi termasuk penolakan dari Hira. Denting ponsel terdengar membuatku menghentikan diskusi kami sesaat. "Kau buka emailmu, aku sudah mengirimkan semua persyaratan dan berkas yang harus ditandatangani Richard, sedang kelengkapan data bisa menyusul kemudian. Segera kirim balik berkas itu. Nanti mal

  • The Secret Admire's Love   Menikungmu

    Aku terdiam mendengar perkataan Ivan yang menggebu-gebu, yang justru terlihat begitu mendendam dibandingkan aku. Ivan mendengus kesal melihatku yang hanya terdiam mendengarkan perkataannya. "Yang kulakukan hanya sebatas rasa kemanusiaan, tidak lebih. Untuk rasa dendam, tentu aku menyimpan dendam, yang tidak perlu kukatakan kepada siapapun tapi cukup dipahami bagi mereka yang mengenal diriku. Aku tidak ingin mengotori tanganku dan catatan hidupku dengan melakukan hal yang sama seperti mereka. Jika aku melakukan kekerasan seperti yang mereka lakukan terhadapku dan orang-orang terdekatku, lalu apa bedanya aku dengan mereka? Aku tidak mau menjadi manusia brengsek, yang bisanya mengancam dan merampas yang bukan hakku." Aku berhenti sejenak, mengatur nafas. "Akankah kau membenciku bila aku tidak melakukan seperti saranmu?" tanyaku lalu kembali mendatangi pemuda bertato itu. "Keluargamu, maksudku keluarga besarmu sebentar lag

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status