“Panggil Dokter!” seru Yama.
Alat monitor jantung berbunyi nyaring memenuhi ruangan. Semua orang panik termasuk Kaluna yang sekarang menangis meraung memanggil Papanya. Delvin menarik Kaluna dalam pelukannya agar pihak medis dapat melakukan tindakan.
Semua orang di paksa keluar untuk mempermudah para dokter melakukan tindakan. Kaluna sedari tadi memberontak di dalam pelukan Delvin namun sang wira terus membiarkan pelukannya semakin erat.
“Yang tenang Na,” ucap Delvin.
Evan kini terduduk dengan menyatukan tangannya. Semua orang terdiam dan memanjatkan doa yang sama. Tak ada yang tau tentang usia manusia, tapi bukan berarti kita tak bisa meminta pada Tuhan untuk berikan yang terbaik, termasuk membiarkan orang yang kita sayang tetap ada di sisi kita lebih lama.
“Papa, Vin …” ucap Kaluna lirih.
Air matanya tak berhenti mengalir seraya melihat ke arah kamar itu. Dirinya bahkan belum sempat mengatakan bah
Kaluna terbangun dari tidurnya setelah berusaha menutup mata hingga dini hari tadi. Ini kali pertama Kaluna susah tidur, sebelumnya Ia tak pernah mengalami hal seperti ini. Jam tidurnya selalu teratur. Hal itu menyebabkan kepalanya kini terasa pusing.Dengan mengabaikan pusing di kepalanya, Kaluna segera menuju kamar mandi untuk bersiap-siap. Adiknya harus sekolah dan Ia yang akan menjaga Papanya hari ini.Kaluna juga tak lupa membawa beberapa keperluan Evan yang tadi pagi sudah di ambil oleh asisten rumah di kontrakannya. Sebenarnya Kaluna sedikit tak enak karena dilayani seperti ini tapi semua orang telah ditugaskan demikian oleh Papanya dan tak ada yang berani membantah.“Loh, saya kira kamu sudah pulang,” ucap Kaluna terkejut saat melihat Delvin ada di hadapannya lengkap dengan sebuah kunci mobil di tangan.“Tadi pulang sebentar ganti baju, sekalian jemput kamu. Saya juga harus ambil motor di rumah sakit,” jelas Delvin.
Kaluna sedang duduk di sofa dengan laptop di pangkuannya sedangkan Papanya tengah berbincang hangat dengan Evan. Ia tengah meninjau kembali kerjaannya yang sempat ditinggalkan.Sebenarnya dirinya tak perlu memikirkan hal itu karena selama cuti semua pekerjaan Kaluna diambil alih oleh Gama, namun Ia tak enak jika menyerahkannya begitu saja, akhirnya di waktu senggang Kaluna juga ikut menyelesaikan beberapa pekerjaan.Gama sudah terlalu banyak mengurusi masalah kantor yang lain, Ia tak mau menjadi beban baru untuk ketua tim nya itu.Tiba-tiba suasana menjadi hening, hal itu membuat Kaluna menoleh ke arah ranjang pasien ternyata Papa nya sudah tertidur dan Evan kembali berkutat dengan ponselnya.Evan mendekati kakaknya dengan langkah pelan lalu menepuk pundak Kaluna pelan sehingga membuat perempuan itu tersentak kaget.“Kenapa?” omel Kaluna.“Ada yang mbak sembunyiin dari aku?” tanya Evan tiba-tiba.Kaluna menatap
Evan menatap studio yang dikunjunginya beberapa hari yang lalu. Namun lampu studio tersebut mati, Ia tak tahu harus kemana lagi. Dirinya masih marah pada kakaknya, Ia juga tak mau ke tempat Papanya.Satu-satunya yang terpikirkan adalah Delvin, namun ponselnya mati. Jadi Ia tak bisa menghubungi teman kakaknya itu dan hanya bisa menunggu saja. Ia tak punya teman akrab di sekolah, dirinya selalu sendiri apalagi setelah insiden Logan waktu itu. Semuanya seakan menjaga jarak darinya.Evan marah pada Kaluna karena tidak menceritakan kebenarannya dan menanggung semuanya sendirian selama bertahun-tahun. Yang Evan tahu Ayahnya dipecat karena difitnah melakukan korupsi. Tapi Evan tidak menyangka ada kasus sebesar ini dibaliknya.Ia mendudukkan dirinya di kursi taman depan studio, tangannya sibuk memeluk badannya sendiri yang kedinginan.Evan sebenarnya ingin pergi ke cafe milik Delvin karena Ia yakin laki-laki itu sekarang ada di sana. Namun uangnya habis untuk ong
Kaluna terbangun saat mendengar pintu kamar rawat terbuka dari luar. Ia melihat adiknya datang masih dengan pakaian yang semalam Ia pakai. Namun ternyata Evan tidak sendirian, ada Delvin di belakangnya. Buru-buru Kaluna melesat pergi ke kamar mandi guna untuk mencuci muka dan gosok gigi. Ia lupa kalau semalam Evan menginap di rumah Delvin. Saat Kaluna kembali, Ia melihat sudah ada beberapa makanan tertata rapi di meja. Kaluna menatap keduanya bingung dan bertanya-tanya. Jika dilihat-lihat jenis makanan yang mereka bawa bukan yang biasa di jual di warung-warung. “Nenek bikin sarapan buat kamu, sini makan,” ucap Delvin sambil menarik tangan Kaluna untuk duduk di sebelahnya. Tentu saja perlakuan Delvin yang tiba-tiba itu sekarang berdampak besar bagi kinerja jantung Kaluna. Bisa-bisa Ia terkena serangan jantung jika Delvin terus berperilaku seperti ini, batin Kaluna. Delvin mengambil piring dan juga sendok untuk Kaluna dan membuka kotak makan ber
Ini sudah hampir tengah malam namun Kaluna masih menunggu adiknya yang belum juga pulang. Terakhir kali Kaluna di kabari bahwa Evan sedang ada di Naluna Cafe dan akan pulang sebentar lagi, namun yang katanya sebentar nyatanya menjadi tiga jam lebih. Kaluna juga berusaha menghubungi Delvin namun ponsel laki-laki itu juga mati. Kama juga tak luput menjadi sasaran Kaluna, namun laki-laki itu berkata sedang tidak berada di cafe. Ia ingin mencari keluar namun Kaluna tak tahu harus memulai dari mana sementara Papanya sendirian di kamar. Akhirnya Kaluna memutuskan untuk menunggu sebentar lagi di rumah sakit. Segala doa Ia panjatkan berharap adiknya tidak pergi kemana-mana. Pasalnya sejak pertengkaran mereka kemarin malam, belum ada obrolan mendalam lagi antara keduanya. Tadi pagi mereka juga tak sempat mengobrol karena ada Delvin. “Kamu dimana sih Van,” monolog Kaluna sambil menatap layar ponselnya nanar. Setengah jam berlalu, kini Kaluna sudah terla
Kaluna menatap sekelilingnya, Ia sudah sampai. Anna menggandeng tangannya guna membuat Kaluna segera turun dari pesawat. Ia tak menyangka kalau dirinya akan kembali ke kota ini lagi setelah sekian lama. "Ayah, Ibu, Kaluna kembali ke sini," batin Kaluna. Ia punya banyak kenangan di kota ini. Tentu saja kenangan yang paling bahagia dan juga paling menyakitkan. Dari yang menyenangkan hingga menakutkan, semuanya ada di kota ini. Dulu Ia berjanji tak akan kembali ke sini, namun nyatanya takdir tetap membawanya kembali. Kaluna tak bisa memungkiri kekuatan takdir. Sekeras apapun Kaluna menolak, dirinya akan tetap mengikuti arus. "Aku antar kamu ke rumah dulu ya, besok baru ketemu Papaku," ujar Anna. Kaluna menggeleng, Ia tak mau membuang-buang waktu. "Kita ke kantor Papa mu," ucap Kaluna. Anna hendak protes karena tentu saja Kaluna habis melalui perjalanan yang panjang, mereka setidakanya haru
Kaluna melemparkan tubuhnya pada ranjang. Ia sudah sampai di rumah milik Papanya yang sama besarnya seperti biasa. Tubuhnya sangat lelah namun hatinya lebih lelah juga. Akhirnya Kaluna memutuskan akan beristirahat selama seharian ini. "Non Kaluna, mau makan malam apa?" tanya Bibi yang bertugas untuk mengurus rumah ini. Kaluna beranjak dari tempatnya dan membuka pintu. "Apa aja terserah Bibi, tapi jangan banyak-banyak yah Bi. Bikin empat porsi aja, satu buat saya dan sisanya buat bibi sama pak satpam. Ah sama satunya lagi bisa Bibi bawa pulang," ujar Kaluna tak lupa dengan senyum yang senantiasa menghiasi. Bibi yang mendengar hal itu tentu saja bingung namun beliau hanya bisa menuruti kemauan anak tuannya ini. Kaluna kembali ke kamarnya untuk bersih-bersih. Ia juga tak lupa mengabari adik tercintanya yang sedari tadi memenuhi notifikasi ponselnya. Ini pertama kalinya Evan yang ditinggal pergi oleh Kaluna. Pantas saja adi
Kaluna berkali-kali mencoba untu menetralkan detak jantungnya. Kini Ia bersama dengan Erik mengunjungi Manager Pembangunan guna mencari informasi lebih yang dapat membantu mereka di persidangan nanti.Kaluna harus bisa membuktikan bahwa Ayahnya tidak bersalah agar kasus ini tetap di usut tuntas. Karena jika Ayahnya ditetapkan sebagai dalang akibat peristiwa itu dan hakim menerima semua pernyataan dari Hadi maka artinya Ia tidak bisa menghukum orang-orang jahat yang ada di balik ini semua."Kita bisa masuk," ujar Erik yang sedari tadi mendampingi Kaluna.Keduanya kini duduk sambil menunggu Hadi masuk. Kaluna masih hafal betul siapa Hadi. Semuanya masih segar di ingatakan Kaluna."Gak usah tegang Na," ujar Erik."Kaluna takut kalau malah mengacaukan semuanya Om," kata Kaluna."Tenang aja Na, Om bantu," ucap Erik menenangkan.Beberapa saat kemudian muncullah Hadi yaitu pelaku utama pada kasus ini sekaligus orang y